Anda di halaman 1dari 6

1.

Secara etimologi, generasi muda berasal dari dua kata, yaitu generasi artinya angkatan atau turunan dan
muda yang berarti belum lama ada. Berdasarkan penjelasan di atas, maka generasi muda berarti angkatan
atau turunan yang belum lama hidup.

pengertian generasi muda menurut para ahli sebagai berikut:

a) Menurut Suraiya Menurut Suraiya,


Generasi muda merupakan bagian suatu generasi yang tengah menjalani giliran mengelola kehidupan
masyarakat dan kenegaraan.
b) Menurut Suryanto Sukanto Menurut Suryanto Sukanto,
generasi muda adalah sekelompok orang muda yang lahir dalam jangka waktu tertentu.

. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa generasi muda adalah kelompok, golongan, angkatan,
kaum muda yang hidup dalam jangka waktu tertentu dan mempunyai tugas untuk melanjutkan pembangunan
bangsanya.

2. Jenis Generasi dan Karakteristiknya


Generasi Baby Boomers
Baby boomers merupakan sebutan bagi mereka yang lahir di antara tahun 1946-1964 atau usia sekitar 57-75 di tahun
2021.
Meski tak lagi berusia muda, namun menurut laporan Databoks Katadata, generasi ini banyak menduduki jabatan
tertinggi dan memiliki pengaruh yang kuat di bidang budaya, politik, maupun ekonomi di dunia.
Secara umum, generasi baby boomers mempunyai karakteristik seperti:
 Kompetitif
 Berorientasi pada pencapaian
 Berfokus pada karier
 Punya kepercayaan diri yang tinggi
 Serba bisa
 Tidak suka dikritik
 Lebih suka mengkritik generasi muda akibat kurangnya komitmen dan etika kerja.
Baby boomers sering kali disebut sebagai generasi gila kerja. Meski begitu, semua kerja keras tersebut dilakukan
semata-mata untuk membahagiakan keluarganya.
Generasi X
Generasi setelah baby boomers dikenal sebagai generasi X atau “Gen Bust”. Generasi X sendiri merupakan individu
yang lahir di antara tahun 1965-1976. Dibesarkan oleh baby boomers menjadikan generasi X sebagai The Latchkey
Kids, yaitu anak-anak yang merasa kesepian lantaran ditinggal orang tuanya bekerja.
Akibat kondisi di atas, generasi X biasanya tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri, mengutamakan work-life
balance, banyak akal, dan pandai beradaptasi. Sisi buruknya, generasi X kerap disebut sebagai individu yang skeptis
karena tidak suka terlibat dalam kegiatan yang tidak menguntungkan.
Memiliki tujuan untuk membahagiakan diri sendiri sering kali menjadikan generasi X sebagai pribadi yang tidak segan
dalam menunda pernikahan dan memiliki anak.
Generasi Y
Nah, buat seseorang yang lahir di tahun 1977-1994 itu berarti kamu termasuk generasi Y atau biasa disebut sebagai
generasi milenial. Umumnya, generasi ini memiliki ambisi yang kuat untuk menguasai semua bidang. Mereka juga
dikenal sebagai generasi yang dapat diandalkan dalam pemanfaatan teknologi alias tech-savvy.
Secara garis besar, generasi Y memiliki karakteristik seperti:
 Punya rasa percaya diri tinggi dan ambisius. Itu sebabnya angkatan ini lebih mudah meraih kesuksesan di
usia muda.
 Dibandingkan generasi sebelumnya, kaum milenial lebih terbuka dalam menghadapi perubahan.
 Hidup di zaman yang serba teknologi membuat kaum ini tidak bisa lepas dari penggunaan gawai. Segala hal
nyaris dilakukan secara digital.
 Kekurangan dari generasi ini adalah rentan terkena depresi dan stres juga cenderung sulit bergaul.
Generasi Z
Generasi Z adalah mereka yang lahir di tahun 1995-2012. Tumbuh di lingkungan yang serba digital membuat generasi
ini tumbuh menjadi pribadi dengan karakteristik yang beragam, baik dari sisi hubungan interpersonal maupun
akademis.
Bicara lebih jauh mengenai karakteristik generasi Z, secara umum mereka memiliki ciri-ciri seperti:
 Melek teknologi sehingga dapat dengan mudah mengakses informasi yang diinginkan.
 Dibandingkan generasi Y, generasi Z cenderung lebih mudah untuk bersosialisasi dengan orang lain.
 Terbukanya akses informasi membuat generasi ini lebih cepat belajar
 Lebih menyukai bekerja di lingkungan yang memberikan ruang bagi mereka untuk bertumbuh, lebih kreatif,
dan penuh tantangan. Salah satu jenis perusahaan yang diincar oleh generasi Z adalah start-up.
Generasi Alpha
Bagi individu yang lahir di atas tahun 2012 sampai 2025, mereka inilah yang disebut sebagai generasi Alpha.
Mengingat generasi ini masih berada di usia anak-anak, maka karakteristik umumnya belum terlihat jelas. Diperkirakan
generasi Alpha tak jauh berbeda dengan generasi Z yang sama-sama melek teknologi.
Karena saat ini teknologi semakin berkembang pesat, generasi Z memiliki peluang besar untuk sukses di industri
digital dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Kemudahan dalam mengakses informasi dan komunikasi secara
global juga membuat generasi Alpha memiliki kemampuan linguistik yang baik.

3. Gaya pacaran gen z


a) Cenderung Susah Diajak Serius atau Berkomitmen
Gen Z punya rasa ingin tahu yang tinggi..Sayangnya, kebiasaan ini bikin Gen Z gampang bosan dan berpaling ke lain
hati. Mereka jadi sulit membina hubungan serius yang membutuhkan komitmen di dalamnya. Rata-rata usia pacaran
Gen Z masa kini cuma bertahan 3 bulan. Nggak perlu kosong dan galau lama-lama, karena selalu ada gebetan baru
yang bisa dikejar.
b) Terbiasa dengan Online Dating
Hari gini, aplikasi online dating udah banjir di mana-mana. Tinder, OKCupid, Coffee Meets Bagel, Bumble, Tantan,
Dating, Paktor, Setipe, Badoo, dan masih banyak lagi. Rata-rata Gen Z seenggaknya pasti punya 3 online dating apps
di smartphone masing-masing! Sehingga, jadian berkat online dating apps udah bukan hal tabu lagi di kalangan Gen Z.
Udah biasa!

c) Lebih Terbuka Soal Seks


Beda dari Boomers, Gen X, dan Gen Y yang masih jaim dan menganggap seks sebagai topik tabu, pacaran jaman
sekarang a la Gen Z justru sebaliknya. Mereka aktif mencari informasi atau mengedukasi diri sendiri soal pengetahuan
seks lewat Google. Mereka juga menganggap seks bukanlah hal yang memalukan untuk dibahas. Hal ini juga disebut
ikut mempengaruhi gaya pacaran Gen Z masa kini. Hmm... What do you think?
d) Ekspresif di Media Sosial
Yes, you read it right. Gen Z jauh lebih ekspresif dan terbuka di media sosial. Nggak cuma update foto bareng pacar di
feeds dan story Instagram, Gen Z juga suka PDA (Public Display Affection) di Tik Tok! Bahasa simpelnya sih, gaya
pacarannya jaman sekarang udah kebarat-baratan banget. Saat lagi sayang-sayangnya, Gen Z nggak segan
mengungkapkan perasaannya kepada sang pacar lewat medsos. Sebagian bahkan menjadikan ini sebagai konten pamer
biar tetap eksis dan dapet banyak likes di Instagram. Seperti bela-belain bikin surprise heboh untuk pacar yang sedang
birthday, pamer candle light dinner di restoran mahal saat anniversary, sampai berpose semesra mungkin biar dapet
pujian 'relationship goals' dari orang-orang.

4. Tips menasehati anak generasi sekarang


a) Jangan Lakukan Kekerasan
b) Dekati Dunia Mereka
c) Nasehati Dengan Hati, Bukan Dengan Ambisi
d) Ajak Mereka Berpikir Mengenai Posisi Mereka Dan Dampak Perbuatan Mereka
e) Dampingi Mereka Berubah
5. Penyebab Bunuh Diri
Apa penyebab orang ingin buuh diri?

Umumnya, percobaan bunuh diri disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi situasi atau masalah
tertentu. Mereka menganggap bunuh diri merupakan jalan keluar terbaik.
Pikiran tersebut muncul karena seseorang merasa bahwa dirinya sudah tidak memiliki harapan di masa depan.
Tindakan dinilai akan menyelesaikan semua masalah yang ada.
Berbagai macam faktor berkontribusi menjadi penyebab orang ingin bunuh diri. Berikut beberapa di antaranya.

a. Depresi yang tidak tertangani

Depresi adalah salah satu gangguan mental yang menjadi penyebab bunuh diri paling tinggi. Gejala depresi yang tidak
tertangani dengan baik membuat Anda merasa lelah dan putus asa.
Selain itu, stres dan depresi sering membuat seseorang menyesali hidupnya dan berpikir bahwa tidak ada orang yang
sayang padanya. Akibatnya, bunuh diri menjadi tindakan yang tidak terhindarkan.

b. Perilaku impulsif
Impulsif artinya melakukan sesuatu berdasarkan dorongan hati (impulse). Perilaku ini membuat Anda melakukan
segala sesuatunya secara spontan.
Perilaku impulsif berbahaya ketika dibarengi dengan munculnya pikiran negatif. Situasi tersebut berisiko membuat
Anda berpikir cepat untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri

c. Masalah dalam kehidupan sosial


Masalah sosial dapat mendorong seseorang melakukan bunuh diri. Beberapa pemicunya mulai dari dikucilkan,
bullying pada remaja atau orang dewasa, hingga dikhianati sahabat atau pasangan.
Dengan mencelakai diri sendiri, beberapa dari mereka berpikir bahwa tindakan tersebut dapat menyadarkan orang-
orang yang menyakitinya.

d. Konsumsi alkohol dan obat-obatan


Konsumsi alkohol dan obat-obatan secara berlebihan dapat berujung pada aksi bunuh diri. Kebiasaan tersebut dapat
membuat Anda mengalami psikosis.
Psikosis merupakan kondisi yang membuat seseorang kesulitan untuk membedakan imajinasi dan kenyataan.
Halusinasi dan delusi yang terjadi bisa membawa Anda kepada aksi bunuh diri.

e. Gangguan mental lainnya

Sebuah studi dalam jurnal Psychological Autopsy menjelaskan bahwa terdapat satu atau lebih diagnosis gangguan
mental pada 90% orang yang bunuh diri.
Selain itu, didapati juga 1 dari 20 orang yang mengidap skizofrenia memilih untuk mengakhiri hidupnya. Kasus bunuh
diri juga ditemukan pada orang-orang dengan gangguan kepribadian seperti:
 antisosial dan asosial,
 gangguan bipolar,
 gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder),
 post traumatic disorder (PTSD), dan
 narcissistic personality disorder.

f.. Pengalaman buruk yang memicu trauma


Trauma yang terjadi pada masa kecil dapat terbentuk di dalam alam bawah sadar seseorang. Pada akhirnya, akan terasa
adanya kesulitan untuk keluar dari trauma tersebut.
Beberapa situasi yang dapat memicu trauma di antaranya:
 kekerasan fisik dan kekerasan verbal,
 kekerasan seksual, serta
 kehilangan orang tersayang.
Trauma bisa menghambat seseorang, terlebih jika ia tidak sanggup memaafkan dan berdamai dengan diri sendiri.
Kondisi tersebut akhirnya dapat menjadi penyebab munculnya keinginan bunuh diri.

g. Penyakit yang tak kunjung sembuh


Banyak orang memilih untuk bunuh diri karena penyakit yang mereka derita tidak kunjung sembuh. Umumnya, situasi
ini dialami oleh orang-orang yang mengidap penyakit kronis, seperti stroke atau kanker.
Penyakit yang tidak kunjung sembuh dan rasa lelah dalam mengobati penyakit dapat menyebabkan depresi
berkepanjangan. Seiring waktu, kondisi tubuh yang terus menurun pun menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.

h. Orientasi seksual yang berbeda


Penyimpangan orientasi seksual merupakan salah satu penyebab orang bunuh diri. Umumnya, tindakan ini terjadi
karena mereka tidak merasa mendapat dukungan dari orang sekitar.
Apalagi, orang dengan orientasi seksual sering kali dikucilkan masyarakat. Perlakuan tersebut dapat menyebabkan
depresi dan berujung pada tindakan bunuh diri.

i. Mengidap penyakit tertentu

Beberapa penyakit dapat memicu keinginan bunuh diri pada diri seseorang. Kondisi ini terjadi karena orang tersebut
yakin bahwa penyakit tersebut menjadi akhir dari hidup mereka.
Sebagai contoh, orang yang didiagnosis dengan HIV mungkin merasa bahwa hidup sudah tidak ada gunanya lagi
karena penyakit ini belum bisa disembuhkan. Pikiran ini lantas meningkatkan risiko bunuh diri.
Kasus lain juga terjadi pada kehamilan yang tidak diinginkan. Banyak orang yang memilih untuk bunuh diri saat hamil
di luar nikah karena takut membuat malu keluarga.

j. Ada anggota keluarga yang melakukan tindakan serupa


Faktor keturunan bisa menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri. Jika ada keluarga yang memiliki riwayat bunuh
diri, risiko Anda melakukan hal serupa akan lebih besar.
Oleh sebab itu, Anda perlu mengelola kesehatan mental maupun fisik Anda dengan sebaik mungkin, terutama saat
menghadapi masalah berat. Dengan begitu, tindakan menyelesaikan masalah lewat bunuh diri dapat dicegah.

6. Batasan dalam pergaulan gen z

a. Tidak memaksa orang lain untuk melakukan hal yang tak disukainya

Hal pertama yang perlu dipahami oleh anak adalah tentang batasan untuk tidak memaksa orang lain. Contoh ini kerap
kali terjadi pada anak-anak sebab ketidak pahaman mereka. Memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu, dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman.

Kebiasaan untuk memaksa juga dapat membuat anak remaja mama terlihat sebagai seorang perundung atau
pelaku bully, yang akhirnya bisa menimbulkan masalah lebih besar jika tidak ditangani sejak awal.

b. Tidak ikut campur dengan urusan pribadi orang lain

Kedekatan dengan teman-teman sebaya seringkali membuat seorang remaja lupa untuk bersikap sopan. Karena merasa
dekat, seringkali membuat mereka cenderung ikut campur, bahkan termasuk hal-hal privasi orang lain.

Hal semacam ini patut diwaspadai oleh orangtua agar anak tidak membawa kebiasaan tersebut hingga dewasa kelak.

Memang baik untuk menunjukkan empati pada sahabat, namun jangan sampai bersikap berlebihan. Membantu sahabat
bukan berarti anak harus ikut campur dalam urusan pribadinya lho. Ajari remaja untuk menunjukkan bentuk dukungan
dan sebisa mungkin hadir jika temannya membutuhkannya.

c. Sebisa mungkin untuk tidak membahas tentang keuangan diri sendiri dan orang lain

Freepik/Jcomp

Tak seperti anak-anak yang masih belum banyak memahami penggunaan uang sebagai alat transaksi, remaja mungkin
sudah mengetahui bahwa uang adalah hal penting bagi beberapa orang. Sehingga hindari untuk menjadikan uang
sebagai bahan pembicaraan saat bersama teman.

Membicarakan keuangan terkadang menjadi topik yang sangat sensitif, remaja perlu sangat berhati-hati saat
membahasnya. Jika memang harus, anak perlu menunjukkan rasa hormat, dengan meminta izin untuk
membicarakannya.

Penting juga untuk diingat oleh anak, bahwa uang sebagai urusan personal yang tak perlu dikulik dari orang lain.
Termasuk uang yang anak miliki juga tak perlu diketahui oleh orang lain.

d. Tidak menjadikan bentuk fisik, ekonomi, dan status orangtua saat bercanda

Bukan hal yang mengherankan lagi jika anak remaja gemar bercanda dengan teman-temannya. Bahkan hal sederhana
saja bisa menjadi bahan bercanda bagi mereka. Meski demikian, ia harus memahami apa saja hal-hal yang sebaiknya
tidak disebutkan pada saat bercanda.

Dalam hal ini, sebagai orangtua, Mama perlu mengajarkan anak untuk tidak membawa-bawa bentuk fisik, ekonomi,
dan status orangtua pada saat bercanda. Hal ini menjadi topik sensitif yang bisa menyakiti perasaan satu sama lain.
e. Menghormati aturan dan norma yang ditetapkan

Manusia hidup tentu memiliki aturannya tersendiri dan hal ini bisa berbeda-beda pada setiap orangnya. Tidak hanya
aturan, norma pun juga akan menjadi hal penting yang menentukan pergerakan seseorang agar tidak sampai melampaui
batas.

Saling menghormati aturan dan norma yang ada tentu menjadi cara terbaik dalam mengajarkan anak remaja mama cara
bersikap. Dengan demikian, maka setiap perilakunya tidak akan sampai melampaui batasan-batasan yang ada.

7. Penyebab Tindak Pidana Pemerkosaan


Penyebab terjadinya tindak pidana pemerkosaan sendiri disebabkan oleh beberapa faktor (Rena Yulia, "Viktimologi:
Perlindungan Hukum terhadap Korban Kejahatan," Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013, hlm. 21), yaitu sebagai berikut:

a) Pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak menghargai etika berpakaian yang menutup aurat yang
menimbulkan resiko dapat merangsang pihak lain untuk berbuat tidak senonoh dan jahat kepada korban;
b) Gaya hidup atau mode pergaulan di antara laki-laki dengan perempuan yang semakin bebas, tidak atau kurang
bisa lagi membedakan antara yang seharusnya boleh dikerjakan dengan yang dilarang dalam hubungannya
dengan kaedah akhlak mengenai hubungan antara laki-laki dengan perempuan;
c) Rendahnya pengalaman dan penghayatan terhadap norma-norma keagamaan yang terjadi di tengah
masyarakat. Nilai-nilai keagamaan yang semakin terkikis di masyarakat atau pola relasi horizontal yang
cenderung makin meniadakan peran agama yang mendorong seseorang untuk berbuat jahat dan merugikan
orang lain;
d) Tingkat kontrol masyarakat (social control) yang rendah, artinya berbagai perilaku yang diduga sebagai
penyimpangan, melanggar hukum dan norma keagamaan kurang mendapatkan responsi dan pengawasan dari
unsur-unsur masyarakat;
e) Putusan hakim yang dirasa tidak adil seperti putusan yang cukup ringan yang dijatuhkan kepada pelaku. Hal
ini dimungkinkan mendorong anggota-anggota msyarakat lainnya untuk berbuat keji dan jahat. Artinya mereka
yang hendak berbuat jahat tidak merasa takut lagi dengan sanksi hukum yang akan diterimanya;
f) Ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan emosi dan nafsu seksualnya. Nafsu seksualnya dibiarkan
mengembara dan menuntunnya untuk dicarikan kompensasi pemuasnya; dan
g) Keinginan pelaku untuk melakukan (melampiaskan) balas dendam terhadap sikap, ucapan, (keputusan) dan
perilaku korban yang dianggap menyakiti dan merugikan.

8. Peran Orang tua


a) Tingkatkan pendidikaan agama di lingkungan keluarga
b) Pendidikan tentang pentingnya menutup aurat
c) Pendidikan Sex untuk keluarga
d) Hindarkan penggunaan handphone untuk mengakses konten-konten yang tidak sesuai dengan norma
kesusilaan
e) Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, sehingga orang tua tentang kondisi anak

9. Pentingnya pendidikan sex


Dengan diberikan bekal pengetahuan dan wawasan pendidikan seks bagi remaja ini supaya mencegah mereka
dari pergaulan bebas, mencegah hubungan seks di luar nikah, hingga mengenal beberapa penyakit/akibat-
akibat yang disebabkan oleh seks yang terlalu dini.

10. Bonus demografi yang dimaksud adalah masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih
besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah
penduduk Indonesia.
Keberadaan Gen Z memegang peranan penting dan memberikan pengaruh pada perkembangan Indonesia saat
ini dan ke depan. Saat ini sebagian mereka telah memasuki jenjang perguruan tinggi. Ini
tentunya tantangan bagi pendidikan tinggi dan perguruan tinggi yang merupakan terminal akhir pendidikan
dalam membangun SDM yang berdaya saing dengan kompetensi sesuai kebutuhan. Bagaimana perguruan
tinggi memahami dan merespon tumbuh kembangnya Gen Z ini.
Bonus demografi memberikan peluang bagi pembangunan ekonomi suatu negara dengan adanya peningkatan
jumlah populasi usia produktif. Hal ini dapat menghasilkan peningkatan potensi tenaga kerja yang tersedia di
pasar. "Bonus demografi dapat menyediakan tenaga kerja yang lebih banyak dan berpotensi mendukung
pertumbuhan ekonomi melalui kontribusi mereka dalam produksi dan konsumsi" (Sulistio, 2019, hlm. 55).

Namun disisi lain, Generasi Z menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam mencapai pendidikan tinggi
dan memasuki dunia kerja. Jumlah lulusan perguruan tinggi yang meningkat setiap tahunnya menyebabkan
persaingan yang sengit untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. "Tingginya persaingan dalam dunia
pendidikan dan lapangan kerja saat ini menuntut Generasi Z untuk memiliki kualifikasi yang lebih tinggi dan
memperkuat kompetensi mereka"

Anda mungkin juga menyukai