Oleh :
LUTHER MASANG
A 14101678
sebagai anak dari Bapak Mica Minggu dan Yuliana Sangkala. Penulis merupakan
Polewali, Kabupaten Pol-Mas dan lulus pada tahun 1995, kemudian melanjutkan
Pengelola Perkebunan Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan studi Strata-1 pada Program Studi Ekstensi
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................. v
DAFTAR GAMBAR......................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... viii
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 10
1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................. 10
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ......................... 11
Era globalisasi perdagangan bebas yang terjadi pada saat ini menuntut
setiap negara untuk mengembangkan sektor usaha yang memiliki keunggulan
kompetitif dibandingkan dengan negara lain. Indonesia memiliki keunggulan
komparatif yang mendukung dalam pengembangan tanaman obat, karena
memiliki sekitar 1 260 spesies tanaman obat dan 283 spesies diantaranya
merupakan spesies tumbuhan obat yag sudah terdaftar dan digunakan oleh industri
obat tadisional.
Taman Sringanis yang terletak di Desa Cimanengah, Cipaku Bogor
merupakan agrowisata yang menawarkan tanaman obat sebagai objek wisatanya.
Taman Sringanis mengoleksi kurang lebih 450 jenis tanaman obat dari kurang
lebih 940 jenis tanaman obat yang dibudidayakan di Indonesia. Pengunjung
Taman Sringanis dapat mempelajari jenis-jenis tanaman obat di kebun pembibitan
dengan lingkungan taman dan kebun.
Taman Sringanis harus melihat secara obyektif kondisi internal dan
eksternal, sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan. Hal tersebut
berguna untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan efisiensi operasi.
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya adalah
dengan memiliki strategi yang tepat dengan mempertimbangkan semua faktor
yang mempengaruhinya. Pemilihan strategi merupakan keputusan untuk memilih
strategi yang terbaik yang memenuhi tujuan perusahaan, dengan demikian Taman
Sringanis harus menentukan alternatif strategi yang sesuai dengan tujuan jangka
panjang Taman Sringanis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi internal dan
eksternal yang melingkupi Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisonal,
menganalisis penilaian konsumen terhadap atribut Taman Sringanis sebagai kebun
obat tradisional, dan memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam
pengembangan usaha Taman Sringanis, dengan mengikutkan juga pendapat
konsumen.
Berdasarkan hasil identifikasi internal dan eksternal dapat diketahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil analisis IFE/EFE matriks
menunjukkan kekuatan utama Taman Sringanis adalah kualitas produk yang baik,
sedangkan kelemahan terbesar adalah misi perusahaan yang tidak berorientasi
pada laba. Peluang terbesar adalah trend back to nature dan ancaman terbesar
adalah penggunaan obat farmasi dalam dunia medis.
Total bobot IFE dan EFE memposisikan Taman Sringanis pada sel IV
dalam matriks IE yang merupakan daerah tumbuh dan bina. Posisi ini
menggambarkan bahwa Taman Sringanis dalam kondisi internal yang kuat dan
respon Taman Sringanis terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapi tergolong
tinggi. Divisi dalam sel ini dapat menerapkan strategi intensif dan strategi
integrasi.
Dari rumusan analisis SWOT, didapat empat strategi alternatif yang dapat
dijadikan pilihan bagi Taman Sringanis dalam memperbaiki/meningkatkan
kinerjanya, diantaranya, mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata
agro serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat. Memanfaatkan
selera wisata konsumen yang berubah dari mass tourism ke nice tourism berbasis
lingkungan. Memanfaatkan kualitas produk, citra baik di mata konsumen,
mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, hubungan baik dengan instansi
pemerintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi dalam dunia
medis, ancaman pendatang baru, adanya produk subtitusi dan peningkatan jumlah
pelaku industri. Mempertahankan harga produk. Meningkatkan kegiatan promosi
secara optimal. Memperbaiki sistem manajemen perusahaan. Mencoba
memasarkan produk di daerah Bandung dengan mutu dan kualitas yang sama
dengan pesaing. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan
manajemennya. Mengikutsertakan produk pada pameran perdagangan untuk
mempromosikan produk.
Penentuan prioritas strategi dengan QSPM merekomendasikan strategi
satu sebagai nilai tertinggi, maka disusun langkah-langkah operasional sebagai
prioritas, yaitu mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro.
Memanfaatkan kualitas produk, citra baik dimata konsumen, mempertahankan
hubungan baik dengan pemasok, serta hubungan baik dengan instansi pemerintah
untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi, pendatang baru dan
produk subtitusi, serta peningkatan jumlah pelaku industri.
Analisis tingkat kepentingan dan kepuasan yang menggunakan analisis
kuadran menunjukkan hasil atribut yang berada dalam wilayah prioritas utama
untuk diperbaiki atau ditingkatkan yaitu percontohan umbi-umbian, klinik
akupresur, refleksi dan akupuntur, dan ruang pelatihan. Atribut percontohan
tanaman obat, harga tiket masuk, toko jamu, kebersihan lokasi, dan kenyamanan
lokasi merupakan atribut-atribut yang menjadi kekuatan Taman Sringanis,
sehingga kinerja Taman Sringanis pada atribut ini harus selalu dipertahankan.
Taman Sringanis tetap menjaga kualitas produknya yang baik karena hal
tersebut merupakan kekuatan utama Taman Sringanis dalam mengembangkan
usahanya. Salah satu faktor kelemahan Taman Sringanis adalah total biaya
produksi yang semakin meningkat sehingga perlu dilakukan efisiensi biaya
melalui peningkatan jumlah mitra tani setempat. Taman Sringanis dapat
melakukan sistem kontrak yang saling menguntungkan dengan mitra tani agar
kontinuitas pasokan bahan baku lebih terjamin.
Taman Sringanis perlu melakukan uji laboratorium untuk menjamin mutu
produknya aman untuk dikonsumsi sehingga dapat lebih diterima dan dipercaya
oleh masyarakat luas. Selama ini produk-produk Taman Sringanis telah memiliki
SP (Surat Penyuluhan) dari Departemen Kesehatan yang menandakan bahwa
produk tersebut aman untuk dikonsumsi, tetapi hal tersebut mungkin masih dinilai
kurang oleh masyarakat. Oleh karena itu Taman Sringanis perlu melakukan uji
laboratorium untuk lebih meyakinkan masyarakat akan mutu obat tradisional
Taman Sringanis
Taman Sringanis disarankan untuk melakukan survei kepuasan
pengunjung secara berkala agar dapat terus meningkatkan kepuasan
pengunjungnya. Untuk penyempurnaan survei kepuasan pengunjung, sebaiknya
dilakukan dengan menambah faktor-faktor yang diukur agar dapat memperkaya
hasil survei. Seperti fasilitas parkir, makanan dan minuman yang berkhasiat obat,
ruang tunggu, dan lain-lain.
CURICULUM VITAE
PENDIDIKAN FORMAL
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA
LUTHER MASANG
A 14101678
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
MANAPUN
LUTHER MASANG
A 14101678
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga yang senantiasa
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa doa, dorongan,
bantuan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadi sahabat setia dalam suka maupun
semangat dan contoh pejuang yang gigih dalam berusaha mencapai sesuatu.
Dari Bapa’ dan mama’ aku belajar mengenai kesabaran, ketegaran, kejujuran
diriku. Terima kasih atas doa-doa yang tidak pernah putus untukku. Bapa’
menjalani hidup.
3. Dr. Ir. Harianto, MS yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan-
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini serta atas kesabarannya selama ini.
4. Ir. Netty Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator, terima kasih atas saran dan
5. Dr. Ir. Manuntun Parulia Hutagaol, MS selaku dosen penguji utama dan Dra.
7. Budi Setiawan yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar penulis.
Jafar, Oedrew, Oos, Ramdan, Rudi, Tjoengcrynk, Zuer, dan Wendi’S, serta
8. The great friends in PLP/35 Budi, Dian, Fahmy, Jafar, Hendra, Tree (buat
9. Adikku Rice dan Tina yang selalu memberikan semangat, semoga Tuhan
memberkati kalian.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan membalas budi baik yang telah diberikan dengan curahan
berkat-Nya yang berlimpah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam
Segala puji dan hormat hanya bagi Allah Bapa Yang Maha Kasih, yang
dengan baik.
Taman Sringanis karena pada saat ini Taman Sringanis sedang berusaha untuk
yang dikerjakan oleh penulis, dengan segala keterbatasan yang ada, penelitian ini
diharapkan bermanfaat, paling tidak untuk informasi awal bagi manajemen Taman
Penulis
4.4.1 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan
Eksternal (IFE-EFE)..................................................... 48
4.4.2 Matriks I-E (Internal-External) .................................. 52
4.4.3 Matriks SWOT ............................................................. 54
4.4.4 IPA (Importance Performance Analysis) .................. 55
4.4.5 Karakteristik Pengunjung............................................. 55
4.4.6 Metode Penskalaan (Scaling Method)......................... 56
4.4.7 Matriks QSPM
(Quantitative Strategic Planning Matriks)................. 59
4.5 Definisi Operasional............................................................... 60
Nomor Halaman
5. Matriks SWOT........................................................................... 54
Nomor Halaman
6. Diagram Kartesius.................................................................. 58
Nomor Halaman
ribuan jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia.
tumbuh liar di hutan-hutan. Adapun tanaman yang telah dibudidayakan, lebih dari
940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Syukur dan Hermani, 2002).
Obat tradisional yang selama ini kenal, merupakan produk yang dikenal
produksi maupun formulasinya menggunakan cara yang sudah ada sejak turun
temurun. Di sisi lain, obat tradisional yang dihasilkan saat ini merupakan hasil
bentuk/tampilan yang menarik, rasa ataupun khasiat yang lebih spesifik, serta
mudah dalam cara pemakaiannya. Obat tradisional tidak selalu diproses secara
tradisional. Saat ini, obat tradisional banyak diproses dengan cara moderen, atau
dengan kata lain yang lebih ditekankan adalah basis bahan baku alami/hayati.
dalam bentuk simplisia (bahan yang telah dikeringkan dan belum mengalami
pengolahan apa pun). Simplisia tersebut berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah,
terna, dan kulit batang. Pemanfaatan obat tradisional Indonesia akan terus
kebudayaan memakai jamu. Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi
nilai ekspor yang paling besar, walaupun nilai setiap tahunnya berfluktuasi.
730 ton dengan nilai sebesar US$ 526.6 ribu. Ekspor terbesar kedua adalah ke
Singapura dengan rata-rata ekspor setiap tahunnya mencapai 582 ton dengan nilai
sebesar US$ 647 ribu. Jerman merupakan tujuan ekspor terbesar ketiga dengan
tingkat ekspor rata-rata tiap tahunnya mencapai sebesar 155 ton dengan nilai
sebesar US$ 112.4 ribu. Tujuan ekspor tanaman obat Indonesia berikutnya adalah
Taiwan, Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia (Syukur dan Hermani, 2002).
dengan obat-obatan moderen, salah satunya adalah dalam hal harga yang lebih
murah. Bahan baku obat-obatan tradisional juga mudah didapat karena dibuat
dari tumbuh-tumbuhan yang berasal dari sekitar masyarakat itu sendiri sehingga
yang cerah khususnya bagi usaha kecil dan koperasi karena tidak membutuhkan
modal yang relatif besar untuk memulainya. Menurut Seodibyo (2004), terdapat
lain :
1. Adanya berbagai peraturan yang memberikan peluang pemakaian tanaman
obat yang lebih banyak yaitu peraturan tentang Ketentuan Cara Pembuatan
sebagainya.
kesehatan.
maju di bidang obat tradisional di Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan dengan
obat tradisional.
usaha pertanian (agro) sebagai obyek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas
sangat banyak dan bervariasi, seperti Agrowisata Gunung Mas Puncak, Taman
Malang, dan masih banyak lagi tempat-tempat yang menawarkan keindahan alam,
unik dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan karena sejak krisis
obat-obatan mederen dan harganya yang jauh lebih murah. Banyak masyarakat
agrowisata tanaman obat mulai menjadi alternatif wisata bagi peminat tanaman
obat.
merupakan salah satu usaha penyedia jasa kawasan agrowisata yang menawarkan
tanaman obat sebagai obyek wisatanya. Taman Sringanis mencoba untuk bersaing
dengan objek-objek wisata lain yang telah dahulu mapan, saat ini Taman
Sringanis mengoleksi kurang lebih 450 Jenis tanaman obat dari kurang lebih 940
konsumen jasa agrowisata yang ditawarkan patut menjadi perhatian. Hal ini
memenuhi keinginan konsumen. Oleh sebab itu, suatu produk dikatakan berhasil,
(Kotler, 1997).
Strategi yang dijalankan Taman Sringanis saat ini masih sangat sederhana
penerbitan media cetak dan elektronik, dan pameran), pelatihan (tanaman obat
seperti “ramuan, makanan dan minuman, budidaya”, akupresur, olah nafas dan
(pembibitan, budidaya tanaman obat dan produk pasca panen, produk dan ramuan
berbagai kendala dalam pengembangan usaha. Sejak berdiri tahun 1998, usaha ini
perkembangan usahanya.
adalah karena jumlahnya masih sedikit hanya sepuluh orang dan hanya satu orang
yang berpendidikan sarjana, selain itu peralatan yang digunakan masih sederhana
dan masih berskala rumah tangga, sehingga kapasitas produksinya masih sedikit.
pemasarannya masih terbatas. Dari segi keuangan masih terbatas karena hingga
saat ini belum ada investor yang bersedia menanamkan modalnya sebagai modal
kerja dan modal tetap. Dana yang ada saat ini hanya diperoleh dari dana sendiri
dan hasil penjualan sendiri. Pengembangan produk yang belum memadai terutama
dalam kemasan dan registrasi dari DEPKES yang hanya berupa Sertifikat
Penyuluhan (SP). Kemasan yang ada saat ini masih berupa kemasan plastik yang
dibungkus dengan kertas sehingga kurang menarik konsumen dan masih mudah
terkontaminasi.
berbahan baku biofarmaka sehingga dapat menjadi pesaing yang kuat hal ini
membanjiri pasar serta lembaga atau yayasan yang membuat produk berbahan
farmasi besar sehingga dapat mengambil pangsa pasar yang ada, serta belum
Bogor dan keberadaannya dalam industri obat tradisional cukup lama, yaitu 10
simplisia, umbi segar, teh/serbuk, dan minuman instan. Taman Sringanis memiliki
misi yang tidak berorientasi pada laba, tetapi berusaha sebagai sarana untuk
Melihat prospek ini Taman Sringanis sejak tahun 1998 menjadikan kebun
obatnya menjadi agrowisata yang menawarkan objek wisata yang unik dan
menarik berupa wisata kebun tanaman obat. Rekreasi yang ditawarkan adalah
tanaman obat disajikan dalam bentuk seminar kebun dan senam kebugaran yang
dan konsumsi terjadi dalam waktu yang bersamaan. Dengan demikian, kepuasan
atau ketidakpuasan yang dialami pengunjung sebagai konsumen akan terjadi pada
faktor yang menentukan dan menjadi prioritas utama. Tanpa adanya pengunjung
keberadaan suatu objek wisata tidak berarti apa-apa. Untuk itu, pelayanan yang
terbaik dan sarana yang memadai dalam menikmati objek wisata ini patut menjadi
perhatian.
Kondisi lingkungan yang dihadapi oleh Taman Sringanis saat ini berbeda
lain pengelolaan manajemen yang kurang profesional, kualitas SDM yang masih
Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal apa
pelestarian pemanfaatan tanaman obat. Penelitian ini juga semoga dapat berguna
sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi Taman Sringanis dalam membuat
baru untuk jenis agrowisata dan hasil ini juga dapat dijadikan bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya, serta untuk peneliti agar mengetahui kenyataan di lapangan
pemasukan dan tahap pemanduan. Hasil formulasi strategi ini dmaksudkan untuk
tradisional yang dikonsumsi, bukan obat luar (salep/parem). Obat ini berbentuk
simplisia, umbi segar, teh/serbuk, dan minuman instant. Penelitian ini juga
persepsi responden).
12
2.1 Agrowisata
Agrotourism. Dilihat dari asal katanya, Agro berarti pertanian dan tourism berarti
aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor
pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem,
pertanian yang panoramik dan kenyamanan di alam pertanian, tetapi juga aktivitas
petani beserta teknologi khas yang digunakan dan dilakukan dalam lahan
pertanian yang tersedia, mempelajari nilai historik lokasi, arsitektur, atau budaya
pertanian. Dalam aktivitas agrowisata ini, petani yang berada dalam kawasan
13
agrowisata, dapat menjadi obyek atau bagian dari sistem pertanian yang
ditawarkan pada aktivitas wisata tetapi juga dapat bertindak sebagai pemilik atau
tersebut. Daya tarik agrowisata terdiri dari komoditi usaha agro, sistem sosial
ekonomi dan budaya, sistem teknologi dan budidaya usaha agro, peninggalan
budaya agro, budaya masyarakat, keadaan alam dan prospek investasi pada usaha
agro tersebut. Ruang lingkup dan potensi agrowisata oleh Team Menteri
Rakornas Wisata Agro pada tahun 1992 Betrianis dalam Nurdiana (2004)
dijelaskan :
1. Tanaman Pangan
Daya tarik tanaman pangan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai
yang dikaitkan dengan segi keindahan antara lain seni merangkai bunga,
dan lain-lain.
palawija dan komoditas tanaman hortikultura, dan (2) lingkup kegiatan yang
hortikultura) yang terdiri dari berbagai proses kegiatan pra panen, pasca
2. Perkebunan
Daya tarik perkebunan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut :
(1) Daya tarik historis bagi wisata alam, (2) lokasi perkebunan, pada
3. Peternakan
Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut :
15
(1) Pola peternakan yang ada, (2) cara-cara tradisional dalam peternakan, (3)
tingkat teknik pengelolaan dan sebagainya, dan (4) budidaya hewan ternak dan
lain-lain.
(1) Pra produksi : pembibitan ternak, pabrik pakan ternak, pabrik obat-obatan
dan lain-lain, (2) kegiatan produksi : usaha peternakan unggas, ternak perah,
ternak potong dan aneka ternak, dengan pola PIR, pola bapak angkat,
produksi : pasca panen susu, daging telur, kulit dan lain-lain, dan (4) kegiatan
lain: penggemukan ternak, karapan sapi, adu domba, pacu itik, balap kuda
dan lain-lain.
4. Perikanan
Daya tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut :
(1) Adanya pola perikanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, (2) cara-
(1) Kegiatan penangkapan ikan, yang merupakan suatu kegiatan usaha untuk
perairan tertentu di laut atau perairan umum (danau, sungai, rawa, waduk, atau
perikanan ini sebagai berikut : (a) kegiatan budidaya ikan tawar (yaitu usaha
perairan umum), (b) kegiatan air payau (yaitu usaha budidaya perikanan yang
dilakukan di perairan payau atau kawasan pasang surut dan biasa dikenal
dengan tambak), dan (c) kegiatan budidaya laut (yaitu usaha budidaya
bagian dari obyek wisata diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang
memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas
obyek pertanian. Secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat
perkotaan selain memperbaiki iklim mikro, juga menjaga siklus hidrologi dan
jika dikelola dengan baik, dan (5) Agrowisata dapat menjadi sumber masukan
potensi yang ada sangat beragam dan khas. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin
(1999) identifikasi suatu wilayah pertanian yang akan dijadikan obyek agrowisata
kekayaan obyek wisata yang amat ternilai. Agar lebih menarik wisatawan, obyek
2. Memilih suatu tempat yang dipandang strategis dari segi geografis pariwisata
tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama sekali. Pada daerah ini akan
berdagang dan lain-lain, serta berada tidak jauh dari lalu lintas wisata yang
cukup padat.
Sarana dan prasarana dalam agrowisata dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
manusia serta perpaduan antara buatan manusia dan keadaan alami. Terkait
dengan agrowisata yang termasuk fasilitas obyek diantaranya adalah lahan dan
produk pertanian serta kegiatan petani mulai dari budidaya sampai pasca panen.
(2001) meliputi pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi,
jalan dalam kawasan agrowisata, toilet, tempat ibadah, tempat sampah, toko
dalam fasilitas pendukung adalah jalan menuju lokasi, komunikasi dan promosi,
agrowisata tidak hanya obyek wisata pertaniannya saja yang disiapkan, tetapi juga
terciptanya penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu
agrowisata juga perlu dicarikan jalan keluarnya. Berikut beberapa hal yang perlu
Oleh karena itu, Tirtawinata dan fachrudin (1999) mengusulkan agar pihak
bidang agrowisata yang meliputi : (1) Penetapan obyek agrowisata yang dapat
dikunjungi (2) Tata cara berkunjung ke obyek agrowisata (3) Penjelasan mengenai
hal-hal yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh wisatawan selama berada di
kawasan agrowisata dan (4) Jadwal waktu untuk berkunjung ke obyek agrowisata.
21
di lahan-lahan yang sudah tidak dapat ditanami tanaman lain. Menurut Rosita et
Songko (2002), tumbuhan obat adalah semua tumbuhan baik yang sudah ataupun
belum dibudidayakan, dapat digunakan sebagai obat dan berkisar dari yang
terlihat dengan mata hingga yang hanya nampak di bawah miskroskop. Menurut
Suhirman dalam Songko (2002), tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian
tumbuhannya (daun, batang, atau akar) mempunyai khasiat sebagai obat dan
obat tradisional yang daya pengaruhnya belum dibuktikan secara medis, serta obat
fitoterapi dan obat modern yang secara medis sudah diketahui daya
bahwa tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau
masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah
bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau medis
daun, bunga, buah, umbi (rimpang) atau akar. Tabel 1 menunjukkan luas panen
jenisnya.
dunia khususnya tanaman obat, jumlahnya kurang lebih 940 spesies. Indonesia
keadaan tanah dan iklim, perkembangan industri obat modern dan tradisional,
industri makanan dan minuman, serta meningkatnya konsumen di dalam dan luar
pengeluaran setiap orang Rp 20.000,- per tahun saja, berarti dengan penduduk 200
juta orang, potensi pasar produk farmasi di Indonesia adalah sekitar Rp 4 trilyun
per tahun. Berdasarkan Sandra dan Kemala dalam Songko (2002) pemanfaatan
simplisia dalam negeri tahun 1983 adalah sebanyak 1.687.033 kg yang terdiri dari
164 jenis. Pada tahun 1984 mengalami peningkatan sebesar 2.217.226 kg yang
terdiri dari 153 jenis dengan demikian pemanfaatan simplisia pada tahun 1984
Obat tradisional adalah obat asli Indonesia yang berasal dari tanaman obat,
proses produksinya masih tradisional dan belum diuji secarah ilmiah. Obat
tradisional ini berupa ramuan, baik yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,
sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional
a. Obat tradisional mencakup obat yang sudah terbungkus serta bahan baku atau
ramuan bahan. Definisi lama hanya mencakup obat jadi (ramuan) saja.
24
b. Obat tradisional mencakup semua ramuan yang berasal dari alam, baik yang
1. Kelompok jamu, yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia
sekalor tolak angin dan sebagainya, sampai saat ini kelompok ini yang lebih
fitomarka yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia yang
2. Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat
halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik atau
3. Pil adalah sediaan obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa
4. Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau
lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan. Kandungan air isi kapsul tidak lebih dari 10 persen dan kapsul
5. Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa
cetak, dalam bentuk tabung silindris atau bentuk lain. Kedua permukaannya
rata atau cembung terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen dan memiliki waktu
hancur tidak lebih dari 20 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari
6. Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional atau bentuk pasta,
dan digunakan sebagai obat luar. Kandungan airnya tidak lebih dari 10
persen.
7. Cairan obat dalam adalah sediaan obat tradisional berupa larutan simplisia
atau emulsi, bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan
8. Cairan obat luar adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau
9. Salep atau krim adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan, bahan
bakunya berupa sediaan galenik yang larut atau terdispensi homogen dalam
dasar salep atau krim yang cocok yang digunakan sebagai obat luar.
dengan simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh bagian tanaman
atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu di keluarkan dari selnya,
atau zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya
2. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, zat yang
digunakan diambil dari hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelikan atau minerat adalah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau minerat yang belum diolah atau telah diolah dengan sederhana dan belum
yang ada sesuai misi dan tujuan yang telah disusun. Misi-misi yang telah
berbagai kegiatan yang ada. Pemilihan jenis strategi pengembangan Taman Buah
pengembangan teh dan wisata agro ini pada sel I sehingga dapat dilaksanakan
Berdasarkan matriks SWOT dihasilkan empat set alternatif strategi yang didasari
dari hasil analisis faktor strategis baik peluang, ancaman maupun kekuatan dan
agro Gunung Mas melalui promosi aktif, melengkapi produk yang ditawarkan
Hasil matriks I-E menunjukkan bahwa wisata agro apel Kusuma Agrowisata
menjalankan usahanya adalah tumbuh dan bina, terdiri dari strategi penetrasi
Electrik, wisata agro apel Kusuma terjun ke dalam pasar yang memiliki daya tarik
sedang (3.448) dan memiliki kekuatan usaha yang sangat kuat (3.924) yang
diperlukan untuk berhasil dalam pasar tersebut. Posisi kompetitif wisata agro apel
efektivitas promosi untuk menjaring jumlah dan segmen konsumen yang lebih
sasaran-sasaran perusahaan.
kapabilitasnya.
lingkungan eksternal.
31
mengevaluasi strategi.
perubahan dalam salah satu komponen utama dalam model dapat memaksa
perubahan dalam salah satu atau semua komponen yang lain. Oleh karena itu,
Melakukan
Audit
Eksternal
Melakukan
Audit
Internal
perlu dilakukan evaluasi. Hal ini sangat penting karena adanya strategi baru maka
akan terjadi perubahan. Dalam menjalankan strategi yang terpilih perusahaan juga
melihat seberapa efektifkah tingkat pelaksanaan dan kepentingan dari strategi dan
diakhiri, tahu dilakukan evaluasi kembali apakah strategi ini masih layak untuk
dijalankan.
bagi perusahaan dengan industri majemuk terdiri dari tingkatan, yaitu tingkat
korporasi (perusahaan), tingkat bisnis dan tingkat fungsional. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 2.
33
Strategi Korporasi
Strategi tingkat perusahaan biasanya sebagai arahan dasar berbagai strategi pada
unit usaha (bisnis) dan strategi fungsional yang disusun. Eksekutif tingkat
keinginan yang dihasilkan di tingkat korporasi ke dalam sasaran dan strategi yang
kongkrit untuk masing-masing divisi usaha pada intinya, para manajer strategik
Segmen ini merupakan bagian dari pasar total yang dapat dikuasai perusahaan
pemasaran, kualitas layanan pelanggan, dan sukses produk dan jasa tertentu guna
kecil, tanggung jawab tingkat korporasi (perusahaan) dan unit bisnis terpusat pada
satu kelompok direktur, staf dan manager. Sedangkan struktur perusahaan klasik
memiliki tiga tingkat operasional yang lengkap yaitu tingkat korporasi, tingkat
Secara ringkas, misi menguraikan produk, pasar, dan bidang teknologi yang
digarap perusahaan yang mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil
lain: (1) Siapa konsumen pemakai produk, (2) apa produk/jasa yang dihasilkan,
(3) pasar yang akan dimasuki, (4) teknologi apa yang dipakai, (5) perhatian
terhadap survival, pertumbuhan dan keuntungan, (6) filsafat organisasi, (7) konsep
diri, (8) perhatian terhadap citra perusahaan, (9) perhatian terhadap pekerja
(David, 2002).
(Kotler, 1997). Lingkungan usaha dapat dibagi menjadi dua lingkungan yaitu
yang berada diluar kontrol manajemen perusahaan, dan lingkungan internal yang
Sosial-Teknologi).
operasi perusahaan. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif
bagi dunia usaha demikian juga sebaliknya. David (2002) menambahkan bahwa
ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Oleh karena itu, pemerintah dan
harus dipertimbangkan adalah pola konsumsi, suku bunga primer, laju inflasi,
perekonomian mungkin baik bagi satu perusahaan tetapi belum tentu baik bagi
perusahaan lain.
aspeknya, misalnya sikap, gaya hidup, adat-istiadat, dan kebiasaan dari orang-
dan kinerja pemasaran. Selain itu adanya peluang inovasi yang tidak terbatas,
lingkungan ini.
faktor yaitu besarnya jumlah pembeli, ciri produk, kemudahan pembeli beralih ke
38
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu jumlah pesaing, karakteristik
Pendatang baru
membawa kapasitas baru, keinginan merebut pasar, serta seringkali juga sumber
daya yang besar, akibatnya harga menjadi turun dan membengkak sehingga
industri tergantung pada rintangan masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari
para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh sipendatang baru. Jika
rintangan besar dan akan ada perlawanan keras dari muka-muka lama, maka
ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Terdapat enam sumber utama
rintangan masuk, yaitu : (1) Skala ekonomis, (2) Diferensiasi, (3) Kebutuhan
modal, (4) Biaya beralih pemasok, (5) Akses ke saluran distribusi dan (6) Biaya
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu jumlah produk yang memiliki fungsi yang
peralihan.
kondisi lingkungan internal perusahaan secara luas dan mendalam pun perlu
dilakukan. Oleh karena itu, strategi yang dibuat perlu bersifat konsisten dan
dan tindakan perusahaan yang berasal dari intern perusahaan. Analisa internal
pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan.
sumber daya keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja
efektif perusahaan. Faktor-faktor internal kunci terdiri dari sumber daya manusia,
lain-lain. Oleh karena itu kebijakan sumber daya manusia terpengaruh oleh aspek-
tenaga kerja, perkembangan social dan system nilai masyarakat lain (Umar, 2001).
Selain itu perlu diperhatikan keterampilan dan moral tenaga kerja karyawan, biaya
transformasi input menjadi produk atau jasa. Sistem produksi menyusun program
proses muatan, perawatan sarana produksi, pengendalian mutu. Jauch dan gleuck
rendah dan mampu menjalankan bisnis sedangkan yang lain tidak atau dapat
memperoleh bahan baku dengan harga yang menguntungkan, maka perusahaan itu
dalam soal keuangan. Kebanyakan mereka tidak atau belum menerapkan prinsip-
keuangan adalah pembukuan dan administrasi yang rapih dan tepat. Menurut
seluruh dana dapat diedarkan ke semua bagian kegiatan usaha. Untuk itu harus
disediakan dana yang cukup agar mereka dapt menjalankan tugas sebaik-baiknya.
terbengkalai. Berlebihan berarti banyak sumber dana yang menganggur dan tidak
efisien, terlebih lagi bila dana itu berasal dari pinjaman berbunga.
pengusaha, faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah : pangsa pasar,
distributor, kondisi satuan kerja pemasaran, kegiatan promosi, harga jual produk,
harus didasarkan atas fakta-fakta yang nyata dan data-data yang memadai.
Untuk melihat strategi mana yang tepat untuk diterapkan oleh perusahaan
organisasi ke dalam diagram skematis, oleh karena itu matriks ini disebut Matriks
Portofolio.
Matriks I-E terbagi atas tiga bagian utama yang memiliki implikasi strategi
yang berbeda. Pertama, divisi yang berada pada sel I, II, atau IV dapat disebut
tumbuh dan bina (grow and build). Strategi intensif (penetrasi pasar,
semua divisi ini. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat
dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Penetrasi
dilakukan untuk tipe-tipe divisi ini. Ketiga, divisi yang umum masuk dalam sel
VI, VII, atau IX adalah panen atau divestasi. Organisasi yang sukses dapat
mencapai portofolio bisnis yang diposisikan dalam atau di sekitar sel I dalam
strategi, yakni (1) strategi SO atau strategi kekuatan-peluang yaitu strategi yang
planning Matriks (QSPM) dirancang untuk menetapkan daya tarik relatif dari
tindakan alternatif yang layak. Teknik ini secara sasaran menunjukkan strategi
alternatif mana yang terbaik. QSPM adalah alat yang memungkinkan ahli strategi
faktor kritis untuk sukses eksternal dan internal yang dikenali sebelumnya (David,
2002).
Sifat positif dari QSPM adalah bahwa set strategi yang dapat diperiksa
secara berurutan atau bersamaan. Tidak ada batas untuk jumlah strategi yang
dapat dievaluasi atau diperiksa sekaligus. Sifat positif lainnya adalah alat ini
faktor kunci lebih kecil kemungkinannya terabaikan atau diberi bobot secara tidak
yang baik dalam memberi peringkat dan nilai daya tarik dan keputusan subyektif.
Keterbatasan lain dari QSPM adalah konsep ini hanya dapat sebaik informasi
diawali dengan mengetahui visi dan misi perusahaan. Pernyataan misi merupakan
hal yang penting untuk mengetahui bisnis yang dijalankan oleh perusahaan secara
lingkungan internal untuk menilai hal-hal yang menjadi kekuatan serta kelemahan
usaha dan analisa lingkungan eksternal untuk menentukan hal-hal apa yang
diidentifikasi akan diringkas dalam matriks IFE dan EFE. Untuk merumuskan
strategi digunakan dua analisis yaitu Matriks I-E dan Matriks SWOT. Total skor
bobot matriks IFE dan EFE akan digunakan untuk memposisikan divisi dalam
matriks I-E. Posisi sel yang dihasilkan dari matriks I-E akan merumuskan suatu
strategi yang akan diterapkan oleh usaha ini. Sedangkan faktor-faktor strategis
yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihasilkan dari
matriks IFE dan EFE akan dipadukan untuk menghasilkan beberapa alternatif
penting yang harus dimiliki oleh Taman Sringanis dalam menentukan strategi
45
dilakukan pemilihan strategi yang paling tepat untuk dilaksanakan sesuai dengan
AGROWISATA
TAMAN SRINGANIS
Matriks IE dan
Matriks SWOT
Penilaian
Konsumen
Alternatif Strategi
Pengembangan Usaha
IPA
QSPM
Strategi
Alternatif Dominan
Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) dengan
koleksi yang dijadikan agrowisata taman obat, yang terbilang baru dalam bisnis
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dari wawancara langsung dengan pihak Taman Sringanis yang mengerti tentang
harus memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap bidang yang akan diteliti
data-data Taman Sringanis dan laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan
47
topik penelitian, Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian dan
1. Populasi
tahun 2005 yang berusia 17 tahun ke atas, dengan pertimbangan dapat menangkap
2. Sampel
(Simamora, 2002) :
n = N /(1 + Ne2 )
3403 dan galat sebesar 10 persen, maka diperoleh jumlah contoh yang harus
n = N / (1 + Ne2)
= 3403/(1+(3403) (0,1)2)
= 97, 146 ≈ 100 responden
48
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
kuantitatif dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan uraian. Data yang
terkumpul dalam tahap pengumpulan data perlu diolah dahulu. Tujuannya adalah
menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan disajikan dalam susunan yang
baik dan rapi untuk kemudian dianalisis. Pengolahan data diperlukan untuk
(David, 2002).
terbatas peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang harus
memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.
(kinnear, 1991)
Xi
Ai = n
∑X
i= 1
i
keterangan:
Ai = Bobot variabel ke-i
Xi = Total nilai variabel
i = A, B, C, D…. dan
n = Jumlah variabel
50
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal Perusahaan
Faktor Strategis Internal A B C ..... Total Bobot
A
B
C
......
Total
Faktor Strategis Eksternal K L M ..... Total Bobot
K
L
M
.....
Total
Sumber: David, 2002
sangat lemah, 2 = lemah, 3 = kuat, 4 = sangat kuat. Pemberian nilai rating untuk
pemberian nilai rating peluang pada matriks EFE menggunakan skala: 1 = rendah
diatas rata-rata), 4 = sangat tinggi (respon superior). Pemberian nilai rating untuk
sampai dengan 4 dengan rata-rata 2,5. Nilai 1 pada matriks EFE menunjukkan
saat ini telah dengan sangat baik memanfaatkan peluang untuk menghadapi
matriks EFE.
Nilai 1 pada matriks IFE menunjukkan situasi internal perusahaan yang sangat
Nilai 2,5 untuk matriks IFE menunjukkan situasi internal perusahaan berada
Matriks IE merupakan pemetaan skor matriks IFE dan EFE yang telah
dihasilkan pada tahap input. Konsep matriks IE dapat dilihat pada Gambar 5.
Matriks I-E didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total skor bobot IFE pada
sumbu horisontal dan total skor bobot EFE pada sumbu vertikal. Pada sumbu
horisontal skor antara 1,00 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah,
skor 2,00 hingga 2,99 menunjukkan rata-rata, dan skor 3,00 hingga 4,00
menunjukkan posisi internal yang kuat. Pada sumbu vertikal skor 1,00 sampai
1,99 menunjukkan posisi eksternal yang rendah, skor dari 2,00 hingga 2,99
Matriks I-E terbagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki implikasi
1. Sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh dan bina. Strategi intensif (penetrasi
2. Sel III, V, atau VII dapat melaksanakan strategi pertahankan dan pelihara;
3. Sel VI, VIII, atau IX adalah panen atau divestasi. Organisasi yang sukses
dapat membentuk portofolio dari posisi bisnis-bisnisnya pada atau sekitar sel I
Tinggi II III
3,0 - 4,0 I
EVALUASI FAKTOR
3,0
TOTAL SKOR
EKSTERNAL
Sedang V VI
2,0 – 2,99 IV
2,0
Rendah VIII IX
1,0 – 1,99 VII
1,0
tipe strategi: SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT.
strategi ST.
kuesioner diolah secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis
(likert) yang terdiri dari sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting
dan tidak penting. Kelima penilaian tersebut diberikan bobot sebagai berikut :
dengan skor kepentingan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diwakilkan oleh huruf X
kepentingan pengunjung.
Xi
TKi = x 100 %
Yi
Pada penggunaan diagram kartesius, sumbu mendatar (X) akan diisi oleh
diisi oleh skor tingkat kepentingan (importance). Rumus untuk setiap faktor
tersebut, yaitu :
n n
∑ Xii =1
∑Y
i =1
i
X= dan Y =
n n
dimana :
X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/kinerja
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan
n = Jumlah responden
bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-
∑ Xi
i =1
∑Y i =1
i
Yi = dan Yi =
K K
dimana :
X = Skor rata-rata dari rata-rata tingkat pelaksanaan/kinerja seluruh atribut
Y = Skor rata-rata dari rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut
k = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan
58
Selanjutnya tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi
Y
Prioritas rendah Berlebihan
C D
X
Tingkat Kepuasan
Keterangan :
memuaskan.
59
4.4.7 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic
Planning Matriks)
perusahaan dalam kolom kiri dari QSPM. Informasi ini harus diambil
langsung dari matriks IFE dan EFE. Minimal 10 faktor sukses kritis eksternal
2. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal.
numerik yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi dalam
alternatif set tertentu. Nilai daya tarik ditetapkan dengan memeriksa setiap
faktor sukses kritis eksternal dan internal, satu persatu. Bila faktor sukses
tersebut mempengaruhi strategi pilihan yang akan dibuat maka strategi harus
dibandingkan relatif terhadap faktor kunci. Nilai daya tarik harus diberikan
pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif dari satu strategi atas
strategi yang lain. Nilai daya tarik itu adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak
nilai daya tarik ditetapkan sebagai hasil perkalian bobot dengan nilai daya
6. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik. Jumlah Total Nilai Daya Tarik
mengungkap strategi mana yang paling menarik dalam setiap set strategi.
sebagai berikut:
a. Pengunjung adalah setiap orang yang datang ke suatu daerah atau tempat
yang sedang berkunjung atau pernah minimal satu kali berkunjung dalam satu
tahun terakhir.
d. Pendapatan adalah pendapatan rata-rata individu per bulan. Untuk pelajar atau
mahasiswa berarti jumlah uang saku per bulan. Untuk ibu rumah tangga
mengetahui nama dan tempat dan pelayanan karyawan, tetapi juga meliputi
toilet umum, sarana peribadatan, kios makanan dan minuman serta klinik.
62
n. Promosi merupakan sarana yang digunakan untuk mengenal kawasan Taman
adalah Ibu Endah Lasmadiwati, seorang pengajar akupuntur dan akupresur. Kata
Taman Sringanis berasal dari kata Ketut Taman yang merupakan ibu dari pendiri
dari alam.
timbulnya keinginan dalam diri pemilik untuk melakukan sesuatu yang berguna
tambahan ilmu dari setiap daerah yang dikunjunginya, terutama dalam pengenalan
tersebut menimbulkan depresi dalam diri Ibu Endah, terlebih lagi pada saat yang
produk pertama yang dijual adalah instan temulawak. Perkembangan yang dialami
Taman Sringanis pada tahun-tahun awal tidak terlalu pesat, namun Taman
semakin banyak diketahui oleh masyarakat. Tahun 2001 produk Taman Sringanis
kesehatan. Taman Sringanis tidak berorientasi laba, namun tetap berusaha untuk
menjaga mutu produk dan pelayanan dengan terus melakukan perbaikan disegala
bidang. Hal penting yang berusaha dipertahankan Taman Sringanis adalah citra
Taman Sringanis.
65
Visi yang dimiliki Taman Sringanis adalah setiap orang sadar akan hak
menggunakan potensi dirinya dan potensi alam untuk membangun kesehatan yang
lembaga informasi bagi masyarakat agar dapat mandiri dalam pengobatan dengan
adalah keluarga dan kerabat, sehingga tercipta lingkungan kerja yang bersifat
lamaran dan tes). Semua karyawan menjadikan Taman Sringanis sebagai tempat
Pemilik
Business Executive
Taman Sringanis menawarkan dua jenis paket wisata yang berbeda yaitu
paket wisata A dan paket wisata B, selain itu ada juga pengunjung biasa yaitu
karena berasal dari pemilik dan tidak pernah melakukan pinjaman/hutang. Aset
yang dimiliki Taman Sringanis terdiri dari dua jenis, yaitu berupa aktiva tidak
lancar (bangunan dan tanaman) dan aktiva lancar (uang). Perubahan aset Taman
Sringanis sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2004 adalah sebesar 100 persen
untuk aktiva lancar. Aktiva tidak lancar berupa tanaman mengalami perubahan
sebesar 400 persen, sedangkan aktiva tidak lancar berupa bangunan mengalami
dalam Tabel 8.
Sumberdaya adalah aset yang dimiliki oleh perusahaan dan menjadi satu
penunjang kegiatan.
luas lahan yang digunakan untuk pembibitan tanaman obat adalah sekitar 300 m2.
komputer, mesin fax dan telepon yang digunakan untuk menunjang kegiatan
Jakarta yang merupakan tempat tinggal seorang pekerja divisi produk, khususnya
untuk instan dan serbuk. Pemilihan tempat produksi tersebut adalah berdasarkan
pertimbangan kelancaran pasokan bahan baku, karena sebagian besar bahan baku
dipasok dari luar kota, seperti: Yogyakarta, Solo, Sukabumi, Lombok dan
Sumenep. Produk Taman Sringanis bersifat alami dan tidak mengandung bahan
69
pengawet sehingga kualitas bahan baku harus selalu dijaga. Hal utama dalam
dengan menggunakan peralatan dapur yang sederhana dan hanya melibatkan lima
berbeda-beda, ada yang diproduksi setiap bulan dan ada juga yang diproduksi dua
bulan atau tiga bulan sekali. Hal tersebut tergantung kepada tingkat penjualan
mudah untuk dilakukan. Bahan baku umbi segar tidak memerlukan proses
produksi, hanya perlu dicuci, diiris tipis dan hati-hati untuk memudahkan
pengeringan tanpa mengurangi manfaat yang dicari. Setelah itu dicelup air panas
untuk menghilangkan kuman dan dijemur sampai kering lalu dikemas. Bahan
baku berupa bunga dan daun hanya dibersihkan lalu dijemur hingga kering
selanjutnya dikemas. Dalam setiap proses pembuatan produk, hal penting yang
sehingga mutu produk selalu baik. Skema proses produksi teh kasar Taman
tempat, yaitu toko jamu di Cipaku (Bogor) dan Rawamangun (Jakarta) yang
merupakan tempat tinggal pemilik yang juga berfungsi sebagai klinik pengobatan
suami pemilik. Sistem pemasaran yang dilakukan masih bersifat sederhana yaitu
Bogor.
Dikemas
Gambar 8. Skema Proses Produksi Teh Kasar, Taman Sringanis Tahun 2004
sekitar 52,88 persen setiap tahunnya selama periode tahun 2001 sampai dengan
tahun 2004. Peningkatan nilai penjualan yang terbesar terjadi pada tahun 2002,
yaitu sekitar 106,05 persen. Jenis jamu instan memiliki nilai penjualan terbesar
dengan rata-rata per tahun sebesar Rp 10 304 370. Nilai penjualan jamu Taman
dengan laboratorium, tetapi berdasarkan ilmu yang diperoleh dari konsumen dan
Sringanis diwujudkan dengan jenis produk jamu yang semakin bervariasi, baik
komoditinya maupun jenis produknya dalam bentuk teh halus/serbuk dan bentuk
instant. Produk terbaru yang dihasilkan Taman sringanis pada tahun 2004 adalah
dan program pelatihan. Setiap bidang usaha memiliki wewenang tersendiri untuk
Taman Sringanis memiliki sekitar 450 jenis tanaman obat yang berasal
dari berbagai daerah di Indonesia. Tujuan utama dibentuknya kebun obat adalah
72
agar masyarakat dapat mengenal dan mengetahui tanaman obat apa saja yang
Rp 7 500 - 500 000. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan tanaman obat per
akupresur dengan memberikan resep ramuan obat. Pengobatan ini dilakukan oleh
seorang staf yang bersifat komisi. Klinik praktek setiap hari selasa, kamis, dan
tradisional dengan menggunakan tanaman obat. Buku yang tersedia saat ini cukup
banyak, dimana diantaranya merupakan buku yang ditulis dan diterbitkan sendiri
untuk maksimal 30 orang dengan biaya Rp 400 000 berlaku sama untuk jumlah
73
peserta kunjungan lebih dari 30 orang. Sedangkan untuk makan siang dengan
tanaman obat dan simplisia, mencicipi dua macam minuman berkhasiat obat dan
Waktu kunjungan kurang lebih 3-4 jam. Taman Sringanis juga menyediakan
Selain itu juga terdapat fasilitas tambahan latihan olah nafas dan meditasi
prana, pelatihan dan pengetahuan tentang penularan dan pencegahan AIDS, dan
bagi Taman Sringanis untuk mengetahui bagaimana reaksi konsumen yang telah
Taman Sringanis yang memilih salah satu paket yang ditawarkan atau pengunjung
perempuan. Persebaran responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel
Tabel 10. Persebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin
Responden
Jenis Kelamin
Jumlah Persen (%)
Perempuan 58 58
Laki-laki 42 42
Total 100 100
5.6.3 Usia
dari usia muda, usia kerja, hingga usia lanjut. Pemilihan responden terhadap
ibu dan bapak-bapak yang rata-rata berumur diatas 40 tahun. Selain itu, ada pula
keluarga besar dengan kakek dan nenek mereka serta pasangan suami istri yang
masih muda.
orang. Responden yang paling sedikit berusia lebih dari 55 tahun dengan jumlah 7
Tabel 11.
alasan untuk berobat dan menambah pengetahuan, bahkan ada yang berkunjung
responden Taman Sringanis sudah berumah tangga, hal ini dapat dilihat dari rata-
76
rata usia tua. Selain itu, hampir sepertiga pekerjaan responden sebagai karyawan
swasta. Kemudian sebagai Pegawai Negeri Sipil. Wiraswasta, Ibu rumah Tangga
Tabel 12. Persebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Pekerjaan
Responden
Jenis Pekerjaan
Jumlah Persen (%)
Swasta 33 33
Pegawai Negeri 29 29
Ibu Rumah Tangga 9 9
Wiraswasta 18 18
Mahasiswa 8 8
Pensiunan 3 3
Total 100 100
ditanyakan tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh saat ini. Lebih
dari separuh responden mempunyai pendidikan Sarjana dan Diploma. Hal ini
tingkat pendidikan responden Taman Sringanis dapat dilihat pada Tabel 13.
Pendidikan yang paling rendah dimiliki responden adalah SMU atau sederajat,
dan pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh responden adalah Pasca Sarjana (S2).
77
dari Rp 500 000 sampai dengan lebih dari Rp 2 000 000. Responden paling
banyak memiliki penghasilan antara Rp 1 000 000 sampai dengan Rp 1 500 000.
yang datang berasal dari daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan ada yang
datang dari luar pulau Jawa seperti Sumatra, Sulawesi. Persebaran responden
Tabel 15. Persebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kota Asal
Kedatangan
Kota Asal Kedatangan Jumlah Responden Persen (%)
Bogor 51 51
Jakarta 28 28
Bandung 4 4
Tangerang 2 2
Depok 2 2
Sumatra (Riau, Padang) 5 5
Gresik 1 1
Jogjakarta 1 1
Surabaya 3 3
Cirebon 1 1
Makassar 2 2
Total 100 100
79
PERUSAHAAN
yang dimiliki oleh suatu perusahaan dalam proses penyusunan strategi. Aspek-
aspek internal perusahaan dibagi atas aspek sumber daya munusia, produksi dan
yang penting, sehingga selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang
pendidikan karyawan umumnya adalah SLTA, hanya ada satu pekerja yang
bulanan dan insentif dari program pelatihan, standarisasi gaji disesuaikan dengan
terhadap Taman Sringanis sangat tinggi, karyawan yang ada selama ini telah
80
bekerja cukup lama, bahkan ada yang sejak pertama kali Taman Sringanis
dibentuk.
percontohan tanaman obat bagi masyarakat umum, namun karena ada keinginan
jenis obat yang lebih bervariasi. Taman Sringanis selalu melakukan perbaikan
dalam teknik pembuatan produk agar mutu produk selalu terjaga. Produk jamu
simplisia kering, serbuk, instan, atau umbi segar. Jenis produk yang disediakan
Produk instan dan serbuk dikemas dalam bentuk botol dan tas kertas dengan
ukuran 100 gram, 150 gram, 185 gram, dan 200 gram. Simplisia kering dikemas
81
dalam plastik transparan dengan ukuran satu ons. Kapasitas Produksi Obat
Obat luar yang disediakan oleh Taman Sringanis diantaranya adalah salep,
arak parem, minyak urut, krim pegagan. Taman Sringanis juga melakukan
penjualan beberapa produk yang diproduksi oleh orang lain, misalnya sari kedelai,
penyebab peningkatan biaya produksi adalah fluktuasi harga bahan baku. Tahun
2001 biaya bahan baku sebesar Rp 40 958 320 meningkat sebesar 109,04 persen
menjadi Rp 85 616 400 pada tahun 2002. Tahun 2004 terjadi peningkatan biaya
sebesar 16,01 persen dari tahun sebelumnya. Besarnya total biaya produksi jamu
Tabel 18. Perkembangan Total Biaya Produksi Obat Tradisional Taman Sringanis
Tahun 2001-2004
Tahun Biaya (Rp) Perkembangan (%)
2001 40 958 320 -
2002 85 616 400 109,04
2003 104 094 300 21,59
2004 120 750 650 16,01
Rata-rata 87 854 917,50 48,88
Sumber : Taman Sringanis, 2005
merupakan agrowisata yang baru dalam wisata kebun tanaman obat. Taman
Pengelolaan kebun tanaman obat ke arah yang lebih baik sesuai dengan
perlu diupayakan oleh pengelola agar dapat meningkatkan daya saing dan
berbagai fasilitas dengan tata letak areal yang bagus seperti penataan kebun,
83
penambahan tanaman, dll sangat dibutuhkan untuk menciptakan kesan yang lebih
6.1.4 Keuangan
modal pribadi dan tidak memiliki beban hutang. Berdasarkan nilai beban hutang
yang tidak dimiliki maka dapat dinilai bahwa rasio leverage Taman Sringanis
menunjukkan sampai seberapa jauh suatu perusahaan dibiayai oleh pihak luar
diperolehnya dapat digunakan kembali untuk menambah modal, selain itu juga
dengan tidak adanya beban hutang maka Taman Sringanis tidak perlu
memaksakan diri untuk mencari laba yang besar untuk membayar hutang.
secara garis besar mengenai penerimaan dan pengeluaran saja, belum menerapkan
sistem akuntansi. Hal ini merupakan faktor kelemahan karena dengan adanya
lebih tepat. Informasi yang dihasilkan berupa laporan keuangan dapat berguna
bagian administrasi.
84
6.1.5 Pemasaran
berdasarkan nilai penjualan yang semakin meningkat maka dapat dinilai bahwa
kepada peningkatan nilai laba bersih sebesar 49,69 persen per tahun. Pertumbuhan
nilai laba bersih disajikan pada Tabel 19. Kondisi ini menjadi kekuatan Taman
Tabel 19. Pertumbuhan Nilai Laba Bersih Penjualan Obat Tradisional Taman
Sringanis Tahun 2001-2004
Tahun Nilai laba bersih Pertumbuhan (persen)
2001 9 091 680 -
2002 18 103 600 99,13
2003 22 579 200 27,73
2004 27 592 350 22,21
Rata-rata/tahun 19 341 707 49,69
Sumber: Taman Sringanis, 2005
faktor yang terdapat diluar perusahaan guna mengetahui peluang dan ancaman
tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian utama, yaitu (1) Lingkungan Umum
Lingkungan ini memberikan peluang dan ancaman serta kendala bagi perusahaan,
lingkungan ini. Lingkungan yang dimaksudkan terdiri dari politik dan kebijakan
mempengaruhi iklim usaha disuatu negara. Kondisi politik bangsa Indonesia saat
ini masih berada dalam keadaan tidak stabil. Konflik politik dan disintegrasi
bangsa yang terjadi dibeberapa daerah serta kasus peledakan bom di Indonesia
negatif bagi pelaku usaha, karena kondisi tersebut akan meningkatkan resiko
Stabilitas politik dan keamanan akan berpengaruh terhadap kegiatan produksi dan
dan kelancaran iklim berusaha pada suatu negara. Beberapa diantaranya adalah
79/Menteri Kesehatan/III/1978.
CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) yang ditetapkan dalam
1991. CPOTB merupakan cara pembuatan obat tradisional yang diikuti dengan
ini telah didirikan 12 Sentra P3T di 12 propinsi yang bertugas untuk melakukan
uji klinis agar obat tradisional dapat diterima dalam pelayanan kesehatan formal.
kenaikan tarif BBM (bahan bakar minyak) dan TDL (tarif dasar listrik) yang
87
no. 133/2001 menyatakan kenaikan TDL sebesar enam persen setiap tiga bulan
terhitung 1 januari 2002. Kenaikan BBM dilakukan secara bertahap, pada bulan
April 2001 sebesar 20 persen kemudian mulai tanggal 15 Juni 2001 terjadi
Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Daerah Bogor (Propeda) tahun 2001-
2005 yang menyatakan bahwa salah satu program kota Bogor dalam aspek
pelaku usaha agribisnis, termasuk usaha pengolahan tanaman obat seperti Taman
Sringanis.
c. Perdagangan Bebas
Cooperation), dan AFTA (Asean Free Trade Area). Perjanjian tersebut bertujuan
cara menghilangkan hambatan tarif dan non tarif. Pelaksanaan perjanjain tersebut
Tantangan yang harus dihadapi industri jamu dan obat tradisional dalam
memproduksi jamu dengan harga jauh lebih murah. Tantangan dari luar negeri
88
datang dari Cina yang lebih dahulu dikenal sebagai negara produsen jamu tertua
di dunia. Harga jamu dari Cina yang jauh lebih murah dibandingkan dengan jamu
Sringanis.
untuk tanaman obat dan obat tradisional yang lebih besar. Indonesia dapat
namun dalam kenyataannya Indonesia baru menguasai kurang dari dua persen
pangsa pasar dunia2. Masalah yang dihadapi dalam melakukan impor adalah
peraturan ketat dari Departemen Kesehatan negara tujuan ekspor yang senantiasa
6.2.1.2 Ekonomi
perusahaan dan industri. Faktor ekonomi mengacu kepada sifat, cara, dan arah
Indikator dari kesehatan perekonomian dari suatu negara antara lain adalah
1
Industri Jamu Indonesia Hadapi Tantangan Besar.
Sumber: Harian Kompas, 27 Juli 2004.
2
Indonesia baru Menguasai Dua Persen Pangsa Pasar Jamu.
Sumber: Harian Kompas, 27 februari 2004.
89
Indonesia berdasarkan ukuran PDB (produk domestik bruto) pada tahun 2003
mengalami peningkatan dibanding PDB tahun 2002. PDB atas dasar harga yang
berlaku pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 176,1 triliun sedangkan PDB tahun
2002 sebesar Rp 1 610,6 triliun. Nilai PDB atas dasar harga konstan tahun 1993
pada tahun 2003 juga mengalami peningkatan dari Rp 426,9 triliun pada tahun
bruto atas dasar harga konstan dalam triwulan pertama 2004 meningkat 3,54
Perekonomian Indonesia tahun 2004 berdasarkan besar PDB atas dasar harga
berdasarkan PDB per kapita periode tahun 2001 sampai dengan 2004 mengalami
peningkatan sebesar 14,43 persen untuk PDB atas dasar harga yang berlaku. PDB
per kapita atas dasar harga konstan 2000 mengalami pertumbuhan rata-rata
3
Berita Resmi Statistik No. 30/VII/24 Mei 2004
4
Berita Resmi Statistik No. 30/VII/24 Mei 2004
90
Tabel 20. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita Atas
Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Indonesia
Tahun 2001-2004 (Rupiah).
PDB per Kapita Pertumbuhan PDB per Kapita Pertumbuhan
Atas Dasar (persentase) Atas Dasar (persentase)
Tahun
Harga Berlaku Harga Konstan
(miliar) (miliar)
2001 7 137 229,.0 - 6 922 887,9 -
2002 8 828 049,9 23,69 7 135 899,7 3,07
2003 9 572 4849 8,43 7 390 707,0 3,57
2004 10 641 731,6 11,17 7 673 118.9 3,82
Rata-rata 14,43 3,49
Sumber: BPS, 2006
Indonesia yang mulai membaik akan berimplikasi terhadap peningkatan daya beli
meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,22 persen per tahun.
c. Laju Inflasi
Meski pada bulan Desember terjadi deflasi, secara keseluruhan laju inflasi
pada tahun 2005 mencapai 17,11 persen. Pelonjakan angka inflasi ini lebih banyak
disebabkan oleh kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang
91
terjadi dua kali selama tahun 2005, yang memicu kenaikan harga berbagai barang
dan jasa sampai berulang-ulang kali. Angka inflasi 17,11 persen yang di luar
perkiraan banyak kalangan ini jauh di atas angka inflasi yang ditetapkan dalam
Kelompok ini mencatat inflasi yang sangat tinggi pada bulan Maret dan Oktober
2005 bersamaan dengan kenaikan harga BBM dalam negeri, yaitu berturut-turut
10,03 persen dan 28,57 persen. Sementara itu kelompok pengeluaran yang paling
rendah tingkat inflasinya selama tahun 2005 adalah kelompok kesehatan, hal yang
sama dengan yang terjadi pada tahun 2004. Hanya saja pada tahun 2005 laju
inflasi kelompok ini mencapai 6,13 persen, sedangkan di tahun 2004 mencapai
4,75 persen.
namun pemerintah mampu melakukan intervensi melalui subsidi dan kontrol ketat
sejumlah BUMN produsen obat, suatu hal yang sulit dilakukan terhadap sektor
Sedangkan sektor transportasi jelas merupakan sektor yang paling terkena dampak
kebijakan kenaikan harga BBM. Pada saat terjadi kenaikan harga BBM, sektor
telah sadar akan kesehatan dan lebih senang mengkonsumsi produk yang sifatnya
alami. Perubahan lain yang terdapat dalam faktor sosial budaya adalah
karena maraknya peristiwa malpraktek yang dilakukan para dokter. Selain itu,
yang dapat menciptakan pangsa pasar potensial untuk setiap bidang usaha.
setiap tahunnya mengalami pertumbuhan sekitar 2,62 persen (Tabel 23). Tahun
2003 terjadi peningkatan yang cukup besar yaitu 5,37 dengan jumlah penduduk
yang disertai dengan peningkatan jumlah angkatan kerja yang lebih besar
dibanding permintaan tenaga kerja akan menjadi peluang bagi pelaku usaha
karena tingkat upah menjadi kecil, tetapi dapat juga menjadi ancaman karena
6.2.1.4 Teknologi
tradisional yang lebih bervariasi baik dalam bentuk maupun jenis. Saat ini telah
tersedia obat tradisional dalam bentuk kapsul dan ekstrak yang bertujuan untuk
lebih lengkap dan lebih cepat sesuai kebutuhan sehingga dapat mengambil
keputusan yang tepat mengenai produk yang akan dibeli. Konsumen saat ini
semakin umum menggunakan internet sebagai sarana informasi yang cepat dan
akurat. Penggunaan situs internet oleh Taman Sringanis hanya sebatas layanan
6.2.2.1 Konsumen
bahkan rekreasi kini dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang tidak lagi eksklusif
disediakan dan obyek wisata yang ditawarkan oleh para produsen dengan harga
kebutuhannya.
yang sangat berbeda dengan wisata lainnya. Perpaduan antara pertanian dan
pengunjung dari berbagai latar belakang dengan rata-rata usia diatas 36 tahun,
rata usia diatas 40 tahun. Ini terlihat bahwa konsumen Taman Sringanis
tersegmentasi, hanya orang tualah yang tertarik akan tanaman obat sedangkan
kaum muda masih memandang sebelah mata akan tanaman obat, hal ini menjadi
pengunjung mencapai 360 orang dan tahun berikutnya 2000 jumlah pengunjung
512 orang sampai tahun 2004 jumlah pengunjung terus meningkat. Rata-rata
sebesar 57,624 persen. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu dengan
jumlah pengunjung sebesar 3 403 orang. (dalam hal ini yang dicatat adalah
pengunjung yang datang menggunakan paket A dan B). Hal ini terlihat dari
tingkat pengunjung yang terus meningkat setiap tahunnya seperti terlihat pada
(Tabel 24).
6.2.2.2 Pesaing
Taman Sringanis tidak memiliki pesaing. Informasi yang diperoleh dari Dinas
Perindustrian Kabupaten Bogor adalah bahwa terdapat sekitar lima pelaku usaha
jamu yang telah terdaftar, sedangkan yang bersifat non formal tidak diketahui
jumlahnya. Pelaku usaha sejenis di wilayah kabupaten Bogor yang dinilai sebagai
Leuwiliang. Taman Sringanis dan Karyasari bergerak dalam bidang usaha yang
97
sama yaitu produksi obat yang berbahan baku tanaman obat. Saat ini di kota
Bogor kedua tempat inilah yang dikenal sebagai produsen obat tradisional oleh
adalah Agrowisata Teh Gunung Mas dan Taman Buah Mekarsari, walaupun
obyek wisata yang ditawarkan berbeda tetapi wisata ini mempunyai daya tarik
tersendiri.
hambatan yang ada dan reaksi peserta persaingan yang ada. Terdapat enam
sumber hambatan masuk bagi pendatang baru ke industri, yaitu: (1) skala
ekonomis, (2) diferensiasi produk, (3) kebutuhan modal, (4) keunggulan biaya, (5)
Hambatan masuk bagi pendatang baru dalam industri obat tradisional bila
dilihat dari skala ekonomi dan permodalan relatif rendah, karena untuk memulai
usaha ini tidak diperlukan skala ekonomi yang besar dan kebutuhan modal awal
relatif kecil. Secara legal formal, masalah regulasi tidak berpengaruh kepada
pendatang baru yang ingin memasuki bisnis ini, karena pemerintah tidak
Faktor yang dapat menjadi penghambat bagi pendatang baru adalah akses
ke saluran distribusi. Dalam industri ini, saluran distribusi yang dibentuk oleh
perusahaan-perusahaan besar yang telah ada cukup kuat, sehingga pendatang baru
98
harus mampu membuat saluran distribusi baru agar produknya dapat diterima
penurunan laba.
menandingi kualitas produk industri atau produk tersebut dihasilkan oleh industri
Produk subtitusi untuk obat tradisional adalah obat farmasi yang secara
umum memberikan ancaman cukup besar bagi industri obat tradisional karena
penggunaannya yang lebih umum dalam dunia medis. Kendala yang dihadapi
dalam industri farmasi adalah bahan baku yang masih impor, sehingga harga
kelemahan serta peluang dan ancaman berasal dari identifikasi terhadap faktor
internal dan eksternal yang telah dilakukan diatas. Hasil identifikasi kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman ini kemudian digunakan menyusun matriks
Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE).
99
kelemahan yang dihadapi. Identifikasi tersebut dapat dilihat dari kondisi umum
kelemahan dihasilkan dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis. Identifikasi
Visi dan misi yang dinyatakan oleh Taman Sringanis menggambarkan bahwa
usaha ini tidak berorientasi pada laba tetapi sebagai lembaga informasi bagi
masyarakat untuk mandiri dalam berobat, sehingga harga produk yang ditetapkan
relatif murah.
kapasitas produksi, dan juga peningkatan laba sebesar sekitar 49.69 persen per
tahun serta jumlah pengunjung yang semakin banyak. Kondisi keuangan Taman
Sringanis dikatakan baik karena tidak memiliki hutang, namun pencatatan yang
ancaman yang dihadapi Taman Sringanis. Sejumlah peluang dan ancaman yang
dihasilkan diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis. Berdasarkan
hal tersebut, maka peluang dan ancaman yang dihadapi Taman Sringanis secara
Kondisi politik dan keamanan Indonesia berada dalam kondisi tidak stabil,
memberikan dampak negatif bagi pelaku usaha, karena kondisi tersebut akan
terhadap kegiatan produksi dan operasi yang akan berimplikasi terhadap harga
dan penjualan.
dan kelancaran iklim berusaha pada suatu negara. Beberapa diantaranya adalah
yang semakin ketat karena jumlah pelaku industri yang semakin banyak. Hal
perusahaan maka dibuat matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan matriks
EFE (External Factor Evaluation). Matriks IFE berisikan faktor kekuatan dan
Bobot dalam matriks IFE dan EFE mengacu pada industri obat tradisional.
kepentingan relatifnya satu sama lain sehingga dapat diketahui nilai faktor yang
dijumlahkan sehingga diperoleh nilai total faktor, kemudian nilai total faktor pada
Rating pada matriks IFE dan EFE berdasarkan efektifitas strategi Taman
wawancara dan kuesioner kepada pihak manajemen. Pemberian rating pada setiap
faktor-faktor strategis yang terdapat pada matriks EFE dan IFE dilakukan oleh
terdapat dua belas faktor kunci kekuatan internal dan delapan faktor kunci
kualitas produk yang baik, produk inovatif sesuai kebutuhan, produk yang
penggunaan modal pribadi, hubungan baik dengan pemasok dan mitra tani, dan
sederhana, terjadi tumpang tindih jabatan, misi perusahaan yang tidak berorientasi
pada laba, pemasaran dan jalur distribusi yang terbatas, kegiatan promosi yang
terbatas, peningkatan total biaya produksi, sistem pembukuan yang belum baik,
Hasil pembobotan faktor-faktor internal dapat dilihat pada Tabel 27. Faktor
internal yang sangat penting bagi Taman Sringanis adalah kualitas produk yang
baik dengan bobot sebesar 0,0671 informasi produk dengan bobot 0,0592 dan
misi perusahaan yang tidak berorientasi pada laba yang memiliki bobot sebesar
0,0589.
peratingan terhadap responden menghasilkan matriks IFE yang dapat dilihat pada
internal Taman Sringanis. Skor matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 28. Total
rataan skor untuk faktor kekuatan sebesar 1,9503 sedangkan rataan skor total
faktor kelemahan sebesar 1,2200. Hal ini menunjukkan Taman Sringanis memiliki
bagi Taman Sringanis dalam industri adalah kualitas produk yang baik dengan
skor 0,2181 dan informasi produk yang memiliki skor 0,1924, Kedua variabel
tersebut mamiliki pengaruh yang besar dan menjadi faktor kekuatan bagi Taman
berorientasi pada laba dengan skor 0,2060 dan keterbatasan pendidikan karyawan
mempengaruhi daya saing Taman Sringanis dalam industri. Total skor yang
dihasilkan dari matriks IFE adalah sebesar 3,1703. Hal ini menunjukkan bahwa
memiliki delapan faktor peluang dan enam faktor ancaman. Faktor-faktor yang
undang otonomi daerah, peluang ekspor yang semakin luas, Tarif tergolong
back to nature.
Faktor yang menjadi ancaman bagi Taman Sringanis adalah situasi politik
dan stabilitas negara, laju inflasi, adanya produk subtitusi, kenaikan TDL dan
memilih, Penggunaan obat farmasi yang lebih umum dalam dunia medis.
2. Data Tabel 29 memperlihatkan bahwa faktor eksternal yang sangat penting bagi
Taman Sringanis adalah penggunaan obat farmasi yang umum dalam dunia medis
dengan bobot sebesar 0,0892, trend back to nature dengan bobot sebesar 0,0819
kekuatan pembeli untuk memilih dengan bobot sebesar 0,0778 dan kenaikan tarif
faktor eksternal yang menghasilkan matriks EFE. Matriks EFE menghasilkan total
dan ancaman eksternal yang terjadi. Skor dari matriks EFE disajikan pada Tabel
30. Total rataan skor untuk faktor peluang adalah sebesar 1,0107 sedangkan total
rataan skor untuk faktor ancaman adalah sebesar 1,3733. Hal ini menunjukkan
bahwa Taman Sringanis memiliki faktor ancaman yang lebih besar dibandingkan
utama bagi Taman Sringanis adalah tren back to nature dengan skor 0,2867 dan
yang menjadi ancaman bagi Taman Sringanis adalah penggunaan obat farmasi
yang umum dalam dunia medis dengan skor 0,2677 dan kenaikan total biaya
produksi dengan skor 0,1944. Total skor matriks EFE adalah sebesar 2,3840. Hal
dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis ini akan menghasilkan
industri obat tradisional. Berdasarkan skor rata-rata dari matriks IFE dan EFE
maka dapat disusun matriks IE (Internal Eksternal). Skor IFE sebesar 3,1703
II III
TINGGI I
SEDANG
V VI
IV
2,0
RENDAH VIII IX
VII
1,0
dan eksternal menggambarkan posisi Taman Sringanis saat ini, yaitu pada kotak
tumbuh dan bina atau strategi pertumbuhan, alternatif strategi yang umum
Penetrasi pasar yaitu usaha peningkatan pangsa pasar suatu produk atau jasa yang
sudah ada di pasar melalui usaha pemasaran yang lebih gencar (David, 2002).
Untuk meningkatkan pangsa pasar agrowisata dapat ditempuh antara lain dari
kualitas produk yang baik tetap dipertahankan dan terus melakukan perbaikan
mutu sehingga produk bisa menimbulkan citra baik di mata konsumen, peran aktif
merupakan pengenalan produk atau jasa yang telah ada pada daerah atau
menjaring segmen dari konsumen yang lebih besar yang tidak hanya ibu-ibu atau
para lansia dan melakukan kerjasama dengan biro perjalanan wisata agar Taman
112
sehingga kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen dapat tercipta lebih baik.
obyek wisata yang ditawarkan dan masyarakat sekitar untuk menciptakan produk-
produk yang memiliki ciri khas, seperti makanan khas atau benda-benda yang
kebun, nilai estetika dari tata letak (landscape) kebun, kebersihan toilet dan lain-
lain.
pengembangan Taman Sringanis yang berada pada posisi sel II. Strategi integrasi
atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer (David, 2002). Untuk
dapat melakukan strategi ini Taman Sringanis dapat melakukan kerjasama dengan
mitra usaha yang berasal dari luar kota dan melakukan kerjasama dengan asosiasi-
meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok (David, 2002). Hal ini sulit
dilakukan Taman Sringanis mengingat). Strategi integrasi untuk saat ini masih
Sringanis dapat melakukan kerjasama dengan objek wisata yang ada di kota
Bogor seperti Kebun Raya Bogor, Agrowisata Teh Gunung Mas, Taman Bunga
Nusantara Cianjur dan agrowisata lainnya untuk melakukan paket wisata bersama.
Kerjasama lain dapat diciptakan dengan hotel-hotel di kota Bogor dimana para
berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal. Empat strategi utama yang
disarankan yaitu strategi SO, ST, WO, dan WT. Analisis ini menggunakan data
yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE di atas. Hasil analisis matriks
kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat (S1, S4, S7, S11, O6, O7).
dalam dunia medis, ancaman pendatang baru, adanya produk subtitusi dan
peningkatan jumlah pelaku industri (S1, S4, S10, S11, T6, T5, T3, T4).
favorit pemirsa atau televisi pada acara pengobatan alternatif (W5, W4, W7,
b. Memperbaiki sistem manajemen perusahaan (W1, W2, W5, W6, W8, O4,
yang sama dengan pesaing (W4, W5, O1, O3, O6, O7).
yang akan menjadi saingan dalam usahanya (W1, W8, T4, T5).
utama internal dan eksternal pada matriks IFE, EFE, I-E, SWOT. Penentuan
alternatif strategi yang layak dimasukkan pada matriks QSP berdasarkan penilaian
strategi dilakukan olek pemilik Taman Sringanis yang memiliki otoritas dan
pendatang baru dan produk subtitusi serta peningkatan jumlah pelaku industri.
memasarkan produk di daerah Bandung dengan mutu dan kualitas yang sama
dengan pesaing.
jumlah pelaku industri dan ancaman pendatang baru yang akan menjadi
masing faktor dengan nilai daya tarik dihasilkan total nilai daya tarik yang dapat
dilihat pada Tabel 32 sehingga dihasilkan alternatif strategi terpilih adalah strategi
1 (satu) yaitu menggali potensi alam yang dimiliki dengan sumberdaya yang ada,
117
yang berubah dari mass tourism ke niche tourism berbasis lingkungan (back to
nature) dengan mengoptimalkan produk yang bernuansa alami dengan nilai TAS
sebesar 5,7270. Alternatif strategi dengan nilai TAS terkecil sebesar 5,0924
adalah strategi empat yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
karena bertambahnya jumlah pelaku industri dan ancaman pendatang baru yang
dengan nilai TAS tertinggi sampai dengan urutan terakhir dengan nilai TAS
memasarkan produk di daerah Bandung dengan mutu dan kualitas yang sama
jumlah pelaku industri dan ancaman pendatang baru yang akan menjadi
Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi satu sebagai nilai
pengetahuan. Tujuh orang menjawab ingin memperoleh hiburan, dan lima orang
responden melakukan kunjungan sebanyak tiga kali dan 32 orang responden telah
Taman Sringanis dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Terdapat hal-hal yang
Taman Sringanis. Obyek wisata tanaman obat merupakan hal yang paling banyak
dari selebaran/spanduk.
Promosi yang dilakukan Taman Sringanis memang kurang gencar. Hal ini
keberadaan Taman Sringanis dari suatu media yaitu televisi, radio dan brosur.
menghabiskan waktu 1-3 jam untuk satu kali kunjungan, dan 25 responden
untuk mengunjungi Taman Sringanis saat melewati lokasi atau secara mendadak.
secara mendadak mengunjungi Taman Sringanis karena niat mereka timbul ketika
responden menjawab akan mencari alternatif lain jika harga produk dan biaya
Sringanis cukup bervariasi. Pengeluaran ini meliputi tiket masuk dan sudah
mengeluarkan biaya Rp 100 000 – Rp 200 000. Sebanyak 16 orang yang memiliki
pengeluaran di atas Rp. 200 000 dan hanya 19 responden yang mengeluarkan
biaya kurang dari Rp 25 000. Besarnya pengeluaran ini bisa dipengaruhi oleh
motivasi berkunjung, pendapatan, jumlah anggota keluarga atau teman yang ikut
serta, dan tujuan berkunjung. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 33.
124
responden menjawab objek wisata lain yang pernah dikunjungi adalah Kebun
Raya Bogor, Wisata Agro Gunung Mas, Taman Bunga Cibubur, Taman Buah
percontohan tanaman obatnya, toko jamu dan harga obat-obatan yang tidak terlalu
mahal.
5
Jawaban boleh lebih dari satu
126
perusahaan.
melalui suatu bagan yang dibagi menjadi empat bagian da dibatasi oleh dua buah
pengunjung apabila nilai kesesuaian yang dihasilkan lebih atau sama dengan 100
persen. Akan tetapi apabila nilai kesesuaian yang dihasilkan kurang dari 100
bahwa kisaran semua atribut yang dimiliki Taman Sringanis berada di bawah 100
Taman Sringanis. Dari tabel terlihat bahwa hanya harga obat-obatan dan
100 persen. Atribut harga obat-obatan dan keramahan dan pelayanan karyawan
berada dalam kisaran 85 persen sampai 90 persen. Dengan nilai tingkat kesesuaian
persen, klinik akupresur, refleksi dan akupuntur 84 persen menjadi atribut dengan
nilai tingkat kesesuaian yang sangat rendah. Dari beberapa atribut tersebut
128
yang terdiri atas empat bagian yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan
tegak lurus pada titik X dan Y. Sumbu X mewakili skor tingkat pelaksanaan atau
kinerja sedangkan sumbu Y mewakili skor tingkat harapan atau pelaksanaan oleh
129
yang lebih jelas mengenai tingkat kepentingan suatu atribut di mata pengunjung
dianggap penting oleh pengunjung akan tetapi pada kenyataannya belum dapat
yang dirasakan oleh pengunjung masih sangat rendah. Atribut yang masuk dalam
wilayah kuadran ini adalah atribut ruang pelatihan (8), percontohan umbi-umbian
berkhasiat obat (2), klinik akupresur, refleksi dan akupuntur (7). Atribut-atribut
yang termasuk dalam kuadran I ini harus terus ditingkatkan, salah satu caranya
atribut yang dianggap penting oleh pengunjung dengan tingkat pelaksanaan oleh
tersebut antara lain harga tiket masuk (4), percontohan tanaman obat (1),
130
kenyamanan lokasi (14), kebersihan lokasi (11) dan toko jamu (5). Kelima atribut
tersebut merupakan kekuatan yang dimiliki oleh Taman Sringanis. Oleh sebab itu
3.52
1
4.2
Kuadran I 5
Tingkat Kepentingan
14
4
4.1 2 11
8 7 Kuadran II
4.04
4.0 13
12 9
3
3.9 Kuadran IV
Kuadran III
10
3.8 6
Tingkat Kepuasan
musholla dll) (10) adalah atribut yang masuk dalam wilayah kuadran III. Kuadran
131
ini memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh pengunjung dan
pelaksanaan atau kinerja juga tidak terlalu istimewa. Untuk atribut pada wilayah
berlebihan dari apa yang diharapkan. Atribut-atribut pada wilayah ini tidak
menjadi tujuan utama perbaikan bahkan merupakan atribut yang dapat dikurangi.
Pada analisis ini IV meliputi harga obat-obatan (6), keramahan dan pelayanan
karyawan (9).
Berdasarkan hasil dari analisis IPA dan QSPM yang telah dilakukan maka
potensi alam yang dimiliki dengan sumberdaya yang ada, implikasinya adalah :
juga merasa memiliki objek wisata tersebut dan dapat bahu-membahu dalam
Implikasinya adalah :
mancanegara.
9.1 Kesimpulan
Sringanis adalah kualitas produk yang baik, sedangkan faktor strategis internal
yang menjadi kelemahan adalah misi perusahaan yang tidak berorientasi pada
laba. Faktor strategi eksternal yang menjadi peluang adalah trend back to
Taman Sringanis pada sel IV yaitu tumbuh dan bina, hal ini menunjukkan
Taman Sringanis berada dalam kondisi internal rata-rata dan respon terhadap
dilakukan, yaitu (1) menggali potensi alam yang dimiliki dengan sumberdaya
industri dan ancaman pendatang baru yang akan menjadi saingan dalam
usahanya.
adalah menggali potensi alam yang dimiliki dengan sumberdaya yang ada,
yang termasuk dalam kuadran ini yaitu percontohan tanaman obat (1), harga
tiket masuk (4), toko jamu (5), kebersihan lokasi (11), kenyamanan lokasi
(14). Kuadran III merupakan prioritas rendah, atribut yang termasuk dalam
tingkat kepentingan yang rendah, tetapi kinerjanya berada pada tingkat yang
tinggi. Atribut yang dinilai berlebihan hanya ada dua yaitu harga obat-obatan
9.2 Saran
lain yaitu dengan menambah koleksi tanaman dengan aneka tanaman obat
Raya Jakarta-Bandung.
3. Masalah akses berupa jalan menuju lokasi merupakan masalah utama untuk
yang lebih intensif dengan pihak pemda setempat, sehingga dapat diperoleh
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2004. Luas Panen Produksi dan Produktivitas Tanaman
Obat-obatan. Statistik Indonesia. Jakarta Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2004. Berita Resmi Statistik No. 30/VII/24 Mei 2004.
Jakarta Indonesia.
Herlina, Liza. 2002. Analisis Strategi Pemasaran dan Pengembangan Usaha Kecil
pada Pie Apple Pie Bogor. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Imran, Findri Mirinty. 2003. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Dodol Nenas
Mekarsari. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
137
Lestari, Yunanti Dyah. 2002. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Asinan sedap
Gedung Dalam, Bogor. Skripsi. Jurusan sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tirtawinata, Moh. Reza dan Lisdiana Fachruddin. 1996 Daya Tarik dan
Pengelolaan Agrowisata. Penebar Swadaya. Jakarta.
LA M P IR A N
149
.
Total Skor Penilaian Tingkat Kinerja Masing-masing Atribut
TP KP CP P SP
Atribut Jml Total Rata-rata
1 2 3 4 5
Percontohan Tanaman 1 7 39 33 20 100 364 3.64
Percontohan umbi-umbian 5 8 44 32 11 100 336 3.36
Percontohan simplisia/ramuan kering 2 10 45 32 11 100 340 3.40
Harga tiket masuk 3 8 36 38 15 100 354 3.54
Toko jamu 1 7 27 45 20 100 376 3.76
Harga obat-obatan 1 4 40 40 15 100 364 3.64
Klinik akupresur/refleksi/akupuntur 11 5 32 33 19 100 344 3.44
Ruang pelatihan 5 10 41 34 10 100 334 3.34
Keramahan dan pelayanan karyawan 2 5 37 33 23 100 370 3.70
Kelengkapan fasilitas 2 8 45 30 15 100 348 3.48
Kebersihan lokasi 2 3 36 42 17 100 369 3.69
Kemudahan mencapai lokasi 7 15 36 31 11 100 324 3.24
Pelayanan informasi 7 7 41 30 15 100 339 3.39
Kenyamanan 3 4 36 37 20 100 367 3.67
Rata-rata Total 3.52
Lampiran 10. Model Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
KEPUASAN PENGUNJUNG TAMAN SRINGANIS
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA
OBAT TRADISIONAL TAMAN SRINGANIS, BOGOR
Oleh : LUTHER MASANG/A14101678
Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DATA RESPONDEN
Nama :
Alamat :
Usia : Tahun
Pasca Sarjana
a. satu kali b. Dua kali c. Tiga kali e. Lebih dari tiga kali
4. Hal-hal apa saja yang membuat anda pertama kali memutuskan untuk
f. Lainnya,..................
8. Siapakah yang mempengaruhi anda berkunjung ke Taman Sringanis :
e. Lainnya,...................
11. Objek apa saja yang anda kunjungi/ikuti selama berada di Taman Sringanis
d. Percontohan empon-empon/umbi-umbian
e. Toko jamu
g. Ruang pelatihan
h. Penginapan
12. Fasilitas apa saja yang anda sarankan untuk dibuat di Taman Sringanis :
e. Majalah f. Lainnya,.....................
13. Jika harga produk Taman Sringanis mengalami kenaikan, maka anda
(2)...........................................
(3)..........................................
15. Apakah anda merasa puas setelah berkunjung dan menikmati Taman Sringanis
a. Sangat tidak puas b. Tidak puas c. Cukup puas d. Puas e. Sangat puas
Lampiran 11. Tabel Atribut Taman Sringanis
KEPENTINGAN KEPUASAN Petunjuk Pengisian
No ATRIBUT 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tidak Kurang Cukup Penting Sangat Tidak Kurang Cukup Puas Sangat
Penting Penting Penting Penting Puas Puas Puas Puas Tingkat Kepentingan
1 Percontohan tanaman obat Seberapa penting setiap atribut
2 Percontohan umbi-umbian menjadi pertimbangan anda
bermanfaat obat
3 Percontohan simplisia/bahan untuk berkunjung ke Taman
ramuan kering Sringanis. Beri tanda (√) pada
4 Pembibitan tanaman obat
5 Toko jamu tabel atribut yang anda pilih.
6 Harga obat-obatan 1 = Tidak Penting
7 Klinik Akupresur, Refleksi, 2 = Kurang Penting
Akupuntur
3 = Cukup Penting
8 Ruang pelatihan
9 Keramahan dan pelayanan 4 = Penting
karyawan 5 = Sangat Penting
10 Kelengkapan fasilitas
penunjang (WC, dll)
11 Kebersihan lokasi Tingkat Kepuasan
12 Kemudahan mencapai lokasi Berdasarkan atribut sejauh
13 Pelayanan informasi mana objek Taman Sringanis
14 Kenyamanan lokasi
memberikan kepuasan bagi
anda. Beri tanda (√) pada
tabel atribut yang anda pilih.
1 = Tidak Puas
2 = Kurang Puas
3 = Cukup Puas
4 = Puas
5 = Sangat Puas
156