Anda di halaman 1dari 7

RISK TOLERANCE IN FINANCIAL DECISION

Muhammad Faqihul Haq – A012231026

Latar Belakang Masalah


Sebelum mulai melakukan investasi, ada satu hal penting yang perlu dipahami

oleh calon investor. Hal tersebut adalah tentang bagaimana toleransi risiko terhadap

pengambilan keputusan keuangan. Saat ini sudah banyak para kaum milenial yang paham

dengan pentingnya investasi. Namun, terkadang tidak sedikit pula dari mereka yang

kurang persiapan saat melakukan investasi sehingga hasilnya kurang maksimal. Oleh

karena itu, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan sebelum proses mulai melakukan

investasi dan salah satu bentuknya adalah dengan mempelajari tentang toleransi risiko.

Jadi apa sebenarnya toleransi risiko itu dan mengapa hal tersebut menjadi sangat penting

untuk dipahami.

Menurut (Tria, Ismi, 2023) yang dikutip dari Investopedia menyebutkan bahwa

risk tolerance adalah komponen penting dalam berinvestasi. Mengapa disebut komponen

yang sangat pentin. Karena risk tolerance adalah tingkat keadaan yang berubah-ubah

dalam hasil investasi. Jadi, dengan memahami risk tolerance, maka investor akan paham

dengan kemampuannya dalam menerima perubahan besar dalam nilai investasi.

Misalnya, tiba-tiba investasi sahamnya mengalami penurunan yang signifikan. Tentu saja

bagi investor yang masih pemula hal itu bisa membuatnya panik dan bingung harus

berbuat apa. Tidak sedikit mereka yang akhirnya mengambil risiko dengan menjual

sahamnya di waktu yang salah sehingga akhirnya mengalami kerugian.1

1
Trias Ismi. (2023). Risk Tolerance dan Faktor Pentingnya Sebelum Berinvestasi.
Tujuan Isi Esai

• Tujuan Akademis

Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas akhir dan juga

untuk mengetahui hal apa saja yang perlu disiapkan oleh para investor dikalangan

milenial mengenai risk tolerance apa saja yang perlu dipahami agar terhindar dari

resiko kerugian dan juga tujuannya agar para milenial mau beriventasi.

Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah menggunakan metode

kualitatif yang didasarkan atas efisien dan efektifitas dalam memperoleh data-data yang

dibutuhkan dengan cara-cara sebagai berikut:

• Interview

Melakukan interview ke orang-orang terkhusus kaum milenial mengenai perihal

penyebab mereka tidak melakukan inventasi dan hal-hal apa saja yang perlu

dipahami dalam melakukan inventasi sehingga terhindar dari resiko.

• Observasi

Dengan melihat, merekam dan mencatat tentang kejadian-kejadian yang biasa

terjadi dalam hal inventasi yang dapat mempengaruhi dalam keputusan keuangan

yang akan diinvestasikan.

• Focu Group

Dengan mendiskusikan sesama kelompok-kelompok mikro yang beriventasi

dalam bentuk saham, seperti bitcoin, hotbit dan sektor pertanian.


Hasil Pembahasan
• Risk Tolerance

Risk tolerance adalah merupakan sejumlah dampak negatif yang berani diambil

oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan mereka.2

• Jenis Investor Berdasarkan Risk Tolerance

Investor dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama berdasarkan seberapa

besar risiko yang dapat ditoleransi. Berikut ini penjelasannya:

- Agresif

Investor yang dikategorikan agresif biasanya sangat memahami pasar dan

berani mengambil risiko besar. Mereka juga dikenal sebagai investor yang

bermodal besar, berpengalaman, dan memiliki portofolio yang bagus.

Dalam berinvestasi, investor yang agresif juga lebih memilih aset dengan

pergerakan harga yang dinamis seperti ekuitas. Memang lebih berisiko,

tapi hal tersebut juga membuat mereka lebih cepat mendapatkan

keuntungan yang lebih besar. Hal yang menarik dari investor agresif

2
Febriansyah, F. (2022, desember). Faktor dan Risk tolerance Agresif.
adalah mereka juga tidak mudah panik saat terdapat krisis di pasar modal

karena terbiasa melihat fluktuasi setiap harinya.

- Sedang

Investor dengan risk tolerance yang sedang lebih mencari tempat aman

saat berinvestasi. Investor sedang lebih memilih menyeimbangkan

investasinya antara kelas aset yang berisiko dan aman. Jadi, berbeda

dengan investor agresif yang lebih memilih hanya berinvestasi pada aset

yang berisiko saja. Hal itu membuat investor sedang mendapatkan

penghasilan yang lebih rendah dan tidak mengalami banyak kerugian saat

harga aset terjun bebas.

- Konservatif

Jenis investor terakhir berdasarkan risk tolerance adalah konservatif.

Mereka yang masuk ke dalam kategori ini lebih memilih untuk bermain

aman saat berinvestasi. Umumnya jenis investor konservatif mengambil

risiko paling sedikit. Jadi, mereka tidak akan mencoba berinvestasi pada

aset yang berisiko. Prioritas mereka adalah menghindari kerugian daripada

menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, aset yang dipilih untuk

investasi biasanya berupa obligasi atau investasi yang menghasilkan

penghasilan pasti.

• Cara Mengetahui Risk Tolerance

Risk tolerance dilakukan dengan mengisi kuesioner profil risiko yang

diberikan oleh financial planner, menurut The Balance. Seorang financial planner

akan memberikan beberapa pertanyaan seputar kesiapan kita dalam melakukan

investasi. Pertanyaan yang diajukan biasanya seputar skenario dalam pasar modal
yang umum terjadi. Misalnya, pertanyaan tentang apa hal yang akan dilakukan

jika pasar saham tiba-tiba menurun hingga 20%. Calon investor bisa diberikan

beberapa opsi jawaban seperti tidak melakukan apa-apa, menunggu beberapa

bulan untuk membuat keputusan, atau segera menjual saham. Seorang investor

yang agresif biasanya berani ambil risiko sehingga mereka tidak akan melakukan

apa pun. Sementara itu, investor sedang lebih memilih untuk menunggu beberapa

bulan untuk membuat keputusan. Berbeda dengan investor konservatif yang

kemungkinan besar akan segera menjual saham miliknya. Pertanyaan kuesioner

tersebut digunakan untuk membantu financial planner untuk membangun

portofolio investasi dari calon investor. Tujuannya adalah untuk mencegah calon

investor tersebut melakukan investasi yang berisiko karena bisa merusak rencana

keuangannya.

• Faktor yang Mempengaruhi Risk Tolerance

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sebuah risk tolerance:

- Timeline

Setiap investor tentunya memiliki timeline rencana investasi yang

berbeda-beda. Hal yang satu ini rupanya juga berpengaruh pada risk

tolerance. Umumnya seseorang yang memiliki jangka waktu lebih lama

saat berinvestasi maka lebih banyak risiko yang bisa diambil. Jadi,

misalnya kita ingin menyiapkan sejumlah dana investasi untuk 15 tahun

ke depan, maka mengambil investasi dengan risiko besar bisa dicoba.

Namun, jika kita ingin mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu yang

pendek, tentunya investasi yang aman akan lebih baik.


- Tujuan

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi risk tolerance adalah tujuannya

saat berinvestasi. Misalnya ada seseorang dengan tujuan berinvestasi

hanya untuk coba-coba atau seseorang yang berinvestasi demi

menyiapkan sejumlah dana. Tentunya toleransi risiko mereka sangat

berbeda saat akan memilih instrumen investasi.

- Umur

Umur juga berpengaruh pada risk tolerance. Umumnya semakin muda

seseorang, maka lebih cenderung memilih mengambil lebih banyak risiko

daripada orang yang sudah tua. Seseorang yang masih muda memiliki

banyak waktu untuk mempelajari fluktuasi pasar sehingga mereka berani

mengambil investasi yang berisiko.

- Ukuran Portofolio

Semakin besar portofolio seseorang tentunya membuat mereka lebih

toleran dengan risiko yang dihadapinya saat berinvestasi. Misalnya

seorang investor dengan portofolio sebesar Rp500 juta tentunya akan

mengambil risiko lebih banyak daripada investor dengan portofolio Rp50

juta.

- Tingkat Kenyamanan Investor

Faktor terakhir yang mempengaruhi risk tolerance adalah tingkat

kenyamanan investor. Ada beberapa investor yang memang lebih suka

mengambil risiko sehingga mereka cenderung lebih berani dalam

menghadapi kerugian. Sebaliknya, ada pula investor yang lebih baik


menghindari risiko dan mencari tempat yang aman. Biasanya mereka

hanya ingin dijauhkan dari kerugian saja.

Hasil Refleksi Pribadi

Risk toleransi merupakan konsep yang penting untuk dipahami baik anak muda

yang mau berivestasi meski mereka mempunyai keberanian lebih tinggi dalam hal

mengambil sebuah konsep resiko dalam berivestasi ketimbang orang-orang yang sudah

tua yang lebih menghindari resiko tinggi dengan memahami risk tolerance secara

mendalam.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan, bahwa risk tolerance perlu

dipahami, tentang persyaratan apa saja yang ditawarkan oleh pemangku investor dan

mencari kesepakatan agar mendapatkan balance mengenai keutungan dari hasil investasi.

Anda mungkin juga menyukai