Anda di halaman 1dari 20

KRITIK PPRAGMATIK PADA ANTOLOGI CERPEN TRANSIT

“GUBRAK!” KARYA SENO GUMIRAH AJIIDARMA

PRAGMATIC CRITICISM ON THE TRANSIT SHORT STORY ANTHOLOGY "GUBRAK!"


THE WORKS OF SENO GUMIRAH AJIIDARMA

Putri Sagita Pratiwi 220110201032, Dewita Rahma Yuliana Shandi


220110201041, Kayla Bintang Nafizah 220110201045, Rantika Putri Yanto
220110201051, Duto Taufiq Ramadhan 220110201062

Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember

Abstract

A short story is a literary work in the form of writing that tells a story briefly.
Short stories usually only focus on one problem or conflict. short story Gubrak!
Seno Gumira Ajidarma's work has the main character of a woman with
enchanting beauty, and at certain times her beauty creates a condition or
situation for the people around her, so this is quite interesting to analyze. This
analysis uses a pragmatic critical approach to examine the role of readers in
receiving the contents of this short story. The results of this research state that the
intrinsic elements including theme, title, characterization and character, as well
as conflict are related to each other, and in the pragmatic critical approach,
several advantages and disadvantages were found regarding the values contained
in the short story.
Keywords: Short Stories, Pragmatic Criticism, Literary Work.

Abstrak

Cerita pendek merupakan karya sastra berbentuk tulisan yang menceritakan


tentang sebuah cerita secara singkat atau pendek. Cerpen biasanya hanya berfokus
pada satu permasalahan atau konflik. cerita pendek Gubrak! karya Seno Gumira
Ajidarma terdapat tokoh utama seorang wanita dengan kecantikan yang begitu
mempesona, dan pada saat tertentu kecantikannya tersebut menimlbulkan suatu
keadaan atau situasi terhadap orang-orang yang ada disekitarnya, sehingga hal
tersebut cukup menarik untuk dianalisis. Analisis ini menggunakan
pendekatankritik pragmatik untuk menelaah mengenai peranan dari para pembaca
dalam menerima isi dan kandungan dari cerita pendek ini. Hasil dari penelitian ini
menyebutkan bahwa unsur intrinsik meliputi tema, judul, penokohan dan
perwatakan, serta konflik memiliki keterkaitan satu sama lain, dan dalam
pendekatan kritik pragmatik, didapatkan beberapa kelebihan dan kekurangan
terkait nilai yang terkandung di dalam cerpen.
Kata Kunci: Cerita Pendek, Kritik Pragmatik, Karya Sastra.
PENDAHULUAN

Karya sastra adalah suatu bentuk seni yang tercipta sejak ribuan tahun
yang lalu dan masih terus berkembang hingga sekarang. Karya sastra juga
merupakan hasil kreatif seseorang yang berasal dari khayalan atau pemikiran dan
dapat dipresentasikan dengan wujud keindahan. Karya sastra dapat berupa puisi,
prosa, maupun drama. Hadirnya karya sastra dapat menghasilkan pengaruh besar
dalam kehidupan bermasyarakat, karena dalam karya sastra terdapat nilai-nilai
yang bermanfaat bagi pembaca. Salah satu karya sastra yang digemari oleh
masyarakat adalah cerita pendek atau cerpen.

Cerpen adalah karya sastra berbentuk tulisan yang menceritakan tentang


sebuah cerita secara singkat atau pendek. Cerpen biasanya hanya berfokus pada
satu permasalahan atau konflik. Cerpen lebih mudah dipahami jika dibandingkan
dengan karya sastra lain karena memiliki alur yang relatif lebih sederhana. Pada
penelitian ini, peneliti akan membahas cerpen Gubrak! karya Seno Gumira
Ajidarma dengan menggunakan pendekatan pragmatik. Alasan peneliti memilih
cerpen Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma, karena dalam cerpen tersebut
terdapat nilai-nilai yang berguna bagi pembaca, sehingga cerpen tersebut dapat
dianalisis dengan pendekatan pragmatik. Selain itu, dengan menggunakan
pendekatan pragmatik, penelitian ini akan memberikan pemahaman yang
mendalam tentang makna yang terkandung dalam cerpen tersebut. Hal ini akan
membantu pembaca dalam menggali lapisan makna yang tidak terlihat secara
langsung dan menggali kompleksitas pesan yang ingin disampaikan penulis
melalui cerpen tersebut. Wahyudi (2008:190) menjelaskan bahwa pendekatan
pragmatik merupakan kajian sastra yang membahas secara konkret tentang
peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra.
Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2011:200) menyatakan bahwa kritik pragmatik
memandang karya sastra sebagai alat untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan
atau diharapkan. Kritik pragmatik cenderung menilai sebuah karya sastra sesuai
dengan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Karya sastra yang hadir di hadapan
pembaca akan memiliki daya komunikasi yang ditimbulkan oleh isi yang
disampaikan melalui bahasa. Pembaca karya sastra memiliki kemampuan yang
berbeda dalam menafsirkan makna, kesan, pesan, atau manfaat dari karya sastra
tersebut. Melalui sifat sastra yang multitafsir, pembaca dapat memperoleh
berbagai kemungkinan makna yang mereka dapatkan.

Cerpen Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma merupakan cerpen yang


menceritakan tentang seorang wanita yang memiliki wajah sangat cantik sehingga
membuat semua orang pingsan ketika melihat wajahnya. Semua orang yang
sengaja atau tidak sengaja melihat wajah wanita tersebut akan langsung pingsan.
Saat wanita tersebut harus keluar untuk menyelesaikan sebuah urusan, wanita
tersebut berjalan melewati kemacetan jalan raya. Wanita cantik tersebut melewati
ratusan kendaraan di jalan raya, sehingga semua orang bisa menatap wajahnya
dan orang-orang tersebut bertumbangan di jalanan. Tidak sedikit dari mereka yang
memiliki sakit jantung dan melanjutkan kepingsanannya dengan kematian.

Juru kamera berdatangan dengan membawa sebuah kamera yang bertujuan


untuk melakukan siaran langsung. Tanpa ia sadari bahwa hal tersebut merupakan
hal yang memperburuk keadaan, karena wajah cantik wanita tersebut ditayangkan
dan disaksikan oleh seantero negeri sehingga membuat orang yang
menyaksikannya sangat terpesona, kemudian pingsan. Suasana kota semakin ricuh
ketika sebuah mobil tiba-tiba terbakar dan membuat mobil lain, serta gedung-
gedung yang ada di sekitarnya ikut terbakar. Mobil pemadam kebakaran yang
datang pun tidak bisa memadamkan api karena ikut terbakar. Ketika terjadi
kericuhan di kota, wanita tersebut bersembunyi di tempat yang sangat sepi. Ia
melihat wajah cantiknya di kaca yang selalu ia bawa di dalam tasnya. Ia tidak lagi
mengagumi kecantikan wajahnya dan menyayat-nyayat wajahnya sendiri
menggunakan pisau.

Permasalahan yang menjadi pokok penelitian berdasarkan latar belakang


di atas adalah bagaimana makna yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca cerpen Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma. Tujuan dari penelitian ini
adalah mendeskripsikan makna dalam karya sastra Gubrak! karya Seno
Gumira Ajidarma.
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu metode atau teori yang digunakan dalam
penelitian sebagai sebuah solusi dari penulisan dalam sebuah artikel ilmiah. Pada
dasarnya, metode penelitian ini berfungsi sebagai tahap yang biasa digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dalam suatu karya
ilmiah. Dalam penelitian artikel ini menggunakan metode kualitatif. Menurut
Sugiyono (2013:2) menyatakan metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan
hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah,
data, tujuan dan kegunaan. Dengan adanya penelitian yang menggunakan metode
kualitatif ini dapat ditarik simpulkan bahwa pada metode tersebut merupakan
suatu metode yang ada dalam penelitan yang biasa digunakan untuk
mendeskripsikan suatu objek dengan cara yang terperinci.

Pengumpulan dari sumber data pada penelitian ini adalah dengan mengacu
pada antologi cerita pendek Transit “Gubrak!” karya Seno Gumira Ajidarma.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian dalam artkel ini adalah
dengan melakukan pengamatan secara menyeluruh melalui dialog ataupun teks
yang telah disajikan dalam cerita pendek ini. Analisis dengan menggunakan
pendekatan kritik pragmatik ini ialah dengan berdasarkan pada teori dari Wahyudi
yang membahas tentang peranan dari pembaca dalam menerima, memahami, dan
menghayati isi dari suatu karya sastra. dengan menggunakan teori tersebut
memungkinkan bagi parapembaca untuk memperoleh berbagai makna yang
didapatkan, karena setiap pembaca memiliki kemampuan yang berbeda dalam
menafsirkan isi atau kadungan dari suatu karya sastra.

TINJAUAN PUSTAKA
Cerpen Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma banyak mendapatkan
apresiasi dari masyarakat karena cerpen ini sangat menarik untuk dibahas. Kajian
atau analisis penelitian yang sudah ada sebelumnya kami cantumkan untuk
dipelajari dan sebagai bahan referensi. Berikut apresiasi masyarakat pada cerpen
Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma.

Aditya Melani Putri, dkk. menulis abstrak berjudul “Analisis Kode


Barthes dalam Cerpen Gubrak! (2011) Karya Seno Gumira Ajidarma: Kajian
Semiotika Roland Barthes” bertujuan untuk mendeskripsikan makna per kalimat
(perleksia) dan analisis lima kode Barthes yang terdapat dalam cerpen “Gubrak!”.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif serta
pendekatan semiotika dengan teori semiotika lima kode Rolan Barthes yang
terdiri dari kode hermeneutika, kode semik, kode simbolik, kode aksi, dan kode
referensial. Hasil dari penelitian ini ditemukan 53 leksia yang masing-masing
memiliki makna, diantaranya 9 kode hermeneutik, 29 kode semik, 5 kode aksi, 3
kode referensial, dan 8 kode simbolik. (https://conference.fib.unsoed.ac.id).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada cerpen Gubrak!
karya Seno Gumirah Adijarma, didapatkan pembahasan mengenai unsur intrinsik
yang terkandung di dalam cerpen, meliputi tema, judul, penokohan dan
perwatakan, dan konflik. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, didapatkan
data dari beberapa unsur intrinsik sebagai berikut.

1. Unsur Intrinsik Cerpen

a. Tema

Tema merupakan konsep sentral yang bisa dikembangkan dalam cerita.


Konsep sentral tersebut diceritakan oleh pengarang dengan tujuan untuk
menyampaikan ide dan pikiran utama kepada pembacanya. Menurut Tarigan
(1993:125) tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu
mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau
membangun dasar serta gagasan utama dari suatu karya sastra. Pengertian tema
adalah inti dari cerita yang akan disampaikan oleh pengarang kepada pembaca.
Diharapkan dari tema yang pengarang angkat bisa memberi pesan baik bagi para
pembacanya.

Tema adalah gagasan atau ide yang menjadi keutamaan dalam


sebuah cerita dan dituangkan secara tersirat atau tidak langsung. Tema
menurut Nurgiyantoro (2005:83) dibedakan menjadi dua, yaitu tema mayor
dan tema minor.

1) Tema Mayor

Nurgiyantoro (2005:82) menyatakan bahwa tema mayor


mengandung makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar
umum dari suatu karya. Penulis akan menyampaikan ide tersebut secara
berulang ulang sehingga menjadi hal yang mendominasi karya tersebut.
Bisa dimaknai bahwa tema mayor merupakan tema yang paling utama yang
biasanya berupa penyajian konflik sebagai akar dari alur sebuah cerita atau
karya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kutipan cerpen Gubrak! berikut.
Ia sangat cantik, begitu cantik, bagaikan tiada lagi yang lebih
cantik, sedemikian rupa cantiknya sehingga bukan saja
kecantikan wajahnya membuat udara bergelombang, tetapi
bahkan siapa saja yang memandangnya lantas akan jatuh
pingsan (TRANSIT, 2019:10).

Pada kutipan tersebut ditunjukkan bahwa tokoh utama dalam cerpen


Gubrak! digambarkan sebagai sosok yang sangat cantik. Bahkan, karena
kecantikannya menyebabkan udara di sekitarnya bergelombang dan
siapapun yang memandangnya akan jatuh pingsan. Karena kesibukannya
yang mengharuskan tokoh utama untuk berjalan dari rumah menuju kantor,
fenomena tersebut mengundang terjadinya konflik lain.
Orang-orang jatuh terkapar di trotoar, menimpa setir di dalam
mobil sehingga klakson berbunyi dan mereka yang berada di
atas motor sedang melaju kencang, ketika tak sengaja melirik
dan pingsan, sepeda motornya tetap saja meluncur untuk
akhirnya terhenti karena bertabrakan. (TRANSIT, 2019:10).
Konflik tersebut terjadi ketika tokoh utama menyebrang jalan dalam
kemacetan jalanan. Karena kecantikan tokoh utama yang menyebabkan
angin bergelombang dan orang-orang melihat ataupun hanya sekedar
melirik menjado tak sadarkan diri. Karena banyak orang tak sadarkan diri
saat berkendara, kendaraannya tetap melaju dan terhenti karena bertabrakan.
Bahkan karena kecantikannya, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh orang
lain tapi juga diri sendirinya.

Ia tidak lagi mengagumi kecantikan wajahnya. Memegang


cermin kecil di tangan kiri, tangan kanannya memgegang
pisau setajam silet yang sedang bergerak, untuk menyayat-
nyayat wajahnya sendiri…(TRANSIT, 2019:10)
Melalui hasil analisis kutipan tersebut dapat diketahui bahwa tema mayor
dalam cerpen Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma adalah bahwa
kecantikan tidak selalu berdampak baik, baik bagi diri sendiri maupun orang
lain di sekitarnya.

2) Tema Minor

Tema minor dalam cerpen Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma


merupakan bagian yang disusun atas nilai-nilai yang ada pada cerpen untuk
menunjang dan mendorong tema mayor. Berikut beberapa penjelasan
mengenai tema minor yang terdapat pada cerpen Gubrak! karya Seno
Gumira Ajidarma.

a. Ikatan Manusia dengan Manusia

Ikatan manusia dengan manusia ialah perasaan yang mengaitkan


manusia dengan manusia lainnya. Ikatan tersebut dapat berupa sosial yang
ada, hubungan antara tokoh utama dengan tokoh lainnya, dan hal lain yang
bersangkutan dengan tokoh utama dan tokoh lainnya. Dalam cerpen
Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma ini, terdapat contoh ikatan manusia
dengan manusia lainnya, sebagai berikut;
“Orang-orang tivi ini memang goblok! Berapa juta orang
sudah pingsan gara-gara mereka? Bisanya cuma bikin kacau
saja! Usir mereka semua! Kita harus segera mengejar dan
menangkap sumber prahara ini! Kecantikan! Huh! Di mana-
mana bikin perkara!” (TRANSIT, 2019:164).
Dari kutipan di atas, secara tidak langsung terdapat hubungan antara tokoh
utama dengan tokoh lainnya. Seperti yang tampak pada kutipan tersebut,
pihak polisi sangat diresahkan oleh keberadaan tokoh utama yang sudah
terkenal akan kecantikannya. Bahkan, karena sangat geramnya, pihak polisi
akan segera mengejar dan menangkap tokoh utama yang menjadi sumber
kekacauan. Selain itu, pihak polisi juga memaki kecantikan yang menjadi
sumber atau penyebab kekacauan.
b. Judul
Judul dapat dipahami sebagai kepala dalam sebuah karya sastra, termasuk
juga pada cerita pendek. Judul menjadi tempat dari adanya interaksi pertama
antara suatu karya dengan pembacanya, oleh karena itulah judul ini menjadi unsur
yang penting untuk dibahas sebagai salah satu unsur pembentuk yang ada dalam
suatu cerita pendek.

Jones (dalam Maslikatin, 2007:23) mengemukakan bahwa judul dapat


menunjukkan tokoh utama, alur atau waktu, objek yang dikemukan dalam cerita,
dan keadaan atau suasana dalam cerita, serta mengandung beberapa pengertian
yang lainnya, misalnya seperti tempat atau suasana.

Judul dalam cerpen Gubrak! Karya Seno Gumira Ajidarma menunjukkan


sebuah pengertian yang menggambarkan bagaimana keadaan dari orang-orang
yang ada disekitar tokoh utama, yang disebabkan oleh tokoh utama dalam cerpen
tersebut. Hal itu dapat dilihat pada kutipan.

Ia sangat cantik, begitu cantik, bagaikan tiada lagi yang lebih


cantik, sedemikian rupa cantiknya sehingga bukan saja kecantikan
wajahnya membuat udara bergelombang, tetapi bahkan siapa saja
yang memandangnya lantas akan jatuh pingsan. Gubrak!
(TRANSIT, 2019:45).
Data di atas menunjukkan bahwa judul Gubrak! yang dikemukakan dalam cerita
melalui kutipan di atas mengidentifikasikan bahwa tokoh utama yang ada dalam
cerpen ini merupakan seorang wanita yang memiliki paras begitu cantik. Namun,
dari kecantikannya tersebut dapat menyebabkan situasi atau keadaan yang
membuat siapapun orang yang memandangnya akan jatuh pingsan, hingga
menimbulkan suara Gubrak dari jatuhnya orang-orang yang pingsan.
c. Penokohan dan Perwatakan

Tokoh merupakan seorang pemeran atau lakon di dalam sebuah cerita


yang kehadirannya bertujuan untuk menyampaikan kisah cerita suatu karya sastra.
Menurut Sudjiman (dalam Maslikatin, 2007:25) tokoh merupakan individu buatan
atau rekaan yang mengalami peristiwa serta perlakuan dalam berbagai peristiwa di
dalam cerita. Tokoh di dalam cerita, dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama merupakan seseorang yang
memiliki waktu penceritaan kisah paling banyak dan merupakan tokoh yang
paling banyak berhubungan dengan konflik. Tokoh bawahan merupakan tokoh
yang kemunculannya berperan sebagai pendukung tokoh utama. Setiap tokoh
tentunya memiliki watak atau sifat yang ditunjukkan dalam ceritanya. Wellek dan
Warren (dalam Maslikatin, 2007:27) membagi watak tokoh menjadi dua kategori,
yaitu watak bulat (round character) dan watak datar (flat character). Watak bulat
merupakan watak yang memiliki perubahan, dikatakan watak bulat apabila dari
awal hingga akhir cerita tokoh menunjukkan perubahan watak. Watak datar
merupakan watak yang tidak memiliki perubahan dari awal hingga akhir cerita,
dikatakan watak datar apabila tidak ada perubahan yang terjadi pada watak tokoh.

Pada cerpen Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma, terdapat beberapa


tokoh yang saling melengkapi satu sama lain. Berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan pada cerpen Gubrak! ditemukan tokoh utama dan tokoh bawahan
yang kehadirannya saling melengkapi satu sama lain dengan data sebagai berikut.

1. Tokoh Utama

a. Ia

Tokoh utama merupakan lakon di dalam cerita yang memiliki paling


banyak waktu dalam penceritaannya. Tokoh utama dalam cerpen Gubrak! adalah
tokoh aku. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, ditemukan data tokoh
ia selaku tokoh utama sebagai berikut.

Maka, pada suatu hari, setelah bertahun-tahun hidup dengan jalur


tempat setiap orang telah siap mengatasi masalah yang akan
ditimbulkan oleh kecantikannya, ia pun menempuh jalur yang
berbeda karena memang ada urusan (TRANSIT, 2019:47).
Kutipan di atas merupakan data yang menunjukkan bahwa tokoh ia sebagai tokoh
utama dalam cerpen Gubrak!. Tokoh ia menjadi tokoh utama karena merupakan
tokoh yang memiliki waktu paling banyak dalam penceritaan dan sebagai tokoh
yang paling banyak berhubungan dengan konflik. Hal tersebut dapat dibuktikan
dari awal cerita, tokoh ia sudah diceritakan oleh penulis melalui narasi yang
menggambarkan kecantikan yang dimiliki tokoh ia. Dapat dilihat dari data di atas,
bahwa kecantikan yang dimiliki tokoh ia itu menjadi penyebab permasalahan di
dalam cerita berupa konflik berkepanjangan. Konflik berawal ketika tokoh ia
memutuskan untuk menempuh jalur berbeda sehingga mengakibatkan konflik
besar terjadi di negeri itu, akibat konflik yang ditimbulkan dari kecantikannya,
tokoh ia terlibat konflik lain berupa mengakhiri hidupnya sendiri. Sedari awal
cerita hingga akhir cerita, tokoh ia selalu berhubungan dengan konflik yang
terjadi.

“Saya tak akan terlalu sungkan jika yang pingsan adalah mereka
yang menatap saya terlalu lama,” ujarnya dari balik pintu, meski ia
pun tahu hanya cukup sekilas tatapan sudah membuat orang
pingsan, “tetapi saya tidak bisa memaafkan diri saya sendiri jika
saya membuat bapak dan ibu di rumah ini, yang sudah saya anggap
sebagai orangtua saya sendiri, juga akan jatuh pingsan taksadarkan
diri.” (TRANSIT, 2019:47).
Kutipan di atas merupakan data yang menggambarkan watak yang dimiliki tokoh
ia. Tokoh ia memiliki sifat yang santai dan cuek dengan tidak terlalu memikirkan
hal yang terjadi di sekitarnya, namun masih memiliki sedikit rasa kepedulian
kepada orang terdekatnya. Dapat dibuktikan dari data di atas yang menjelaskan
bahwa tokoh ia tidak merasa biasa saja atau tidak sungkan walaupun banyak
orang di sekitarnya pingsan karena kecantikannya, tetapi tokoh ia menunjukkan
rasa kepedulian kepada orang terdekatnya dengan cara mencemaskan apabila
kecantikannya membuat orang terdekatnya tidak sadarkan diri.

Ia tahu, jik ia muncul dari gorong-gorong itu, dan seseorang


melihat wajahnya hanya untuk pingsan lagi, prahara itu akan
berulang kembali.
Dari jalanan telah dipungutnya sebilah pisau, barangkali milik
seorang penjarah yang taksadar kehilangan senjatanya karena sibuk
menggotong pesawat televisi.
Dalam cahaya lilin, tampak wajahnya di cermin kecil yang selalu
ada di dalam tas. Hanya dirinya yang tidak pingsan melihat wajah
itu.
Ia tidak lagi mengagumi kecantikan wajahnya. Memegang cermin
kecil di tangan kiri, tangan kanannya memegang pisau setajam silet
yang sedang bergerak, untuk menyayat-nyayat wajahnya sendiri …
Gubrak! (TRANSIT, 2019:55-56).
Kutipan di atas merupakan data yang menunjukkan perubahan watak pada tokoh
ia. Tokoh ia memiliki watak bulat atau round character. Pada awalnya, tokoh ia
santai, cuek, serta tidak terlalu memikirkan hal yang terjadi di sekitarnya, tetapi
pada akhir cerita sifat cuek yang dimiliki tokoh ia perlahan memudar dan berganti
dengan rasa tidak enak dengan orang sekitarnya. Tokoh ia merasakan perasaan iba
dan tidak enak hati akibat kegaduhan yang timbul karena kecantikannya, karena
hal tersebut, tokoh ia mengalami perubahan watak menjadi seseorang yang tidak
enakkan kepada orang lain pada akhir cerita.

2. Tokoh Bawahan

a. Komandan

Tokoh bawahan merupakan lakon yang kemunculannya membantu tokoh


utama. Pada cerpen Gubrak! ditemukan satu tokoh bawahan yaitu komandan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, ditemukan data mengenai tokoh
bawahan sebagai berikut.

Polisi setempat segera menelepon komandannya, dan komandan


segera mengirimkan helikopter. Dari helikopter laporan
pandangan mata tersiar langsung lewat kamera ke layar di ruang
rapat tempat komandan menyaksikan kegemparan bersama para
pembantunya. Dengan cepat komandan minta dihubungkan
langsung dengan juru kamera.
“Jangan ambil wajahnya ya! Jangan! Nanti pingsan semua kita di
sini!” (TRANSIT, 2019:50).
Kutipan di atas merupakan data tokoh bawahan yaitu komandan. Komandan
menjadi tokoh bawahan karena banyak adegan yang memunculkan komandan
sebagai tokoh yang mendukung tokoh ia. Komandan banyak berhubungan dengan
permasalahan yang disebabkan oleh kecantikan tokoh ia. Komandan berperan
dalam mengatasi kekacauan serta berusaha mengamankan tokoh aku yang
menjadi dalang kekacauan yang ada.

Komandan jadi naik pitam. “Orang-orang tivi ini memang goblok!


Berapa juta orang sudah pingsan gara-gara mereka? Bisanya cuma
ikut bikin kacau saja! Usir mereka semua! Kita harus segera
mengejar dan menangkap sumber prahara ini! Kecantikan! Huh! Di
mana-mana bikin perkara!” (TRANSIT, 2019:52).
Komandan merupakan tokoh bawahan yang memiliki watak datar atau flat
character. Komandan memiliki watak yang tegas dengan upaya yang ia usulkan
berupa penangkapan tokoh ia yang menjadi dalang kekacauan yang ada. Tokoh
komandan juga memiliki watak cekatan, karena komandan begitu sigap untuk
membereskan kekacauan yang ada.

d. Konflik

Pada cerpen Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma, terdapat beberapa


konflik. Secara umum konflik merupakan pertentangan. Menurut Wellek dan
Warren (dalam Maslikatin, 2007:56) menyatakan konflik adalah sesuatu yang
dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan
menyiratkan adanya aksi dan balasan. Menurut Tarigan (dalam Maslikatin,
2007:57) membagi konflik menjadi 5 macam, yaitu konflik antara manusia dan
manusia, konflik antara manusia dan masyarakat, konflik antara manusia dan
alam, konflik antara ide yang satu dan ide yang lain, dan konflik antara seseorang
dan kata hatinya atau das ich-nya.

1. Konflik antara Manusia dan Manusia

Konflik antara manusia dan manusia adalah konflik yang terjadi antara
tokoh satu dan tokoh lain, yang muncul dalam karya sastra dan bertujuan
membuat pembaca tertarik atau penasaran dengan alur ceritanya. Dalam cerpen
Gubrak! terdapat konflik antara manusia dan manusia, dengan data sebagai
berikut.

Lantas dari helikopter polisi itu terdengar kata-kata melalui


pengeras suara.
“Pemilik wajah cantik yang kami hormati, wajah cantik Saudara
telah membuat banyak orang pingsan dan sangat mengganggu
ketertiban!
...
“Heran,” pikirnya, “nengok sendiri, pingsan sendiri, eh kok
jadinya gue nyang sale! Enak aje masuk-masukin karung!
Emangnye gue kucing?!” (TRANSIT, 2019:52-53).
Dari data di atas dapat diketahui konflik yang terjadi antara polisi dengan Wanita
Cantik. Semakin banyak orang yang melihat kecantikan Wanita Cantik tersebut,
semakin banyak juga orang yang pingsan di jalanan. Polisi meminta wanita cantik
untuk menggunakan karung untuk menutupi wajahnya, tetapi wanita tersebut
menolak perintah polisi karena ia merasa bukan kucing yang harus dimasukkan ke
dalam karung.

2. Konflik antara Manusia dan Masyarakat

Konflik antara manusia dan masyarakat adalah pertentangan antara


manusia dan sekelompok orang dalam masyarakat. Dalam cerpen Gubrak! karya
Seno Gumira Ajidarma dapat diketahui melalui data berikut.

Dalam siaran langsung, prahara ini jadi berlipat ganda, karena


wajahnya tertayang ke seantero negeri dengan seketika.
...
wajah tercantik di dunia itu membuat orang menahan nafas karena
sangat terpesona, tapi takpernah menghembuskannya lagi,
sehingga jatuh pingsan. (TRANSIT, 2019:52-53).
Konflik antara manusia dan masyarakat terjadi ketika Juru Kamera meliput
kericuhan yang terjadi di kota akibat dari kecantikan seorang wanita cantik
tersebut. Siaran langsung yang ditampilkan di media elektronik membuat seantero
negeri pingsan karena melihat wajah wanita cantik.
3. Konflik antara Manusia dan Alam
Konflik antara manusia dan alam adalah konflik yang dialami oleh
seseorang yang melibatkan alam di dalam konflik tersebut. Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan pada cerpen Gubrak!, ditemukan data mengenai konflik
manusia dan alam sebagai berikut.

Suasana jadi hiruk-pikuk, orang-orang panik berlarian sambil


menjerit-jerit karena toko-toko di sekitarnya mendadak terbakar
pula. Jalur terbakarnya mobil-mobil yang semakin memanjang
bagaikan terbakarnya sebuah sumbu segera disusul jalur
terbakarnya toko-toko. (TRANSIT, 2019:54).
Dari data di atas dapat diketahui konflik yang terjadi antara manusia dengan alam.
Orang-orang panik dengan suasana kebakaran yang terjadi di jalanan sepanjang
kota. Mobil, toko, dan gedung-gedung yang ada terbakar.

4. Konflik antara Ide yang Satu dan Ide yang Lain

Konflik antara ide yang satu dan ide yang lain adalah konflik yang terjadi
ketika ideologi satu dengan ideologi yang lain memiliki perbedaan. Dalam cerpen
Gubrak!, tidak ditemukan konflik antara ide yang satu dan ide yang lain.

5. Konflik antara Seseorang dan Kata Hatinya

Konflik antara seseorang dan kata hatinya terjadi ketika seseorang


melawan dirinya sendiri, sehingga dapat mengatasi dan menentukan apa yang
harus dilakukannya. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada cerpen Gubrak!,
ditemukan data mengenai konflik antara seseorang dan kata hatinya, sebagai
berikut.
Ia tidak lagi mengagumi kecantikan wajahnya. Memegang cermin
kecil di tangan kiri, tangan kanannya memegang pisau setajam silet
yang sedang bergerak, untuk menyayat-nyayat wajahnya sendiri …
(TRANSIT, 2019:56).
Konflik antara seseorang dan kita hatinya dapat diketahui ketika Wanita Cantik
melawan dirinya untuk menyayat-nyayat wajahnya sendiri. Ia merasa wajah
cantiknya membuat masalah bagi dirinya dan orang lain yang ada di sekitarnya.

2. Keterkaitan Antar Unsur


Pada sebuah cerita pendek tentunya terdapat unsur intrinsik yang
terkandung di dalamnya sebagai pendukung dari karya sastra tersebut. Unsur
intrinsik dalam sebuah cerita pendek meliputi tema, judul, penokohan dan
perwatakan, konflik, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, serta amanat. Unsur
intrinsik pada cerpen ini sangat penting digunakan untuk membangunnya sebuah
kisah karena asalnya adalah dari dalam cerita tersebut.

Setiap unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen Gubrak! Karya Seno
Gumira Ajidarma ini mempunyai keterkaitan antara unsur satu dengan unsur yang
lainnya. Unsur yang terdapat di dalam cerpen ini akhirnya membentuk kesatuan
cerita hingga lengkap. Dalam cerpen ini, unsur intrinsiknya meliputi judul, tema,
penokohan dan perwatakan, serta konflik yang mempunyai keterkaitan satu sama
lain. Keterkaitan tersebut dapat dilihat melalui judul yang berhubungan dengan
situasi atau keadaan yang dikemukakan dalam cerita. Situasi yang dikemukakan
dalam cerpen berhubungan dengan konflik yang melibatkan tokoh utama dengan
situasi yang ditimbulkan terhadap orang-orang yang ada disekitarnya dalam
cerpen tersebut. hal itu berarti bahwa Judul dan konflik dalam cerpen ini saling
berhubungan dan memiliki keterkaitan satu sama lain, sedangkan tema kecantikan
yang diangkat dari cerita pendek ini juga berhubungan dan memiliki keterkaitan
dengan tokoh utama maupun tokoh bawahan pada bagian penokohan serta
perwatakan yang dihadirkan dalam cerita.

3. Kritik Pragmatik

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap cerpen Gubrak!


karya Seno Gumirah Ajidarma, didapatkan beberapa nilai-nilai yang terkandung
di dalam cerpen, seperti kecantikan tidak selalu menguntungkan, sindiran bagi
orang yang ingin cantik, dan mengapa cantik itu dibutuhkan dengan data sebagai
berikut.
a. Kecantikan Tidak Selalu Menguntungkan
Hal yang didapatkan oleh pembaca setelah membaca cerpen berjudul
Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma salah satunya adalah nilai tidak selalu
kecantikan membawa keuntungan, terkadang juga memberikan kerugian bagi
pemilik wajah maupun orang di sekitarnya. Seperti data di bawah ini yang
menunjukkan kerugian memiliki wajah cantik.
“Saya tak akan terlalu sungkan jika yang pingsan adalah mereka
yang menatap saya terlalu lama,” ujarnya dari balik pintu, meski ia
pun tahu hanya cukup sekilas tatapan sudah membuat orang
pingsan, “tetapi saya tidak bisa memaafkan diri saya sendiri jika
saya membuat bapak dan ibu di rumah ini, yang sudah saya anggap
sebagai orangtua saya sendiri, juga akan jatuh pingsan taksadarkan
diri.” (TRANSIT, 2019:47)

Dari data tersebut menunjukkan kecantikan tokoh utama yang membuat banyak
orang pingsan saat melihatnya. Ia merasa biasa saja jika orang yang tidak
dikenalinya pingsan saat melihatnya, walaupun orang tersebut hanya meliriknya.
Tetapi, ia akan merasa bersalah jika membuat pemilik kost yang ia tempati
pingsan saat melihat wajahnya. Ia merasa pemilik kost tersebut sebagai orang tua
kedua ketika ia menempati kost tersebut. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
tidak semua kecantikan dapat membawa keuntungan bagi pemiliknya.
Digambarkan dengan pemilik wajah tersebut yang justru membuat orang lain
pingsan saat melihatnya bahkan hanya melirik dengan waktu yang tidak lama. Hal
tersebut yang membuat pemilik wajah cantik tersebut sempat mengurung diri di
kamar, ia keluar jika hanya ada kepentingan saja. Maka kecantikan yang ia miliki
membuat hidupnya tidak sebebas orang lain yang bisa keluar rumah tanpa
membuat orang lain pingsan.
b. Sindiran Bagi Orang yang Ingin Cantik
Hal yang akan didapatkan pembaca dari cerpen Gubrak! karya Seno
Gumirah Ajidarma adalah terkait sindiran yang ditujukan kepada masyarakat atau
mereka yang ingin cantik. Sindiran tersebut disampaikan oleh penulis secara
tersirat dan akan ditemukan apabila pembaca memahami betul maksud dari cerpen
Gubrak!. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada cerpen Gubrak!
ditemukan data tentang sindiran untuk orang yang ingin cantik sebagai berikut.

“Orang-orang tivi ini memang goblok! Berapa juta orang sudah


pingsan gara-gara mereka? Bisanya cuma ikut bikin kacau saja!
Usir mereka semua! Kita harus segera mengejar dan menangkap
sumber prahara ini! Kecantikan! Huh! Di mana-mana bikin
perkara!” (TRANSIT, 2019:52).
Kutipan di atas merupakan data yang menggambarkan sindiran kepada mereka
yang ingin cantik. Sindiran disampaikan melalui perkataan komandan
“Kecantikan! Huh! Di mana-mana bikin perkara!”. Dari kalimat tersebut, dapat
diketahui bahwa kecantikan tidak hanya memberikan keuntungan, tetapi juga
memberikan kesusahan untuk sekitarnya. Kecantikan tidak selamanya menjadi hal
yang harus dibanggakan dan tidak harus dimiliki oleh semua orang. Kecantikan
terkadang mengakibatkan perkara bagi lingkungan sekitar. Standart kecantikan
masyarakat Indonesia yang cenderung dilihat dari segi fisik menjadikan banyak
orang berlomba-lomba untuk mencapai standart kecantikan itu dan
mengakibatkan banyak pemikiran buruk tentang kecantikan yang ada. Dari hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecantikan tidak harus berpatok pada standart
yang ada, melainkan kecantikan yang dimiliki orang-orang sudah ada dari diri dan
hatinya.
c. Mengapa Kecantikan Dibutuhkan
Pada cerita pendek yang berjudul Gubrak! Ini pembaca juga akan
mendapatkan nilai tentang mengapa kecantikan itu dibutuhkan. Hal tersebut
tentunya mencakup mengenai alasan dari mengapa kecantikan itu dibutuhkan,
definisi dari cantik, dan apa itu cantik dalam cerita. Berikut ini merupakan data
yang menunjukkan nilai-nilai tersebut.
Mula-mula kecantikannya memang hanya membuat orang-orang
terpesona dan ternganga. Begitu penuh pesona rupanya wajah yang
cantik itu, sehingga apabila ia melangkah dengan tenang, anggun,
dengan gerak yang bagai sengaja dilambatkan, mulut-mulut yang
menganga itu sulit dikatupkan kembali. Hanya menganga, terus
menerus menganga, sehingga ada kalanya lalat hinggap pada lidah
para penganga tiada lain selain untuk tertelan jua! (TRANSIT,
2019: 45).
Berdasarkan pada kutipan data yang telah tercantum di atas, menunjukkan bahwa
tokoh utama dalam cerita ini memang memiliki paras yang begitu cantik hingga
membuat orang-orang yang melihatnya seketika terpesona dan terperanga
dibuatnya. Cantik yang dimiliki oleh tokoh utama wanita dalam cerpen ini adalah
seorang wanita yang memiliki pesona yang rupawan pada wajahnya, anggun, dan
tenang saat berjalan. Dari pesona yang dimiliki oleh wanita tersebut membuatnya
sangat mudah untuk menarik perhatian dari orang-orang yang ada disekitarnya.
Hal tersebut membuktikan bahwa dengan menggunakan kecantikan dan pesona
yang dimiliki oleh seseorang akan sangat mudah untuk mendapatkan perhatian
dari banyak orang.
Dari hasil analisis pada cerpen Gubrak! karya Seno Gumira Ajidarma,
penulis menggunakan pendekatan kritik pragmatik. Dengan analisis struktural
yang sudah dianalisis, terdapat kelebihan dan kekurangan dalam cerpen Gubrak!.
Beberapa kelebihan yang terdapat dalam cerpen Gubrak! ini adalah pengarang
mampu mengangkat masalah-masalah sosial yang sedang terjadi dalam
masyarakat, ide cerita tentang kecantikan yang tidak hanya sebagai keuntungan
juga kemalangan sangat menarik, karena dalam ceritanya pengarang secara netral
menggambarkan nilai positif dan negatif dari kecantikan yang dimiliki seseorang.
Sehingga menjadikan pembaca untuk ikut berpikir tentang definisi kecantikan
yang sesungguhnya, dan mengandung nilai serta tema menguntungkan bagi para
pembaca. Selain memiliki kelebihan, cerpen ini juga memiliki kekurangan jika
ditinjau dalam segi kritik pragmatik. Kekurangan dari cerpen Gubrak! seperti,
pengarang terlalu tersirat dalam menyampaikan maksud dan pesan cerita sehingga
pembaca kesusahan untuk mengerti pesan-pesan yang akan disampaikan.
Penulisan berbelit-belit karena minimnya pengembangan bahasa dalam cerpen
dan penggunaan sudut pandang ketiga serba tahu dengan kata ganti orang "ia"
menjadikan pembaca sulit memahami permasalahan atau konflik yang dialami
tokoh. Cerita ini terlalu terfokus pada kritik terhadap masyarakat karena meskipun
sindiran dan kritik dapat menjadi sarana sastra yang efektif, namun juga dapat
mengasingkan jika tidak diimbangi dengan unsur lain seperti pengembangan
karakter, alur cerita, dan tema yang lainnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada cerpen Gubrak!


karya Seno Gumirah Ajidarma, didapatkan kesimpulan bahwa unsur intrinsik
meliputi tema, judul, penokohan dan perwatakan, serta konflik memiliki
keterkaitan satu sama lain. Analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan kritik pragmatik memberikan pengetahuan berupa nilai-nilai atau
tujuan khusus yang akan disampaikan pengarang kepada pembacanya, meliputi
kecantikan yang tidak selalu menguntungkan, berisi sindiran kepada orang-orang
yang ingin menjadi cantik atau yang sudah cantik, dan pertanyaan tentang definisi
cantik yang sebenarnya seperti apa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada cerpen Gubrak! dengan


menggunakan pendekatan kritik pragmatik, didapatkan beberapa kelebihan dan
kekurangan terkait nilai yang terkandung di dalam cerpen. Kelebihan yang
ditemukan di dalam cerpen Gubrak! adalah keberhasilan penulis yaitu Seno
Gumirah Ajidarma dalam mengangkat masalah-masalah sosial yang terjadi di
masyarakat. Ide cerita tentang kecantikan yang tidak hanya sebagai keuntungan
juga kemalangan sangat menarik, karena dalam ceritanya pengarang secara netral
menggambarkan nilai positif dan negatif dari kecantikan yang dimiliki seseorang.
Dengan demikian, menjadikan pembaca untuk ikut berpikir tentang definisi
kecantikan yang sesungguhnya, dan mengandung nilai serta tema menguntungkan
bagi para pembaca

Kekurangan yang ditemukan di dalam cerpen Gubrak! terdapat pada cara


pengarang dalam menyampaikan maksud dan pesan cerita yang terlalu tersirat,
menjadikan beberapa pembaca sulit memahami pesan yang akan disampaikan.
Kekurangan lain ditemukan pada segi penulisan yang berbelit-belit, karena
minimnya pengembangan bahasa dalam cerpen dan penggunaan sudut pandang
ketiga serba tahu dengan kata ganti orang "ia" menjadikan pembaca sulit
memahami permasalahan atau konflik yang dialami tokoh. Kekurangan lain yaitu
cerpen Gubrak! terlalu terfokus pada kritik terhadap masyarakat karena meskipun
sindiran dan kritik dapat menjadi sarana sastra yang efektif, namun juga dapat
mengasingkan jika tidak diimbangi dengan unsur lain seperti pengembangan
karakter, alur cerita, tema dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ajidarma, Seno Gumirah. 2019. TRANSIT. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


Maslikatin, Titik. 2007. Kajian Sastra; Prosa, Puisi dan Drama. Jember: Unej
Press.

Megasar, V. E. 2013. Pendekatan Pragmatik Cerpen Hana Karya Akutagawa


Ryuunosuke Terhadap Pembaca. Japanese Literature, 2(1), 17-26.

Nurgiyantoro, Burhan : 1995 . Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Permana, Z. D., Syaputa, M. A., & Setiawanc, J. 2022. Kajian Strukturalisme


pada Puisi “Aku dan Senja” Karya Heri Isnaini pada Buku Montase:
Sepilihan Sajak Menggunakan Pendekatan Pragmatik. Jurnal Riset
Rumpun Ilmu Bahasa, 1(1), 54-59.

Putri, A. M., Widjatini, R., & Pandanwangi, W. D. 2022. Analisis Lima Kode
Barthes dalam Cerpen “Gubrak!” (2011) Karya Seno Gumira Ajidarma:
Kajian Semiotika Roland Barthes. Prosiding Seminar Nasional. 1(1), 101-
112.

Puspitasari, D., & Tarigan, R. P. 2022. Analisis Cerpen Purnama Diatas Pura
Karya Wayan Sunarta Dengan Pendekatan Pragmatik. Education: Jurnal
Sosial Humaniora dan Pendidikan, 2(2), 30-33.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2011. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


Bandung: ALFABETA

Wahyudi, S. 2008. Pengantar Teori Sasstra. Jakarta: PT Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai