Anda di halaman 1dari 5

DOKTERUNGGAS.

COM – Berdasarkan pengalaman di lapangan (di kandang)


saat menyusun program vaksinasi dan pencegahan pullet sampai dengan masa
pre-layer dengan mengikuti perkembangan penyakit-penyakit yang sering muncul
pada saat ini, maka dengan ini saya merekomendasi sebagai berikut :
1. Masa pre-starter, umur 1 – 4 minggu
Pada masa ini yang menjadi perhatian serius adalah mencegah munculnya
penyakti Gumboro (IBD). Sejak 1995 – 2013, vaksinasi Gumboro cukup diberikan
vaksin in-aktif (killed) 1 kali pada umur hari ke-5 bersamaan dengan vaksin ND
killed dan vaksin Gumboro aktif (live) intermediate plus (+) pada umur hari ke-13,
sudah mampu memberikan proteksi terhadap penyakti Gumboro.
Sejak lama, program tsb sudah tidak mampu lagi memberi proteksi yang cukup
sehingga vaksin Gumboro yang diberikan perlu ada penyesuaian dan tambahan,
yaitu :
> vaksin Gumboro killed pada hari ke-5, dosis 50%. Ada yang memproduksi dan
atau menjual vaksin ND + Gumboro killed);
> vaksin Gumboro live ke-1 pada hari ke-10, intermediate plus (+), via air minum +
susu skim 2% atau cekok dengan pelarut infus Glucose 5%, dosis 0,5 ml/ekor;
> vaksin Gumboro live ke-2 pada hari ke-22, intermediate plus plus (++), via air
minum + susu skim 2% atau cekok dengan pelarut infus Glucose 5%, dosis 0,5
ml/ekor.

( Baca Juga : Kandang Baterai Ayam Petelur Ini Bisa Meningkatkan Produksi
Telur, KLIK DI SINI )
2. Masa starter (umur 5 – 8 minggu) dan grower (umur 9 – 12 minggu)
Yang sering muncul problem ND dan IB sub-klinis.
2.1. ND yang sering muncul adalah ND G7B. Perlu vaksin live Lasota dan ND killed
tipe G7B. Selanjutnya pada masa layer pun perlu vaksin kombinasi ND Lasota live
dan ND G7B killed, berdasarkan Base Line Titer (BLT);
2.2. IB variant. Mesti didahului dengan vaksin IB klasik, yaitu tipe IB Massachuset 1
kali, baru bisa diberikan IB variant 2 kali. Tetapi selanjutnya bisa menggunakan
vaksin IB klasik.

2.3. AI adalah penyakti yang agak sulit dihadapi karena sifatnya yang mudah
mutasi dalam tempo singkat 2 – 3 tahun. Maka dari itu vaksin AI yang awalnya bisa
memproteksi dengan baik pada masa 5 tahun yang lalu, lama kelamaan tingkat
proteksinya bisa menurun, bahkan tidak memproteksi sama sekali. Akibatnya,
sering muncul gejala AI sub-klinis. Tidak mematikan tetapi sangat mengganggu
produktifitas layer.

Pilihlah vaksin AI yang isinya setidaknya 3 tipe virus AI, yaitu tipe klasik Legok, tipe
lanjutan pertama AI Sukabumi dan AI tipe mutakhir yang muncul di daerah atau
area tertentu.

Misal AI tipe selanjutnya, AI tipe Purwakarta, AI tipe Blitar/Jawa Timur, AI tipe


Sulsel dll. Dengan menggunakan vaksin dari virus AI isolat lokal, tujuannya supaya
vaksinnya benar-benar homolog dengan penyakit AI yang muncul di daerah atau
area tertentu.

3. Potong paruh wajib hukumnya diterapkan.


Potong paruh pertama sudah dilakukan oleh pihak pembibit di bagian penetasan
sebelum DOC dikirim. Kemudian pada masa grower, perlu dilakukan potong paruh
ke-2, yaitu pada umur 9 atau 10 minggu. Harus cukup pendek dan rata. Tujuannya
untuk mengurangi atau menghindari kanibal saat masa produksi dan
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Membantu menurunkan FCR.
4. Program vaksin ini dirancang sampai dengan pullet umur 15 minggu harus
sudah komplit sampai vaksin ND, IB, EDS killed. Pada umur minggu ke-16 hari
pertama, ditransfer ke kandang produksi. Bila transfernya pada umur 16 – 18
minggu, maka masa adaptasinya jelas kurang. Sebaliknya, bila ditransfer pada
umur kurang dari 13 minggu, panjang kaki bagian bawah (shank) belum mencapai
titik optimal, yaitu sepanjang minimum 10 cm (baca artikel “Transfer Pullet, Kapan
Tepatnya). Vaksinasi selanjutnya (umur 17 – 21 minggu, sifatnya untuk persiapan
masa puncak produksi.
Alasannya, layer modern saat ini masa awal produksinya cenderung maju. Hen
Week (HW%) 5% bisa dicapai pada umur 18 – 19 minggu. Pada hal di lain sisi, pullet
perlu adaptasi setelah ditransfer dari kandang pullet ke kandang layer, setidaknya
3 minggu (baca artikel “Periode Pre-Layer”).

5. Vaksin ulang pada masa produksi (laying period), idealnya berdasarkan Base
Line Titer (BLT), bukan berdasarkan jadwal (NOT SCHEDULE).
Itu yang saya lakukan. Peternqk mesti rutin melakukan tes titer antibodi setiap
bulan terhadap ND, AI dan IB. Hasil tes lab, dibandingkan dengan kondisi riil di
lapangan, dibandingkan dwngan recording dan pembedahan ayam dengan gejala
sakit yangbtampak, setiap minggu. Vaksin ulang (booster) terhadap ND, AI dan IB,
tidak berdasarkan jadwal tertentu. Bisa dilakukan 8, 12, 16 atau 20 minggu baru
divaksin ulang (booster).
Prinsipnya vaksin ulang (booster) perlu dilakukan bila titer antibodi sudah turun di
bawah 70%. Bila titer antibodi masih tinggi (>70%) dan masih seragam (Co-
effisient of Variation = CV <35%), belum perlu di-booster. Bila dipaksakan di-
booster akan terjadi netralisasi oleh antibodi di dalam tubuh ayam. Alias, resiko
ayam stres dan sia-sia.
( Baca Juga : Cara Pullet Ayam Petelur Ini Bisa Produksi Sampai 95 %
Lebih, KLIK DI SINI )
Tapi pada umumnya peternak layer sudah terlanjur dicekoki atau terkooptasi
dengan pola pikir bahwa vaksin ND dan IB harus diulang setiap 4 – 6 minggu.

BUKU TERLARIS OLEH PETERNAK, KLIK DI SINI

6. Khusus penyakit IB pada masa produksi.


Ancaman penyakit IB pada masa produksi (laying period) hanya sampai umur 52
minggu. Selebihnya, nyaris tidak ada layer kena IB pada umur 60, 70, 80 dan 90
minggu.
Vaksin IB jangan dilakukan pada masa menjelang puncak produksi dan pada masa
puncak produksi. Haram hukumnya. Bila dilakukan, maka akan terjadi induksi oleh
virus IB dari lapangan. Alias justru akan kena serangan IB.

Vaksin IB yang dilakukan pada layer umur >52 minggu, lebih kepada tujuan agar
warna kerabang telur lebih coklat.

Anda mungkin juga menyukai