Anda di halaman 1dari 2

Proses Transformasi Novel Cinta Terkalang Karya Buya Hamka ke dalam

Pertunjukan Drama Selendang Putih.

Pendahuluan

Pendahuluan :

Perkembangan karya sastra bisa dilihat dari zaman ke zaman. Salah satu yang masih bersinar sampai
sekarang adalah novel. Novel adalah kumpulan cerita panjang yang berisikan kehidupan dan tingkah
laku masyarakat di dalamnya. Novel menjadi salah satu karya sastra yang berubah ubah karakternya
karena menyesuaikan dengan zaman. Novel selain bercerita tentang kehidupan masyarakat, di
dalamnya juga bisa menceritakan hal hal fiksi. Novel jika dilihat dari zaman Indonesia setelah
merdeka itu membahas perihal perjuangan pahlawan, kritik terhadap pemerintah, dan segala
sesuatu yang berbau politik. Setelah zaman sudah berubah, novel pun ceritanya menjadi variatif.
Ada yang mengisahkan percintaan, hal fiktif, sampai kepada hal hal lelucon. Hal ini lah yang
menandakan adaptasi novel dari zaman ke zaman.

Perkembangan zaman juga membuat para sastrawan pencipta novel juga menjadi ikut beradaptasi.
Semakin majunya zaman membuat banyak sastrawan mempunyai tujuan baru, yaitu mencari
kemasan baru yang lebih menari. Hal ini yang membuat banyak sastrawan yang mau mengubah
karyanya seperti novel, cerpen, teks drama menjadi film untuk tontonan banyak orang. Bukan hanya
membuat karyanya lebih mempunyai daya Tarik, akan tetapi bisa menjadi sumber penghasilan bagi
sang penulis. Hal ini dilakukan karena banyak penikmat karya yang ada di Indonesia lebih suka
menonton dibandingkan membaca. Mereka lebih menikmati film dari pada teks yang berisi cerita
tersebut. Padahal isinya sama dan pembelajaran yang diambil sama. Akan tetapi tetap saja hal yang
lebih menarik bagi masyarakat adalah visual bukan kontekstual.

Proses transformasi karya sudah banyak terjadi di era modern ini. Hal ini dilakukan karena tuntutan
serela masyarakat dalam menikmati karya. Proses transformasi karya membuat banyak hal yang
menarik bagi para penikmat karya sastra. Dimana kita dapat membaca sebuah karya yang ada dan
dibandingkan dengan transformasinya. Sebagai contoh kita membandingkan sebuah teks drama
dengan film yang diambil dari teks drama tersebut.

Pastinya kita menemukan daya Tarik tersendiri untuk menganalisisnya. Banyak hal yang dapat
diambil dan didapat dari keduanya. Misalnya lagi kita membaca novel dan menonton film ceritanya
diambil dari novel tersebut, itu membuat kita dapat menganalisis hal yang ada di dalamnya.

Proses transformasi karya sastra juga terjadi pada Novel yang berjudul Cinta Terkalang karya Buya
Hamka. Buya Hamka sendiri adalah salah satu penulis besar Indonesia yang karya-karyanya banyak
yang sudah dibukukan dan menjadi sebuah film, seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dan
Dibawah Lindungan Ka'bah. Selain judul yang tadi sudah disebutkan, ternyata banyak karya Buya
Hamka yang menarik untuk dibaca, salah satunya adalah novelnya yang berjudul Cinta Terkalang.
Namun, pada kenyataannya kebanyakan orang apalagi kaum milenial belum mengenal salah satu
karya Buya Hamka yang satu ini.

Damono (2005: 09) mengartikan alih wahana ialah proses pengalihan dari suatu jenis 'kendaraan' ke
jenis 'kendaraan' lain. Sebagai 'kendaraan', suatu karya seni merupakan alat yang bisa mengalihkan
sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Proses perbandingan kedua karya menggunakan teori alih
wahana oleh Sapardi Djoko Damono. Dalam teori alih wahana Sapardi Djoko Damono, disebutkan
bahwa Alih wahana merupakan peralihan kesenian dari satu media ke media yang lain.

Penelitian alih wahana sebelumnya sudah di lakukan oleh Kristophorus Divinanto Adi Yudono dan
Pransiskus Perdi Daya dengan judul penelitian Alih Wahana Cerpen “Sambutan Pemakaman Ayah”
Karya Jujur Prananto Menjadi Naskah Drama. Dalam penelitian tersebut, tujuan penulis
mendeskripsikan ragam penambahan, pengurangan, dan perubahan variasi pada naskah drama hasil
alih wahana cerita pendek “Sambutan Pemakaman Ayah” karya Jujur Prananto. Selain itu, adapun
penelitian kedua oleh Nur Syawal Eka dan Een Nurhasanah dengan judul "Seorang Rekan di Kampus
Menyarankan Agar Aku Mengusut Apa Sebab Orang Memilih Menjadi Gila" Menjadi Naskah Drama
Karya Sapardi Djoko Damono. Kajian alih wahana cerpen “Seorang Rekan Di Kampus Menyarankan
Agar Aku Mengusut Apa Sebab Orang Memilih Menjadi Gila” ke dalam naskah drama adalah
adanyapenyusutan judul, perubahan variasi, penambahan untuk kebutuhan alur cerita dan latar.
Dalam beberapa penelitian relevan yang kami baca, sejauh ini belum ada yang meneliti proses alih
wahana Novel Cinta Terkalang ke naskah drama yang dipentaskan dan proses apa saja yang ada
dalam naskah drama selendang putih yang dipentaskan sehingga kami tertarik untuk membahas
novel ini menjadi objek penelitian kami.

Metodelogi:

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu pendekatan dalam suatu penelitian yang tidak
menggunakan penghitungan (Krik dan Milter dalam Moleong, 1999: 2). Pendekatan ini digunakan
untuk menganalisis isi dari novel Cinta Terkalang dan pertunjukan drama Selendang Putih sehingga
menghasilkan data deskriptif. sumber data penelitian yang kami lakukan dari novel Cinta Terkalang
karya Buya Hamka penerbit Gema Insani tahun 2022, Naskah Drama Selendang Putih beserta video
pertunjukkannya, data yang kami gunakan berupa teks kalimat dalam novel dan dialog dalam
pementasan drama.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan teknik baca-
catat. Teknik simak yang dilakukan guna mengamati alur cerita dan penokohan yang ada dalam
pertunjukkan drama selendang putih. Penelitian ini menempuh tiga tahap dalam menganalisis data.
Miles dan Hubermen (Sugiyono, 2007), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, Sehingga data yang
diperoleh di dalam lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci.

Anda mungkin juga menyukai