Anda di halaman 1dari 6

LOGIKA DAN PENALARAN ILMIAH

“Scene 1 of LPI Fakta, Pendapat dan Logical Fallicies”

Mata Kuliah Logika dan Penalaran Ilmiah


Dosen Pembimbing :
Dr. Ifan Iskandar, S.Pd., M.Hum
Dr. Li Rizdika Mardiana, M.Pd

Disusun Oleh :
Widya Azzahra ( NIM 1509521016)
D4 Desain Mode
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta
Tabel Kerja
Membedakan Fakta, dan Opini dari teks Lisan dan Tulisan

Bahasan Uraian Sumber


1. “Everything we hear is an Saya setuju dengan teks disamping Riswan E. Tarigan (2017)
opinion, not a fact. dikarenakan segala sesuatu yang kita https://huxleyi.wordpress.co
Everything we see is a dengar dari seseorang berarti kita sedang m/2017/05/01/brainy-quote-
perspective, not the truth.” menyimak pendapat orang tersebut tanpa marcus-aurelius-002/
tahu kebenarannya dan segala yang kita
lihat adalah sebuah perspektif tapi bukan
fakta. Karena sesungguhnya semua
berita, kejadian baik yang kita lihat dan
kita dengar sifatnya netral dan kitalah
yang membuatnya menjadi berbeda. Jadi
setiap informasi yang kita dapatkan
terima tanpa langsung menjustifikasi
serta lakukan analisis dan sintesis
didalam pikiran kita. Karena apapun
hasilnya itu adalah perspektif yang kita
berikan bukan kenyataan yang
sebenarnya.
2.. Fakta Deskriptor : fakta adalah kenyataan atau 2020, Direktorat SMA,
peristiwa yang benar-benar ada atau Direktorat Jendral PAUD,
terjadi DIKDAS dan DIKMEN

Ciri-ciri fakta :
- Dapat dibuktikan kebenarannya
- Berisi data-data yang bersifat
kuantitatif (berupa angka dan
kualitatif (berupa pernyataan)
- Mempunyai data yang akurat
baik waktu, tanggal dan tempat
peristiwa
- Bersifat objektif
- Informasi berasal dari kejadian
yang sebenarnya
- Penalaran fakta cenderung
induktif
- Pengungkapan fakta cenderung
deskriptif dan apa adanya
- Dikumpulkan dari narasumber
terpercaya
3.. Pendapat Deskriptor : Pikiran, atau pendirian 2020, Direktorat SMA,
seseorang terhadap sesuatu. Pendapat Direktorat Jendral PAUD,
biasanya dapat menjawab pertanyaan DIKDAS dan DIKMEN
bagaimana dan mengapa

Ciri- ciri :
- Kebenaran pendapat dapat benar
atau salah bergantung kata
pendukung atau konteksnya
- Tidak memiliki narasumber
- Penalaran opini cenderung
deduktif
- Bersifat subjektif
- Berisi pendapat tentang peristiwa
yang terjadi
- Informasi yang disampaikan
beluk ada pembuktiannya
4. Teks memiliki Cohesion, 1. Kohesi ( cohesion ) Brown, Gillian dan George Yule,
Coherence, Intentionality, Kohesi merujuk kepada hubungan yang 1996 (di Indonesiakan oleh
Acceptability, Informativity, wujud diantara unsur-unsur dalam I. Soetikno). Analisis
Situationality, Intertextuality ( sesuatu teks, hubungan berkenaan terhasil Wacana. Jakarta: Gramedia
Beaugrande and Dressler, apabila interpetasi terhadap sesuatu unsur Pustaka Utama.
1981) bergantung kepada unsur yang lain.
Contoh teks kohesif : Dardjowidjojo, Soenjono,
Pak Wanto mengajar PJOK dan 2010. Psikolinguistik:
Kesenian. Pelajaran tersebut merupakan Pengantar Pemahaman
pelajaran yang dia kuasai dan mampu Bahasa Manusia. Jakarta:
diajarkannya dengan baik Yayasan Obor Indonesia.

2. Koherensi ( coherence ) De Beaugrande, R. and


Koherensi merujuk kepada hubungan Dressler, 1981. Introduction
diantara teks dengan pengetahuan diluar to Text
teks yang diandaikan dimiliki oleh Linguistics. London: Long
pendengar atau pembaca man.
Contoh teks Koheren :
A Unpris : Ra, tolong ambil foto copy https://masbejosite.wordpres
s.com/2016/07/14/intension
kita di depan ya. alitas-dan-akseptabilitas/
B Ira : Aduh, lagi tanggung, Mbak.
Jika ditinjau dari kata-katanya, tidak ada
perpautan antara A dan B. Akan tetapi,
kedua kalimat itu adalah koheren karena
maknanya berkaitan. Perkaitan itu
disebabkan oleh adanya kata-kata yang
tersembunyi yang tidak diucapkan.
Kalimat B sebenarnya dapat berbunyi
“Maaf Mbak, saya tidak dapat
mengambil foto copyan itu karena saya
lagi tanggung, mengetik tugas.”

3. Intensionalitas ( Intentionality)
Intensionalitas merupakan cara-cara atau
usaha untuk menyampaikan maksud atau
pesan pembicaraan melalui sikap bicara,
intonasi, dan ekspresi wajah.
Intensionalitas berkaitan dengan
akseptabilitas

4. Keberterimaan ( Acceptability )
Keberterimaan bermakna teks yang
dihasilkan dalam sebuah wacan mestilah
dirasakan logis oleh pendenger atau
pembaca.

5. Informativitas mengacu oada kuantitas


informasi yang baru atau yang diharapkan
dalam teks

6. Situasionalitas : Konstelasi
pembicaraan dan situasi tuturan
memainkan peran penting dalam
pemroduksian teks

7, Interteksualitas adalah teks berkaitan


dengan wacana/ teks sebelumnya dan
adanya kriteria tertentu yang
menghubungkan teks-teks lain dalam
genre atau jenis teks tertentu

5. Kekeliruan berpikir dapat 1. Dicto Simplicitter Kreeft, Peter.


dikelompokkan menjadi dicto Dicto simpliciter berarti terlalu 2010. Socratic Logic. St.
simplicitter: hasty menganggap sesuatu itu mudah, Augustine’s Press
generalization: post hoc: sederhana, dan tak perlu dipikirkan
contraditory premises: ad matang-matang. Misalnya: Sidharta, Arief.
misericordiam: hypothesis “ Manusia adalah makhluk yang 2008. Pengantar Logika:
contrary to fact: ad hominem: berpikir. Tentunya, seorang idiot pun Sebuah Langkah Pertama
ad ignorantiam dapat lulus pelajaran logika. Pengenalan Medan
“Saya tidak akan mengatakan musik
grunge sebagai musik yang berkualitas. Gula, R.J. (2002).
Karena bagaimana bisa, kebagusan Nonsense: A Handbook of
diukur dari vokalis yang berteriak-teriak Logical Fallacies. Mount
saja tanpa menyampaikan pesan yang Jackson, VA:
jelas?”
“Kita bisa lihat, banyak rakyat sengsara https://www.kompas.com/sk
oleh sebab sistem demokrasi. ola/read/2022/04/23/1030004
69/kesesatan-berpikir-
2. Hasty Generalization pengertian-jenis-contoh-dan-
Kerancuan yang terjadi karena generalisasi cara-
yang terburu-buru. Misal: menghindarinya?page=all
“Para filsuf adalah orang-orang ateis. Coba
lihat Marx, Satre, Feuerbach, Freud, dan https://p2k.unkris.ac.id/id3/
Nietzsche.” 1-3065-
“Saya kira makanan di Bandung enak-enak 2962/Kesesatan_50645_p2k
walau saya baru cicip satu warung nasi -unkris.html
goreng di dekat kost-kostan.”
“Baru saja musim ini dimulai, Persib sudah
kalah dua kali. Mereka tidak punya peluang
juara.”

3. Post Hoc
Kerancuan yang terjadi karena
menyimpulkan sesuatu dari hal-hal yang
terjadi karena urutan waktu.
Misal:
“ Ketika gerhana matahari, orang-orang
sibuk memukuli kentongan karena
percaya sedang terjadi pertarungan
antara dewa yang baik dan dewa yang
jahat. Ketika gerhana matahari selesai,
orang-orang bersorak karena dewa yang
baik yang menang akibat disemangati
oleh kentongan tersebut.
“Perdana Menteri Inggris datang ke
Indonesia dan esoknya di Padang terjadi
gempa. Kesimpulannya, Perdana
Menteri Inggris adalah penyebab
gempa.
“ Seorang remaja bertengkar dengan
ibunya dan esoknya ia tertabrak becak.
Kata ibunya, “Nah, kan, itulah hukuman
bagi anak durhaka.”

4. Contraditory premises
Kekeliruan ini terjadi karena membangun
argumen dengan menarik simpulan
berdasarkan premis atau dasar pemikiran
yang tidak konsistensi atau tidak sesuai
Contoh : If god can do anything, can he
make a stone so heavy that he wont be
able to lift it? Jika tuhan mampu
melakukan segalanya, maka dia dapat
menciptakan batu yang sangat berat yang
dia sendiri tidak mampu mengangkatnya

5. Ad misericordiam
Misericordiam faedahnya belas kasihan
merupakan sesat pikir yang sengaja
diarahkan untuk membangkitkan rasa
belas kasihan lawan cakap dengan
sasaran untuk memperoleh pengampunan
Contoh Teks :
- Pengemis yang membawa anak bayi
tanpa celana dan digeletakkan tidur di
trotoar
- Pencuri motor yang beralasan bahwa ia
miskin dan tidak membeli sandang dan
pangan

6. Hypothesis contrary to fact


Kekeliruan ini terjadi karena argumen
dibangun dengan keyakinan bahwa
sesuatu pasti akan telah terjadi seperti
yang sebenarnya.
Contoh : Apakah Indonesia tidak akan
merdeka apabila Soekarno-Hatta tidak
memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia ?

7. Ad hominem
Menyerang pribadi dari orang yang
melontarkan sebuah argumen atau ad
hominem termasuk sebagai salah satu
contoh sesat pikir. Cara ini kerap
dilakukan dengan tujuan untuk
melemahkan argumen dari lawan bicara.
Contoh ad hominem bisa kamu dapati
ketika berbicara tentang prestasi
akademik di sekolah. Kamu beranggapan
kalau peringkat tinggi di sekolah itu
bukan pencapaian penting. Sebaliknya,
kamu lebih mengutamakan sikap jujur
dan pemahaman ilmu yang mendalam.
Lalu, ada orang lain yang
berseloroh, “Kamu bicara seperti itu
karena belum pernah rangking satu
sih!”.

8. ad ignorantiam
Ketika seseorang menggeneralisasi
sesuatu pada satu subyek, orang tersebut
akan menganggap hal tersebut sama
dengan lainnya. Misalnya terjadi gesekan
antarindividu yang berbeda tahun
angkatannya dalam sebuah organisasi.
Ahmad dari angkatan A dan Deni
angkatan B. Ahmad tidak suka kepada
Deni karena mereka memiliki masalah
pribadi. Namun, Ahmad beranggapan
bahwa semua orang dari Angkatan A
merupakan kumpulan orang bermasalah
dan memiliki kepribadian yang
dianggapnya buruk. Padahal, Ahmad
hanya memiliki masalah dengan Deni,
bukan dengan orang-orang yang ada di
tahun angkatan A.

Anda mungkin juga menyukai