Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISI LAIN DARI KEJATUHAN PERUSAHAAN ENERGI ENRON:


KURANGNYA KOMUNIKASI, KOORDINASI, DAN PEMANTAUAN
KONTROL SECARA KESELURUHAN
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konteks-konteks Komunikasi)

Dosen pengampu:
Rini Anisyahrini, S.Sos., M.Ikom.

Disusun oleh:
Kelompok 2

Galant Abdul Malik Aljaffar 222050107

Mochammad Raffly Iskandar 222050111

Rendy Mardiansyah 222050123


Muhammad Ilham Al Ghazwa 222050124

Putri Nabilla 222050132

Ahmad Muhsin 222050135


Chaterine Egha Vevayosa 222050147

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
KATA PENGANTAR

Terima kasih kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Sisi Lain dari Kejatuhan Perusahaan Energi Enron:
Kurangnya Komunikasi, Koordinasi, dan Pemantauan Kontrol Secara Keseluruhan”
Ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari Ibu Rini Anisyahrini, S.Sos., M.Ikom. pada mata kuliah Konteks-konteks
Komunikasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai hal-hal terkait kasus komunikasi dari Perusahaan Energi Enron bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rini


Anisyahrini, S.Sos., M.Ikom. selaku dosen pengampu pada mata kuliah Konteks-
konteks Komunikasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Semoga makalah yang kami tulis ini dapat
bermanfaat dan memberi wawasan yang lebih luas bagi penulis maupun semua yang
telah membaca.

Bandung, 16 Mei 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................3

BAB II...........................................................................................................................4

PEMBAHASAN....................................................................................................4

2.1 Enron Corporation..........................................................................................4

2.3 Penyebab Jatuhnya Perusahaan Enron di Bawah Kepemimpinan


Kenneth Lay dan Jeff Skilling.............................................................................5

2.3 Budaya Perusahaan Enron............................................................................6

2.4 Solusi Penyelesaian dari Kasus Perusahaan Enron....................................7

BAB III.......................................................................................................................11

PENUTUP............................................................................................................11

3.1 Kesimpulan....................................................................................................11

3.2 Saran..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tanggal 2 Desember 2001, Enron Corporation mengajukan perlindungan
kebangkrutan Bab 11 di pengadilan New York. Hal ini memicu salah satu skandal
perusahaan terbesar dalam sejarah AS.

Dilansir History, Enron, sebuah perusahaan perdagangan energi yang berbasis


di Houston, Texas, dibentuk pada tahun 1985 sebagai penggabungan dua perusahaan
gas, Houston Natural Gas dan Internorth. Di bawah ketua dan CEO Kenneth Lay,
Enron naik di urutan tujuh dalam daftar majalah Fortune dari 500 perusahaan AS
teratas. Pada tahun 2000, perusahaan mempekerjakan 21.000 orang dan membukukan
pendapatan sebesar 111 miliar dollar AS. Namun, selama tahun berikutnya, harga
saham Enron mulai merosot drastis, turun dari 90,75 pada Agustus 2000 menjadi 0,26
dollar AS pada penutupan pada 30 November 2001. Saat harga turun, Lay menjual
sejumlah besar saham Enron-nya, sambil secara bersamaan mendorong karyawan
Enron untuk membeli lebih banyak saham dan meyakinkan mereka bahwa perusahaan
sedang bangkit. Rekening tabungan pensiun karyawan habis, sementara harga saham
Enron terus anjlok.

Setelah perusahaan energi lain, Dynegy, membatalkan rencana pembelian 8,4


miliar dollar AS pada akhir November, Enron mengajukan kebangkrutan. Menurut
Pakar Hukum Bisnis Pada akhir tahun, keruntuhan Enron telah merugikan investor
miliaran dollar AS, menghapus sekitar 5.600 pekerjaan, dan melikuidasi hampir 2,1
miliar dollar AS dalam rencana pensiun. Selama beberapa tahun berikutnya, nama
“Enron” menjadi sinonim dengan penipuan dan korupsi perusahaan berskala besar.
Penyelidikan Komisi Sekuritas dan Bursa dan Departemen Kehakiman AS
mengungkapkan bahwa Enron telah menggelembungkan pendapatannya dengan
menyembunyikan utang dan kerugian di anak perusahaan. Pemerintah kemudian

1
menuduh Lay dan Jeffrey K Skilling, yang menjabat sebagai CEO Enron dari Februari
hingga Agustus 2001, berkonspirasi untuk menutupi kelemahan keuangan perusahaan
mereka dari investor.

Penyelidikan juga menjatuhkan raksasa akuntansi Arthur Andersen, yang


auditornya dinyatakan bersalah karena sengaja menghancurkan dokumen yang
memberatkan Enron. Pada Juli 2004, pengadilan Houston mendakwa Skilling atas 35
tuduhan termasuk penipuan, konspirasi, dan perdagangan orang dalam. Lay didakwa
dengan 11 kejahatan serupa. Sidang dimulai pada 30 Januari 2006 di Houston.
Sejumlah mantan karyawan Enron muncul di mimbar, termasuk Andrew Fastow,
mantan CFO Enron, yang sejak awal mengaku bersalah atas dua tuduhan konspirasi
dan setuju untuk bersaksi melawan mantan bosnya.

Di sisi yang lain, tidak hanya para pemimpin Enron yang tidak jujur dengan
kinerja kerja mereka, tetapi mereka juga gagal karena kurangnya komunikasi,
koordinasi, dan pemantauan kontrol secara keseluruhan seperti yang dinyatakan oleh
New York Times. Berbagai laporan seperti jurnal ‘Explaining Enron’ misalnya,
mengungkapkan bahwa para pemimpin senior gagal mengatasi masalah besar.
Kurangnya komunikasi yang transparan antara tim manajemen dan para tenaga kerja.
Dengan tidak mendengarkan karyawan mereka, mengabaikan masalah dan
menyembunyikan kebenaran, departemen komunikasi Enron mengibarkan beberapa
tanda bahaya besar.

Pada makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut terkait dari masalah
komunikasi internal yang menyebabkan perusahaan energi yang cukup besar di
Amerika Serikat ini akhirnya jatuh. Kami mengambil sumber referensi dari jurnal
“Explaining Enron: Communication and Responsible Leadership” sebagai bahan
rujukan. Maka dari itu, dengan membahas kasus perusahaan Enron ini kami berharap
para pembaca bisa memahami lebih dalam ternyata faktor komunikasi merupakan
salah satu aspek penting dari terciptanya perusahaan yang sehat dan berjangka
panjang.

2
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu Enron Corporation?
b. Siapakah pimpinan Enron yang bertanggung jawab atas jatuhnya
perusahaan tersebut?
c. Bagaimana budaya kerja dari perusahaan Enron?
d. Bagaimana solusi dari kasus jatuhnya perusahaan Enron?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui secara sekilas mengenai profil perusahaan Enron.
b. Untuk mengetahui siapa pemimpin yang menjadi penyebab gagalnya
perusahaan Enron.
c. Untuk mengetahui budaya kerja dari perusahaan Enron yang
akhirnya membuat perusahaan tersebut mengalami kasus.
d. Untuk mengetahui poin penting dan solusi atas terjadinya kasus
perusahaan Enron.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Enron Corporation


Sekilas mengenai perusahaan Enron, Enron Corporation adalah sebuah
perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat.
Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001, Enron mempekerjakan sekitar 21.000 orang
pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang
listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, dan komunikasi. Enron mengaku
penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah $101 miliar. Fortune menamakan Enron
"Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif" selama enam tahun berturut-turut. Enron
menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi
keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang
sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa
melaporkan kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada
2 Desember, di AS Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11. Saat
itu, kasus itu merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan
4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka,

Tuntutan hukum terhadap para direktur Enron, setelah skandal tersebut, sangat
menonjol karena para direkturnya menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar
sejumlah uang yang sangat besar secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut
menyebabkan dibubarkannya perusahaan akuntansi Arthur Andersen, yang akibatnya
dirasakan di kalangan dunia bisnis yang lebih luas, seperti yang digambarkan secara
lebih terinci di bawah.

Enron masih ada sekarang dan mengoperasikan segelintir aset penting dan
membuat persiapan-persiapan untuk penjualan atau spin-off sisa-sisa bisnisnya. Enron
muncul dari kebangkrutan pada November 2004 setelah salah satu kasus
kebangkrutan terbesar dan paling rumit dalam sejarah AS. Sejak itu, Enron menjadi
lambang populer dari penipuan dan korupsi korporasi yang dilakukan secara sengaja.

4
2.3 Penyebab Jatuhnya Perusahaan Enron di Bawah Kepemimpinan Kenneth
Lay dan Jeff Skilling
Salah satu alasannya adalah karena Kenneth Lay tidak mempraktikkan apa
yang dia telah nyatakan dalam kata pengantar pada buku Enron Code of Ethics edisi
revisi yang diterbitkan di Juli 2000. Lay menuliskan bahwa sebagai pejabat dan
karyawan Enron Corp., seluruh anak perusahaan dan perusahaan afiliasi Enron Corp.,
semua harus bertanggung jawab untuk menjalankan urusan bisnis perusahaan sesuai
dengan semua hukum yang berlaku berdasarkan moral dan kejujuran. Namun Lay
terbukti tidak menjalankan prinsip tersebut dalam memimpin perusahaan dan begitu
pula bawahan-bawahannya di perusahaan. Tidak hanya itu, Lay dan manajemen
puncak memberi Andrew Fastow pengecualian terhadap kode etik untuk terus
berbisnis.

Alasan yang lainnya bahwa di bawah arahan dan aturan dari Jeff Skilling,
perusahaan telah menerapkan proses evaluasi kinerja untuk semua karyawan Enron
dengan tidak membangun tegaknya kode etik yang seharusnya karyawan ikuti. Hal
tersebut menyebabkan setiap karyawan memberi peringkat yang lebih rendah kepada
rekan-rekan mereka untuk meningkatkan posisi mereka sendiri di perusahaan.
Kebijakan Skilling ini dikenal dengan “rank and yank” yang mana setiap divisi
perusahaan diwajibkan dan diberi wewenang untuk memecat seperlima karyawan
yang memiliki peringkat 5 kinerja terendah.

Padahal kode etik Enron Corp memiliki nilai-nilai berdasarkan rasa saling
menghormati (respek), integritas, dan keunggulan. Kode-kode etik ini dapat dikatakan
hanya di atas kertas saja, karena Lay dan Skilling tidak menjalankannya secara pribadi
dan bahkan tidak menekankan penerapannya di perusahaan.

Masalah utama runtuhnya Enron Corp adalah karena masalah etika dan
moral top management. Hal ini terlihat kemudian ketika Kenneth Lay menerima 11
dakwaan di pengadilan sedangkan Jeff Skilling mendapatkan 35 dakwaan di
pengadilan.

5
2.3 Budaya Perusahaan Enron
Enron digambarkan memiliki budaya arogansi yang membuat orang percaya
bahwa mereka dapat menangani risiko yang semakin besar tanpa menghadapi bahaya
apa pun. Menurut Sherron Watkins, “Pesan Enron yang tidak terucapkan adalah, ‘Buat
angka, buat angka, buat angka — jika Anda mencuri, jika Anda curang, jangan
ketahuan. Jika Anda melakukannya, mohon untuk kesempatan kedua, dan Anda akan
mendapatkannya. ”Budaya perusahaan Enron tidak banyak membantu dalam
mempromosikan nilai-nilai rasa hormat dan integritas. Nilai-nilai ini dirusak melalui
penekanan perusahaan pada desentralisasi, penilaian kinerja karyawan, dan program
kompensasinya.

Setiap divisi dan unit bisnis Enron dipisahkan dari yang lain, dan akibatnya
sangat sedikit orang di dalam organisasi yang memiliki perspektif “gambaran besar”
tentang operasi perusahaan. Penekanan pada desentralisasi ini disertai dengan kontrol
operasional dan keuangan yang tidak memadai serta “ketua yang tidak fokus dan
tidak fokus, dewan direksi yang patuh, dan staf akuntan, auditor, dan pengacara yang
tidak berdaya.”

Jeff Skilling menerapkan proses evaluasi kinerja yang sangat ketat dan
mengancam untuk semua karyawan Enron. Dikenal sebagai “rank and yank”, proses
tahunan menggunakan evaluasi rekan kerja, dan setiap divisi perusahaan secara
sewenang-wenang dipaksa untuk memecat seperlima karyawannya yang berada di
peringkat terendah. Karyawan sering memberi peringkat yang lebih rendah kepada
rekan-rekan mereka untuk meningkatkan posisi mereka sendiri di perusahaan.

Rencana kompensasi Enron “tampaknya berorientasi pada pengayaan eksekutif


daripada menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham” dan mendorong orang
untuk melanggar peraturan dan menaikkan nilai kontrak meskipun tidak ada uang
tunai yang dihasilkan. Program bonus Enron mendorong penggunaan praktik
akuntansi non- standar dan peningkatan penilaian transaksi di pembukuan
perusahaan. Memang, kesepakatan inflasi menjadi meluas di dalam perusahaan
karena kemitraan diciptakan

6
semata-mata untuk menyembunyikan kerugian dan menghindari konsekuensi
dari memiliki masalah.

2.4 Solusi Penyelesaian dari Kasus Perusahaan Enron


Secara garis besar, seperti yang telah dijelaskan di atas. Kasus terjadinya
kejatuhan perusahaan Enron ini adalah karena masalah komunikasi internal yang
menitikberatkan kepada kelalaian, ketidakkonsistenan, dan tidak bertanggung
jawabnya seorang pemimpin perusahaan.

Seperti yang tercantum dalam jurnal ”Explaining Enron: Communication and


Responsible Leadership” dari University of Arkansas yang ditulis oleh Robert R.
Ulmer, terdapat beberapa poin penting sekaligus solusi dari kasus perusahaan Enron
tersebut. Di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Kepemimpinan yang harus lebih bertanggung jawab


Berbagai sarjanawan telah mengeksplorasi tanggung jawab etis para
pemimpin dan berpendapat bahwa sebagai perwakilan organisasi, para
pemimpin memiliki kewajiban internal dan eksternal (Cavanagh & Bandsuch,
2002; Johnson, 2001; Seeger & Ulmer, 2002; Ulmer, 2001; Yukl, 2002).
Selain itu, kepemimpinan secara inheren merupakan proses berbasis
komunikasi yang melibatkan klarifikasi tujuan dan metode, memotivasi dan
membujuk pengikut, menyelesaikan konflik, dan membingkai makna (lihat
Barge, 1994; Fairhurst & Sarr, 1996; Northouse, 2001). Baik melalui arahan,
karisma, atau dengan contoh, para pemimpin memainkan peran penting dalam
menetapkan arah organisasi dan menentukan bagaimana tujuan tercapai.
Pemimpin sering datang untuk melambangkan organisasi dan
mempersonifikasikan operasi dan nilai-nilainya (Smircich & Mor-gan, 1982).
Pemimpin menempati peran sentral di puncak jaringan komunikasi dan
umumnya memiliki akses ke volume besar informasi dan ke saluran formal
komunikasi.

7
Tiga bentuk umum tanggung jawab pemimpin berbasis komunikasi dapat
diambil dari literatur etika dan kepemimpinan. Ini termasuk; (a)
mengkomunikasikan nilai-nilai yang tepat untuk menciptakan iklim moral, (b)
mempertahankan komunikasi yang memadai untuk diberitahu tentang operasi
organisasi, dan (c) mempertahankan keterbukaan terhadap tanda-tanda
masalah.

b. Mengkomunikasikan nilai-nilai yang sesuai


Pemimpin diharapkan bisa membahas secara eksplisit isu-isu moralitas
organisasi untuk memperjelas kerangka etika untuk para bawahannya. Simms
dan Brinkmann (2002) mengamati bahwa "seorang pemimpin menyampaikan
pesan yang kuat kepada karyawannya tentang nilai-nilainya melalui tindakan".
Salah satu pendekatan utama yang digunakan untuk memeriksa tindakan moral
para pemimpin adalah etika kebajikan. Johnson (2001), misalnya,
menyarankan, "Premis etika kebajikan itu sederhana. Orang baik (mereka yang
bermoral tinggi) membuat pilihan moral yang baik ". Orang yang berbudi luhur,
kemudian, berfungsi sebagai model kesesuaian, kredibilitas, dan karakter.
Karena orang yang berbudi luhur mencontohkan etika, mereka yang berada
dalam posisi kepemimpinan yang terlihat, termasuk CEO, dapat diharapkan
untuk mencontohkan sifat-sifat yang mengagumkan dan terpuji (Gini, 1996;
Leibgig,1990; Seeger &; Ulmer,2002). Bahkan, perilaku tokoh masyarakat,
seperti politisi dan tokoh hiburan dan olahraga, sering dikritik dengan alasan
bahwa hal itu memberikan contoh buruk bagi orang lain. Selain itu, pemimpin
organisasi dipandang secara umum memainkan fungsi penting dalam
membangun iklim etis organisasi melalui pemodelan perilaku yang diinginkan
(Simms &; Brinkmann, 2002).
Salah satu cara di mana para pemimpin mencontohkan etika adalah melalui
perilaku berbudi luhur. Johnson (2001) mencatat bahwa "kebajikan terjalin
dalam kehidupan batin pemimpin dan mempengaruhi cara dia melihat dan
bertindak". Artikulasi sifat-sifat moral atau kebajikan menekankan fitur moral

8
esensial atau fitur dari sifat-sifat ini daripada gagasan deontologis tentang
kewajiban moral, keharusan berbasis aturan, persyaratan situasional, atau
komitmen kontraktual (Slote, 1992; Smith, 1946). Orang yang berbudi luhur
secara etis patut dipuji tidak harus karena kepatuhan terhadap kode moral
eksternal atau yang dipaksakan tetapi karena beberapa kecenderungan
mendasar untuk bertindak secara konsisten dalam etika yang terpuji. Kebajikan
juga memandu pengembangan kode dan standar moral yang lebih umum.

c. Keterbukaan terhadap masalah yang sedang terjadi


James Lee Witt, mantan direktur Administrasi Manajemen Darurat Federal,
misalnya, mencatat bahwa "Komunikasi, ketika itu berhasil, dapat membantu
Anda mengetahui kapan krisis akan datang, kadang-kadang cukup dini untuk
mencegahnya" (Witt &; Morgan, 2002, hal. 19). Pemimpin berkewajiban untuk
mendengar dan memperhatikan perbedaan pendapat dan kritik sebagian karena
orang bijak ini dapat menandakan ancaman atau masalah yang secara logis
harus diperhatikan (Kassing, 1997, 2000; Redding, 1985). Seperti yang
disarankan Pauchant dan Mitroff (1992), organisasi yang mengabaikan pesan
bahwa masalah sinyal lebih rentan terhadap timbulnya krisis. Yukl (2002)
mengusulkan bahwa satu standar etika untuk masalah kepemimpinan
membantu organisasi mengakui masalah, daripada menyangkalnya,
mengabaikan keseriusan mereka, atau memberikan solusi yang tidak memadai
(hal. 403). Keterbukaan terhadap pengenalan masalah ini diperlukan untuk
pemecahan masalah kolektif.
Secara umum, bagaimanapun, sebagian besar organisasi menemukan
peringatan sulit untuk diproses dan mengganggu keyakinan yang sudah mapan
tentang risiko dan ancaman. Dalam kasus lain, peringatan tersebut dapat
membahayakan karier atau profitabilitas perusahaan. Whistle-blower, sumber
umum informasi penting mengenai ancaman dan masalah yang akan datang,
sering dicap sebagai karyawan yang tidak loyal dan diberangus, atau bahkan
dipecat (Jensen, 1987). Mereka sering dianggap mengganggu status quo dan

9
dianggap sebagai ancaman terhadap reputasi perusahaan. Namun, dalam
banyak kasus, whistle-blower hanya bekerja untuk menarik perhatian dan
memperbaiki kekurangan serius yang memicu krisis. Perbedaan pendapat
organisasi yang lebih umum juga dapat mencakup peringatan. Kassing (1997)
berpendapat bahwa perbedaan pendapat muncul dari beberapa ketidakpuasan
dan memerlukan "advokasi posisi yang berbeda dari status quo perusahaan".
Akibatnya, manajer sering mengabaikan atau menahan perbedaan pendapat.
Ketiga tanggung jawab berbasis komunikasi para pemimpin yang melibatkan
nilai-nilai komunikasi untuk menciptakan iklim moral, tetap mendapat
informasi tentang operasi organisasi, dan menjaga keterbukaan terhadap tanda-
tanda dan isyarat mengenai masalah, harusnya diterapkan dalam konteks kasus
perusahaan Enron.

1
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sungguh ironis bahwa kebangkitan Enron yang meroket dan kejatuhannya
yang menakjubkan menghasilkan pelajaran yang sangat penting bagi para manajer
perusahaan. Dalam beberapa hal, ruang lingkup dan kompleksitas keruntuhan Enron
membuatnya sulit untuk menghasilkan pelajaran khusus. Skandal Enron dapat dilihat
hanya sebagai bagian dari siklus skandal bisnis yang lebih besar yang sedang
berlangsung diikuti oleh pengetatan standar diikuti oleh lebih banyak skandal. Untuk
mempromosikan pembelajaran, jatuhnya Enron harus ditafsirkan dan dijelaskan.

Antara lain, Enron memiliki pelajaran penting untuk diajarkan mengenai


tanggung jawab berbasis komunikasi dari para pemimpin: untuk berkomunikasi dan
memodelkan nilai-nilai organisasi yang sesuai, untuk diinformasikan tentang operasi
organisasi, dan untuk membuat kondisi yang memungkinkan untuk pengak,
komunikasi, dan penyelesaian masalah. Standar-standar untuk komunikasi pemimpin
yang bertanggung jawab ini dapat membantu perusahaan lain untuk menghindari nasib
yang sama seperti perusahaan Enron.

3.2 Saran
Agar kasus serupa dengan kasus Enron Corporation tidak terulang kembali
dalam perusahaan yang dapat merugikan berbagai pihak yang terlibat, maka
perusahaan diharapkan dapat menempatkan sumber daya manusia, terutama pihak
manajemen yang akan memegang kendali dalam perusahaan, tidak hanya
memperhatikan segi kemampuannya saja, tetapi juga memperhatikan pula
kepribadiannya dalam etika bisnis, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai
dengan prinsip etika dan peraturan yang berlaku.

1
Kasus skandal Enron Corporation dapat dijadikan pelajaran berharga bagi
dunia bisnis di seluruh dunis. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan agar tidak
terjebak dalam kasus seperti Enron Corporation antara lain sebagai berikut:

a. Munjunjung tinggi nilai-nilai spiritualitas dan etika agar setiap perilaku


senantiasa berpijak untuk kebaikan semua.
b. Tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan orang banyak untuk
memperkaya diri sendiri.
c. Memiliki rasa tanggung jawab yang lebih dan berpegang teguh kepada visi
misi yang telah dibuat.

1
DAFTAR PUSTAKA

Ulmer, Robert R. (2003). Explaining Enron: Communication and Responsible


Leadership. Management Communication Quarterly, University of Arkansas,
page 58-84, 17(1).
Dhia, Levana. (2020). Enron: Apa yang Menyebabkan Keruntuhan Etika. Artikel.
https://accounting.binus.ac.id/2020/12/03/enron-apa-yang-menyebabkan-
keruntuhan-etika/ (diakses 17 Mei 2023, 15.25 WIB)

Anda mungkin juga menyukai