Buku Gempa Kelompok 2
Buku Gempa Kelompok 2
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas 1 dan 2 yang dituangkan dalam bentuk
buku ini tepat pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengajar “Dr. Ir. Carter Kandou, ST. MT”
yang telah memberikan tugas kepada kami. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan tugas ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami menyadari bahwa dalam buku ini masih terdapat kekurangan-kekurangannya.
Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak
terutama dosen mata kuliah Struktur Bangunan Tahan Gempa.
Semoga buku ini bermanfaat untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan,
umumnya bagi semua pihak dan khususnya bagi kami sendiri.
Kelompok 6
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................................1
1.2 Maksud dan tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Peninjauan struktur bangunan “Gedung Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi
Manado...........................................................................................................................3
1. Ketentuan Detailing Balok...........................................................................................3
2. Ketentuan Detailing Kolom.........................................................................................9
3. Ketentuan Detailing Joint Balok-Kolom....................................................................15
2.2 Analisa Kerusakan Bangunan pada Gedung Pasar Pinasungkulan Karombasan.......17
1. Kerusakan pada kolom...............................................................................................17
2. Kerusakan pada balok................................................................................................20
3. Kerusakan pada pelat.................................................................................................23
BAB III PENUTUP.................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................26
LAMPIRAN.............................................................................................................................27
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam
tanah dan / atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik
untuk hunian, atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus (Permen PU Nomor 30/PRT/M/2006).
Struktur bangunan sendiri dapat diartikan sebagai bagian-bagian yang membentuk
berdirinya sebuah bangunan, mulai dari pondasi, sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda,
hingga atap.
Saat ini terdapat beberapa jenis bangunan terdiri dari banyak bentuk yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Fungsinya pun tak hanya sebatas tempat tinggal, tetapi
bangunan juga memiliki kebutuhan untuk menjawab keperluan dalam hal pemerintah,
komersial, fasilitas pendidikan, kesehatan, budaya, dan lain-lain.
Pada umumnya bangunan didesain akan mampu tetap berfungsi dengan baik selama umur
rencana pakai bangunan. Namun dalam kenyataannya di lapangan, sebelum mencapai
akhir umur pakai, bangunan sudah mengalami kerusakan baik akibat faktor umur maupun
faktor kerusakan akibat bencana yang sebelumnya jenis kerusakan itu tidak terduga saat
perencanaan. Kerusakan itu akan lebih baik jika diketahui lebih awal untuk menghindari
dampak kerusakan lainnya. Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 24 tahun
2008 intensitas kerusakan bangunan digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:
1. Kerusakan ringan
a. Kerusakan yang terjadi pada komponen non-struktural seperti penutup lantai,
dinding pengisi, langit-langit, dan penutup atap.
b. Biaya maksimum untuk perawatan pada kerusakan ringan yaitu 35% dari harga
satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe dan
lokasi yang sama.
2. Kerusakan sedang
a. Kerusakan pada sebagian komponen struktural, dan atau komponen nonstruktural
seperti lantai, penutup atap, dan lain-lain.
b. Biaya maksimum sebesar 45% untuk perawatan dari harga satuan tertinggi
pembangunan gedung baru yang berlaku, untuk lokasi dan tipe yang sama.
1
3. Kerusakan berat
a. Kerusakan yang terjadi pada sebagian komponen struktural dan non-struktural dan
jika diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik.
b. Untuk perawatan, biayanya sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk lokasi dan tipe yang sama.
Aspek yang perlu mendapat perhatian selama usia ekonomis bangunan adalah selama
pengoperasiannya, potensi kerusakan suatu bangunan lama ataupun yang relatif baru
dibangun sangatlah besar, biasanya kenampakan kerusakan yang terjadi terlihat setelah
bangunan tersebut mulai dioperasikan, berdasarkan kenampakan kenampakan yang terjadi
dilakukan identifikasi sedini mungkin mengenai adanya kerusakan kerusakan yang lain
yang dapa menyebabkan efek yang buruk terhadap bangunan, identifikasi kerusakan
bangunan harus dilakukan pada elemen bangunan dengan melihat bahwa begitu banyak
kerusakan bangunan dengan penyebab yang berbeda (Nuswantoro: 2010).
Bangunan harus mampu memberikan pelayanan secara efektif dan efisien. Kegiatan
pembangunan fisik yang terus meningkat tanpa diringi dengan peningkatan pemeliharaan
akan menyebabkan nilai ekonomi bangunan menurun. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa kegiatan pemeliharaan yaitu kegiatan perawatan dan perbaikan, pada
umumnya kurang mendapat perhatian. Apabila pengelola bangunan tidak memperhatikan
pemeliharaan bangunan dengan sungguh-sungguh, maka dapat mempengaruhi Asia
bangunan yang kemungkinan akan semakin cepat berkurang.
Maksud dari penulisan ini adalah selain sebagai tugas pertama dan kedua mata kuliah
Struktur Bangunan Tahan Gempa, namun penulis juga ingin menambah dan memperdalam
pengetahuan tentang menghitung struktur pada bangunan gedung terutama bagian kolom
dan balok, juga menganalisa dan mencari solusi dalam kerusakan pada bangunan gedung
bagian kolom, balok dan plat.
Sedangkan tujuan dari penulisan buku ini adalah menerapkan apa yang sudah didapat
selama belajar di Politeknik Negeri Manado dari semester 1 sampai dengan semester 6 ini
dan mendapatkan suatu produk dari tugas pertama yaitu perhitungan kembali struktur dari
bangunan yang sudah ada juga tugas kedua yaitu peninjauan kerusakan pada bangunan
gedung(Pasar Pinasungkulan Karombasan).
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Syarat 1: ln ≥ 4d
C1= 500 mm
Kolom K2
3
= 9200 mm
d = 750 mm – 40 mm – 10 mm – (22 mm/2)
= 689 mm
4d = 4 x 689 mm
= 2756 mm
9200 ≥ 2756... OK
4
Lebar Balok Harus ≥ 10 inch , atau Dengan Syarat Lebar Balok Setidaknya
harus ≥ 0,3 x Tinggi Balok
bw = 400 mm
h = 750 mm
10’’ = 254 mm
0,3h = 0,3 x 750 mm
= 225 mm
bw ≥ 10 inch : 400 mm ≥ 254 mm ..... OK
Atau
bw ≥ 0,3h : 400 mm ≥ 225 mm ..... OK
Lebar Balok Harus ≤ Lebar dari Bagian Tumpuan (kolom) yang Diukur Tegak
Lurus Sejajar Sumbu Searah Elemen Lentur (balok) ditambah dengan Jarak
Pada Kedua Sisi Tumpuan Tidak Lebih dari 3/4 Tinggi Balok.
bw = 400 mm
h = 750 mm
C2 = 500 mm
1,5h = 1,5 x 750 mm
= 1125 mm
bw ≤ C2 + 1,5h
400 mm ≤ 500 mm + 1125 mm
400 mm ≤ 1625 mm ..... OK
5
e. Syarat 5: Sedikitnya 2 Buah Tulangan Harus Terpasang Menerus Dibagian Sisi
Atas dan Bawah Balok
1. Pada area tumpuan, tulangan atas memiliki 8 buah tulangan dan tulangan bawah
memiliki 4 buah tulangan....OK
2. Pada area lapangan, tulangan atas memiliki 4 buah tulangan dan tulangan bawah
memiliki 8 buah tulangan....OK
6
Gambar 10. Detail balok induk B2
L area Tumpuan = ¼ x Lo
= ¼ x 9700 mm
= 2425 mm
2h = 2 x 750 mm = 1500 mm
maka,
Ltp ≥ 2h
2425 mm ≥ 1500 mm .....OK
g. Syarat 7:
Letak dimana sengkang tertutup diperlukan spasi atau jarak antar sengkang (s)
tidak boleh melebihi:
• d/4
• 8 x diameter terkecil tulangan longitudinal
• 24 x diameter tulangan sengkang
• 12 inch atau 304,8 mm
d/4 = 689 mm / 4
= 172,25 mm
S = 100 mm < d/4 = 172,25...OK
7
8 x Dtl = 8 x 22 mm
= 176 mm
S = 100 mm < 8 x Dtl = 176 mm...OK
24 x Dsg = 24 x 10 mm
= 240 mm
S = 100 mm < 24 x Dsg = 240 mm...OK
12 inch = 304,8 mm
S = 100 mm < 304,8 mm...OK
h. Syarat 8:
8
2. Ketentuan Detailing Kolom
a. Syarat 1: C1 ≥ 12 Inch
9
C2 = 500 mm
2,5C1 = 2,5 x 500 mm
= 1250 mm
C1/C2 = 500 mm / 500 mm
=1
C2 ≤ 2,5C1 : 500 mm < 1250 mm .... OK Atau,
C1/C2 ≥ 0,4 : 1 > 0,4 ..... OK
Luas Total Tulangan Longitudinal atau Ast Tidak Boleh Kurang Dari 0,01Ag dan
Tidak Boleh Lebih dari 0,06Ag
Ag = C1 x C 2
= 500 mm x 500 mm
= 250000 mm2
0,01Ag = 0,01 x 250000 mm2
= 2500 mm2
0,06Ag = 0,06 x 250000 mm2
= 15000 mm2
Ast = 1/4 x π x D2 x Jlh.Tulangan
= 1/4 x 3,14 x 192 x 16
= 4534,16 mm2
0,01Ag ≤ Ast ≤ 0,06Ag
2500 mm2 ≤ 4534,16 mm2 ≤ 15000 mm2....OK
10
d. Syarat 4:
11
Lo(tmpuan) = ¼ x 3500 mm
= 875 mm
Lo ≥ L/6
875 mm > 583,3 mm .....OK
Lo ≥ 18 inch
875 mm > 457,2 mm .....OK
Lo ≥ (larger of C1 or C2)
875 mm > 500 mm .....OK
e. Syarat 5:
12
= 177,8 mm
101,6 mm < 177,8 > 152,4 ...TIDAK OK
S = 100 mm
S ≤ So
100 < 177,8 ...OK
D.tulangan longitudinal = 19 mm
C1 = 500 mm
C2 = 500 mm
S ≤ 0,25 x 500
100 < 125 ....OK
6 x 19 mm = 114 mm
S ≤ 6 x Dtl
100 < 114 ....OK
f. Syarat 6:
13
• S ≤ 6 inch
S = 100 mm
6 x 19 mm = 114 mm
S ≤ 6 x diameter tulangan longitudinal : 100 mm ≤ 114 mm .....OK
S ≤ 6 inch : 100 mm < 152,4 mm ...OK
14
3. Ketentuan Detailing Joint Balok-Kolom
C1 = 500 mm
D = 19 mm
20D = 20 x 19 mm
= 380 mm
C1 ≥ 20D
500 mm > 380 mm .....OK
b. Syarat 2:
15
Gambar 26. Tulangan balok induk B2
Bila pada keempat sisi joint terdapat balok yang merangka kepadanya dan bila
lebar dari setiap balok tersebut setidaknya ¾ lebar kolom, maka jumlah
tulangan yang diizinkan untuk direduksi setengahnya dan spasi yang diizinkan
untuk ditingkatkan hingga 6 inch atau 150 mm dalam ketinggian balok h yang
terendah yang merangka pada join.
S = 100 mm
Bw = 400 mm
C1 = 500 mm
C2 = 500 mm
S ≥ 6 inch
100 mm < 150 mm .....TIDAK OK
¾ x C1 = 375 mm
¾ x C2 = 375 mm
Bw ≥ ¾ x C1
400 mm ≥ 375 mm .....OK
Bw ≥ ¾ x C2
400 ≥ 375 ..... OK
16
2.2 Analisa Kerusakan Bangunan pada Gedung Pasar Pinasungkulan Karombasan
Ada beberapa kerusakan pada bangunan ini, antara lain kerusakan pada kolom, balok,
dan pelat. Dibawah ini merupakan penjelasan tentang kerusakan/keretakan pada bangunan
Pasar Pinasungkulan Karombasan:
17
2. Retak
Retakan pada kolom bisa terjadi karena beban berlebih, pemuaian dan penyusutan,
pergerakan tanah, atau desain yang tidak memadai. Retakan yang tidak diperbaiki
dapat memperburuk kondisi kolom seiring waktu
3. Pemuaian dan penyusutan
Bahan struktural, seperti beton, dapat mengalami pemuaian dan penyusutan karena
perubahan suhu atau kelembaban. Jika pemuaian atau penyusutan tidak
dipertimbangkan dalam perencanaan struktur, dapat menyebabkan retak atau
kerusakan pada kolom.
4. Korosi
Kolom yang terbuat dari logam, terutama baja, rentan terhadap korosi jika terpapar
air, kelembaban tinggi, atau bahan kimia yang merusak. Korosi dapat merusak
integritas struktural kolom dan mengurangi kekuatannya seiring waktu.
5. Bahan kimia
Jika kolom terpapar bahan kimia berbahaya, seperti asam atau garam, dapat
menyebabkan kerusakan struktural. Reaksi kimia antara bahan kimia tersebut
dengan bahan struktural kolom dapat mengikis dan merusak materialnya.
6. Kurangnya perawatan dan pemeliharaan
Kolom yang tidak mendapatkan perawatan dan pemeliharaan yang memadai
seiring waktu cenderung mengalami kerusakan lebih cepat. Ketidakseimbangan
beban, akumulasi kotoran atau air, atau kegagalan dalam memperbaiki kerusakan
awal dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada kolom.
18
• Jika retakan sangat parah atau struktur kolom tidak lagi dapat dipulihkan,
penggantian kolom mungkin diperlukan.
3) Pemuaian dan penyusutan
• Pada kasus pemuaian dan penyusutan, perlu dilakukan perbaikan struktural
yang mempertimbangkan perubahan dimensi bahan struktural.
• Penggunaan sambungan fleksibel atau peredam pemuaian dan penyusutan
dapat membantu mengurangi tekanan pada kolom.
4) Korosi
• Untuk kolom yang terkena korosi, perlu dilakukan pembersihan menyeluruh
untuk menghilangkan lapisan korosi.
• Jika kerusakan karena korosi cukup parah, mungkin diperlukan penggantian
sebagian atau seluruh kolom dengan bahan struktural yang tahan terhadap
korosi.
• Untuk mencegah korosi di masa depan, dapat dilakukan pelapisan atau
perlindungan tambahan pada kolom
5) Bahan kimia
• Untuk mengatasi kerusakan akibat serangan kimia, pertama-tama perlu
menghentikan paparan bahan kimia berbahaya pada kolom.
• Setelah itu, lakukan pembersihan dan perbaikan terhadap bagian yang terkena
kerusakan.
• Jika kerusakan parah, pertimbangkan penggantian kolom dengan bahan yang
tahan terhadap serangan kimia.
6) Kurangnya perawatan dan pemeliharaan
• Jika kolom mengalami kerusakan akibat kurangnya perawatan dan
pemeliharaan, lakukan inspeksi menyeluruh untuk mengidentifikasi kerusakan
dan masalah terkait.
• Perbaiki kerusakan awal yang terdeteksi segera dengan metode yang sesuai.
• Selanjutnya, lakukan perawatan dan pemeliharaan rutin, seperti pembersihan,
pelumasan, dan pengawasan terhadap kondisi kolom secara berkala.
Perbaikan yang tepat untuk setiap penyebab dari kerusakan kolom pada bangunan
gedung akan sangat tergantung pada kondisi spesifik dan tingkat kerusakan yang
terjadi.
19
2. Kerusakan pada balok
20
Gambar 32. Contoh 4 dan 5 kerusakan pada balok
21
kelembaban, infestasi serangga, atau kegagalan dalam memperbaiki kerusakan
awal dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada balok.
22
• Jika kerusakan akibat kurangnya perawatan dan pemeliharaan parah,
pertimbangkan penggantian balok yang rusak dengan yang baru.
Penting untuk melibatkan ahli struktur atau insinyur sipil yang berpengalaman dalam
proses perbaikan untuk memastikan langkah-langkah yang diambil sesuai dengan
kondisi spesifik dan memenuhi persyaratan keselamatan.
23
Beberapa penyebab umum kerusakan pada pelat:
24
• Jika pelat masih dalam batas kapasitas beban, perbaikan mungkin melibatkan
penguatan lokal dengan menggunakan plat penyangga tambahan, balok
penyangga, atau penambahan elemen struktural lainnya.
• Jika pelat sudah tidak mampu menanggung beban, pertimbangkan
penggantian pelat dengan yang lebih tebal atau kuat.
2) Korosi
• Jika pelat mengalami kerusakan akibat korosi, langkah pertama adalah
membersihkan dan menghilangkan korosi dari permukaan pelat.
• Setelah itu, lakukan perlindungan tambahan pada pelat, seperti pelapisan
dengan cat anti-korosi atau penggunaan material pelindung korosi.
• Jika kerusakan akibat korosi sudah parah, pertimbangkan penggantian
sebagian atau seluruh pelat.
25
• Jika terdapat kerusakan akibat kurangnya perawatan, lakukan perbaikan lokal
pada area yang rusak dan lanjutkan pemeliharaan rutin secara teratur.
Cara memperbaiki kerusakan pada pelat struktur akan tergantung pada jenis dan
tingkat kerusakan yang terjadi. Penting untuk melibatkan ahli struktur atau insinyur
sipil yang berpengalaman dalam proses perbaikan pelat untuk memastikan langkah-
langkah yang diambil sesuai dengan kondisi spesifik dan memenuhi persyaratan
keselamata
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di
dalam tanah dan / atau air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian, atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus (Permen PU Nomor
30/PRT/M/2006).
Pada umumnya bangunan didesain akan mampu tetap berfungsi dengan baik
selama umur rencana pakai bangunan. Namun dalam kenyataannya di lapangan,
sebelum mencapai akhir umur pakai, bangunan sudah mengalami kerusakan baik
akibat faktor umur maupun faktor kerusakan akibat bencana yang sebelumnya jenis
kerusakan itu tidak terduga saat perencanaan. Kerusakan itu akan lebih baik jika
diketahui lebih awal untuk menghindari dampak kerusakan lainnya.
26
pada struktur bangunan gedung kolom maupun balok hamper semua memenuhi syarat
yang telah ditetapkan,
LAMPIRAN
27
28