Oleh:
Kelompok 3
Hlm
COVER…………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………… 2
BAB I: PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 3
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 3
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 3
BAB II: PEMBAHASAN 4
2.1 Pengertian Kontrol Sosial………………………………………………. 4
2.2 Ciri-Ciri Kontrol Sosial…………………………………………………. 15
2.3 Fungsi Kontrol Sosial…………………………………………………… 15
2.4 Tujuan Kontrol Sosial…………..……………………..……………....... 16
2.5 Ruang Lingkup Kontrol Sosial…………………………………………. 17
2.6 Macam-Macam Kontrol Sosial………………………………………… 18
2.7 Contoh Kontrol Sosial…………………………………………………. 19
BAB III: PENUTUP 21
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 21
3.2 Saran……………………………………………………………………. 22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 23
BAB I
2
PENDAHULUAN
BAB II
3
PEMBAHASAN
4
Ada banyak lembaga kontrol sosial, mulai dari polisi, keluarga, agama, dan sekolah :
1. Keluarga
2. Lembaga pendidikan
5
anak-anak untuk menjadi warga negara produktif yang berkontribusi
terhadap stabilitas dan kesejahteraan masyarakatnya.
3. POLISI
6
Ada berbagai jenis pemolisian, termasuk pemolisian komunitas,
pemolisian berorientasi masalah, dan pemolisian Jendela
Rusak. Perpolisian komunitas melibatkan kerja sama dengan anggota
komunitas untuk mencegah kejahatan.
4. Agama
7
Sepuluh Perintah Allah mungkin merupakan seperangkat pedoman
moral paling terkenal yang berasal dari tradisi Yahudi-Kristen. Agama
juga dapat digunakan untuk membenarkan agen kontrol sosial
lainnya. Misalnya, banyak agama yang mengajarkan pentingnya menaati
pemerintah atau orang tua.
5. Pemerintah
8
Dengan memberikan hukuman bagi mereka yang melanggar peraturan
ini, pemerintah akan lebih mampu menjaga masyarakat agar tetap
berperilaku sesuai dengan perilaku yang dianggap dapat diterima secara
sosial.
6. Kelompok Rekan
9
Meskipun kelompok teman sebaya dapat memberikan dampak negatif
terhadap perilaku, mereka juga dapat mendorong sosialisasi yang
positif. Misalnya, kelompok teman sebaya dapat mengajarkan kerja sama
dan rasa hormat terhadap orang lain. Mereka juga dapat memberikan
dukungan selama masa-masa sulit, seperti ketika seorang anggota
mengalami kesedihan atau perundungan (Grizard et al., 2006).
7. Lingkungan / Komunitas
10
norma kelompok tetap hidup dan menegakkannya di lingkungan tersebut
(Innes, 2003).
8. Media massa
11
9. Tempat kerja
12
Otonomi yang bertanggung jawab, dimana pekerja yang lebih
berpengalaman diberi kesempatan untuk memberikan pembelajaran
sesuai dengan pedoman tertentu.
Penyimpangan
13
aturan atau tujuan itu sendiri (misalnya protes atau kampanye untuk mengubah
undang-undang).
14
2.2 Ciri-Ciri Kontrol Sosial
Pengendalian sosial yang ada di sebuah lingkungan masyarakat sendiri memiliki
berbagai ciri yang dapat kita temui, sebagai berikut :
- Ciri yang pertama dari pengendalian sosial adalah memiliki sebuah cara
maupun teknik yang digunakan guna mengendalikan masyarakat yang ada di
dalam lingkungan tersebut.
- Ciri yang kedua dari pengendalian sosial adalah memiliki tujuan untuk
mencapai keseimbangan antara stabilitas dengan perubahan yang sedang
terjadi di dalam lingkungan masyarakat tersebut.
- Ciri yang ketiga dari pengendalian sosial adalah biasanya dilakukan oleh
sebuah kelompok orang terhadap individu yang bersangkutan maupun
kelompok lain di dalam sebuah lingkungan masyarakat.
- Ciri yang keempat dari pengendalian sosial adalah memiliki sistem yang
berlangsung dua arah dan seringkali tidak disadari oleh masing-masing pihak
yang bersangkutan.
15
3. Mengembangkan rasa malu dalam diri atau jiwa anggota-anggota masyarakat
apabila mereka menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai
kemasyarakatan yang berlaku.
4. Menimbulkan rasa takut di dalam diri seseorang atau sekelompok orang akan
risiko dan ancaman
5. Menciptakan sistem hukum, yaitu sistem tata tertib dengan sanksi-sanksi yang
tegas bagi para penyelenggara yang biasanya bisa dilihat di dalam sistem
hukum tiap-tiap struktur masyarakat yang berlaku.
1. Untuk menjaga kesesuaian hidup masyarakat dengan norma dan aturan yang
ditetapkan. Pengendalian sosial biasanya digunakan oleh anggota kelompok
dalam menanggapi siapa pun yang dianggapnya menyimpang, bermasalah,
mengancam, atau tidak diinginkan, dengan tujuan memastikan kesesuaian.
16
dalam masyarakat yang berubah dapat menghambat kemajuan sosial, namun
perlu untuk menjaga kontinuitas dan keseragaman dalam masyarakat.
17
2.6 Macam-Macam Kontrol Sosial
Berdasarkan sifatnya, ada tiga macam pengendalian sosial. Ini meliputi tindakan
preventif, represif, dan kuratif. Berikut penjelasannya:
1. Preventif
o Preventif adalah tindakan dalam poengendalian yang bersifat
mencegah. Tindakan ini dilakukan dengan mencegah kemungkinan
terjadinya pelanggaran terhadap norma-norma sosial. Tujuan
pengendalian sosial ini adalah mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi di masa depan.
2. Represif
o Represif adalah upaya individu, kelompok, atau aktor negara untuk
mengontrol, membatasi, atau mencegah protes. Yang dimaksud
represif adalah tindakan atau proses mengendalikan, menundukkan,
atau menekan individu, kelompok, atau agregasi sosial yang lebih
besar melalui sarana interpersonal. Tujuan pengendalian sosial ini
adalah mengembalikan keserasian yang pernah terganggu karena
terjadinya suatu pelanggaran dengan cara menjatuhkan sanksi sesuai
dengan pelanggaran yang dilakukan.
3. Kuratif
o Kuratif adalah tindakan yang dilakukan pada saat terjadi
penyimpangan sosial. Tujuan pengendalian sosial ini adalah untuk
memulihkan kekacauan yang terjadi sebelum penyimpangan terjadi.
18
2.7 Contoh Kontrol Sosial
Untuk contoh control sosial yang ada di Masyarakat, antara lain sebagai berikut :
1. Pengucilan
Pengucilan merupakan suatu Tindakan pemutusan hubungan sosial dari
sekelompok orang terhadap seorang anggota Masyarakat. Dengan
pengucilan ini, terjadi sikap masa bodoh (tidak perduli) terhadap orang
yang sedang dikucilkan. Bagi individu yang sedang dikucilkan dari
kelompoknya, cepat atau lambat akan melakukan introspeksi diri dan
mencoba mencari – cari penyebab Tindakan anggota kelompok lain
terhadap dirinya. Dengan demikian kaidah kaidah kelompok yang dahulu
dilanggar oleh individu akan berangsur – angsur diluruskan dan dapat
diterima lagi oleh individu agar tetap menjadi anggota kelompok seperti
dahulu kala.
2. Celaan
Celaan ialah Tindakan kritik atau tuduhan terhadap suatu pandangan sikap
dan perilaku yang tidak sejalan (tidak sesuai) dengan pandangan, sikap
dan perilaku anggota kelompok pada umumnya. Celaan ini menjadi
mudah dimengerti oleh seseorang karena diekspresikan dengan ucapan,
protes, atau kritik yang terbuka dan langsung menuju ke sasaran.
3. Ejekan
Ejekan ialah Tindakan membicarakan sesorang dengan menggunakan kata
– kata kiasan, perumpamaan atau kata – kata yang berlebihan serta
bermakna negatif. Kadang – kadang digunakan kata – kata yang artinya
berlawanan dengan apa yang dimaksud.
19
4. Gosip
Gosip biasanya terjadi karena kritik yang disampaikan tidak dapat
dikomunikasikan. Gosip lebih mengarah pada kritik sosial terhadap
Tindakan individu atau Masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma. Gosip dapat memepengaruhi seseorang menjadi sadar atas
perbuatan menyimpangnya dan kembali kepada nilai – nilai serta norma -
norma yang berlaku.
5. Intimidasi
Intimidasi merupakan cara pengendalian sosial yang dilakukan dengan
paksaan, biasanya dengan cara mengancam atau menakut nakuti.
6. Kekerasan
Kekerasan yang digunakan untuk mengendalikan perilaku sesorang antara
lain memukul, menampar dan melukai. kekerasan fisik mencerminkan
ketidaksabaran sesorang dalam menangani suatu masalah, termasuk
masalah perilaku penyimpangan.
7. Hukum
Hukum merupakan alat pengendalian sosial yang secara nyata
memberikan sanksi terhadap pelaku penyimpangan, adanya aturan hukum
yang jelas dan sanksi yang tegas dapat mengendalikan setiap anggota
Masyarakat terhadap pelanggaran nilai – nilai dan norma – norma yang
berlaku.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya, kontrol sosial adalah proses yang melibatkan upaya
masyarakat untuk memastikan kesesuaian dengan nilai dan norma yang
dominan. Badan pengendalian sosial melibatkan berbagai lembaga seperti
keluarga, sekolah, polisi, agama, pemerintah, kelompok rekan, lingkungan,
media massa, dan tempat kerja.
Metode kontrol sosial dapat berupa sanksi negatif atau positif, dengan
lembaga-lembaga seperti keluarga, sekolah, dan agama memainkan peran
penting dalam membentuk perilaku individu. Polisi, pemerintah, dan media
massa juga memiliki peran dalam menegakkan norma sosial.
21
Contoh kontrol sosial melibatkan pengucilan, celaan, ejekan, gosip,
intimidasi, kekerasan, dan penggunaan hukum. Dengan demikian, kontrol
sosial memiliki peran penting dalam membentuk perilaku individu dan
memastikan keseimbangan antara stabilitas dan perubahan dalam masyarakat.
3.2 Saran
Kontrol sosial dapat dilakukan melalui beberapa cara. Beberapa saran
yang bisa dipertimbangkan termasuk Pendidikan yang efektif, penegakan
hukum yang adil, peran media yang bertanggung jawab, serta Pembangunan
komunitas yang inklusif dan berempati. Selain itu, Pembangunan kebijakan
public yang transparan dan partisipatif juga penting untuk mendorong control
sosial yang lebih efektif.
22
DAFTAR PUSTAKA
23