Disusun Oleh :
Widya Azzahra ( NIM 1509521016)
D4 Desain Mode
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Tabel Kerja
Membedakan Fakta, dan Opini dari teks Lisan dan Tulisan
Ciri-ciri fakta :
- Dapat dibuktikan kebenarannya
- Berisi data-data yang bersifat
kuantitatif (berupa angka dan
kualitatif (berupa pernyataan)
- Mempunyai data yang akurat
baik waktu, tanggal dan tempat
peristiwa
- Bersifat objektif
- Informasi berasal dari kejadian
yang sebenarnya
- Penalaran fakta cenderung
induktif
- Pengungkapan fakta cenderung
deskriptif dan apa adanya
- Dikumpulkan dari narasumber
terpercaya
3.. Pendapat Deskriptor : Pikiran, atau pendirian 2020, Direktorat SMA,
seseorang terhadap sesuatu. Pendapat Direktorat Jendral PAUD,
biasanya dapat menjawab pertanyaan DIKDAS dan DIKMEN
bagaimana dan mengapa
Ciri- ciri :
- Kebenaran pendapat dapat benar
atau salah bergantung kata
pendukung atau konteksnya
- Tidak memiliki narasumber
- Penalaran opini cenderung
deduktif
- Bersifat subjektif
- Berisi pendapat tentang peristiwa
yang terjadi
- Informasi yang disampaikan
beluk ada pembuktiannya
4. Teks memiliki Cohesion, 1. Kohesi ( cohesion ) Brown, Gillian dan George Yule,
Coherence, Intentionality, Kohesi merujuk kepada hubungan yang 1996 (di Indonesiakan oleh
Acceptability, Informativity, wujud diantara unsur-unsur dalam I. Soetikno). Analisis
Situationality, Intertextuality ( sesuatu teks, hubungan berkenaan terhasil Wacana. Jakarta: Gramedia
Beaugrande and Dressler, apabila interpetasi terhadap sesuatu unsur Pustaka Utama.
1981) bergantung kepada unsur yang lain.
Contoh teks kohesif : Dardjowidjojo, Soenjono,
Pak Wanto mengajar PJOK dan 2010. Psikolinguistik:
Kesenian. Pelajaran tersebut merupakan Pengantar Pemahaman
pelajaran yang dia kuasai dan mampu Bahasa Manusia. Jakarta:
diajarkannya dengan baik Yayasan Obor Indonesia.
3. Intensionalitas ( Intentionality)
Intensionalitas merupakan cara-cara atau
usaha untuk menyampaikan maksud atau
pesan pembicaraan melalui sikap bicara,
intonasi, dan ekspresi wajah.
Intensionalitas berkaitan dengan
akseptabilitas
4. Keberterimaan ( Acceptability )
Keberterimaan bermakna teks yang
dihasilkan dalam sebuah wacan mestilah
dirasakan logis oleh pendenger atau
pembaca.
6. Situasionalitas : Konstelasi
pembicaraan dan situasi tuturan
memainkan peran penting dalam
pemroduksian teks
3. Post Hoc
Kerancuan yang terjadi karena
menyimpulkan sesuatu dari hal-hal yang
terjadi karena urutan waktu.
Misal:
“ Ketika gerhana matahari, orang-orang
sibuk memukuli kentongan karena
percaya sedang terjadi pertarungan
antara dewa yang baik dan dewa yang
jahat. Ketika gerhana matahari selesai,
orang-orang bersorak karena dewa yang
baik yang menang akibat disemangati
oleh kentongan tersebut.
“Perdana Menteri Inggris datang ke
Indonesia dan esoknya di Padang terjadi
gempa. Kesimpulannya, Perdana
Menteri Inggris adalah penyebab
gempa.
“ Seorang remaja bertengkar dengan
ibunya dan esoknya ia tertabrak becak.
Kata ibunya, “Nah, kan, itulah hukuman
bagi anak durhaka.”
4. Contraditory premises
Kekeliruan ini terjadi karena membangun
argumen dengan menarik simpulan
berdasarkan premis atau dasar pemikiran
yang tidak konsistensi atau tidak sesuai
Contoh : If god can do anything, can he
make a stone so heavy that he wont be
able to lift it? Jika tuhan mampu
melakukan segalanya, maka dia dapat
menciptakan batu yang sangat berat yang
dia sendiri tidak mampu mengangkatnya
5. Ad misericordiam
Misericordiam faedahnya belas kasihan
merupakan sesat pikir yang sengaja
diarahkan untuk membangkitkan rasa
belas kasihan lawan cakap dengan
sasaran untuk memperoleh pengampunan
Contoh Teks :
- Pengemis yang membawa anak bayi
tanpa celana dan digeletakkan tidur di
trotoar
- Pencuri motor yang beralasan bahwa ia
miskin dan tidak membeli sandang dan
pangan
7. Ad hominem
Menyerang pribadi dari orang yang
melontarkan sebuah argumen atau ad
hominem termasuk sebagai salah satu
contoh sesat pikir. Cara ini kerap
dilakukan dengan tujuan untuk
melemahkan argumen dari lawan bicara.
Contoh ad hominem bisa kamu dapati
ketika berbicara tentang prestasi
akademik di sekolah. Kamu beranggapan
kalau peringkat tinggi di sekolah itu
bukan pencapaian penting. Sebaliknya,
kamu lebih mengutamakan sikap jujur
dan pemahaman ilmu yang mendalam.
Lalu, ada orang lain yang
berseloroh, “Kamu bicara seperti itu
karena belum pernah rangking satu
sih!”.
8. ad ignorantiam
Ketika seseorang menggeneralisasi
sesuatu pada satu subyek, orang tersebut
akan menganggap hal tersebut sama
dengan lainnya. Misalnya terjadi gesekan
antarindividu yang berbeda tahun
angkatannya dalam sebuah organisasi.
Ahmad dari angkatan A dan Deni
angkatan B. Ahmad tidak suka kepada
Deni karena mereka memiliki masalah
pribadi. Namun, Ahmad beranggapan
bahwa semua orang dari Angkatan A
merupakan kumpulan orang bermasalah
dan memiliki kepribadian yang
dianggapnya buruk. Padahal, Ahmad
hanya memiliki masalah dengan Deni,
bukan dengan orang-orang yang ada di
tahun angkatan A.