TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
Sebuah definisi singkat dibuat oleh Lasswell dalam Hafied Cangara buku
pengantar ilmu komunikasi Edisi kedua (2016:21) bahwa cara yang tepat untuk
menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang
menyampaikan, apa yang disampaikan melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa
pengaruhnya”.
Cangara, (2016) Istilah komunikasi pada perkataan Latin Communis yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atauulebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa Latin
Communication yang artinya membagi :
1. Tipe Komunikasi
Menurut (Wayne Pace:2016:33) dalam Hafied Cangara buku pengantar ilmu
komunikasi Edisi kedua ada tiga tipe tipe komunkasi, yaitu komunikasi dengan
diri sendiri, komunikasi antarpribadi dan juga komunikasi khalayak
Menurut (Cangara,2016:34) tipe komunikasi dibagi menjadi empat, yakni
komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik, dan
komunikasi massa.
a. Tipe Komunikasi Dengan Diri Sendiri
Pengertian Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang
terjadi di dalam diri individu atau berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
Terjadinyasuatu proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang memberi
arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terlintas di pikirannya. Obyek
dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, pengalaman, peristiwa,
fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar diri seseorang
maupun dalam diri seseorang.
b. Tipe Komunikasi Antarpribadi
Cangara (2016), Komunikasi Antarpribadi adalah proses komunikasi yang
berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Menurut sifatnya
komunikasi antarpribadi dibedakan atas dua macam, yaitu komunikasi kelompok
7
8
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat
(tertunda) dan sangat terbatas. Dalam perkembangan teknologi komunikasi yang
begitu cepat, khususnya pada media massa elektronik misalnya televisi dan radio,
sehingga umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar,
misalnya melalui program interaktif.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Menurut Cangara (2016:24) Komunikasi adalah proses penyampaian pesan
dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk memengaruhi pengetahuan
atau perilaku seseorang. Dari pengertian komunikasi yang sederhana ini, maka
kita bisa mengatakan bahwa suatu proses komunikasi tidak akan bisa berlangsung
tanpa didukung oleh unsur-unsur. Berikut pengertian unsur-unsur komunikasi:
a. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu
orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok. Sumber sering disebut pengirim,
komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source, sender atau encoder.
b. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan disampaikan pengirim dengan cara tatap muka
atau melalui media komunikasi.
c. Media
Media yang dimaksud disini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan
dari sumber kepada penerima.
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih. Penerima adalah elemen penting
dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dalam komunikasi.
e. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan , dirasakan, dan
dilakukakn oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
2.2 Komunikasi Massa
10
1982, 9), secara umum yaitu berupa usaha pengikisan hambatan isolasi di antara
penduduk di dunia dan menghasilkan perubahan penting dalam organisasi dan
fungsi masyarakat. Jadi, ini mengindikasikan bahwa ada dua tujuan organisasi
media dalam berkomunikasi dengan khalayaknya, pertama dalam rangka
membuka isolasi komunikasi antar penduduk dunia dan kedua untuk perubahan
penting dalam organisasi dan fungsi masyarakat. Perubahan dimaksud,
sebagaimana dikatakan Cooley (dalam De Fleur & Rokeach 1982, 9) terkait
dengan kehidupan dalam bidang,“...commerce, in politics, in education, even in
mere sociability and gossip ..”.
terbatas pada media cetak, namun proses komunikasi massa melalui media
tersebut sudah menunjukkan implikasi sosialnya yang begitu luas dalam
kehidupan masyarakat. Dalam konteks yang sama, ini berarti dapat pula
diasumsikan, bahwa ragam media yang tercipta berkat kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi saat ini, pada hakikatnya keragaman itu hanya
berfungsi sebagai perluasan fasilitasi saja bagi munculnya implikasi-implikasi
sebagaimana dimiliki media cetak pada awal kemunculannya tadi.
Terkait khusus dengan komunikasi massa melalui media cetak suratkabar,
terutama dalam hubungannya dengan tujuan seperti terlihat dari implikasi yang
digambarkan Cooley sebelumnya, berdasarkan aplikasinya, maka tujuan
komunikasi massa itu berindikasi lebih banyak difokuskan pada soal-soal
implikasi komersial, politik, pendidikan dan termasuk menyangkut gosip. Namun
demikian, dalam operasionalisasinya, bagaimana kualifikasi organisasi media
berkomunikasi dengan khalayak dalam konteks penciptaan sejumlah implikasi
tadi, maka menurut teori normatif (lihat, Mc Quail, 1994) itu berkaitan dengan
iklim politik di mana pers itu beroperasi. Jika beroperasi dalam sistem pers
libertarian maka penciptaan implikasi-implikasi tadi secara relatif cenderung
sepenuhnya tergantung pada masing-masing organisasi media. Sementara, bila
beroperasi dalam sistem pers autoritarian maka implikasi-implikasi tersebut
cenderung tergantung pada penguasa.
Model jarum suntik dengan cepat terbukti terlalu kaku bagi para peneliti
media yang berusaha menjelaskan dengan lebih tepat hubungan antara khalayak
dan teks. Karena media massa menjadi bagian penting dalam kehidupan
14
masyarakat di seluruh dunia dan tidak mengurangi populasi untuk massa drone
tanpa berpikir, maka penjelasan yang lebih canggih pun dicari.
Para peneliti seperti Blumler dan Katz memperluas cakupan teori ini dan
mempublikasikan teorinya sendiri pada tahun 1974, yang menyatakan bahwa
individu dapat memilih dan menggunakan teks untuk tujuan-tujuan berikut ini
(seperti penggunaan dan kepuasan): Pengalihan/pelarian dari masalah rutin sehari-
hari; Hubungan Pribadi dengan menggunakan media untuk interaksi emosional
dan lainnya) menggantikan Opera Sabun untuk kehidupan keluarga; Personal
Identity - menemukan diri sendiri seperti yang tercermin dalam teks-teks, belajar
perilaku dan nilai-nilai dari teks; Surveillance - Informasi yang dapat berguna
untuk hidup misalkan laporan berita tentang cuaca, keuangan, liburan murah.
Sejak itulah, daftar Penggunaan dan gratifikasi telah diperpanjang, terutama ketika
media baru bermunculan (misalnya video game, internet).
Paul Lazarsfeld, Bernard Berelson, dan Gaudet Hazel menganalisis proses
pengambilan keputusan pemilih selama proses kampanye pemilu 1940 presiden
dan mempublikasikan hasil mereka dalam makalah yang berjudul The People
Choice (Pilihan Rakyat). Temuan mereka menunjukkan bahwa informasi tidak
mengalir langsung dari teks ke dalam pikiran penonton tanpa adanya mediasi,
tetapi difilter melalui para pemimpin opini atau opinion leader yang kemudian
berkomunikasi kepada rekan-rekan mereka yang kurang aktif. Kepada merekalah,
para pemimpin opinion leader tersebut memiliki pengaruh. Para penonton
kemudian memediasi informasi yang diterima langsung dari media dengan ide dan
pemikiran yang diungkapkan oleh para pemimpin opini, jadi tidak dipengaruhi
proses secara langsung, tetapi dengan aliran dua langkah. Ini mengurangi
kekuatam di mata peneliti, dan sehingga mereka menyimpulkan bahwa faktor
sosial juga penting bagi khalayak dalam menafsirkan teks. Ini kadang-kadang
disebut sebagai limited effects paradigma, paradigma efek terbatas (Imran
Hasyim, Januari – Juni 2012).
Menurut Cangara (2016:140-164) dalam bukunya pengantar ilmu komunikasi
Edisi kedua Jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka
biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepadda khalayak (penerima) dengan
15
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan
televisi.
Karakteristik media massa ialah sebagai berikut:
a. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari
banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada
penyajian informaasi.
b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang
memungkinakan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau
toh terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan
tertunda.
c. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,
karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana
informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang
sama.
d. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar,
dan semacamnya.
e. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di
mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
2.6 Internet
Menurut Cangara (2016:140-164) setelah Tiga puluh tahun ditemukannya
komputer serta keberhasilan satelit komunikasi diluncurkan, akhirnya komputer
yang tadinya banyak difungsikan sebagai pengganti mesin hitung dan mesin ketik,
bisa dikembangkan menjadi media komunikasi lintas benua. Penemuan fungsi
komunikasi yang super canggih ini dijuluki dengan berbagai nama, antara lain
internet, media komunikasi maya, media superhighway dan semacamnya.
Kelebihan jaringan komunikasi internet ini adalah kecepatan mengirim dan
memperoleh informasi, dan sekaligus sebagai penyedia data yang shopisticated.
Sebab 30 tahun lalu orang tidak bisa membayangkan bahwa komputer yang
berbasis internet akan menjadi perpustakaan dunia yang dapat diakses melalui
satu pintu yang namanya world wide word (www). Internet juga menjadi penyedia
media informasi surat kabar (electronic newspaper), program film, TV, buku
16
baru, serta lagu-lagu mulai dari yang bernuansa klasik sampai lagu-lagu
kontemporer.
Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia
akan informasi maupun hiburan. Media massa merupakan hasil produk teknologi
modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Merupakan salah satu elemen
penting dalam proses komunikasi massa. Saluran yang disebut media massa
tersebut diperlukan dalam berlangsungnya komunikasi massa. Berdasarkan
bentuknya, media massa dikelompokkan atas:
1. Media cetak (printed media), yang mencakup surat kabar, majalah, buku,
brosur, dan sebagainya.
2. Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain
(Vivian, 2008).
Terdapat satu perkembangan media massa dewasa ini, yaitu ditemukannya
internet. Kini masyarakat telah didominasi oleh media massa. Media massa begitu
memenuhi keseharian hidup masyarakat yang tanpa disadari kehadiran dan juga
pengaruhnya. Media massa memberi informasi, menghibur, menyenangkan,
bahkan kadang mengganggu khalayak. Media mampu menggerakkan emosi atau
mempengaruhi perasaan, menantang, dan mendefinisikan masyarakat serta
membentuk realitas khalayak.
Biagi (2010) menyebutkan tiga konsep penting tentang media massa yaitu:
1. Media massa adalah suatu bentuk usaha yang berpusat pada keuntungan.
2. Perkembangan dan perubahan dalam pengiriman dan pengonsumsian media
massa, dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.
3. Media massa senantiasa mencerminkan sekaligus mempengaruhi kehidupan
masyarakat, dunia politik, dan budaya.
Dari seluruh penjelasan di atas, dapat disimpullkan bahwa media massa
merupakan saluran komunikasi massa guna menyampaikan informasi atau pesan
kepada khalayak banyak secara luas. Media massa mempengaruhi hampir seluruh
aspek kehidupan masyarakat, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Media massa mengumpulkan sejumlah uang untuk menyediakan informasi dan
hiburan. Media massa juga merupakan bisnis yang berpusat pada keuntungan.
17
Menurut sejarahnya, buku adalah media massa pertama, sedangkan internet adalah
media massa terbaru.
Dalam arti penting media massa, Dennis McQuail (1987) (Nurudin,
2013:34) memberikan beberapa asumsi pokok tentang peran atau fungsi media di
tengah kehidupan masyarakat saat ini, antara lain:
1. Media merupakan sebuah industri. Media terus berkembang seiring dengan
perkembangan teknologi dan menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa.
Di sisi lain, industri media tersebut diatur oleh masyarakat.
2. Media berperan sebagai sumber kekuatan yaitu alat kontrol manajeman dan
inovasi dalam masyarakat. Komunikator menjadikan media sebagai pengganti
kekuatan, tameng, atau sumber daya lainnya, dalam kehidupan nyata.
3. Media menjadi wadah informasi yang menampilkan peristiwa-peristiwa
kehidupan masyarakat, baik dari dalam negeri maupun internasional.
4. Media berperan sebagai wahana pengambangan budaya. Melalui media
seseorang dapat mengembangkan pengetahuannya akan budaya lama, maupun
memperoleh pemahaman tentang budaya baru. Misalnya gaya hidup dan tren
masa kini yang semuanya didapat dari informasi di media.
5. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dikombinasikan
dengan berita dan tayangan hiburan. Media telah menjadi sumber dominan
bagi individu dan kelompok masyarakat.
Fungsi komunikasi massa menurut DeVito (1997) Winarni (2003) adalah:
1. Menghibur
Sebagian besar media massa memiliki fungsi sebagai sarana penghibur bagi
khalayak. Contohnya, artikel-artikel humor atau lawakan yang dimuat dalam
koran, menggunakan bahasa yang santai dan menghibur guna menarik
perhatian pembaca.
2. Meyakinkan
Komunikasi persuasi melalui media massa bertujuan untuk meyakinkan
khalayak. Persuasi hadir dalam bentuk:
a. Media akan memberikan atau memperkuat kepercayaan khalayak akan
suatu hal yang telah diketahui sebelumnya, sehingga terbentuklah sikap
dan opini masyarakat.
18
Tentang bagaimana peran media selanjutnya ditentukan oleh jenis media itu
sendiri dan cara penggunaan media oleh khalayak.
2.7 Efek Media Massa
Efek media massa adalah bukan pada apa yang dilakukan khalayak terhadap
media melainkan apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya. Seorang
ilmuwan pernah berfikir bahwa efek media mudah diukur, sebagai hubungan
langsung antara pesan media dan efek media. Para ilmuwan menyadari bahwa
hubungan antara media dan khalayak adalah hal yang kompleks (Biagi, 2010).
Steven Chaffe (Djamaluddin, 1985) (Winarni, 2003)
menyebutkan tiga pendekatan dalam melihat efek media massa, yaitu:
1. Pesan dan media berkaitan dengan hadirnya efek media massa.
2. Akan timbul perubahan pada diri khalayak komunikasi massa. Jenis
perubahan tersebut antara lain, perubahan kognitif, afektif, dan behavioral.
3. Satuan observasi yang dikenai dan merasakan adanya efek komunikasi massa,
yaitu meliputi individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.
Winarni (2003) dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar, menguraikan
penjelasan dari masing-masing pendekatan dari efek komunikasi massa, efek
kehadiran media fisik dan efek kehadiran pesan media, adalah sebagai berikut:
1. Efek Kehadiran Media Fisik
Menurut S. Chafee (Djamaluddin, 1985), efek kehadiran media massa secara fisik
adalah sebagai berikut:
a. Efek Ekonomis
Dengan hadirnya media massa, maka akan menumbuhkan berbagai bidang
usaha dan menciptakan lapangan kerja. Bagi masyarakat, media massa
memberikan efek ekonomis dalam pemenuhan kebutuhan informasi. Khalayak
dapat menerima dan membaca berita kapanpun dan dimanapun, apalagi di era
digital saat ini segala sesuatu sudah sangat canggih dan semua menjadi praktis.
b. Efek Sosial
Disebut efek sosial ketika adanya perubahan interaksi sosial dalam masyarakat
yang menggunakan media. Misalnya, kehadiran koran Kontan membentuk
jaringan interaksi yang baru bagi karyawan PT. VIF Malang.
20
saat anak-anak yang lahir pada tahun 1982 masuk pra-sekolah. Saat itu media
mulai menyebut sebagai kelompok yang terhubung ke milenium baru di saat lulus
SMA di tahun 2000. Pendapat lain menurut Elwood Carlson dalam bukunya yang
berjudul The Lucky Few: Between the Greatest Generation and the Baby Boom
(2008), generasi milenial adalah mereka yang lahir dalam rentang tahun 1983
sampai dengan 2001. Jika didasarkan pada Generation Theory yang dicetuskan
oleh Karl Mannheim pada tahun 1923, generasi milenial adalah generasi yang
lahir pada rasio tahun 1980 sampai dengan 2000. Generasi milenial juga disebut
sebagai generasi Y. Istilah ini mulai dikenal dan dipakai pada editorial koran besar
Amerika Serikat pada Agustus 1993. (Profil Generasi Milenial, 2018)
Sebelum generasi milenial ada Generasi X yang menurut pendapat para
peneliti lahir pada rentang tahun 1960-1980. Generasi ini cenderung suka akan
risiko dan pengambilan keputusan yang matang akibat dari pola asuh dari generasi
sebelumnya (Baby Boomers), sehingga nilai-nilai pengajaran dari generasi baby
boom masih melekat. Berikutnya adalah generasi Baby Boom, yaitu generasi yang
lahir pada rentang tahun 1946- 1960. Generasi ini terlahir pada masa perang dunia
kedua telah berakhir sehingga perlu penataan ulang kehidupan. Disebut Generasi
Baby Boom karena di era tersebut kelahiran bayi sangat tinggi. Terakhir generasi
tertua adalah yang sering disebut generasi veteran yang lahir kurang dari tahun
1946. Penyebut istilah generasi ini bermacam-macam oleh para peneliti, seperti
silent generation, traditionalist, generasi veteran, dan matures. Untuk penyajian
profil Generasi Milenial pada bab-bab selanjutnya, pengolahan data Generasi X
dan Generasi Baby Boom digabung penyajian datanya. (Profil Generasi Milenial,
2018)
Generasi sebelum generasi milenial, ada generasi setelah generasi
milenial disebut Generasi Z yang lahir rentang tahun 2001 sampai dengan 2010.
Generasi Z ini merupakan peralihan dari Generasi Y atau generasi milenial pada
saat teknologi sedang berkembang pesat. Pola pikir Generasi Z cenderung serba
instan. Namun sebagai catatan, generasi tersebut belum akan banyak berperan
pada bonus demografi Indonesia pada 2020. Terakhir adalah GenerasiAlpha yang
lahir pada 2010 hingga sekarang. Generasi ini adalah lanjutan dari generasi Z
yang sudah terlahir pada saat teknologi semakin berkembang pesat. Mereka sudah
27
millennials dapat menjadi individu yang lebih produktif dan efisien. Dari
perangkat tersebut mereka mampu melakukan apapun dari sekadar berkirim pesan
singkat, mengakses situs pendidikan, bertransaksi bisnis online, hingga memesan
jasa transportasi online. Oleh karena itu, mereka mampu menciptakan berbagai
peluang baru seiring dengan perkembangan teknologi yang kian mutakhir.
Generasi ini mempunyai karakteristik komunikasi yang terbuka, pengguna media
sosial yang fanatik, kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan
teknologi, serta lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi. Sehingga,
mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di
sekelilingnya. (Profil Generasi Milenial, 2018)
Hasil studi yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama
University of Berkley tahun 2011 di Amerika Serikat tentang generasi milenial
USA adalah sebagai berikut;
1. Minat membaca secara konvensional kini sudah menurun karena
Generasi Y lebih memilih membaca lewat smartphone mereka
2. Millennial wajib memiliki akun sosial media sebagai alat komunikasi
dan pusat informasi
3. Millennial pasti lebih memilih ponsel daripada televisi. Menonton
sebuah acara televisi kini sudah tidak lagi menjadi sebuah hiburan
karena apapun bisa mereka temukan di telepon genggam
4. Millennial menjadikan keluarga sebagai pusat pertimbangan dan
pengambil keputusan mereka
Menurut Yoris Sebastian dalam bukunya, tahun 2017 Generasi Langgas
Millennials Indonesia, ada beberapa keunggulan dari generasi milenial, yaitu ingin
serba cepat, mudah berpindah pekerjaan dalam waktu singkat, kreatif, dinamis,
melek teknologi, dekat dengan media sosial, dan sebagainya.
2.15 Karakteristik Milenial
Karakteristik Milenial berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi
sosial-ekonomi. Namun, generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di
sebagian besar belahan dunia, pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan
liberalisasi politik dan ekonomi; meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan.
29
Masa (The Great Recession) memiliki dampak yang besar pada generasi ini yang
mengakibatkan tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda, dan
menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan krisis sosial-ekonomi jangka
panjang yang merusak generasi ini. (Profil Generasi Milenial, 2018)
2.16 Alat ukur Mengukur Pengaruh Di Media Sosial
Satu hal penting yang patut diketahui mereka yang aktif terlibat di media
sosial adalah pengaruh. Pengaruh merupakan hal yang sangat penting sehingga
pengguna media sosial bisa merujuk kepada akun tertentu yang dianggapnya
terbaik. Namun masalahnya, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut
perlu alat yang umumnya berada di luar media sosial tersebut.Berikut ini
merupakan tools atau alat yang bisa anda gunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh anda di media sosial. Perlu dipahami, ukuran pengaruh tersebut
bisa berubah setiap saat. Ini artinya pengaruh tersebut bisa naik dan bisa juga
turun, tergantung bagaimana mana anda berinteraksi di media sosial. (Konawe
hebat, 2017)
1. Klout
Klout merupakan ukuran yang sangat banyak dipakai pengguna media sosial.
Makin besar skor Klout, biasanya 1-100, pengaruh seseorang juga makin besar.
Klout pada awalnya mengukur pengaruh pengguna Twitter, namun setelah
dikembangkan kini bisa juga mengukur pengaruh di Facebook dan LinkeIn.
2. Kret
Kret juga merupakan alat pengukur pengaruh di media sosial yang cukup baik.
Skor Kret mulai dari 1-1.000. Sama halnya denga Klout dapat mengukur
pengaruh di Facebook dan Twitter. Ada dua ukuran di Kret, yaitu Pengaruh dan
Jangkauan. Kret melakukan analisis terhadap Retweet, Replies, Mentions, dan
Follows.
3. PeerIndex
PeerIndex memanfaatkan beberapa sinyal dari media sosial teratas seperti Twitter,
Facebook, LinkedIn dan Quora untuk menentukan pengaruh pengguna. PeerIndex
menekankan seberapa besar kemampuan pengguna media sosial menimbulkan
aksi pengikutnya.
30
Pengguna dapat menggunakan salah satu atau ketiga tools di atas untuk mengukur
pengaruh di media sosial. Perlu diingat, besarnya pengaruh di media sosial belum
tentu sama dengan atau lebih besar dari pengaruh di dunia nyata. Sering kali
terjadi pengaruh di media sosial hanya berlaku di media sosial.
2.17 Karakteristik Individu
Menurut Huriyati (2010:79) karakteristik individu merupakan suatu proses
psikologi yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta
menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan
faktor internal (interpersonal) yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku
individu. Karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan
Pendidikan adalah dasar-dasar yang paling sering digunakan untuk segmentasi
profil khalayak merujuk ke statistik populasi yang amat penting. Dapat diukur dan
paling vital. Informasi ini merupakan cara paling efektif dan mudah diperoleh
untuk mengenali target yang akan diteliti (Kotler,2005:32).
a. Umur
Umur adalah waktu untuk bertambahnya hari sejak lahir sampai akhir
hidup, usia sangat mempengaruhi seseorang semakin bertambah usia maka
semakin banyak pengetahuan yang di dapat. Kemungkinan besar ada
pengaruh faktor usia seseorang dalam pemilihan KB, karena makin tua
usia seseorang makin banyak pengalaman dan matang dalam pengambilan
keputusan.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan merupakan proses perubahan sikap seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan proses,cara perbuatan mendidik.
2.18 Persepsi
Menurut Sarwono (2009:24) persepsi adalah proses perolehan, penafsiran,
pemilihan dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi berlangsung pada saat
seseorang meniram stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ
bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak.Persepsi merupakan proses
31
2. Konatif (Perilaku)
Konatif yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan
bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas
sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
ini adalah teori integrasi informasi. Teknik sampel yang digunakan adalah
probability sampling dengan metode sampling proportionate statifiled random
sampling. Teknik analisis data menggunakan analisis ststistik deskriptif dan
analisis statistik non-parametrik. Metode yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan uji korelasi yang menggunakan rumus Rank spearman untuk data
yang bersifat ordinal dan rumus korelasi. Koefisien kontingensi untuk data yang
bersifat nominal. Pengolahan data menggunakan SPSS versi 16.0 uji validitas
menggunakan rumus product momen person. Uji validitas dan reabilitas pada
penelitian ini valid dan realibel.
2.20 Nilai Berita
Suatu berita memiliki nilai layak berita jika didalamnya ada unsur kejelasan
(clarity) tentang kejadiannya, ada unsur kejutannya (surprise), Ada unsur
kedekatannya (proximity) secara geografis, serta ada dampak (impact) dan konflik
personalnya Romli (2003).
Tetapi, kriteria tentang nilai berita ini sekarang sudah lebih disederhanakan dan
disistimatiskan sehingga sebuah unsur kriteria mencangkup jenis-jenis berita yang
lebih luas, mengemukakan unsur-unsur nilai berita yang sekarang dipakai dalam
memilih berita , unsur-unsur tersebut adalah :
1. Aktualitas, peristiwa terbaru, terkini, terhangat (up to date), sedang atau baru
saja terjadi (recent events).
2. Faktual (factual), yakni ada faktanya (fact), benar-benar terjadi bukan fiksi
(rekaan, khayalan, atau karangan). Fakta muncul dari sebuah kejadian nyata
(real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement).
3. Penting, besar kecilnya dampak peristiwa pada masyarakat (consequences),
artinya, peristiwa itu menyangkut kepentingan banyak atau berdampak pada
masyarakat.
4. Menarik, artinya memunculkan rasa ingin tahu (curiousity) dan minat
membaca (interesting). Peristiwa yang biasanya menarik perhatian pembaca,
disamping aktual, faktual, dan penting, juga bersifat :
a) Menghibur, yakni peristiwa lucu atau mengandung unsur humor yang
menimbulkan rasa ingin tertawa atau minimal tersenyum
34
Kos, Polisi Burn Teman Dekat” i (jpnn.com, 1 Mei 2015). Judul berita seperti ini
tentu menggugah perasaan (sense) sekaligus juga mengundang pertanyaan
pembaca. (Ispandriarno, 2015)
Berbeda dengan media daring yang merupakan bagian dari media arus utama
(mainstream), media sosial digunakan oleh khalayak awam yang tidak memiliki
latarbelakang jurnalistik. Oleh karena itu, pemahaman etika media diduga jauh
lebih rendah ketimbang jurnalis. Lima prinsip etik yang dikemukakan Ed
Lamberth terdiri dari, satu, kebenaran yang akan melindungi ketidakbiasan,
ketelitian dan kompeten. Dua, adil berarti jujur, memperlakukan dengan perhatian
tinggi isu-isu emosional. Tiga, bebas, yang melindungi otonomi reporter dari
sumber pemerintah dan lembaga lain seperti pengiklan dan pengusaha untuk
“memanfaatkan”nya. Empat, manusiawi, melibatkan bantuan pada orang lain dan
lima, menjadi penjaga yang bertanggungjawab (Moore and Murray, 2012, h.112-
113). Popularitas media daring dan media sosial menuntut pemahaman dan
praktik etika jurnalis serta khalayak.
Kehadiran telepon pintar (smartphone) dengan berbagai aplikasi yang
memungkinkan pengguna bertukar pesan seakan mengalahkan media massa
tradisional maupun media barn (daring). Orang boleh jadi tak butuh menonton
televisi, mendengarkan radio, bahkan mengakses internet untuk mendapatkan
informasi. Beragam pesan, termasuk desas-desus tiba atau masuk di telepon
genggam pemilik, tanpa diundang. Di sisi lain, penggunaan teknologi baru dalam
pengumpulan dan pelaporan berita telah membuka pilihan etika dan hukum yang
menantang jurnalis (Kolodszy, 2013).
Sensasionalisme berhubungan dengan kesalahan informasi karena
ketidakakuratan. Keprihatinan bahwa informasi adalah salah dan ketika khalayak
mengonsumsinya karena gagal mjemeriksa keakuratan disuarakan oleh Taryn Vis
(thefalcononline.com, 14 Mei 2014). Dalam artikel beijudul “Media too focused
on sensationalism” ia mengatakan, teknologi dan media sosial telah
memungkinkan informasi tidak akurat tersebar dengan cepat. Akibatnya, bentuk
opini yang semakin tidak :urat. Facebook telah menjadi arena peledakan berita
palsu, video dan blog. Tidak semuanya dirancang untuk mengelabuhi, tetapi
banyak cerita dan tempelan (post) ditulis tanpa penelitian dan laporan memadai
36
yang dibutuhkan untuk membentuk opini yang benar. Masalahnya bukan terletak
hanya pada informasi salah itu sendiri melainkan pada pengaturan akses
informasi. Akurasi dan kesegeraan telah ditempatkan lebih rendah dalam hirarki
kepentingan, di bawah penyebaran berita paling anyar dan paling ganas. Bila
pacuan ini untuk dilihat, disukai (likes) atau dipilih (votes), ketelitian tidak lagi
menjadi prioritas utama (Ispandriarno Oktober 2015)
2.23 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dibuat sesuai dengan judul yakni persepsi generasi
terhadap pemberitaan perdebatan pendukung capres cawapres dalam pemilihan
presiden 2019. Kerangka berfikir ini dapat digambarkan oleh skema sebagai
berikut.
Karakteristik Individu
(X1)
X1.1 Umur
X1.2Tingkat Pendidikan
Sumber (huriyati (2010:79)
Pemberitaan perdebatan
Persepsi pembaca
pendukung capres (X2)
berita (Y)
X2.1 Aktualitas
Y1 Afektif
X2.2 Faktual (factual)
Y2 Konatif
X2.3 Penting
Sumber (Baron dan
X2.4 Menarik
Byrne 1996)
Sumber: Romli (2003)