Disusun oleh:
Putri Handayani (225221010)
Desa Bakalan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah. Tradisi tersebut juga masih mendarah daging di desa tersebut.
Masyarakat akan melakukan kenduri di rumah setiap warga dengan membuat dan menyajikan
berbagai macam hidangan, yaitu: golong, brok, jenang genep (bubur berjumlah empat dalam
satu piring), sego punar (nasi kuning), jenang kapuronto (bubur dari ketan dan katul), sego
rasul (nasi uduk), ayam ingkung yang dikukus, dan kering tempe. Kemudian dilaksanakan
pembacaan do’a yang dipimpin oleh salah satu toko yang ditunjuk di desa tersebut. Seusai
kenduri, hidangan dibagi rata ke semua orang yang ikut kenduri tersebut. Jadi setiap orang
mendapat berkat dari kenduri sehingga bisa merasakan masakan orang lain meskipun menu
yang disajikan sama. Kenduri dilaksanakan secara giliran dari rumah ke rumah.
Aqidah
Selikuran dalam perspektif Islam adalah berawal dari Rasulullah SAW yang beri’tikaf di
sepuluh hari terkahir bulan Ramadan, dan beliau bersabda:
اْلَتِم ُسْو ا َلْيَلَة اْلَقْد ِر ِفْي اْلِو ْتِر ِم ْن اْلَع ْش ِر: َتَح َّرْو ا وفي رواية
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 terakhir bulan Ramadhan” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Dari sinilah dapat dipastikan bahwa tradisi Selikuran memang terdapat perpaduan nilai-nilai
Islam melalui budaya Jawa, sehingga akhirnya tradisi ini dilestarikan oleh kerajaan Islam
pada masa itu, dan tetap bertahan hingga hari ini. Seiring perjalanannya, banyak warna dan
bentuk pelaksanaan malam selikuran ini, misalnya malam Selikuran yang dilaksanakan
masyarakat desa Bakalan yang akrab dengan adat Jawa, yaitu melaksanakan ritual kenduri di
rumah setiap rumah warga. Kenduri dengan hidangan nasi dan lauk-pauk yang beragam nama
dan bentuknya, dan diadakan pada setiap malam tanggal ganjil dimulai dari malam 21 dan
berakhir pada malam 29 Ramadhan. Dari arti kata selikur yaitu “sing linuwih ing tafakur”
dimana terdapat perintah beri’tikaf seperti halnya yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan harapan mampu mendapatkan kemuliaan di
malam Lailatul Qadar tersebut.
Fiqih
Malam selikuran ini merupakan budaya jawa untuk memperingati malam Lailatul Qadar di
10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Tradisi ini sesuai dengan prinsip syariah yang
diajarkan oleh agama Islam. Do’a yang dipanjatkan pun adalah doa keselamatan yang
2
Yahya Ismail, Adat-Adat Jawa Dalam Bulan-Bulan Islam Adakah Pertentangan (Solo: Inti Medina, 2009).
dipimpin oleh salah seorang warga yang suda ditunjuk sehingga tidak ada hal yang melanggar
syariat Islam. Allah berfirman dalam QS. al-Qadr (97): 1-5.
Tasawuf
Pendekatan Sosial
Liberalisme dan Fundamentalisme
Islam Moderat