Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR JAWABAN KAPITA SELEKTA FAAL DARAH

NAMA : Awang Bagus Firmansyah


NIM : 121221101
KELAS : Kelas A3

1. Air
2. Pembekuan
3. Plasma darah terdapat kandungan fibronogen, sedangkan serum darah tidak
terdapat fibronogen
4. Mempertahankan tekanan osmotik, keseimbangan pH, keseimbangan cairan dalam
tubuh, mengikat dan membawa hormon steroid, dan transportasi zat
5. Untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan membawa karbon
dioksida dari jaringan kembali ke paru-paru untuk diekskresikan.
6. Transportasi Oksigen dan Membuang karbon dioksida
7. Membran eritrosit harus memiliki morfologi yang elastis dan fleksibel
8. Bertanggung jawab dalam mengangkut berbagai zat di dalam tubuh dan Protein
plasma juga berperan dalam proses pembekuan darah
9. Fibrinogen dan protrombin
10. Salah satu tes darah yang digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi medis,
seperti anemia (kadar sel darah merah yang rendah) atau polisitemia (kadar sel
darah merah yang tinggi). Nilai hematokrit juga dapat memberikan petunjuk tentang
kepadatan darah, kemampuan darah untuk mengangkut oksigen, dan kondisi
kesehatan umum seseorang.
11. Transferrin
12. Nefrotik sindrom adalah kondisi medis yang ditandai oleh kerusakan pada
glomerulus. Hal ini mengarah pada hipoproteinemia, yaitu kadar protein dalam darah
yang rendah. Patofisiologi nefrotik sindrom yang menyebabkan hipoproteinemia
melibatkan beberapa faktor. Kerusakan pada glomerulus mengakibatkan
peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga protein-protein penting, terutama
albumin, dapat terlepas ke dalam urin. Akibatnya, tubuh mengalami kehilangan
protein yang signifikan melalui urin.
13. Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh protein-protein
dalam plasma yang mendorong cairan kembali ke dalam pembuluh darah dari
jaringan tubuh. Protein-protein ini menciptakan gradien tekanan yang membantu
menjaga keseimbangan cairan antara pembuluh darah dan jaringan. Ketika kadar
protein dalam darah rendah, seperti pada kondisi hipoproteinemia, tekanan koloid
osmotik menurun. Hal ini mengakibatkan pergeseran cairan dari dalam pembuluh
darah ke jaringan di sekitarnya.
14. Hipoksia merupakan keadaan dimana tubuh kekurangan oksigen yang akan memicu
terjadinya eritrogenesis atau pembentukan hemoglobin di sumsum tulang. Ketika
hipoksia, tubuh akan meningkatkan produksi hormon eritropoietin (EPO) yang
merangsang terjadinya eritrogenesis. EPO diproduksi oleh ginjal dan jumlahnya akan
meningkat saat terjadi hipoksia. Eritrogenesis akan terus berlangsung selama tubuh
memerlukan lebih banyak sel darah merah.
15. Ketinggian dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap eritrogenesis, yaitu proses
pembentukan sel darah merah atau eritrosit dalam tubuh. Perubahan ketinggian
dapat mempengaruhi tingkat produksi dan jumlah eritrosit dalam darah. Pada
ketinggian tinggi atau di daerah dengan tekanan atmosfer yang rendah, kandungan
oksigen di udara menurun. Hal ini menyebabkan penurunan ketersediaan oksigen di
dalam paru-paru dan dalam sirkulasi darah. Tubuh merespons penurunan kadar
oksigen dengan meningkatkan produksi eritrosit dalam proses yang disebut
eritrogenesis.
16. Kehilangan darah baik akut maupun kronis, kerusakan sumsum tulang, defisiensi
vit.B12 dan asam folat, dan herediter.
17. Bulan sabit
18. Zat besi (Fe) dan asam amino
19. Perniciosa
20. Liver, limpa, dan kelenjar limfe
21. Dalam eritrogenesis, asam folat berperan dalam produksi dan pematangan sel darah
merah. Asam folat juga berperan dalam pembentukan komponen penting dalam
proses pembelahan sel, seperti timin (thymine), yang merupakan salah satu
komponen DNA. Vitamin B12 diperlukan untuk sintesis DNA, RNA, dan protein, serta
berperan dalam pembentukan dan pematangan sel darah merah. Vitamin B12 juga
berinteraksi dengan asam folat dalam proses eritrogenesis.
22. Megaloblastik
23. Neutrofil dan monosit-makrofag memiliki kemampuan fagositosis, yaitu menelan dan
mencerna mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, dan jamur. Mereka dapat
mengenali dan menempel pada mikroorganisme melalui reseptor permukaan
mereka, kemudian membentuk vakuola fagositik di dalam sel untuk memasukkan
mikroorganisme tersebut. Setelah itu, enzim-enzim dalam vakuola tersebut akan
mencerna dan menghancurkan mikroorganisme.
24. Peradangan merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan produksi leukosit,
khususnya neutrofil, yang merupakan jenis leukosit yang paling responsif terhadap
infeksi akut. Stres inflamasi memicu pelepasan faktor pertumbuhan dan sitokin yang
merangsang proliferasi dan diferensiasi sel-sel progenitor dalam sumsum tulang,
sehingga meningkatkan jumlah leukosit yang diproduksi.
25. Kalor (panas), tumor (bengkak), dolor (nyeri), rubor (merah), dan fungsiolesa (hilang
fungsi)
26. > Monosit adalah jenis sel darah putih yang beredar dalam darah. Mereka diproduksi
di sumsum tulang dan kemudian beredar melalui aliran darah ke berbagai jaringan.
Makrofag, di sisi lain, terdapat di jaringan tubuh, seperti paru-paru, hati, kulit, dan
jaringan limfoid.
> Monosit berbentuk bulat atau oval dengan nukleus yang besar dan sitoplasma
yang bergranula.Makrofag memiliki beragam bentuk, mulai dari sel yang melebar
dengan banyak pseudopodia hingga sel yang memiliki bentuk bulat atau lonjong.
Ukuran makrofag umumnya lebih besar daripada monosit.
> Monosit memiliki kemampuan fagositosis yang lebih rendah dibandingkan dengan
makrofag.
27. Mekanisme "walling off" merupakan salah satu cara tubuh melindungi dirinya sendiri
saat terjadi keradangan atau infeksi. Dengan membentuk penghalang fisik, proses ini
membantu membatasi dan mengontrol penyebaran agen patogen atau zat iritan, dan
memfasilitasi proses penyembuhan dan pemulihan jaringan yang terkena.
28. Monosit, makrofag jaringan, kelenjar limfe
29. Neutrofil memiliki kemampuan untuk fagositosis yang sangat baik, dan mereka
dianggap sebagai sel utama yang terlibat dalam fagositosis. Mereka lebih mudah
menangkap bakteri, jamur, dan benda asing lainnya di dalam darah. Sementara itu,
monosit membutuhkan rangsangan tambahan untuk memicu fagositosis, dan mereka
lebih sering ditemukan di jaringan daripada dalam darah.
30. Rubor/eritema dan tumor
31. Makrofag
32. Mikroglia dan tonsil
33. Neutrofil
34. Tidak adanya sifat pelindung, ukuran, dan sifat permukaan yang tepat
35. Eosinofil
36. A dan B
37. Plasma darah
38. Fibrin, fibrinogen, protein faktor koagulasi, platelet, dan ion kalsium
39. Vasokontriksi
40. Hormon adrenalin (epinefrin), noradrenalin (norepinefrin), angiotensin II, vasopresin,
dan endotelin.
41. Megakariosit
42. Kaskade koagulasi
43. Platelet adhesion, platelet release action, dan platelet aggregation
44. Hemofilia
45. Kelainan eritroblastosis fetalis terjadi akibat perbedaan golongan Rh ibu negatif dan
Rh bayi positif

Anda mungkin juga menyukai