Revisi 2 Proposal (Tania Silvianti 1041911145)
Revisi 2 Proposal (Tania Silvianti 1041911145)
USULAN SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang
Tania Silvianti
1041911145
HALAMAN JUDUL
i
SARI
ii
Halaman
SKRIPSI ................................................................................................................... i
SARI ........................................................................................................................ ii
iii
iv
2.5 Sikap........................................................................................................... 16
Gambar Halaman
1. Logo Jamu .................................................................................................. 8
2. Logo Obat Herbal Terstandar ..................................................................... 9
3. Logo Fitofarmaka ....................................................................................... 9
4. Skema Kerja Penelitian .............................................................................. 24
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dibandingkan dengan obat modern. Hal ini dikarenakan obat tradisional memiliki
efek samping yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pengobatan modern
(Afriliana, 2019).
Pengobatan sendiri atau yang lebih sering dikenal dengan swamedikasi
adalah sebuah proses pengobatan yang dilakukan secara mandiri. Mulai dari
keluhan yang dialami sampai pilihan obat dan obat yang dipakai. Khususnya,
penggunaan obat-obatan yang dijual bebas, obat bebas terbatas, dan obat tradisional
atau herbal yang penggunaannya tanpa saran dari ahli karena obat ini diperbolehkan
dibeli tanpa resep dokter (Purnamasari dkk., 2019).
Swamedikasi menjadi salah satu usaha masyarakat dalam meminimalkan
penyakit yang bisa menyerang diri sendiri. pada tahapan atau prosesnya,
swamedikasi dapat mengakibatkan masalah kesehatan lainnya akibat obat yang
digunakan (Drug related problem) dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang
obat dan cara penggunaannya (Zulkarni dkk., 2019). Dalam kegiatan swamedikasi,
tingkat pengetahuan sangat berperan penting supaya swamedikasi yang dilakukan
mendapatkan hasil yang maksimal serta sesuai dengan pengobatan dan gejala yang
pasien alami (Kurnia sari, 2020).
Berdasarkan hasil informasi yang didapatkan oleh peneliti bahwa masyarakat
di Desa Wonoyoso tidak jarang melakukan swamedikasi atau pengobatan sendiri.
Saat ini belum terdapat penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan, sikap,
dan perilaku swamedikasi obat tradisional pada masyarakat di Desa Wonoyoso
Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana hubungan karakterisitik tingkat pengetahuan, sikap dan
perilaku swamedikasi obat tradisional yang dilakukan pada Masyarakat Desa
Wonoyoso. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melihat
bagaimana hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku swamedikasi obat
tradisional pada Masyarakat di Desa Wonoyoso Kecamatan Buaran Kabupaten
Pekalongan.
3
5
6
2.2 Masyarakat
Masyarakat adalah kenyataan yang obyektif dan mandiri, bebas dari anggota-
anggotanya. Sebagai sekumpulan orang yang telah hidup bersama selama waktu
yang cukup lama, masyarakat sadar bahwa mereka adalah suatu kesatuan dan
sistem hidup bersama (Yusuf dkk., 2020). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menunjukkan bahwa 44,14% masyarakat Indonesia berusaha
melakukan pengobatan sendiri. Namun, menurut survei yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, sebanyak 71,46% masyarakat Indonesia
melakukan pengobatan sendiri. Jumlah ini telah meningkat pada tahun 2017,
sebesar 69,43%, dan pada tahun 2018, sebesar 70,74%. Terakhir, data ini
7
meningkat pada tahun 2017, dengan tingkat 69,43%, dan pada tahun 2018 70,74%
(Setiawan dan Utama, 2022).
hewan seperti menci atau kelinci untuk menguji efek ekstrak daun jambu biji pada
frekuensi BAB. Karena ada pembuktian yang medium, klaim yang dapat diajukan
juga berada pada level yang sama. Sediaan OHT di Indonesia masih berjumlah 97
produk, termasuk lelap, diapet, dan tolak angin. Logo OHT adalah "JARI-JARI
DAUN (3 PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN". Contoh sedian OHT
antara lain : Diapet, Lelap.
6. Kapsul
adalah obat tradisional yang dibungkus dengan cangkang keras.
7. Tablet atau kaplet
adalah sediaan obat tradisional yang padat dan kompak yang dibuat dengan
kempa cetak dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain yang
memiliki kedua permukaannya cembung atau rata.
8. Granul
adalah sediaan obat tradisional yang terdiri dari butiran ekstrak yang telah
melalui proses granulasi. Untuk digunakan, mereka diseduh dengan air panas
atau dilarutkan dalam air dingin.
9. Pastiles
adalah sediaan obat tradisional padat berbentuk lempengan segi empat terbuat
dari serbuk simplisia dan/atau ekstrak.
10. Dodol atau jenang
adalah sediaan padat obat tradisional yang lunak tetapi liat yang terbuat dari
serbuk simplisia dan/atau ekstrak.
11. Film Strip
adalah sediaan obat tradisional padat dalam bentuk lembaran tipis yang
diberikan secara oral.
2.3.4 Sumber Sediaan Obat Tradisional
Menurut (Sudibyo Supardi dkk., 2011) obat tradisional dikategorikan sesuai
dengan sumber pembuatnya: obat tradisional buatan penjual jamu, obat tradisional
buatan pabrik, dan obat tradisional buatan sendiri.
1. Obat tradisional buatan sendiri
Masyarakat banyak menggunakan obat tradisional buatan sendiri untuk
pengobatan sendiri menggunakan bahan baku dari lingkungan sekitarnya.
2. Obat tradisional dari pembuat jamu
Obat tradisional buatan penjual jamu salah satunya adalah jamu gendong dan
sinshe.
a. Jamu gendong yaitu jenis minuman yang sangat disukai oleh orang-orang
di Jawa dan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Obat tradisional berbentuk
12
cair yang disebut jamu gendong dibuat dengan peralatan sederhana dan
diolah secara manual. Obat ini dapat didistribusikan tanpa label dan tanpa
penyimpanan. Karena dijual atau dijajakan dengan cara digendong, ini
disebut jamu gendong (Hasanah dkk., 2023).
b. sinshe yaitu pengobat tradisional yang berasal dari etnis Cina yang melayani
pengobatan menggunakan ramuan obat tradisional yang diracik sendiri
antara lain menggunakan bahan baku ada yang berasal dari Cina (Sudibyo
Supardi dkk., 2011).
3. Obat tradisional buatan pabrik
Obat tradisional buatan pabrik merupakan Industri kecil obat tradisional (IKOT)
dan industri obat tradisional (IOT) yang masing-masing memproduksi jamu
dalam bentuk pil, rajangan, serbuk, dan serbuk, sedangkan IKOT memproduksi
jamu dalam bentuk modern seperti tablet, kapsul, sirup, dan bahkan permen
(Sudibyo Supardi dkk., 2011).
2.3.5 Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional
1. Kelebihan Obat Tradisional menurut (Andriani dkk., 2022)
a. Efek samping lebih sedikit.
Obat herbal adalah obat alami sehingga tidak memiliki efek samping
yang signifikan dibandingkan obat kimia.
b. Harus digunakan dengan benar dan sesuai aturan.
c. Memiliki banyak khasiat.
Obat kimia biasanya hanya merawat satu jenis penyakit, sedangkan
obat herbal biasanya memiliki banyak khasiat sekaligus, yang merupakan
kelebihan unik dari obat herbal.
d. Lebih mudah digunakan.
Untuk membuatnya lebih mudah, obat herbal dapat digunakan dalam
berbagai cara tergantung pada jenisnya.
e. Mencegah penyakit.
Diketahui bahwa obat herbal dapat menyembuhkan banyak penyakit
tanpa merusak sel-sel atau bagian tubuh yang sehat. Obat tradisional
13
3. Aplikasi/Aplication
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di dapat dalam situasi
atau kondisi yang sebenarnya disebut aplikasi. Dalam hal ini, aplikasi dapat berarti
penerapan atau penerapan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang berbeda.
4. Analisis/Analysis
Kemampuan untuk membagi sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling
berhubungan. Penggunaan kata kerja menunjukkan kemampuan analisis ini, seperti
menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis/sintesys
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan komponen dalam
bentuk total yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk
membuat formulasi baru dari informasi yang sudah ada. Ini termasuk kemampuan
untuk menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap teori atau rumusan yang sudah ada.
6. Evaluasi/Evaluation
Kemampuan untuk membenarkan atau menilai sesuatu adalah subjek
evaluasi.Kriteria dapat dibuat sendiri atau digunakan untuk melakukan penilaian.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, yaitu
wawancara atau angket yang menanyakan isi materi dari subjek atau responden
penelitian.
2.4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
(Hendrawan, 2020), factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri
dari faktor internal dan eksternal:
A. Faktor Internal
1) Pendidikan
Bimbingan yang diberikan kepada orang lain untuk berkembang menuju cita-
cita tertentu yang menentukan cara manusia berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan dikenal sebagai pendidikan. Untuk
meningkatkan kualitas hidup, orang perlu dididik. pendidikan dapat memengaruhi
16
2.5 Sikap
2.5.1 Definisi Sikap
Sikap menurut Notoadmodjo (2002) dalam (Sukesih dkk., 2020),
didefinisikan sebagai reaksi atau respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau
objek. Secara nyata, sikap menunjukkan bahwa reaksi terhadap stimulus tertentu
dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap (Attitude) adalah tanggapan atau reaksi terhadap perasaan seseorang.
17
Bagaimana seseorang melihat suatu hal dipengaruhi oleh emosi mereka yang
mendukung atau memihaknya.
2.5.2 Tingkat Sikap
Sikap ini memiliki beberapa tingkatan (Retnaningsih, 2016) , yaitu:
1. Menerima (receiving)
Menerima berarti bahwa subjek ingin dan memperhatikan stimulus yang
diberikan. Salah satu cara untuk mengetahui sikap seseorang terhadap nutrisi adalah
dengan melihat seberapa ingin mereka menghabiskan waktu dan perhatian mereka
pada ceramah tentang topik ini.
2. Merespon (responding)
Sikap dapat ditunjukkan dengan menjawab pertanyaan, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Orang menerima gagasan dengan berusaha
menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas, apakah itu benar atau salah.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk menyelesaikan atau berbicara tentang suatu
masalah adalah tanda sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu
lain, seperti tetangganya atau saudaranya, untuk pergi ke posyandu untuk
menimbangkan anaknya atau berbicara tentang.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Sikap terbaik adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya, bersama dengan segala risikonya. Seorang ibu, misalnya, ingin menjadi
akseptor KB meskipun dia dihalangi oleh orang tua atau mertua sendiri.
2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain (Rachmawati, 2019) :
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman akan berdampak langsung pada perilaku berikutnya. Ini dapat
berupa predisposisi perilaku, yang akan terjadi hanya dalam kondisi dan situasi
yang memungkinkan.
2. Orang lain
Sikap seseorang cenderung disesuaikan atau sejalan dengan sikap orang yang
dianggap berpengaruh, seperti orang tua atau teman dekat, dan sebaya.
18
3. kebudayaan
Sikap seseorang dibentuk oleh kebudayaan tempat dimana mereka tinggal.
4. Media massa
Sebagai alat komunikasi, berbagai media massa seperti internet, radio, surat
kabar, dan televisi memiliki kekuatan untuk menyebarkan pesan-pesan yang
mengandung saran yang dapat membentuk opini, yang dapat
menyebabkan adanya landasan kognisi yang membentuk sikap.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Karena lembaga pendidikan dan agama menanamkan dasar, pemahaman, dan
gagasan moral dalam pikiran orang, lembaga-lembaga agama dan pendidikan
dalam suatu sistem dapat mempengaruhi sikap mereka. Pemahaman tentang hal-hal
yang baik dan buruk yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari institusi
pendidikan dan keagamaan, serta dari pelajaran yang di ajarkan.
6. Faktor emosional
Tidak semua perasaan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan pengalaman
pribadi seseorang. Terkadang, pernyataan yang didasarkan pada emosi berfungsi
sebagai mekanisme pertahanan ego atau penyaluran frustasi. Sikap seperti itu dapat
bersifat sementara dan hilang.
2.5.4 Cara Pengukuran Sikap
Seseorang dapat menilai sikapnya dengan membaca kalimat yang
menjelaskan suatu ojek sikap, yang disebut pernyataan sikap. Pernyataan sikap
dapat terdiri dari hal positif dan hal negatif, dan jumlah pernyataan atau pertanyaan
yang seimbang harus dicoba pada skala sikap. Akibatnya, hasilnya tidak selalu
positif atau negatif, dengan arti tidak memihak salah satu objek sikap (Aprilliani,
2022).
BAB III
METODE PENELITIAN
19
20
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
4.351
𝑛=
1 + 4.351(0,05)2
𝑛 = 366,322879 Orang ~ 367 Orang
Keterangan :
Ukuran sampel
N = Ukuran popolasi
e = Persen kelonggaran ketidak telitian (5%)
Jumlah minimal sampel yang akan diteliti untuk populasi sebesar 367 Masyarakat.
3.5.2 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Masyarakat di Desa Wonoyoso Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan
2. Masyarakat yang pernah atau sedang menggunakan obat tradisional
3. Masyarakat yang bersedia mengisi kuesioner
4. Masyarakat yang berusia 18-59 tahun
3.5.3 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Masyarakat yang tidak melakukan swamedikasi obat tradisional
2. Masyarakat yang tidak mengisi kuisioner secara lengkap
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Qader, D.H., Albassam, A., Ismael, N.S., Aljamal, M.S., Chen, L.C.,
Mansoor, K., dkk. 2020. Herbal medicine use in the Jordanian population: A
nationally representative cross-sectional survey. Journal of Pharmacy and
Pharmacognosy Research, 8: 525–536.
Andriani, M., Sanuddin, M., Dewi, R., Apria, H., Emilia Nasril Prodi Farmasi, S.,
dan Harapan Ibu Jambi, S. 2022. Back to Nature,Sehat Bersama Herbal di RT
16 Kelurahan Lebak Bandung, Jelutung Kota Jambi. Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 05: 1079–1087.
Aprilliani, ayu nur khasanah ajeng. 2022. Hubungan Tinggkat Pengetahuan Dan
Sikap Terkait Perilaku Swamedikasi Penggunaan Obat Tradisional Pada
Masyarakat Kota Brebes, Program studi farmasi fakultas kedokteran
universitas islam sultan agung semarang.
Ardhini, A.P. dan Ganggi, R.I.P. 2019. Pengukuran Sikap Mahasiswa Ilmu
Perpustakaan Universitas Diponegoro terhadap Platiarisme di Instagram.
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 8: 227–236.
Hasanah, R., Kurniawan, R.A., dan Rifa’i, M.R. 2023. Ethnobotanical Study of
Jamu Gendong in the Perspective of the Kulon Pasar Community Jember
Kidul Village. INSECTA: Integrative Science Education and Teaching
Activity Journal, 4: 9–18.
Lei, X., Jiang, H., Liu, C., Ferrier, A., dan Mugavin, J. 2018. Self-medication
practice and associated factors among residents in Wuhan, China.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 15: .
Rachmawati, windi chusniah S,KM., M.K. 2019. Promosi Kesehatan Dan Ilmu
Perilaku. Wineka Media, Malang.
Rosita, E., Hidayat, W., dan Yuliani, W. 2021. Uji Validitas Dan Reliabilitas
27
Rubangi. 2018. Pengaruh Religiusitas, Etos Kerja Dan Disiplin Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Uptd Unit Puskesmas Buluspesantren 1. Program Manajemen
S1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Putra Bangsa, 97–107.
Sari, P., Sayuti, S., Ridwan, M., Rekiaddin, L.O., dan Anisa, A. 2020. Hubungan
antara Pengetahuan dan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Wanita Pasangan Usia Subur
(PUS). Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health
Promotion and Behavior, 2: 31.
Sudibyo Supardi, Max Joseph Herman, dan Yuyun Yuniar. 2011. Penggunaan Jamu
Buatan Sendiri di Indonesia (Analisis Data Riset Kesehatan Dasar Tahun
2010) . Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 14: 375–381.
Sukesih, S., Usman, U., Budi, S., dan Sari, D.N.A. 2020. Pengetahuan Dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 Di Indonesia. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 11: 258.
Sunnah, I., Indrayati, L.L., dan Liyanovitasari, L. 2022. Efektivitas Media Sosial
dalam Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Pemahaman tentang Imunitas,
Kesehatan Jiwa dan Raga Menghadapi New Normal pada Masyarakat
Kabupaten Semarang. Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia, 2: 1931–1938.
Supriadi, S., Suryani, S., Anggresani, L., Perawati, S., dan Yulion, R. 2022. Analisis
Penggunaan Obat Tradisional Dan Obat Modern Dalam Penggunaan Sendiri
(Swamedikasi) Oleh Masyarakat. Jurnal Kesehatan, 14: 138.
Yusuf, R., Hendawati, H., dan Wibowo, L.A. 2020. Pengaruh Konten Pemasaran
Shoppe Terhadap Pembelian Pelanggan. Jurnal Manajemen Pendidikan dan
iImu Sosial, 1: 506–515.
Zulkarni, R., Tobat, S.R., dan Aulia, S.F. 2019. Perilaku Masyarakat Dalam
Swamedikasi Obat Tradisional dan Modern di Kelurahan Sapiran Kecamatan
Aur Birugo Tigo Baleh Kota Bukittinggi. Jurnal Kesehatan : Stikes Prima
Nusantara Bukittinggi, 01: 1–5.