Anda di halaman 1dari 247

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK DENGAN EKSTRAK DAUN

ANTHURIUM BIPINNATIFIDUM SEBAGAI BIOREDUKTOR YANG


DIIMPLEMENTASIKAN DALAM PEMBELAJARAN
NANOTEKNOLOGI KIMIA SMA KELAS X
HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia

Disusun oleh:
Kadek Erland Purba Ipung
NIM: 191444009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK DENGAN EKSTRAK DAUN


ANTHURIUM BIPINNATIFIDUM SEBAGAI BIOREDUKTOR ALAMI
YANG DIIMPLEMENTASIKAN DALAM PEMBELAJARAN
NANOTEKNOLOGI KIMIA SMA KELAS X

Disusun oleh:
Kadek Erland Purba Ipung
NIM:191444009

Dosen Pembimbing,

Monica Cahyaning Ratri, S.Pd., Ph.D. (tanggal bulan tahun)

ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

SKRIPSI

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK DENGAN EKSTRAK DAUN


ANTHURIUM BIPINNATIFIDUM SEBAGAI BIOREDUKTOR ALAMI
YANG DIIMPLEMENTASIKAN DALAM PEMBELAJARAN
NANOTEKNOLOGI KIMIA SMA KELAS X

Dipersiapkan dan ditulis oleh:


Kadek Erland Purba Ipung
NIM: 191444009

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Nama Lengkap : Tanda Tangan


Ketua :
Sekretaris :

Anggota :

Yogyakarta, 2023
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,
saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Yogyakarta, 2023
Penulis,

Kadek Erland Purba Ipung

iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Kadek Erland Purba Ipung


NIM : 191444009

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Daun Anthurium bipinnatifidum
sebagai Bioreduktor Alami yang Diimplementasikan dalam Pembelajaran
Nanoteknologi Kimia SMA Kelas X
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya dalam pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta
…. Agustus 2023
Yang menyatakan,

Kadek Erland Purba Ipung

v
MOTTO

“Tat Twam Asi”

“Aku adalah Kamu, Kamu adalah Aku”

“Saat Aku Membicarakan Keburukanmu, Percayalah Sebenarnya Aku sedang

Membicarakan Diriku Sendiri”

”Bertanggung Jawablah pada Jalan yang Sudah dipilih, Nikmati Setiap

Prosesnya”

“Lelah Itu Pasti, Menyerah Bukan Solusi”

vi
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Daun Anthurium bipinnatifidum
sebagai bioreduktor yang Diimplementasikan dalam Pembelajaran Nanoteknologi
Kimia-SMA-Kelas X” dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis8menyadari*bahwa-penulisan-skripsi ini tidak lepas dari bantuan,


doa, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh?karenapitu, penulis ingin
mengucapkanoterima-kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Ibu Natalia Diyah Hapsari, S.Pd., M.Pd., Ph.D., sebagai ketua Program
Studi Pendidikan Kimia.
3. Ibu Fransisca Ditawati Nur Pamenang, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen
Pembimbing Akademik (DPA) yang memberikan bimbingan, arahan dan
bantuan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
4. Ibu Monica Cahyaning Ratri, S.Pd., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi
yang memberikan waktu, materi, arahan dan bantuan dalam penyusunan
skripsi.
5. Ibu Monica Cahyaning Ratri, S.Pd., Ph.D. selaku Kepala Laboratorium
Kimia, Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan izin
penelitian di laboratorium kimia.
6. Ibu Rosalia Rika Setianingrum, S.Si. selaku Laboran Laboratorium Kimia,
Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Sanata Dharma yang telah
membantu atas segala kesalahan di laboratorium.
7. Bapak Ibu Dosen yang telah memberikan pengetahuan-pengetahuan dalam
bidang kimia yang menjadi bekal bagi penulis di kemudian hari.

vii
viii

8. Bapak Made dan Ibu Nyoman yang telah memberikan dukungan berupa
materi dan non materi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma serta dukungan semangat dan motivasi dalam
proses penyelesaian skripsi.
9. Ibu Wayan Chitra Septian yang telah memberikan dukungan berupa materi
dan non materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
10. Marcellinus Restu Kristian S.kom dan Yuliana Trisuryasari Nugraheni S.Pd
selaku teman yang membantu memberikan semangat dan merapikan
penulisan skripsi ini, semoga langgeng kalian.
11. Amadea Agnes Verina dan Futri Anggraini selaku partner satu topik yang
begitu semangat dan optimis dalam menemani dan membantu dalam
menyelesaikan skripsi
12. Romo Naris, Kak Icha, Amadea, Stefani, Futri, selaku teman seper
bimbingan yang memberikan semangat dan solusi dalam menyelesaikan
penulisan skripsi
13. Nikolas Noel Ferdiansyah selaku bestie di Pendidikan Kimia yang banyak
membantu dalam perkuliahan dan penyelesaian penulisan skripsi.
14. Laurensia Octaviani selaku teman yang banyak membantu dalam
perkuliahan dan penulisan skripsi.
15. Teman-teman Pendidikan Kimia Angkatan 19 yang selalu memberikan
semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.
16. Teman-teman kos Anugrah (bang Anton, bang David, bang Fakri, bang
wais, kak Tiwi bang Dio, bang Dimas, Niko, Riki, Thias, Arya, Will,
Ridwan, Gevin.) yang selalu mendukung dan mengingatkan untuk
mengerjakan skripsi.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu
proses penyelesaian skripsi.

viii
ix

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
berkepentingan dan sebagai bahan referensi bagi peneliti atau mahasiswa yang akan
melanjutkan penelitian dibidang yang sama. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penelitian ini, dan penulis mengharapkan masukan dan
kritik yang membangun guna perbaikan di masa depan.

Terima kasih.

Yogyakarta,

Kadek Erland Purba Ipung


ABSTRAK
SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK DENGAN EKSTRAK DAUN
ANTHURIUM BIPINNATIFIDUM SEBAGAI BIOREDUKTOR YANG
DIIMPLEMENTASIKAN DALAM PEMBELAJARAN
NANOTEKNOLOGI KIMIA SMA KELAS X

Kadek Erland Purba Ipung


Universitas Sanata Dharma
2023

Munculnya materi nanoteknologi pada Kurikulum Merdeka memberikan


permasalahan tersendiri pada guru karena kurangnya penguasaan materi dan bahan
ajar bagi guru. Oleh karena itu, maka pada penelitian ini dilakukan pengembangan
bahan ajar berupa modul praktikum berbasis green chemistry dengan model
pengembangan 4D yang dimodifikasi menjadi 3D. penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: (1) potensi kemampuan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai
bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak (2) pengaruh waktu reaksi terhadap
nanopartikel perak yang dihasilkan (3) kualitas modul apabila ditinjau dari segi
kelayakan (4) respon guru terkait kualitas modul. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa ekstrak Anthurium bipinnatifidum dapat berfungsi sebagai bioreduktor
dalam sintesis nanopartikel perak berdasarkan serapan spektrofotometri UV-Vis
pada panjang gelombang 425 nm. Waktu reaksi berpengaruh terhadap nanopartikel
perak yang dihasilkan apabila dilihat dari panjang gelombang yang dihasilkan.
Hasil pengembangan modul praktikum dinilai valid berdasarkan hasil validitas
yakni 86,9% pada aspek materi dan 88,1 % pada aspek media. Pada tahap uji coba
dengan sampel guru, respon yang diberikan oleh guru positif dengan nilai 98,6%.
Diharapkan dengan pengembangan modul praktikum ini maka akan membantu
guru dalam mendalami materi nanoteknologi.

Kata kunci: nanoteknologi, kurikulum merdeka, modul praktikum

x
ABSTRACT
SYNTHESIS OF SILVER NANOPARTICLES WITH ANTHURIUM
BIPINNATIFIDUM LEAF EXTRACT AS A BIOREDUCTOR THAT WAS
IMPLEMENTED IN HIGH SCHOOL GRADE X

Kadek Eland Purba Ipung


Sanata Dharma University
2023

The emergence of nanotechnology material in the Merdeka Curriculum presents


problems for teachers due to the need for mastery of the material and teaching
materials. Therefore, this study developed teaching materials in the form of
practicum modules based on green chemistry with a 4D development model
modified into 3D. This study aims to determine: (1) the potential ability of
Anthurium bipinnatifidum extract as a bioreductor in the synthesis of silver
nanoparticles, (2) the effect of reaction time on the resulting silver nanoparticles,
(3) the quality of the module when viewed from a feasibility perspective (4) the
teacher's response regarding the quality of the module. The results of this study
indicate that Anthurium bipinnatifidum extract can function as a bioreductor in the
synthesis of silver nanoparticles based on UV-Vis absorption spectrophotometry at
a wavelength of 425 nm. The reaction time affects the silver nanoparticles produced
when viewed from the wavelengths produced. The results of the practicum module
development are considered valid based on the results of the validity of 86.9% on
the material aspect and 88.1% on the media aspect. At the trial stage with a sample
of teachers, the response given by the teacher was positive, with a score of 98.6%.
Hopefully, developing this practicum module will help teachers explore
nanotechnology material.

Keywords: nanotechnology, Merdeka Curriculum, practical module

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

MOTTO ................................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK .............................................................................................................. x

ABSTRACT ............................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 6


2.1. Kurikulum Merdeka .................................................................................. 6
2.2. Nanoteknologi ........................................................................................... 7
2.3. Green Synthesis Nanopartikel ................................................................... 8
2.4. Ekstrak Tanaman Anthurium Bipinnatifidum ........................................... 9
2.5. Karakterisasi Nanopartikel Perak ........................................................... 10
2.5.1. Spektrofotometer UV-Vis ........................................................... 10
2.5.2. Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) ....................... 12

xii
xiii

2.5.3. Scanning Electron Microscopy (SEM)........................................ 13


2.6. Modul Praktikum .................................................................................... 14
2.7. Penelitian Relevan .................................................................................. 14
2.8. Kerangka Berpikir ................................................................................... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 19


3.1. Jenis Penelitian........................................................................................ 19
3.2. Desain Penelitian .................................................................................... 19
3.2.1. Define .......................................................................................... 19
3.2.2. Design .......................................................................................... 20
3.2.3. Develop ........................................................................................ 21
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 22
3.4. Variabel Penelitian .................................................................................. 22
3.4.1. Variabel Bebas ............................................................................ 23
3.4.2.Variabel Terikat .......................................................................... 23
3.5. Alat dan Bahan ........................................................................................ 23
3.6. Prosedur Pengambilan Data .................................................................... 24
3.6.1. Wawancara .................................................................................. 24
3.6.2. Preparasi Sampel ......................................................................... 24
3.6.3. Pembuatan Ekstrak ...................................................................... 24
3.6.4. Uji Kandungan Anthurium bipinnatifidum .................................. 25
3.6.5. Sintesis Nanopartikel Perak......................................................... 25
3.6.6. Karakterisasi Nanopartikel Perak ................................................ 26
3.6.7. Validasi ........................................................................................ 26
3.6.8. Angket ......................................................................................... 27
3.7. Instrumen Penelitian ............................................................................... 28
3.7.1. Lembar Wawancara ..................................................................... 28
3.7.2. Lembar Validasi Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak
dengan Bioreduktor ..................................................................... 29
3.7.3. Lembar Validasi Pertanyaan Pascapraktik pada Modul Praktikum
Sintesis Nanopartikel Perak dengan Bioreduktor ....................... 29
3.7.4. Lembar Validasi Angket Respon Guru ....................................... 30
3.7.5. Angket Respon Guru ................................................................... 30
xiv

3.8. Metode Analisis Data .............................................................................. 31


3.8.1. Analisis Lembar Wawancara ....................................................... 31
3.8.2. Analisis Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800) ................. 31
3.8.3. Analisis Fourier Transform Infrared (FTIR) (Shimadzu IR-Spirit)
..................................................................................................... 32
3.8.4. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) (JSM-7100F, Jeol)
..................................................................................................... 32
3.8.5. Analisis Lembar Validasi pada Modul Praktikum ...................... 32
3.8.6. Analisis Hasil Validasi Angket Responden Guru ....................... 33
3.8.7. Analisis Hasil Validasi Pertanyaan Pascapraktik pada Modul
Praktikum .................................................................................... 34
3.6.8. Analisis Angket Responden Guru .................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 37


4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 37
4.1.1. Hasil Tahap Define ...................................................................... 37
4.1.2. Hasil Tahap Design ..................................................................... 40
4.1.3. Hasil Tahap Develop ................................................................... 59
4.2. Pembahasan............................................................................................. 68
4.2.1. Ekstrak Anthurium bipinnatifidum dapat berfungsi sebagai
bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak ............................ 71
4.2.2. Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Nanopartikel yang dihasilkan 73
4.2.3. Kualitas Modul Praktikum apabila Ditinjau dari Segi Kelayakan
Isi, Bahasa, Penyajian dan Karakteristik Materi Nanoteknologi 74
4.2.4. Respon Guru Terhadap Kualitas Modul Praktikum ditinjau dari
Kesesuaian Bahasa, Kemenarikan Modul dan Kelayakan Modul
..................................................................................................... 75
4.2.5. Kelebihan Penelitian .................................................................... 76
4.2.6. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 76

BAB V................................................................................................................... 78
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 78
5.2. Saran ....................................................................................................... 79
xv

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80

LAMPIRAN .......................................................................................................... 88
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pemanfaatan Nanopartikel perak (AgNPs)Error! Bookmark not


defined.
Gambar 2. Reaksi sintesis AgNO3 dengan ekstrak tanaman ................................... 9
Gambar 3. Struktur senyawa flavonoid yang terdapat pada daun Anthurium……..
bipinnatifidum .................................................................................... 10
Gambar 4. Contoh hasil analisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
............................................................................................................ 11
Gambar 5. Contoh Kurva FTIR AgNPs ................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Contoh Hasil Analisis SEM ................................................................ 13
Gambar 7. Alur kerangka berpikir ........................................................................ 18
Gambar 8. Daun Anthurium bipinnatifidum (a) sebelum pengeringan, (b) sesudah
pengeringan, (c) setelah diblender ..................................................... 41
Gambar 9. Hasil Ekstraksi .................................................................................... 42
Gambar 10. Hasil Spektrofotometer UV-Vis Ekstrak Anthurium bipinnatifidum 43
Gambar 11. Hasil FTIR Ekstrak Daun Anthurium bipinnatifidum ...................... 44
Gambar 12. Hasil Sintesis Nanopartikel Perak Optimasi Waktu .......................... 46
Gambar 13. Reaksi sintesis nanopartikel perak (AgNPs) .................................... 46
Gambar 14. Hasil Spektrofotometer UV-Vis Optimasi Waktu ........................... 47
Gambar 15. Hasil Sintesis Nanopartikel Perak Optimasi Volume ...................... 48
Gambar 16. Hasil Spektofotometer UV-Vis AgNPs Optimasi Volume bioreduktor
............................................................................................................ 49
Gambar 17. Hasil Spektrofotometer UV-Vis Ekstrak vs AgNPs ........................ 51
Gambar 18. Hasil FTIR Ekstrak vs AgNPs ......................................................... 51
Gambar 19. Morfologi Nanopartikel Perak (AgNPs) ........................................... 53

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil uji fitokimia anthurium dengan pelarut yang berbeda ................... 10
Tabel 2. Perkiraan panjang gelombang setiap warna yang diserap ...................... 11
Tabel 3. Ukuran nanopartikel perak berdasarkan daerah serapan......................... 12
Tabel 4. Kriteria Tingkat Validasi Ahli ................................................................ 33
Tabel 5. Kriteria Tingkat Validasi Ahli ................................................................ 34
Tabel 6. Kriteria Tingkat Validasi Ahli ................................................................ 35
Tabel 7. Kriteria Kepraktisan ................................................................................ 36
Tabel 8. Hasil Analisis Konsep ............................................................................. 39
Tabel 9. Perbandingan gugus fungsi flavonoid dengan gugus fungsi pada ekstrak
Anthurium bipinnatifidum ...................................................................... 44
Tabel 10. Pergeseran Daerah Serapan FTIR Ekstrak vs AgNPs ........................... 52
Tabel 11. Bagian pembuka modul praktikum ....................................................... 55
Tabel 12. Bagian Isi Modul Praktikum ................................................................. 57
Tabel 13. Bagian Penutup Modul ......................................................................... 59
Tabel 14. Hasil Validasi materi modul ................................................................. 60
Tabel 15. Hasil Revisi dan Saran Perbaikan Ahli Materi ..................................... 61
Tabel 16. Hasil Validasi media modul .................................................................. 63
Tabel 17. Hasil Revisi dan Saran Perbaikan Ahli Media ...................................... 63
Tabel 18. Hasil validasi pertanyaan pascapraktik ................................................. 64
Tabel 19. Hasil Revisi dan Perbaikan Pertanyaan Pascapraktik ........................... 65
Tabel 20. Hasil Validasi angket responden guru .................................................. 66
Tabel 21. Hasil angket responden guru ................................................................. 67

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar wawancara ......................................................................... 88


Lampiran 2. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Ekstrak Anthurium
bipinnatifidum menggunakan Spektrofotometer UV-Vis ................ 89
Lampiran 3. Kurva Serapan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum menggunakan FTIR
......................................................................................................... 90
Lampiran 4. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Ekstrak AgNPs Optimasi
Waktu ............................................................................................... 91
Lampiran 5. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Ekstrak AgNPs Optimasi
Volume............................................................................................. 92
Lampiran 6. Kurva Perbandingan Spektrofotometer UV-Vis Ekstrak vs AgNPs vs
AgNO3 ............................................................................................. 93
Lampiran 7. Kurva Perbandingan FTIR Ekstrak vs AgNPs ................................. 94
Lampiran 8. Perangkat Pembelajaran Materi Nanoteknologi ............................... 95
Lampiran 9. Kisi-kisi Lembar Validasi Materi Modul Praktikum ...................... 155
Lampiran 10. Lembar Validasi Materi Modul Praktikum .................................. 156
Lampiran 11. Kisi-kisi Lembar Validasi Media Modul Praktikum .................... 158
Lampiran 12. Lembar Validasi Media Modul Praktikum ................................... 159
Lampiran 13. Kisi-kisi Lembar Validasi Pertanyaan Pacapraktik ...................... 161
Lampiran 14. Lembar Validasi Pertanyaan Pacapraktik ..................................... 162
Lampiran 15. Kisi-kisi Lembar Validasi Angket Responden Guru .................... 173
Lampiran 16. Lembar Validasi Angket Responden Guru ................................... 174
Lampiran 17. Kisi-kisi Lembar Angket Responden Guru .................................. 176
Lampiran 18. Lembar Angket Responden Guru ................................................. 177
Lampiran 19. Hasil analisis wawancara .............................................................. 180
Lampiran 20. Hasil Validasi Materi Modul Praktikum ...................................... 181
Lampiran 21. Hasil Validasi Media Modul Praktikum ....................................... 182
Lampiran 22. Hasil Analisis Validasi Pertanyaan Pascapraktik Modul Praktikum
.......................................................................................................... 183
Lampiran 23. Hasil Validasi Angket Responden Guru ....................................... 188
Lampiran 24. Hasil Angket Responden Guru ..................................................... 189
Lampiran 25. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran (Validator 1) .................. 190
Lampiran 26. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran (Validator 2) .................. 207
Lampiran 27. Hasil Angket Responden Guru (Responden 1)............................. 224
Lampiran 28. Hasil Angket Responden Guru (Responden 2)............................. 227

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dampak pandemi Covid 19 masih sangat terasa di berbagai bidang

kehidupan. Di bidang Pendidikan, dampak pandemi mempengaruhi motivasi

belajar dan pemahaman peserta didik di dalam pembelajaran rendah. Oleh karena

kondisi tersebut maka pemerintah melakukan perubahan kurikulum dari kurikulum

2013 menjadi kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum

dengan mengedepankan konsep “Merdeka Belajar” pada peserta didik. Pada

kurikulum merdeka pengembangan dilakukan terkait penggunaan teknologi dan

kebutuhan kompetensi (Nugraha, 2022). Berbeda dengan kurikulum 2013, yang

lebih mengedepankan pembentukan karakter, dimana peserta didik dituntut untuk

lebih dalam pemahaman materi, pendidikan karakter dan aktif dalam diskusi

(Mayangsari et al., 2013).

Pada kurikulum merdeka terdapat materi baru terkait nanoteknologi di kelas

X. Oleh karena itu diperlukan pengayaan bahan ajar dan inovasi untuk membantu

penyampaian materi ini dalam proses pembelajaran, salah satu bahan ajar yang

mungkin digunakan adalah modul. Modul merupakan suatu bahan ajar yang

disusun secara sistematis menggunakan bahasa yang mudah dipahami, berdasarkan

kurikulum yang telah ada (Siregar, 2021). Sementara itu modul praktikum tidak

jauh berbeda pengertiannya yakni suatu bahan ajar yang digunakan untuk

melakukan kegiatan pembelajaran dalam lingkup praktikum (Guanabara et al.,

2016.). Dengan adanya modul praktikum ini diharapkan peserta didik memahami

tujuan dan prosedur praktikum yang akan dilakukan, selain itu dengan

1
2

modul praktikum ini membantu mempercepat pemahaman peserta didik terkait

dengan materi yang akan di uji coba (Fatmalia & Nurhidayatullah, 2020).

Wawancara yang telah dilakukan menunjukan bahwa, guru merasa sulit

mencari referensi bahan ajar, metode dan media untuk pembelajaran pada materi

nanoteknologi. Selain itu menurut guru, dengan diterapkannya kurikulum merdeka

ini memberi kebebasan untuk guru mengembangkan modul ajar dan media sesuai

dengan peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menawarkan

solusi dengan melakukan penelitian pengembangan modul praktikum tentang

"Pemanfaatan Ekstrak Daun Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor dalam

Sintesis Nanopartikel Perak untuk pembelajaran nanoteknologi kimia di kelas X

SMA".

Nanoteknologi sendiri adalah suatu kemajuan yang berkembang pesat

dalam sepuluh tahun terakhir (Natarajan et al., 2010). Dalam bidang nanoteknologi

terjadi manipulasi material yang berukuran ≤ 100 nm manipulasi sifat fisika, dan

kimia, masuk ke dalam satu kategori yang secara fundamental berbeda dengan bulk

material (Prasetiyo, 2020). Nanoteknologi dapat menjadi solusi dalam mengatasi

kebutuhan pokok manusia, dimana nanoteknologi memiliki manfaat dalam

berbagai bidang. Misalnya pada bidang kesehatan digunakan untuk deteksi dan

pengobatan kanker, lalu dalam bidang pangan nanoteknologi digunakan untuk

pengemasan makanan, pengawetan makanan dan mendeteksi keberadaan patogen

(Singh et al., 2020).

Anthurium Bipinnatifidum menjadi salah satu pilihan utama sebagai

tanaman hias komersial di Indonesia karena keindahan warna dan bentuk bunganya,

sehingga banyak ditemukan di daerah sekitar. Karenanya, peneliti memilih


3

menggunakan tanaman ini karena ketersediaannya yang melimpah. Selain itu,

menarik untuk diketahui bahwa sampai saat ini belum ada penelitian yang

dilakukan tentang sintesis nanopartikel perak menggunakan ekstrak dari tanaman

Anthurium Bipinnatifidum. Oleh karena itu, penggunaan ekstrak tanaman ini

sebagai bahan bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak merupakan sebuah

inovasi baru yang akan dikembangkan oleh para peneliti.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian ini untuk

memberikan alternatif dalam pembuatan nanopartikel perak dengan memakai

tanaman yang belum pernah disintesis dengan nanopartikel perak. Penggunaan

ekstrak Anthurium bipinnatifidum ditujukan untuk mengurangi pelarut organik

yang dibutuhkan sehingga limbah yang dihasilkan minimal. Hal ini selaras dengan

prinsip kimia hijau yang berperan dalam sustainabilitas lingkungan. Selain itu juga

penelitian ini potensial sebagai dasar pengembangan modul praktikum pada materi

nanoteknologi pada kelas X dalam kurikulum merdeka.

1.2. Rumusan Masalah


Dengan demikian penelitian ini memiliki rumusan masalah yakni:

1. Apakah ekstrak Anthurium bipinnatifidum dapat berfungsi sebagai

bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak?

2. Apakah waktu reaksi memberikan pengaruh terhadap nanopartikel

perak yang dihasilkan?

3. Bagaimana kualitas modul praktikum apabila ditinjau dari segi

kelayakan?

4. Bagaimana respon guru terhadap kualitas modul praktikum.


4

1.3. Batasan Masalah


Dengan demikian penelitian ini memiliki batas masalah yakni:

1. Ekstrak diperoleh dari tanaman Anthurium bipinnatifidum di sekitaran

kampus Universitas Sanata Dharma (USD).

2. Variasi waktu dan volume reduktor yang digunakan pada sintesis

nanopartikel perak.

3. Pada penelitian ini hanya sampai pada pembuatan nanopartikel perak

lalu karakterisasinya tidak uji aktivitas bakteri.

4. Pada penelitian ini menghasilkan modul praktikum yang hanya

dilakukan validasi para ahli dan diuji coba dengan beberapa guru.

1.4. Tujuan Penelitian


Dengan demikian penelitian ini memiliki tujuan yakni:

1. Mengetahui potensi kemampuan ekstrak Anthurium bipinnatifidum

sebagai bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak.

2. Mengetahui pengaruh waktu reaksi terhadap nanopartikel perak yang

dihasilkan.

3. Mengetahui kualitas modul apabila ditinjau dari segi kelayakan.

4. Mengetahui respon guru terkait kualitas modul praktikum.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Peneliti

Menyampaikan ilmu dan wawasan baru mengenai pemanfaatan tanaman

Anthurium bipinnatifidum, dalam pembuatan nanopartikel perak dari prekursor

perak nitrat
5

1.5.2 Bagi Masyarakat

Memberikan wawasan terhadap masyarakat sekitar terkait pemanfaatan

tanaman Anthurium bipinnatifidum sebagai reduktor dalam pembuatan

nanopartikel perak

1.5.3 Bagi Pendidik

Berguna dalam pengembangan bahan ajar yang diimplementasikan ke

dalam percobaan pada pembelajaran kimia SMA kelas X di dalam kurikulum

merdeka dengan pokok bahasa nanoteknologi


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Kurikulum Merdeka


Pandemi tahun 2019 berdampak besar pada kehidupan kita, termasuk dalam

sistem pendidikan Indonesia. Selama masa pandemi COVID-19, terjadi learning

loss dan learning gap yang menciptakan kesenjangan dalam sistem pendidikan

Indonesia. Akibatnya, pemerintah perlu melakukan revisi pada kurikulum nasional

dan menghadirkan kurikulum merdeka (Rizki & Fahkrunisa, 2022). Pembaruan

kurikulum ini bukanlah hal yang baru bagi sistem pendidikan Indonesia,

pembaharuan kurikulum disebabkan oleh beberapa faktor seperti hasil belajar yang

kurang memuaskan dan keterampilan peserta didik yang dinilai kurang (Gouëdard

et al., 2020). Perubahan kurikulum di Indonesia dipicu oleh faktor rendahnya hasil

belajar peserta didik dan kurangnya keterampilan yang dimiliki. Sebaliknya,

penerapan kurikulum merdeka bertujuan untuk memulihkan sistem pendidikan

Indonesia yang terdampak selama pandemi (Marisa, 2021).

Dengan penerapan kurikulum merdeka, sistem pendidikan mengalami

perubahan menyeluruh dan munculnya beberapa materi baru, salah satunya adalah

nanoteknologi. Kurikulum ini mengadopsi sistem merdeka belajar untuk

membangun kompetensi utama peserta didik. Pada kurikulum merdeka, sistem

pembelajaran ini dapat diimplementasikan melalui tiga acara, yaitu mandiri belajar,

mandiri berubah, dan mandiri berbagi. Konsep merdeka di sini tidak hanya berlaku

bagi peserta didik, tetapi juga mencakup seluruh elemen di sekolah, yang memiliki

kebebasan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mempersiapkan, melaksanakan,

6
7

dan mengevaluasi (Nurzila, 2022). Dengan adanya kebebasan tersebut sehingga

diperlukan sesuatu bahan yang dapat menunjang proses pembelajaran.

2.2. Nanoteknologi
Nanoteknologi merupakan pengembangan teknologi dengan memanfaatkan

bahan yang sebelumnya dianggap tidak berguna, kemudian diubah, dibentuk, dan

disusun kembali dengan ukuran kurang dari 100 nm (Jumini, 2017). Dengan ukuran

yang kecil tersebut, nanoteknologi banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang

seperti kesehatan, pangan, kosmetik dan tekstil. Pengembangan material nano

banyak dilakukan pada bahan logam dan salah satu logam yang banyak digunakan

adalah logam perak atau Ag. Nanomaterial jenis Ag dipilih karena memiliki

karakteristik tahan terhadap korosi dan daya hantar listrik, bersama dengan jenis-

jenis nanomaterial lainnya seperti Fe, Ti, Zn, dan Si, yang banyak dimanfaatkan

dalam pembuatan nanopartikel (Sudjana, 2002).

Zhang et al., (2016).

Gambar 1. Pemanfaatan Nanopartikel perak (AgNPs)

Pembuatan Ag nanopartikel banyak dimanfaatkan di berbagai bidang seperti

pada bidang kesehatan digunakan untuk deteksi dan pengobatan kanker, lalu dalam
8

bidang pangan nanoteknologi digunakan untuk pengemasan makanan, pengawetan

makanan dan mendeteksi keberadaan patogen (Singh et al., 2020). Selain itu banyak

juga dimanfaatkan dalam bidang kosmetik dengan meningkatkan kinerja kosmetik,

lalu terdapat pemanfaatan nanopartikel perak dalam tekstil yang berguna dalam

pembuatan serat-serat yang sangat halus, Gambar 1 merupakan pemanfaatan

nanopartikel perak menurut Zhang et al., (2016).

2.3. Green Synthesis Nanopartikel


Green Synthesis merupakan pendekatan yang memanfaatkan bahan alam

sebagai bioreduktor untuk mereduksi logam. Green synthesis juga dapat

dimanfaatkan untuk mereduksi perak menjadi perak nanopartikel (AgNPs). Bahan

alam ini diperoleh dari daerah sekitar dan mengandung senyawa fitokimia seperti

flavonoid dan poliol (Susanti et al., 2021). Green Synthesis lebih menguntungkan

daripada metode kimia atau fisika karena pendekatan ini lebih ramah lingkungan,

dengan memanfaatkan ekstrak tumbuhan dari lingkungan sekitar sebagai

bioreduktor (Gurunathan et al., 2014). Salah satu alternatif ekstrak tumbuhan yang

dapat digunakan sebagai reduktor dalam biosintesis nanopartikel perak adalah

ekstrak daun anthurium.

Tanaman anthurium mengandung berbagai senyawa fenolik seperti

flavonoid, tanin, steroid, saponin, alkaloid, dan triterpenoid (Sariwati et al., 2019)

yang sangat bermanfaat untuk green synthesis nanopartikel perak. Khususnya,

senyawa fenolik yang terkandung dalam bunga anthurium berfungsi sebagai

bioreduktor (Proklamasiningsih et al., 2019). Untuk mengetahui kandungan

senyawa fenolik pada tanaman bunga anthurium, dapat dilakukan uji fitokimia dan

analisis menggunakan teknik Fourier Transformed Infrared (FTIR) (N. W. Sari &

Fajri, 2018).
9

AgNO3 berperan sebagai prekursor dalam sintesis nanopartikel perak, dan

pada proses ini, AgNO3 akan mengalami reaksi reduksi. Senyawa polifenol

berperan penting dalam reaksi reduksi pada AgNO3 karena menyediakan tambahan

elektron yang diperlukan. Dalam interaksi dengan AgNO3, senyawa polifenol

menyumbangkan elektron yang mengubah Ag+ atau Ag2+ atau Ag3+ menjadi bentuk

perak yang tidak stabil, yaitu Ag0 (Sutanti et al., 2019). Gambar 2 menunjukkan

proses reduksi dalam sintesis nanopartikel perak menggunakan bioreduktor alami.

(Alharbi et al., 2022)

Gambar 2. Reaksi sintesis AgNO3 dengan ekstrak tanaman

2.4. Ekstrak Tanaman Anthurium Bipinnatifidum


Daun dari anthurium mengandung senyawa fenolik, beberapa senyawa

fenolik tersebut yakni flavonoid, tanin, steroid, saponin, alkaloid dan triterpenoid

(Sariwati et al., 2019). Senyawa fenolik adalah senyawa bioaktif yang memiliki

kegunaan yakni sebagai reduktor alami, antioksidan yang tinggi, anti dermatosis,

antikanker serta antiviral yang didapatkan dari sumber bahan alam (Dhurhania &

Novianto, 2018). Selain memiliki kandungan flavonoid, pada ekstrak anthurium

juga memiliki kandungan senyawa tanin yang merupakan salah satu senyawa

fenolik (Karamac´ et al., 2007) Pada Tabel 1 dapat dilihat kandungan fitokimia

yang terdapat pada Anthurium bipinnatifidum.


10

Tabel 1. Hasil uji fitokimia anthurium 1 dengan pelarut yang berbeda


Fitokimia Etil Asetat
Etil asetat Metanol Diklorometana N-heksana air
Alkaloid + + + - +
Tanin + + + + +
Steroid - - + - -
Saponin + + + + +
Flavonoid - + - - +
Triterpenoid + + - + +
(Sariwati et al., 2019)

Terdapat senyawa flavonoid dapat diketahui dengan melakukan analisis

Fourier Transformed Infrared (FTIR). berdasarkan referensi yang saya dapatkan

flavonoid memiliki daerah serapan berkisar antara 1600-1700 dengan adanya gugus

hidroksil, C=C aromatik pada tanaman propolis (Oliveira et al., 2016). Hal ini

tentunya tidak berbeda ketika dilakukan analisis FTIR pada tanaman Anthurium

bipinnatifidum, contoh struktur flavonoid dapat dilihat pada Gambar 3

(Bustanul, 2018)

Gambar 3. Struktur senyawa flavonoid yang terdapat pada daun Anthurium


bipinnatifidum

2.5. Karakterisasi Nanopartikel Perak


2.5.1. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis adalah suatu metode analisis kuantitatif maupun

kualitatif yang digunakan untuk menentukan kadar suatu senyawa berdasarkan

absorbansi senyawa yang dipantulkan oleh cahaya, dalam hal ini absorbansi akan

sebanding dengan konsentrasi senyawa yang ada baik senyawa organik maupun

anorganik (Pratiwi & Nandiyanto, 2022). Spektrofotometer UV-Vis mempunyai


11

prinsip kerja dimana ketika sumber cahaya datang, cahaya tersebut akan mengenai

monokromator dan mengubah sinar menjadi monokromatis yang sebelumnya

polikromatis, kemudian cahaya akan memasuki sampel cell yang di dalam kuvet

sudah terdapat sampel lalu akan menyerap cahaya dan mengalami absorbansi. Hasil

akhir dari proses ini akan diterima dan diolah detektor. Berikut Tabel 2 perkiraan

panjang gelombang setiap warna yang diserap.

Tabel 2. Perkiraan panjang gelombang setiap warna yang diserap


Panjang gelombang Warna terserap Warna yang dipantulkan
(nm)
340-450 Ungu Kuning, hijau
450-495 Biru Kuning
495-570 Hijau Ungu
570-590 Kuning Biru
590-620 Oranye Hijau, biru
620-750 Merah Biru, hijau
(Pratiwi & Nandiyanto, 2022)

(Adzani & Rini, 2020)

Gambar 4. Contoh hasil analisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

Berdasarkan penelitian Adzani & Rini (2020) nanopartikel perak yang

disintesis dengan ekstrak tanaman akan terbentuk pada pada rentang 440-446 nm.
12

Daerah serapan nanopartikel perak yang terbaca pada spektrofotometer UV-Vis

memiliki ukuran yang berbeda-beda. Berikut diatas contoh Gambar 4 grafik

spektrum UV-Vis sintesis nanopartikel perak dan Tabel 3 ukuran nanopartikel

perak.

Tabel 3. Ukuran nanopartikel perak berdasarkan daerah serapan


Ukuran Partikel λ Maks (nm)
10-14 395-405
35-50 420
60-80 438
(Solomon et al., 2007)
2.5.2. Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR)

(Adzani & Rini, 2020)

Gambar 5. Contoh Kurva FTIR AgNPs


Fourier Transform Infrared (FTIR) merupakan suatu teknik yang

digunakan untuk menganalisis gugus fungsi suatu senyawa organik sampel, yang

dapat dianalisis berupa cairan, serat, bubuk dan gas (Pratiwi & Nandiyanto, 2022).

FTIR memiliki prinsip kerja berupa ada sinar infrared yang datang dan melewati

sampel, kemudian Sebagian sinar infrared diserap oleh sampel dan sinarnya

ditransmisikan melalui permukaan sampel oleh karena itu sinar infrared dapat lolos
13

ke detektor dan dikirimkan ke komputer (Sanjiwani et al., 2020). Berdasarkan

penelitian Adzani & Rini (2020) pada sintesis nanopartikel perak jika dianalisis

menggunakan FTIR akan terdapat gugus fungsi polifenol pada rentang 601,82-

3359,18 cm-1, Gambar 5 contoh grafik FTIR nanopartikel perak.

2.5.3. Scanning Electron Microscopy (SEM)


SEM merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk

mengetahui struktur, permukaan dan ukuran dari suatu sampel. Dalam analisis

SEM, berkas elektron dipancarkan ke bahan lalu memindai permukaan sampel

(Raval et al., 2018). Terjadi interaksi yang berbeda pada saat pancaran mencapai

dan memasuki material yang akan berujung emisi pada foton dan elektron dari

permukaan sampel. Hasil pemindaian sampel mendapatkan hasil area yang luas

dengan mendapatkan data dan karakteristik dari sampel, diantaranya mendapatkan

daerah morfologi dari sampel, mengumpulkan statistik objek, dan mendapatkan

ukuran sampel (Kharin, 2020). Berdasarkan penelitian Fabiani et al., (2018)

sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak tanaman jika dianalisis menggunakan

SEM akan menghasilkan gambaran morfologi berbentuk spherical dengan

pembesaran 40.000 kali. Gambar 6 merupakan contoh gambar daerah morfologi

nanopartikel perak.

(Fabiani et al., 2018)

Gambar 6 Contoh Hasil Analisis SEM


14

2.6. Modul Praktikum


Modul praktikum adalah bahan ajar yang digunakan dalam proses

pembelajaran, dirancang secara sistematis dengan mengacu pada tujuan

pembelajaran yang terukur untuk mencapai hasil belajar yang jelas (Sa’idah &

Yulistianti, 2018). Modul praktikum sangat penting dalam kegiatan praktikum,

karena berfungsi sebagai panduan yang dirancang khusus untuk membimbing siswa

dalam melaksanakan langkah-langkah ilmiah dengan efektif (Yunus et al., 2022).

Belajar mandiri sangat penting dalam kurikulum merdeka karena

memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memunculkan rasa ingin tahu

sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman serta dapat mengubah

perilaku peserta didik (Khabib Bastari, 2021). Disisi lain modul praktikum

mempunyai peranan penting dalam kurikulum merdeka, karena dapat membantu

siswa dalam meningkatkan keterampilan sains dan menerapkan teori yang

dipelajari dalam situasi praktik. Sehingga dapat memperkuat pemahaman merdeka

dan mengembangkan keterampilan yang relevan (Rosmalinda et al., 2014). Belajar

mandiri dengan menggunakan modul praktikum, dapat membantu peserta didik

menjadi lebih terampil dan kreatif.

2.7. Penelitian Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2022) tentang uji validitas e-modul

struktur atom keunggulan nanoteknologi sesuai kurikulum merdeka untuk peserta

didik SMA/MA sangat efektif. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

Educational Design Research dengan model pengembangan Plomp. Dalam

penelitian ini, validitas konten sebesar 0,84, konstruksi 0,8, dan media sebesar 0,8

dengan kategori valid. Hasil tersebut menunjukkan keberhasilan penelitian dalam


15

menguji dan mengkonfirmasi isi, konstruksi, serta bahasa dan grafik produk e-

modul tersebut.

Penelitian yang dilakukan Aji, (2016) tentang pengintegrasian konteks

nanoteknologi dalam pembelajaran kimia melalui contextual learning bertujuan

untuk meningkatkan keterampilan proses peserta didik secara efektif. Dalam

penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Penelitian ini memberikan solusi untuk meningkatkan keterampilan proses peserta

didik sehingga output pembelajaran tidak hanya memiliki kemampuan kognitif,

tetapi juga keterampilan yang diperlukan untuk penerapan dalam kehidupan nyata.

Penelitian yang dilakukan oleh Fatihin et al., (2016) dimana pada penelitian

ini yang berjudul sintesis nanopartikel perak menggunakan bioreduktor ekstrak

buah jambu biji merah (Psidium guajava L.). pada penelitian ini menggunakan

ekstrak dari buah jambu biji dan iradiasi microwave kemudian dikarakterisasi

dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, particle size analyzer (PSA), dan

transmission electron microscope (TEM). Pada karakterisasi menggunakan UV-

Vis nanopartikel muncul kisaran panjang gelombang 401,5-415 nm, didapatkan

analisis PSA sebesar 19,87-25,87 nm, kemudian analisis TEM sebesar 8,45-26,41

nm.

Penelitian yang dilakukan Nalawati et al., (2021) yang berjudul sintesis

nanopartikel perak (NPAg) dengan bioreduktor ekstrak biji jarak pagar dan kajian

aktivitas antibakterinya. Pada penelitian ini reaksi Ag ditandai dengan terjadinya

perubahan warna larutan dari awalnya warna kuning menjadi warna coklat

kemerahan, kemudian diuji dengan spektroskopi UV-Vis memiliki panjang

gelombang 405 nm, hasil FTIR menunjukan terdapat gugus aktif pada daerah
16

serapan 4000-1500 terdapat gugus O-H, C-H, CN sementara pada daerah serapan

1500-600 terdapat gugus vibrasi ikatan C-N dan terdapat gugus amida I dari protein.

Penelitian yang dilakukan Ariyaldi et al., (2020) merupakan penelitian

pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing untuk peserta didik kelas XI MIA

di SMAN 5 Makassar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and

Development dengan model pengembangan 4D (define, design, develop, dan

disseminate). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa modul yang

dikembangkan memiliki validasi materi sebesar 3,65 dengan kategori sangat valid,

serta penilaian tampilan modul sebesar 3,68 dengan kategori sangat valid pula.

Selain itu, respon positif dari peserta didik terhadap modul ini mencapai 83,14%

dan 88,98% dengan kategori sangat tinggi. Uji coba terbatas juga menunjukkan

hasil yang memuaskan, dengan rata-rata sebesar 87,50% dan kategori tinggi,

sehingga dapat disimpulkan bahwa modul ini efektif dalam meningkatkan

pembelajaran peserta didik.

Penelitian ini memperlihatkan perbedaan yang signifikan dari penelitian

sebelumnya. Penelitian ini selain menghasilkan cara sintesis nanopartikel perak

berbasis greens chemistry yang baru juga menghasilkan modul praktikum yang

dapat diimplementasikan pada pembelajaran kurikulum merdeka disekolah.

Metode pengembangan pada penelitian sebelumnya adalah model pengembangan

4D yang dimodifikasi menjadi 3D, yang memastikan kualitas dan efektivitas

produk secara lebih sistematis. Keunggulan utama dari penelitian ini adalah

menghasilkan langkah sintesis nanopartikel perak yang ramah lingkungan, biaya

yang terjangkau, serta produk akhir yang di hasilkan dapat digunakan peserta didik
17

untuk mengalami pengalaman empiris dalam sintesis nanopartikel perak pada

materi nanoteknologi.

2.8. Kerangka Berpikir


Kurikulum merdeka sebagai respons terhadap kesenjangan dan ketidak

efektifan kurikulum 2013 selama masa pandemi COVID 10, memberi tantangan

tersendiri dalam implementasinya. Dalam kurikulum merdeka ini, terdapat materi

baru yakni nanoteknologi, yang belum pernah diajarkan dalam kurikulum

sebelumnya. Melihat kesulitan dalam pemahaman materi ini, peneliti melakukan

wawancara dengan para guru untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas. Dari

analisis permasalahan tersebut, peneliti menemukan solusi berupa pengembangan

modul praktikum. Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen di laboratorium

dengan menggunakan sintesis nanopartikel perak menggunakan ekstrak daun

Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor.

Sumber daya dan keanekaragaman hayati yang melimpah terdapat di

Negara Indonesia sangat mendukung dilakukannya penelitian ini yang

menggunakan ekstrak tanaman sebagai bioreduktor alami kemudian ekstrak

tersebut digunakan dalam sintesis nanopartikel perak (biosintesis). Digunakanya

metode green synthesis ini lebih memiliki keuntungan dibandingkan menggunakan

metode kimia dan fisika, dimana sintesis nanopartikel dengan bioreduktor alami

lebih sederhana, ramah lingkungan dan tidak tergolong metode yang tidak mahal.

Pada sintesis ini memanfaatkan daun dari tanaman Anthurium bipinnatifidum,

penggunaan tanaman ini karena di dalam tanaman Anthurium bipinnatifidum

mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid, tanin, steroid, saponin, alkaloid

dan triterpenoid (Sariwati et al., 2019).


18

Proses sintesis akan menghasilkan nanopartikel perak yang berasal dari

ekstrak tanaman Anthurium bipinnatifidum dari sintesis ini akan diimplementasikan

dalam pembelajaran nanoteknologi kimia SMA kelas X dalam kurikulum merdeka.

Implementasi tersebut antara lain dalam bentuk silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), dan modul praktikum. Penelitian ini memiliki alur kerangka

pada Gambar 2.7.

Kurikulum Merdeka Keanekaragaman


Materi Baru Hayati

Bahan Ajar Sulit Dicari Potensi Bioreduktor

Modul Sebagai Bahan Green Synthesis


Ajar nanopartikel perak

Modul Praktikum

Implementasi

Bahan Ajar yang Membantu Guru

Gambar 7 Alur kerangka berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen laboratorium, serta

penelitian dan pengembangan (R&D). Menurut Sugiyono (2013), penelitian R&D

merupakan jenis penelitian pengembangan yang bertujuan menghasilkan produk

baru dengan menguji validitas dan kepraktisan dari produk yang dihasilkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul praktikum sintesis

nanopartikel perak menggunakan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai

bioreduktor. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian

eksperimen laboratorium.

3.2. Desain Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan bahan ajar yang berupa modul

praktikum, dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting dalam

pembuatannya, seperti materi, tampilan media, bahasa, serta penggunaan gambar

dan grafik yang relevan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini mengadopsi

model pengembangan 4D yang terdiri dari define, design, develop, dan dessemine.

Kemudian dimodifikasi menjadi model pengembangan 3D yakni define, design dan

develop model pengembangan ini didasarkan penelitian Thiagarajan et al (1974).

Produk dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan, kemudian produk

yang dihasilkan di uji validitas dan kepraktisan.

3.2.1. Define (Pendefinisian)


Define merupakan tahap menetapkan langkah awal dan rencana

pengembangan pengembangan produk (Arkadiantika et al., 2020). Proses dimulai

dengan melakukan analisis kebutuhan melalui wawancara yang berfokus pada


20

kondisi proses pembelajaran yang terkait dengan materi nanoteknologi.

Pendefinisian ini terbagi menjadi dua tahap utama seperti berikut.

3.2.1.1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan bertujuan untuk mengidentifikasi kesulitan yang

dihadapi oleh guru dalam mengajarkan materi nanoteknologi dalam kurikulum

merdeka. Peneliti melakukan analisis tersebut melalui wawancara dengan para guru

untuk menganalisis permasalahan yang mereka hadapi dalam pengajaran materi

nanoteknologi. Analisis kesulitan ini mencakup aspek kesulitan bahan ajar,

penggunaan media, serta perkembangan kognitif peserta didik terkait materi

nanoteknologi.

3.2.1.2. Analisis Konsep

Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi konsep inti dari topik

nanoteknologi yang diajarkan. Dalam tahapan ini, penjelasan topik nanoteknologi

didasarkan pada penelitian yang dilakukan di laboratorium. Selanjutnya,

dilanjutkan dengan mengidentifikasi capaian pembelajaran (CP), alur tujuan

pembelajaran (ATP), dan tujuan pembelajaran (TP) terkait materi tersebut.

3.2.2. Design (Perancangan)


Design merupakan tahap perancangan produk yang akan dikembangkan

(Arkadiantika et al., 2020), tahap ini bertujuan untuk merancang modul praktikum

sintesis nanopartikel perak dengan menggunakan ekstrak Anthurium bipinnatifidum

sebagai bioreduktor. Modul ini dirancang sebagai alternatif bahan ajar bagi para

guru dalam mengajarkan materi nanoteknologi.

3.2.2.1. Eksperimen di Laboratorium

Pengembangan ini muncul setelah melakukan pencarian referensi terkait

penggunaan bioreduktor baru yang sebelumnya belum pernah diaplikasikan untuk


21

proses reduksi AgNO3 menjadi nanopartikel perak. Kemudian mulai melakukan

eksperimen di laboratorium, selanjutnya dilakukan untuk menjadi ide awal

pengembangan produk.

3.2.2.2. Pengembangan Ide Awal

Ide awal melakukan identifikasi terkait capaian pembelajaran (CP), alur

tujuan pembelajaran (ATP), dan tujuan pembelajaran (TP). Ide tersebut kemudian

dijadikan dasar untuk mengembangkan produk berupa modul praktikum sintesis

nanopartikel perak dengan menggunakan ekstrak Anthurium bipinnatifidum

sebagai bioreduktor.

3.2.2.3. Pembuatan Produk

Pada tahap pembuatan produk ini, peneliti memulai dengan menyesuaikan

hasil dan data yang diperoleh dari penelitian eksperimen laboratorium. Setelah

mendapatkan data tersebut, peneliti merancang modul dengan memulai dari

pembuatan cover atau desain menggunakan aplikasi Canva. Modul ini terdiri dari

empat bagian, masing-masing berisi tujuan praktikum, landasan teori, alat dan

bahan, cara kerja, data pengamatan, serta lampiran.

3.2.3. Develop (Pengembangan)


Develop merupakan tahap pengembangan (Arkadiantika et al., 2020),

dimana pada tahap ini produk mulai dikembangkan. Dengan melakukan

penyusunan modul praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak

Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor, berdasarkan data dan proses yang

diperoleh dari penelitian eksperimen laboratorium. Modul praktikum ini

disesuaikan dengan kebutuhan dan disertai dengan instrumen untuk mengukur

validitas produk. Modul praktikum ini terdiri dari empat bagian eksperimen yang

telah dilakukan oleh peneliti.


22

3.2.3.1. Validasi Ahli

Validasi ahli melibatkan penilaian dari validator terhadap modul, termasuk

aspek materi dan media, pertanyaan pascapraktik, serta angket untuk responden.

Tahap ini penting untuk mengetahui validitas produk dan instrumen, dan dilakukan

oleh dua orang dosen sebagai validator. Melalui tahapan ini, diharapkan

mendapatkan kritik konstruktif dan komentar positif terkait produk yang

dikembangkan dan instrumen yang disusun. Saran yang diperoleh digunakan untuk

perbaikan modul praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium

bipinnatifidum sebagai bioreduktor.

3.2.3.2. Uji Coba Guru

Produk pengembangan ini diuji cobakan oleh guru sebagai pengguna utama.

Setelah melakukan revisi berdasarkan masukan dari validator, produk diuji cobakan

oleh 2 guru sebagai sampel. Tahap ini bertujuan untuk mengevaluasi kepraktisan

modul praktikum yang telah dikembangkan. Komentar dan saran yang diberikan

oleh validator menjadi pedoman dalam merevisi produk sehingga menghasilkan

produk final yang optimal.

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan mulai dari akhir November hingga bulan April di

lingkungan Laboratorium Kimia, Program Studi Pendidikan Kimia Universitas

Sanata Dharma (USD). Untuk analisis Scanning Electron Microscopy (SEM)

dilakukan di Laboratorium Sogang University. Uji coba modul praktikum dan

pengambilan data angket respon dilakukan di USD.

3.4. Variabel Penelitian


Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat pengaruh waktu,

volume bioreduktor terhadap hasil nanopartikel perak (AgNPs) yang diperoleh dan
23

validitas modul praktikum yang dikembangkan, serta respon guru terhadap modul

yang dikembangkan. Dalam sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium

bipinnatifidum, variabel yang terdapat pada penelitian ini ada dua yaitu:

3.4.1. Variabel Bebas


Variabel bebas merupakan variabel yang menyebabkan perubahan atau

munculnya variabel terikat (Purwanto, 2019). Pada penelitian ini memiliki variabel

bebas yakni waktu reaksi AgNPs (1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam) dan volume

bioreduktor (0,25 mL, 0,50 mL, 0,75 mL dan 1 mL)

3.4.2. Variabel Terikat


Variabel terikat adalah hasil langsung dari adanya variabel bebas yang

mempengaruhi perubahan tersebut (Purwanto, 2019). Variabel terikat pada

penelitian ini adalah karakterisasi AgNPs yang dianalisis menggunakan

Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1800), Fourier Transform Infrared

(FTIR) (Shimadzu IR-Spirit), dan Scanning Electron Microscopy (SEM) (JSM-

7100F, Jeol).

3.5. Alat dan Bahan


Dalam penelitian ini, digunakan beberapa alat sebagai berikut:

spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1800), Fourier Transform Infrared

Spectroscopy (FTIR) (Shimadzu IR-Spirit), Scanning Electron Microscopy (SEM)

(JSM-7100F, Jeol), oven, blender, gelas kimia, labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet

tetes, neraca digital, batang pengaduk, botol labu gelap, thermometer, hot plate,

botol vial kertas saring. Untuk bahan yang digunakan yakni daun Anthurium

bipinnatifidum, akuades, perak nitrat (AgNO3), ekstrak daun Anthurium

bipinnatifidum, etanol.
24

3.6. Prosedur Pengambilan Data


Pada penelitian ini untuk pengambilan data terbagi menjadi beberapa

prosedur yakni sebagai berikut.

3.6.1. Wawancara
Lembar wawancara merupakan alat yang berisi serangkaian pertanyaan

yang dirancang secara terstruktur dan diajukan kepada narasumber sebagai bagian

dari proses wawancara. Tujuan dari wawancara dalam konteks penelitian adalah

untuk mendapatkan informasi yang relevan yang akan digunakan dalam

merumuskan permasalahan dan tujuan penelitian (Mita, 2015). Wawancara pada

penelitian ini berguna untuk mengetahui kendala yang ada dalam pembelajaran

yang berkaitan dengan materi nanoteknologi, kemudian hasil wawancara

digunakan menjadi acuan untuk mengembangkan modul eksperimen sintesis

nanopartikel perak dengan bioreduktor yang diimplementasikan pada materi

nanoteknologi.

3.6.2. Preparasi Sampel


Daun anthurium yang diperoleh dari kebun di sekitar kampus Universitas

Sanata Dharma (USD) dicuci. Selanjutnya, daun dipotong-potong menjadi ukuran

kecil dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 60°C selama 2 x 24 jam. Proses

pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam daun hingga kadar air

mencapai < 10% (Hohakay et al., 2019). Kemudian sampel yang sudah kering

diblender hingga halus.

3.6.3. Pembuatan Ekstrak


Pembuatan ekstrak daun anthurium menggunakan metode boiling yang di

modifikasi dari Jain & Mehata (2017), dengan menyesuaikan massa dari ekstrak,

suhu dan waktu yang digunakan pada penelitian ini. Sebanyak 2 gram serbuk daun
25

ditimbang, lalu hot plate dipanaskan. Sebanyak 40 mL akuades disiapkan untuk

proses pembuatan ekstrak dengan metode boiling. Dimana metode boiling

merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan pada suhu tinggi. Kemudian

serbuk daun dan akuades dimasukan ke dalam gelas kimia, magnetic stirrer

dimasukan untuk mengaduk larutan. Gelas kimia diletakan di hot plate yang sudah

dipanaskan, suhu hot plate yang digunakan adalah 100 oC, sedangkan suhu pada

larutan sebesar 50-60 oC. Pemanasan dilakukan dalam waktu 15 menit, metode ini

merupakan modifikasi dari penelitian Jain & Mehata (2017). Langkah berikutnya

adalah menyaring sampel menggunakan kertas Whatman No 1 untuk memisahkan

partikel dari cairan yang disebut filtrat. Filtrat hasil dari penyaringan yang

merupakan ekstrak dari daun Anthurium bipinnatifidum yang akan digunakan

sebagai reduktor alami. Ekstrak dapat disimpan pada suhu ruang atau di dalam

lemari pendingin dengan suhu 4 oC.

3.6.4. Uji Kandungan Anthurium bipinnatifidum


Uji kandungan flavonoid pada ekstrak dari daun Anthurium bipinnatifidum

dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR.

3.6.5. Sintesis Nanopartikel Perak


Sebelum melakukan sintesis AgNPs, terlebih dahulu membuat larutan perak

nitrat. Pembuatan larutan perak nitrat di buat dengan melarutkan 0,0085 gram

serbuk perak nitrat (AgNO3) dalam 25 mL akuades (Jain & Mehata, 2017).

3.6.5.1. Optimasi Waktu

Dalam proses sintesis nanopartikel perak, dilakukan variasi waktu dan

variasi volume reduktor yang digunakan. Pada variasi waktu volume yang

digunakan untuk sintesis yakni 5 mL AgNO3 direaksikan dengan 1 mL ekstrak dari

Anthurium bipinnatifidum yang berfungsi sebagai bioreduktor (Jain & Mehata,


26

2017). Kemudian dilakukan analisis dengan spektrofotometer UV-Vis untuk

mendapatkan waktu yang paling efektif dalam sintesis AgNPs.

3.6.5.2. Optimasi Volume

Setelah didapatkan waktu sintesis AgNPs yang paling optimal, dilakukan

variasi volume dari reduktor yang digunakan. Variasi volume dari bioreduktor

ekstrak Anthurium bipinnatifidum yang dipakai yakni 0,25; 0,50; 0,75 dan 1 mL.

Volume AgNO3 yang dipakai adalah 5 mL dan waktu yang digunakan adalah 1 jam.

3.6.6. Karakterisasi Nanopartikel Perak


Kemudian nanopartikel perak yang telah terbentuk dianalisis dengan

instrumen spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan absorbansi senyawa di

dalam sampel, FTIR digunakan untuk menentukan gugus fungsi yang terdapat pada

sampel dan SEM digunakan untuk menentukan struktur, gambar dan morfologi.

3.6.7. Validasi
Validasi memiliki arti “mengevaluasi atau membuktikan efektivitasnya”.

Dalam hal ini validasi adalah suatu penilaian yang dilakukan dengan

memperhatikan ketepatan dan kecermatan dari suatu instrumen untuk melakukan

fungsi ukurnya (Glod-Lendvai, 2018). Validitas pengukuran akan dianggap tinggi

jika hasilnya konsisten dengan kriteria yang ditetapkan (Arikunto, 2010). Dalam

penelitian ini, validasi dilakukan dengan melibatkan dua dosen Pendidikan Kimia

dari Universitas Sanata Dharma (USD). Selain itu, validasi ini berguna untuk

mengetahui keefektivitasan dan kelayakan dari modul praktikum.

3.6.7.1. Validasi Modul Praktikum

Validasi modul praktikum ini berguna mengetahui kelayakan modul

praktikum sebelum digunakan untuk uji coba kepada pengguna. Pada validasi ini

terdapat dua komponen yang divalidasi yakni dari segi materi dan produk media.
27

Segi materi berisi kelayakan isi, kesesuaian bahasa dan keakuratan materi,

sementara dari segi media berisi fungsi dan kegunaan, kelayakan penyajian dan

grafik modul praktikum, kualitas teks dan gambar.

3.6.7.2. Validasi Pertanyaan Pascapraktik pada Modul Praktikum

Validasi pada pertanyaan pascapraktik ini bertujuan untuk melihat

keakuratan dan kesesuaian pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum. Pada

lembar validasi ini validator melihat kelayakan isi soal, konstruksi soal dan bahasa

soal.

3.6.7.3. Validasi Angket Respon

Validasi yang dilakukan pada lembar angket respon ini bertujuan untuk

melihat keakuratan dan kesesuaian angket respon terhadap modul yang

dikembangkan. Pada lembar validasi ini validator dapat menilai petunjuk dan

keterangan angket, kesesuaian isi, serta kesesuaian bahasa.

3.6.8. Angket
Angket merupakan metode pengumpulan data yang melibatkan guru atau

pengguna dengan memberikan serangkaian pernyataan yang terkait dengan

penelitian yang sedang dilakukan (Prawiyogi et al., 2021). Menurut Shabrina et al.,

(2020) pertanyaan pada angket dapat dibedakan menjadi dua yakni terbuka dan

tertutup. Pertanyaan terbuka meminta responden untuk memberikan jawaban dalam

bentuk uraian yang mendetail mengenai suatu hal. Sebaliknya, pertanyaan tertutup

meminta jawaban yang singkat atau meminta responden untuk memilih satu opsi

jawaban dari beberapa pilihan yang tersedia. Jenis pertanyaan angket pada

penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka, dimana responden diberikan suatu

pertanyaan atau pernyataan mengenai modul yang dikembangkan kemudian

responden memberikan nilai dengan minimum skor 1 dan maksimum 4. Angket


28

pada penelitian ini berguna untuk mengetahui bagaimana tanggapan guru/pengguna

terkait modul praktikum yang dibuat. Di dalam angket berisi pernyataan yang

berkaitan dengan modul, dimana sebelum mengisi angket guru/pengguna menguji

coba modul praktikum.

3.7. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian merupakan alat atau perangkat yang digunakan untuk

mengumpulkan dan mengukur data dalam suatu penelitian (Sugiyono 2013).

Dengan adanya perangkat penelitian ini, akan mempermudah dan menyusun

penelitian dengan lebih teratur (Fauzi 2009). Dalam penelitian ini, berikut adalah

beberapa instrumen yang digunakan.

3.7.1. Lembar Wawancara


Dalam penelitian ini, lembar wawancara sebagai salah satu instrumen yang

digunakan. Lembar wawancara sebagai instrumen yang berisi kumpulan pertanyaan

yang disusun secara terstruktur dan diajukan kepada narasumber. Tujuan dari

wawancara dalam konteks penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang

relevan yang akan digunakan dalam merumuskan permasalahan dan tujuan

penelitian (Mita 2015). Berdasarkan hasil wawancara, tujuan penelitian ini adalah

untuk mendapatkan pemahaman mengenai kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam

mengajar materi nanoteknologi. Hasil wawancara ini akan menjadi acuan penting

dalam penelitian yang berjudul "Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Daun

Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor yang Diimplementasikan dalam

Pembelajaran Nanoteknologi untuk Siswa SMA Kelas X".


29

3.7.2. Lembar Validasi Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak

dengan Bioreduktor

Validasi digunakan untuk mengevaluasi kelayakan modul praktikum yang

telah dikembangkan. Lembar validasi ini akan diberikan kepada ahli media dan ahli

materi untuk mendapatkan masukan dan penilaian mereka terhadap modul tersebut.

Lembar validasi ini digunakan sebagai alat untuk memperoleh penilaian dari para

ahli mengenai validitas modul praktikum yang sedang dalam pengembangan.

Penilaian ini menjadi acuan untuk menentukan apakah modul tersebut valid atau

tidak. Instrumen ini dirancang dengan menggunakan skala Likert yang mempunyai

skala 1 hingga 4. Kriteria penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut: (4)

sangat valid, (3) valid, (2) tidak valid, (1) sangat tidak valid (Alvionita et al., 2019).

Selain itu, validator juga memberikan kritik, saran, dan tanggapan jika terdapat

kelemahan pada bagian-bagian yang telah disediakan dalam lembar validasi.

Tujuan dari hal ini adalah untuk memberikan masukan dan perbaikan yang

diperlukan terhadap modul praktikum yang sedang dikembangkan.

3.7.3. Lembar Validasi Pertanyaan Pascapraktik pada Modul Praktikum

Sintesis Nanopartikel Perak dengan Bioreduktor

Lembar validasi ini bertujuan untuk menilai kelayakan pertanyaan

pascapraktik dalam modul praktikum yang disediakan untuk peserta didik. Lembar

validasi ini akan dinilai oleh ahli materi. Instrumen ini telah dirancang

menggunakan skala Likert yang terdiri dari angka 1 hingga 4 dengan kriteria

penilaian: (4) sangat valid, (3) valid, (2) tidak valid, dan (1) sangat tidak valid

(Alvionita et al., 2019). Selain memberikan evaluasi, saran, dan respons terhadap

bagian-bagian pada lembar validasi, validator juga bertujuan memberikan umpan


30

balik dan perbaikan yang diperlukan terhadap pertanyaan pascapraktik yang ada

dalam modul praktikum.

3.7.4. Lembar Validasi Angket Respon Guru


Lembar validasi ini dimaksudkan untuk menilai kelayakan angket dari

responden guru terhadap modul praktikum. ahli materi akan menjadi pihak yang

bertanggung jawab dalam melakukan validasi tersebut. Instrumen ini menggunakan

skala Likert dengan rentang nilai dari 1 hingga 4. Kriteria penilaiannya adalah

sebagai berikut: (4) sangat valid, (3) valid, (2) tidak valid, dan (1) sangat tidak valid

(Alvionita et al., 2019). Selain itu, validator juga berperan dalam memberikan

kritik, saran, dan tanggapan terhadap kelemahan yang ada pada bagian-bagian yang

telah disediakan dalam lembar validasi. Hal ini bertujuan untuk memberikan

masukan dan perbaikan yang diperlukan terhadap angket responden.

3.7.5. Angket Respon Guru


Angket respon guru digunakan untuk menggali respon guru atau pengguna

terhadap modul praktikum yang telah dikembangkan. Pengisian angket dilakukan

setelah guru atau pengguna melakukan uji coba modul praktikum yang telah dibuat.

Pernyataan yang dievaluasi dalam angket respon peserta didik meliputi

keefektifitasan modul praktikum (Kartini & Putra, 2020). Instrumen ini dirancang

dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari angka 1 hingga 4. Kriteria

penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut: (4) Sangat Baik, (3) Baik, (2)

kurang baik, (1) Tidak Baik (Alvionita et al., 2019). Selanjutnya, pendidik atau

pengguna memiliki kesempatan untuk memberikan kritik, saran, dan umpan balik

ketika ada kekurangan pada bagian modul praktikum yang disediakan. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk memberikan masukan yang diperlukan untuk

memastikan modul diperbaiki dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.


31

3.8. Metode Analisis Data


Dalam penelitian ini, ada dua jenis data yang diperoleh, yakni data kualitatif

serta data kuantitatif. Data kualitatif meliputi hasil dari wawancara, respons, kritik,

dan saran yang diberikan oleh para ahli sebagai pedoman dalam pengembangan

modul praktikum. Sementara itu, data kuantitatif meliputi data Spektrofotometer

UV Vis, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron

Microscopy (SEM) serta penilaian terhadap pengembangan modul praktikum dari

para ahli, dan guru sebagai responden.

3.8.1. Analisis Lembar Wawancara


Dalam analisis lembar wawancara, data hasil wawancara yang diperoleh

berupa data kualitatif digunakan sebagai acuan penelitian “Sintesis Nanopartikel

Perak dengan Ekstrak Daun Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor yang

Diimplementasi dalam Pembelajaran Nanoteknologi SMA Kelas X”. Data tersebut

akan diolah secara deskriptif, di mana tanggapan yang diberikan oleh narasumber

akan dikumpulkan dan diolah untuk melakukan analisis kebutuhan, dan tujuan

dalam pengembangan modul praktikum.

3.8.2. Analisis Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800)


Dalam analisis dengan spektrofotometer UV-Vis, dilakukan kalibrasi untuk

mengurangi kesalahan analisis, digunakan blanko yang mengandung akuades.

Setelah proses kalibrasi, salah satu kuvet berisi blanko diganti dengan sampel yang

akan dianalisis, dan pengukuran dilakukan pada rentang panjang gelombang 300-

700 nm. Pada analisis ini ada dua perlakuan yang diberikan guna mendapatkan data.

Pertama analisis menggunakan spektrofotometer yang dilakukan per jam,

kemudian perlakukan yang kedua yang analisis spektrofotometer pada waktu yang

sama akan tetapi volume dari reduktor yang berbeda.


32

3.8.3. Analisis Fourier Transform Infrared (FTIR) (Shimadzu IR-Spirit)


Analisis Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dilaksanakan

dengan menganalisis sampel nanopartikel yang telah terbentuk. Analisis ini

bermanfaat untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam ekstrak

sebelum digunakan dalam sintesis, serta menentukan gugus apa yang terkandung

dalam perak nitrat setelah proses sintesis AgNPs.

3.8.4. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) (JSM- 7100F, Jeol)


Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) dengan menggunakan

analisis ini berguna untuk mendapatkan gambar permukaan dan ukuran dari AgNPs

yang disintesis dengan dilakukan pemindaian pada permukaan sampel dengan sinar

elektron yang terfokus pada perbesaran dengan skala 1 sampai 30.000 kali.

3.8.5. Analisis Lembar Validasi pada Modul Praktikum


Dalam lembar validasi, penilaian dapat berupa pendapat yang diberikan oleh

ahli media dan materi. Penilaian ini melibatkan pernyataan yang mengekspresikan

sikap positif dengan kriteria sangat setuju atau sangat baik. Sebaliknya, juga ada

pernyataan yang menunjukkan sikap negatif dengan kriteria yang sangat kurang

setuju atau sangat tidak baik. Data yang diperoleh dari validasi oleh ahli media dan

materi dapat diolah dan dihitung menggunakan rumus 1 dan 2 menurut Akbar

(2013:158).

𝑇𝑆𝑒
Va1= TSh x 100% (1)

𝑇𝑆𝑒
Va2= x 100% (2)
TSh
33

Setelah mendapatkan skor validasi dari masing-masing ahli, peneliti dapat

menggabungkan skor tersebut dengan menggunakan rumus 3. untuk menghitung

validitas secara keseluruhan.

(3)
𝑉𝑎1+𝑉𝑎2
V= 2
=…%

Keterangan:

V = Validasi gabungan

Va1 = Validasi ahli 1

Va2 = Validasi ahli 2

TSh = Total skor maksimal yang diharapkan

TSe = Total skor empiris (hasil validasi dari validator)

Dengan berdasarkan rentang nilai yang telah dihitung, peneliti dapat

menetapkan kriteria validasi yang telah diberikan oleh ahli. Oleh karena itu, Tabel

4 berisi kriteria interval yang digunakan.

Tabel 4. Kriteria Tingkat Validasi Ahli


No Skor Validitas Kriteria Validitas
1 85,01 % - 100% Sangat Valid
2 70,01 % - 85,00% Valid
3 05,01 % - 70,00% Cukup Valid
4 01,00 % - 50,00% Tidak Valid
(Akbar, 2013:157)

3.8.6. Analisis Hasil Validasi Angket Responden Guru

Dalam lembar validasi ini, penilaian dapat berupa pendapat yang diberikan

oleh ahli materi. Penilaian ini melibatkan pernyataan yang dapat menunjukkan

sikap positif dengan kriteria yang sangat setuju atau sangat baik. Sebaliknya, juga

ada pernyataan yang menunjukkan sikap negatif dengan kriteria yang sangat kurang

setuju atau sangat tidak baik. Data yang diperoleh dari validasi oleh ahli media dan

materi dapat dihitung menggunakan Rumus 1 dan 2 menurut Akbar (2013).


34

Kemudian skor validasi dari setiap ahli dilakukan penggabungan dengan

menggunakan Rumus 3. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai validitas

keseluruhan dari data yang telah dikumpulkan. Berdasarkan rentang nilai yang

dihitung, peneliti dapat menentukan nilai kriteria validasi yang telah diberikan oleh

para ahli. Oleh karena itu, gambaran mengenai kriteria interval yang dapat

digunakan dapat dilihat dari Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Tingkat Validasi Ahli


No Skor Validitas Kriteria Validitas
1 85,01 % - 100% Sangat Valid
2 70,01 % - 85,00% Valid
3 05,01 % - 70,00% Cukup Valid
4 01,00 % - 50,00% Tidak Valid
(Akbar, 2013:157)

3.8.7. Analisis Hasil Validasi Pertanyaan Pascapraktik pada Modul

Praktikum

Butir soal merupakan instrumen tes yang divalidasi dan dianalisis.

Instrumen ini terdiri dari pertanyaan pascapraktik yang terdapat pada modul

praktikum. Analisis dilakukan dengan menggunakan koefisien validitas (V)

menurut Gregory, (2015:121). Validasi oleh validator dilakukan untuk

mendapatkan penilaian terhadap butir soal. Pada validasi ini, melibatkan Ahli

Materi. Koefisien validitas pertanyaan pascapraktik dihitung menggunakan rumus

4.

𝐷 (4)
Vc = (A+B+C+D)

Keterangan:

Vc = Validasi Conctruct

A = II validator tidak relevan


35

B = Validator I relevan, validator II tidak relevan

C = Validator I tidak relevan, validator II relevan

D = II validator relevan

Dengan memperhatikan rentang nilai yang dihitung, peneliti dapat

menentukan nilai kriteria validasi yang telah diberikan oleh para ahli. Keterangan

lebih lanjut mengenai interval kriteria yang digunakan tersedia pada Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Tingkat Validasi Ahli


No Skor Validitas Kriteria Validitas
1 0,8 – 1 Tinggi
2 0,4 - 0,79 Sedang
3 0 - 0,39 Rendah
(Retnawati, 2016)

3.8.8. Analisis Angket Responden Guru

Studi ini memanfaatkan lembar angket sebagai alat pengumpulan data dari

guru atau pengguna, untuk mendapatkan perspektif mereka mengenai modul

praktikum yang telah dikembangkan. Tujuan dari penggunaan lembar angket ini

adalah untuk mengevaluasi sejauh mana kepraktisan dan efektivitas penggunaan

modul praktikum. Lembar angket respon guru ini ini menggunakan skala Likert (4)

sangat baik, (3) baik, (2) kurang baik, (1) tidak baik, di mana guru atau pengguna

diminta memberikan penilaian mereka dalam skala tersebut. Persentase respon guru

dapat dihitung menggunakan rumus 5. merupakan modifikasi dari rumus Akbar

(2013:158)

𝑇𝑆𝑒 (5)
P= x 100%
𝑇𝑆ℎ

Keterangan:

P = Persentase kepraktisan
36

TSh = Total skor maksimal yang diharapkan


TSe = Total skor empiris
Adapun kriteria kepraktisan yang dimodifikasi dari Akbar (2013:155) dapat

dilihat pada Tabel 7 berikut

Tabel 7. Kriteria Kepraktisan


Kriteria Praktis Tingkat Praktikatalis
85,01% - 100,00% Sangat Praktis
70,01% - 85,00% Cukup Praktis
50,01% - 70,00% Kurang Praktis
01,00% - 50,00% Tidak Praktis
Modifikasi dari (Akbar, 2013:155)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Bab ini akan membahas hasil penelitian eksperimen di laboratorium dan

pengembangan modul praktikum berdasarkan data penelitian eksperimen.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan (R&D) dengan

model pengembangan 4D yang dimodifikasi menjadi 3D, yaitu define, design, dan

develop.

4.1.1. Hasil Tahap Define


Pada tahap Define, dilakukan analisis dan penentuan kebutuhan guru

berdasarkan potensi dan masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun peserta

didik pada materi nanoteknologi yang menjadi fokus utama. Rangkaian kegiatan

pada tahap ini meliputi:

4.1.1.1. Hasil Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mendalaminya dalam mengidentifikasi

potensi masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun peserta didik dalam

mempelajari materi pada topik nanoteknologi di kelas X. Salah satu langkah

penting yang diambil adalah melakukan wawancara dengan salah satu guru terkait

penggunaan bahan ajar, di mana guru tersebut memberikan wawasan berharga

tentang tantangan yang dihadapi dalam menyampaikan materi nanoteknologi serta

mengungkapkan perspektifnya terhadap respon dan keterlibatan peserta didik saat

belajar materi tersebut di kelas X. Dengan demikian, hasil dari analisis ini akan

menjadi landasan yang kuat untuk merancang strategi dan solusi yang tepat guna,

sehingga dapat mengoptimalkan pengajaran dan pembelajaran materi

37
38

nanoteknologi, serta memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan

efektif bagi guru dan peserta didik.

Dalam analisis wawancara, ditemukan beberapa permasalahan yang

signifikan dalam proses pembelajaran kimia, khususnya pada materi nanoteknologi.

Guru dihadapkan pada beberapa tantangan, seperti kesulitan dalam menyusun

bahan ajar dan memilih metode yang tepat untuk materi nanoteknologi. Selain itu,

guru juga mengalami kesulitan dalam mencari referensi yang relevan untuk bahan

ajar nanoteknologi, serta menghadapi kendala dalam melaksanakan kegiatan

praktikum yang terkait dengan materi tersebut. Hal itu terjadi karena materi

nanoteknologi termasuk dalam kategori materi yang baru, yang muncul setelah

adanya perubahan kurikulum menjadi kurikulum merdeka.

Permasalahan tersebut menggambarkan adanya kebutuhan terkait kualitas

pembelajaran kimia, terutama di bidang nanoteknologi. Dengan mengatasi

masalah-masalah ini, diharapkan guru dapat lebih efektif dalam menyampaikan

materi, menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan mendalam, serta

meningkatkan pemahaman dan minat peserta didik terhadap topik nanoteknologi.

Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan pengembangan modul

praktikum sintesis nanopartikel perak dengan bioreduktor ekstrak Anthurium

bipinnatifidum.

4.1.1.2. Hasil Analisis Konsep

Dalam tahap analisis konsep, dilakukan evaluasi capaian pembelajaran

(CP), alur tujuan pembelajaran (ATP), dan tujuan pembelajaran (TP) sebagai

panduan utama dalam mengembangkan modul praktikum pada materi


39

nanoteknologi. Pengembangan ATP dan TP didasarkan pada modul praktikum

yang tersaji dengan rinci dalam Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Konsep


Capaian Pembelajaran Alur Tujuan Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran (ATP) (TP)
Pada akhir kelas 10, peserta 10.12 Menganalisis konsep 10.12.1 Peserta didik
didik memiliki respon isu- pemanfaatan struktur atom mampu melakukan
isu global dan berperan dalam skala nano yang bisa ekstraksi senyawa kimia
aktif dalam memberikan
diaplikasikan dalam yang terkandung dalam
penyelesaian masalah.
Kemampuan tersebut pembuatan nanoteknologi Anthurium bipinnatifidum
antara lain seperti polimer ataupun yang berpotensi sebagai
mengidentifikasi motor molekul bioreduktor
mengajukan gagasan,
merancang solusi, 10.12.2 Peserta didik
mengambil keputusan, dan mampu menganalisis dan
mengkomunikasi dalam menyajikan data hasil
proyek sederhana atau
ekstraksi dalam Anthurium
simulasi visual
menggunakan aplikasi bipinnatifidum
teknologi yang tersedia
terkait dengan energi 10.12.3 Peserta didik
alternatif, pemanasan mampu melaksanakan
global, pencemaran praktikum sintesis
lingkungan, nanoteknologi, nanopartikel perak
bioteknologi kimia dalam (AgNPs) dengan
kehidupan sehari-hari,
menggunakan bioreduktor
pemanfaatan limbah dan
bahan alam, pandemi
akibat infeksi virus. Semua 10.12.4 Peserta didik
upaya tersebut diarahkan mampu mengkarakterisasi
pada pencapaian tujuan dan menyajikan hasil
pembangunan yang sintesis nanopartikel perak
berkelanjutan (Sustainable (AgNPs) dengan
Developments Goals).
menggunakan bioreduktor
Melalui pengembangan
sejumlah pengetahuan
tersebut dibangun pula
berakhlak mulia dan sikap
ilmiah seperti jujur,
objektif, bernalar kritis,
kreatif, mandiri, inovatif,
bergotong royong, dan
kebhinekaan global

Topik nanoteknologi kelas X dalam kurikulum merdeka termasuk materi

yang relatif baru, dan peserta didik menghadapi kesulitan dalam memahaminya
40

karena keterkaitannya dengan materi struktur atom (Rahayu, 2022). Untuk

mengatasi tantangan ini, peneliti berusaha membantu guru dan peserta didik dengan

menyediakan sarana bahan ajar berupa modul praktikum yang berfokus pada

sintesis nanopartikel perak dengan bantuan bioreduktor ekstrak Anthurium

bipinnatifidum.

4.1.2. Hasil Tahap Design


Rancangan desain produk didasarkan pada hasil analisis tahap sebelumnya.

Proses dimulai dengan eksperimen sintesis nanopartikel perak menggunakan

ekstrak Anthurium bipinnatifidum, diikuti oleh pengembangan ide awal, dan

terakhir adalah pembuatan produk. Langkah-langkah tersebut secara lebih

terperinci adalah sebagai berikut:

4.1.2.1. Hasil Eksperimen Laboratorium

Pada penelitian sintesis nanopartikel perak ini digunakan dua jenis bahan

utama yaitu larutan AgNO3 sebagai prekursor dan ekstrak daun Anthurium

bipinnatifidum

4.1.2.1.1. Hasil Pengeringan Daun Anthurium bipinnatifidum

Preparasi sampel diawali dengan mencuci daun Anthurium bipinnatifidum

dengan air mengalir kemudian di oven salam 2 x 24 jam dalam suhu 60 °C. Tahap

pengeringan ini berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam daun Anthurium

bipinnatifidum. Daun Anthurium bipinnatifidum yang sudah kering kemudian

diblender untuk mendapatkan serbuk dari daun Anthurium bipinnatifidum. Hasil

pengeringan dan serbuk daun Anthurium bipinnatifidum dapat dilihat pada Gambar

8
41

a b c

Gambar 8. Daun Anthurium bipinnatifidum (a) sebelum pengeringan, (b) sesudah


pengeringan, (c) setelah diblender
4.1.2.1.2. Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Anthurium bipinnatifidum

Metode yang digunakan untuk menghasilkan ekstrak adalah dengan

merebus larutan yang mengandung serbuk Anthurium bipinnatifidum pada suhu

60°C. Perebusan dilakukan dengan menggunakan air suling dengan perbandingan,

serbuk daun Anthurium bipinnatifidum dan air suling sebanyak 2:40. Perebusan

dilakukan selama 15 menit, metode ini merupakan modifikasi dari penelitian Jain,

(2017). Metode ini dipilih karena rendemen yang didapatkan lebih banyak

dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya (Farhana et al., 2015).

Suhu 60°C serta waktu 15 menit dipilih, dikarenakan menurut Wijaya et al,

(2018) semakin tinggi suhu yang digunakan akan mempercepat proses ekstraksi.

Pemilihan waktu yang singkat bertujuan agar sampel yang direbus tidak rusak

dikarenakan pemanasan yang terlalu lama. Setelah proses perebusan selesai, ekstrak

disaring dengan kertas Whatman No 1. Proses penyaringan berguna untuk

memisahkan partikel/serbuk yang terdapat pada larutan (Prasetyo, 2017). Hasil dari

penyaringan ini menghasilkan larutan yang berwarna kuning pucat seperti terlihat

pada Gambar 9.
42

Gambar 9. Hasil Ekstraksi

4.1.2.1.3. Hasil Uji Spektrofotometer UV-Vis Daun Anthurium

bipinnatifidum

Larutan ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum kemudian dianalisis dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Analisis dengan spektrofotometer UV-

Vis dalam penelitian ini bertujuan mengetahui kandungan senyawa yang ada dalam

daun Anthurium bipinnatifidum dengan memeriksa daerah resapan yang terbentuk.

Pada ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum hasil analisis menunjukan bahwa

terdapat beberapa kandungan senyawa yang ada di dalamnya. Data hasil analisis

dapat dilihat pada Gambar 10.

Analisis flavonoid dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer UV-

Vis karena flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi, yang

menyebabkan mereka menunjukkan serapan intensif pada daerah spektrum sinar

ultraviolet dan spektrum sinar tampak (Harbone, 1987). Puncak serapan kandungan

flavonoid yang terdapat pada ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum berada pada

panjang gelombang 363 nm dengan absorbansi 4,000 dan 342 nm dengan

absorbansi 3,720. Dalam hal ini sesuai dengan teori Gusnedi (2013) yang
43

mengatakan spektrum flavonoid pada analisis UV-Vis berada di kisaran 250-450

nm. Jadi dapat dikatakan bahwa ekstrak mengandung senyawa flavonoid.

Gambar 10. Hasil Spektrofotometer UV-Vis Ekstrak Anthurium bipinnatifidum

4.1.2.1.4. Hasil Uji Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) Daun

Anthurium bipinnatifidum.

Uji karakterisasi dengan FTIR dilakukan guna mengidentifikasi gugus

fungsional yang terdapat pada ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum berdasarkan

intensitas cahaya inframerah yang terserap pada sampel ekstrak daun Anthurium

bipinnatifidum ini. Dari hasil spektrum FTIR ekstrak daun Anthurium

bipinnatifidum, gugus fungsi yang terkandung di dalamnya dapat dianalisis. Hasil

karakterisasi FTIR ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum dapat dilihat pada

Gambar 11.
44

Gambar 11. Hasil FTIR Ekstrak Daun Anthurium bipinnatifidum

Hasil karakterisasi gugus fungsi yang terdapat pada daun Anthurium bipinnatifidum

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan gugus fungsi senyawa flavonoid dengan gugus fungsi pada
ekstrak Anthurium bipinnatifidum
Gugus Jenis Ikatan Frekuensi (cm-1) Hasil Uji (cm-1)
(Coates, 2006)
O-H Alkohol, Fenol (ikatan H) 3600-3200 3.354-3.327
C=C Alkuna 2500-2100 2300-2100
C=O Aromatik (senyawa amida) 1680-1630 1630-1680
C-H Alkil 1420-1410 1420
C-C Alkohol dan Fenol 1350-1000 1300
C-O Alkohol 1200-1050 1080

Berdasarkan Tabel 9, diperoleh informasi tentang gugus fungsi yang

terdapat dalam ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum. Di daerah serapan 3354-

3327 cm-1 terdeteksi adanya gugus O-H yang mengindikasikan jenis ikatan alkohol

dan fenol. Sementara pada daerah 2300-2100 cm-1 terdapat gugus C=C yang

menunjukkan adanya ikatan alkuna. Selanjutnya, ditemukan jenis ikatan aromatik


45

C=O pada daerah serapan 1630-1680 cm-1. Selain itu, pada masing-masing daerah

serapan 1420 cm-1, 1300 cm-1, dan 1080 cm-1, terdapat gugus C-H, C-C, dan C-O.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun Anthurium

bipinnatifidum mengandung flavonoid.

4.1.2.1.5. Hasil Sintesis Nanopartikel Perak Optimasi Waktu

Proses sintesis nanopartikel perak menggunakan dua bahan yaitu larutan

AgNO3 0,00002 M dan ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum. Sebelum

menentukan metode yang paling sesuai untuk sintesis nanopartikel perak maka

dilakukan tahap optimasi waktu terlebih dahulu. Dalam proses sintesis nanopartikel

perak, dilakukan variasi waktu dan volume reduktor yang digunakan. Pada variasi

waktu, dilakukan dengan mereaksikan 5 mL AgNO3 dan 1 mL ekstrak daun

Anthurium bipinnatifidum. Kemudian dilakukan analisis dengan spektrofotometer

UV-Vis pada setiap jam untuk mendapatkan waktu yang paling efektif untuk

sintesis nanopartikel perak (AgNPs). Pada Gambar 12 dapat dilihat hasil sintesis

AgNPs pada setiap jamnya.

Pada awal pencampuran, larutan AgNO3 dan ekstrak daun Anthurium

bipinnatifidum larutan berwarna putih jernih. Setelah 1 jam reaksi berlangsung

dengan pengadukan, warna larutan berubah menjadi kekuningan, pengadukan

dilanjutkan hingga 2 jam dan larutan berubah menjadi kuning sedikit kecoklatan,

pada jam ke 3 hingga jam ke 5 reaksi berlangsung secara terus menerus hingga

warna larutan semakin kuning kecoklatan atau berwarna coklat muda. Perubahan

ini disebabkan oleh proses reduksi ion perak (Gambar 12), yang menghasilkan

pembentukan nanopartikel perak. Perubahan warna menjadi kekuningan atau


46

kuning menunjukkan bahwa nanopartikel perak mulai terbentuk (Dwistika, 2018).

Reaksi sintesis nanopartikel perak dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 12. Hasil Sintesis Nanopartikel Perak Optimasi Waktu

Gambar 13. Reaksi sintesis nanopartikel perak (AgNPs)

Koloid nanopartikel perak mempunyai kemampuan untuk menyerap sinar

tampak pada rentang 400-450 nm (Maharani et al., 2019). Hal ini mengakibatkan

mata manusia melihatnya sebagai warna kuning, perubahan warna reaksi ini dapat

diamati pada Gambar 12. Terbentuknya nanopartikel perak tidak hanya dilihat

melalui perubahan warna larutan, tetapi juga dengan munculnya 𝜆maks dalam
47

rentang 400-450 nm, yang menjadi ciri khas dari nanopartikel perak (Solomon et

al., 2007). Berikut Gambar 14 spektrum spektrofotometer UV-Vis optimasi waktu.

Gambar 14. Hasil Spektrofotometer UV-Vis Optimasi Waktu

Hasil pengukuran Spektrofotometer UV-Vis pada Gambar 14 menandakan

bahwa semakin lama nanopartikel perak (AgNPs) bereaksi maka akan semakin

tinggi nilai absorbansinya. Adanya penyerapan pada panjang gelombang

maksimum 431 nm dalam hasil spektrofotometer UV-Vis mengindikasikan

keberadaan AgNPs setelah proses pengadukan. Selain itu, optimasi waktu ini

berguna untuk mencari waktu yang efektif AgNO3 untuk bereaksi dengan ekstrak

Anthurium bipinnatifidum. Dalam waktu satu jam, didapatkan bahwa nilai

absorbansi yang diperoleh tidak terlalu tinggi dan spektrum tidak menghasilkan

rumput yang artinya AgNPs dapat terbentuk optimal, menandakan waktu satu jam

sebagai waktu efektif untuk reaksi antara AgNO3 dengan ekstrak Anthurium

bipinnatifidum.
48

4.1.2.1.6. Hasil Sintesis Nanopartikel Perak Optimasi Volume

Setelah menentukan waktu optimal untuk sintesis AgNPs, dilakukan variasi

volume reduktor yang digunakan. Pada variasi ini, menggunakan ekstrak

Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor dengan volume 0,25; 0,50; 0,75; dan

1 mL. Volume AgNO3 yang digunakan tetap 5 mL, dan waktu reaksi yang

digunakan adalah 1 jam. Pada Gambar 15 menunjukan hasil sintesis nanopartikel

perak yang dilakukan dengan perbedaan volume ekstrak Anthurium bipinnatifidum.

Gambar 15. Hasil Sintesis Nanopartikel Perak Optimasi Volume

Gambar 15 menggambarkan hasil dari variasi volume dalam sintesis

nanopartikel perak menggunakan ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum. Dengan

volume awal ekstrak sebesar 0,25 mL, larutan yang semula tidak berwarna berubah

menjadi kuning setelah reaksi dengan ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum. Pada

volume ekstrak 0,50 mL, setelah proses reaksi dengan AgNO3, larutan yang
49

awalnya sedikit berwarna kuning berubah menjadi kuning sedikit kecoklatan

setelah 1 jam. Pada volume ekstrak 0,75 mL, larutan awal berwarna kuning pudar,

kemudian berubah menjadi coklat kekuningan setelah direaksikan dengan AgNO3

selama 1 jam. Sementara itu, pada volume ekstrak 1 mL, larutan yang awalnya

kuning pudar berubah menjadi coklat setelah direaksikan selama 1 jam dengan

larutan AgNO3. Perubahan warna kuning tersebut menandakan terbentuknya

nanopartikel perak (Dwistika, 2018).

Analisis spektrofotometer UV-Vis dilakukan untuk mengetahui

terbentuknya nanopartikel perak yang berkisaran antara 400-450 nm (Maharani et

al., 2019). Kurva hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Hasil Spektofotometer UV-Vis AgNPs Optimasi Volume


Bioreduktor

Pengukuran menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dengan optimasi volume

Gambar 16 menunjukkan bahwa absorbansi dipengaruhi oleh volume reduktor yang

digunakan. Meskipun demikian, panjang gelombang maksimum (𝜆maks) yang


50

diperoleh tetap berada dalam rentang 400-450 nm, sama dengan hasil optimasi

waktu. Jadi diperoleh volume 0,50 mL ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum yang

paling optimal dengan absorbansi tertinggi pada panjang gelombang maksimum

425,5 nm dengan absorbansi 2,342. Pada volume lebih tinggi 0,75 mL memberikan

spektrum berumput dan menunjukan bahwa pada volume ini AgNPs yang

dihasilkan tidak optimal.

4.1.2.1.7. Hasil Karakterisasi Nanopartikel Perak (AgNPs)

Karakterisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengamati

karakter atau sifat dari suatu sampel (Ezward et al., 2020). Pada penelitian ini

dilakukan karakterisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, Fourier

Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Scanning Electron Microscopy (SEM).

4.1.2.1.7.1. Hasil Analisis Spektrofotometer UV-Vis

Nanopartikel perak (AgNPs) yang terbentuk dianalisis dengan

menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dan hasilnya dapat dilihat pada

Gambar 17. Hasil analisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dari

AgNPs, ekstrak dan AgNO3, terlihat perbedaan spektrum yang signifikan. Pada

analisis ekstrak, tidak ditemukan panjang gelombang dalam rentang 400-450 nm

yang menjadi karakteristik khas dari nanopartikel perak (Maharani et al., 2019).

Kemudian larutan AgNO3, cenderung tidak memiliki daerah serapan Visible hal ini

sesuai dengan penelitian Sari et al., (2017) yang menyatakan AgNO3 tidak

mempunyai puncak serapan. Namun, saat menganalisis AgNPs dengan

spektrofotometer UV-Vis, ditemukan panjang gelombang sebesar 431 nm, yang

menunjukkan keberadaan koloid nanopartikel perak dalam AgNPs (Maharani et al.,

2019). Jadi ekstrak Anthurium bipinnatifidum setelah dianalisis dengan


51

spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan sebagai bioreduktor dalam sintesis

nanopartikel, dengan panjang gelombang 431 nm.

Gambar 17. Hasil Spektrofotometer UV-Vis Ekstrak vs AgNPs.

4.1.2.1.7.2. Hasil Analisis Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR)

Karakterisasi menggunakan FTIR bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi

yang muncul pada nanopartikel perak (AgNPs) dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Hasil FTIR Ekstrak vs AgNPs


52

Perbandingan hasil FTIR antara AgNPs yang terbentuk dan ekstrak sebelum

sintesis mengungkapkan pergeseran daerah serapan pada gugus fungsi yang

terdeteksi. Pergeseran ini mengindikasikan adanya interaksi antara AgNPs dengan

senyawa fenolik yang terdapat dalam ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum.

Senyawa-senyawa ini berperan dalam mereaksikan Ag+ menjadi Ag0. Informasi

lebih detail tentang pergeseran ini dapat ditemukan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Pergeseran Daerah Serapan FTIR Ekstrak vs AgNPs


Gugus Fungsi Jenis Ikatan Frekuensi (cm-1) Frekuensi (cm-1)
Ekstrak AgNPs
O-H Alkohol dan Fenol 3.354-3.327 3.107-2.973
C=C Alkuna 2.300-2.100 2.051-1.782
C=O Aromatik (senyawa 1.680-1.630 1.389
amida)
C-H Alkil 1.420 1.293
C-C Alkohol dan Fenol 1.300 1.146
C-O Alkohol 1.080 791

Berdasarkan pada Tabel 10 menunjukkan terjadi pergeseran spektrum FTIR

antara ekstrak dan AgNPs. Pada ekstrak, terdeteksi gugus O-H pada daerah 3354-

3327 cm-1 yang menjadi ciri khas kelompok senyawa flavonoid, tanin, saponin dan

polifenol (Taba et al., 2019). Sementara pada AgNPs terjadi pergeseran pada daerah

3107-2973 cm-1. Selain itu, gugus fungsi C=C pada ekstrak terlihat pada 2300-2100

cm-1, tetapi pada AgNPs tergeser ke 2051-1782 cm-1. Gugus fungsi C=O juga

menjadi ciri khas serapan senyawa fenolik (Taba et al., 2019), yang terletak di

daerah serapan 1680-1630 cm-1. Selain itu, gugus fungsi C-H, C-C, dan C-O juga

mengalami pergeseran daerah serapan yang signifikan. Pada ekstrak, gugus fungsi

tersebut memiliki daerah serapan pada 1420, 1300, dan 1080 cm-1, sedangkan pada

AgNPs, daerah serapan terlihat pada 1293, 1146, dan 791 cm-1.

Gambar 18 menunjukan terjadinya pergeseran daerah serapan pada analisis

FTIR, dalam hal ini terjadi interaksi antara ekstrak Anthurium bipinnatifidum
53

dengan perak nitrat (AgNO3). Pergeseran spektrum ekstrak Anthurium

bipinnatifidum dibandingkan dengan spektrum AgNPs menunjukan adanya peran

gugus fungsi O-H, C=O dan C-O dalam mereduksi logam perak (Taba et al., 2019).

Hasil perbandingan menunjukkan bahwa terjadi pergeseran spektrum pada AgNPs

dibandingkan dengan spektrum ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum,

menunjukkan bahwa AgNPs telah terbentuk dan mengalami interaksi dengan

komponen ekstrak daun tersebut.

4.1.2.1.7.3. Hasil Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM)

Pengamatan morfologi nanopartikel perak (AgNPs) hasil sintesis dengan

menggunakan analisis SEM, dengan perbesaran 30.000 kali. Hasil karakterisasi

SEM dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Morfologi Nanopartikel Perak (AgNPs)

Hasil pengamatan morfologi nanopartikel perak (AgNPs) dalam penelitian

ini mengungkapkan bahwa terjadi pembentukan partikel-partikel kecil yang

memiliki bentuk bulat atau spherical dengan ukuran yang beragam. Berdasarkan

pengukuran yang dilakukan, diamati bahwa ukuran partikel AgNPs ini bervariasi,

yakni sekitar 45,4 nm, 50,9 nm, dan bahkan mencapai 73,1 nm. Dengan demikian,
54

dapat disimpulkan bahwa dalam sistem ini, AgNPs dapat terbentuk dalam berbagai

ukuran, namun tetap mempertahankan karakteristik bentuk spherical.

4.1.2.2. Pengembangan Ide Awal

Pengembangan ide awal dilakukan dengan mengidentifikasi hasil

eksperimen, capaian pembelajaran (CP), alur tujuan pembelajaran (ATP), dan

tujuan pembelajaran (TP) yang telah telah disusun. Kemudian dihubungkan dalam

proses pembuatan modul praktikum, sehingga dapat memudahkan peneliti dalam

proses pembuatan modul praktikum. Dengan demikian tujuan praktikum, alat dan

bahan, landasan teori dan langkah-langkah kerja yang dibuat sesuai dengan

kegiatan eksperimen yang dilakukan di laboratorium.

4.1.2.3. Pembuatan Produk

Setelah ide awal dikembangkan kemudian modul mulai

dirancang/dikembangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

4.1.2.3.1. Pemilihan Media

Proses pembuatan modul dimulai dengan mendesain cover menggunakan

aplikasi Canva, sementara untuk isi modul menggunakan Microsoft Word. Font

yang digunakan adalah Times New Roman ukuran 12 dengan spasi 1,5. Untuk

menyajikan gambar-gambar pada modul, aplikasi ChemSketch digunakan untuk

membuat beberapa gambar, dan beberapa gambar lainnya diambil dari jurnal

sebagai referensi.

4.1.2.3.2. Pemilihan Format

Proses pembuatan modul ini terbagi menjadi tiga bagian yang mencakup

pembuka, isi, dan penutup. Bagian pembuka meliputi cover, kata pengantar, daftar

isi, capaian pembelajaran (CP), alur tujuan pembelajaran (ATP), tujuan


55

pembelajaran (TP), dan tata tertib praktikum. Bagian isi modul mengandung

informasi tentang empat kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan. Setiap

kegiatan praktikum dilengkapi dengan tujuan praktikum, landasan teori, daftar alat

dan bahan, langkah-langkah pelaksanaan, data pengamatan, pertanyaan

pascapraktik, dan lampiran. Bagian penutup mencakup glosarium, daftar pustaka,

dan cover belakang.

4.1.2.3.3. Hasil Pembuatan Produk

Pada tahapan ini, peneliti mulai menyusun modul praktikum sintesis

nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor.

Modul tersebut disusun dengan rincian sebagai berikut:

4.1.2.3.3.1. Bagian Pembuka

Bagian pembuka modul berisi cover depan modul, kata, kata pengantar,

daftar isi, capaian pembelajaran (CP), alur tujuan pembelajaran (ATP), tujuan

pembelajaran (TP), dan tata tertib praktikum yang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Bagian pembuka modul praktikum


Bagian Pembuka Penjelasan

Cover modul dibuat dengan menggunakan aplikasi


Canva menggunakan template yang sudah ada di
Canva, kemudian di edit sedikit dengan menambahkan
logo Universitas Sanata Dharma, gambar dan logo
kurikulum merdeka.
56

Bagian Pembuka Penjelasan

Kata pengantar berisi ucapan dari penulis dan puji


syukur karena dapat menyusun modul ini. Pada kata
pengantar ini diketik dengan Times New Roman 12,
spasi 1,5.

Daftar isi berisi bab dan subbab yang disertai dengan


halamanya. Daftar isi dibuat dengan otomatis pada
Microsoft Word dalam menu reference yakni table of
contens sehingga daftar isi dapat dibuat dengan rapi
sesuai dengan halamanya. Font pada daftar isi yakni
Times New Roman 12 spasi 1,5.

Pada bagian ini berisi dengan capaian pembelajaran


(CP), alur tujuan pembelajaran (ATP) dan tujuan
pembelajaran (TP). Pada bagian ini diketik dengan font
Times New Roman 12 dan spasi 1,5.
57

Bagian Pembuka Penjelasan


Pada bagian ini berisi tata tertib selama praktikum
dilakukan, dimana terdapat total enam tata tertib yang
harus dipatuhi selama praktikum berlangsung. Font
pada bagian ini sama dengan bagian-bagian
sebelumnya.

4.1.2.3.3.2. Bagian isi

Pada bagian ini berisi tujuan praktikum, landasan teori, alat dan bahan, cara

kerja, data pengamatan, pertanyaan pascapraktik dan lampiran. Selain itu, pada

bagian ini juga berisi empat kegiatan praktikum yang akan dilakukan berikut

peneliti memberikan satu contoh aktivitas praktikum yang dapat dilihat pada Tabel

12.

Tabel 12. Bagian Isi Modul Praktikum


Bagian Isi Penjelasan

Pada bagian ini berisi tujuan praktikum dan landasan


teori, tujuan praktikum diperoleh dari mengidentifikasi
alur tujuan pembelajaran (ATP) dan tujuan pembelajaran
(TP).
58

Bagian Isi Penjelasan


Pada bagian ini berisi tentang alat dan bahan serta cara
kerja praktikum, dimana alat dan bahan serta cara kerja
diperoleh setelah melakukan eksperimen terlebih dahulu
di lab.

Pada bagian ini berisi data pengamatan dan pertanyaan


pascapraktik yang dibuat berdasarkan tingkatan kognitif
peserta didik.

Pada bagian ini berisi lampiran yang digunakan peserta


didik untuk melampirkan gambar dari hasil praktikum.

4.1.2.3.3.3. Bagian penutup

Dalam bagian ini berisi daftar Pustaka, glosarium dan cover belakang modul

yang dapat dilihat pada Tabel 13.


59

Tabel 13. Bagian Penutup Modul


Bagian Penutup Penjelasan

Glosarium berisi istilah-istilah asing dalam modul


praktikum.

Daftar pustaka berisi referensi yang digunakan dalam


proses pembuatan modul yang sebagian besar berasal
dari jurnal penelitian.

Bagian cover belakang modul praktikum dibuat dengan


aplikasi Canva dengan kombinasi gambar tanaman yang
digunakan dalam praktikum.

4.1.3. Hasil Tahap Develop


Pada tahap ini pengembangan modul dengan memperhatikan langkah-

langkah yang ada pada tahap design dimana pada penyusunan modul praktikum

sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai

bioreduktor, berdasarkan data dan proses yang diperoleh dari penelitian eksperimen

laboratorium. Kemudian modul praktikum dilakukan uji validitas dan uji coba

terbatas terhadap 2 orang guru yakni sebagai berikut:


60

4.1.3.1. Hasil Validasi Modul Praktikum

Kelayakan produk dapat diketahui melalui penilaian 2 orang validator yang

dilakukan sekali pada akhir Juni 2023, tanpa melibatkan penilaian dari guru kimia.

Modul praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium

bipinnatifidum sebagai bioreduktor telah dinilai oleh dua validator, hasil analisis

data validasi materi modul praktikum dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Validasi materi modul


Indikator Rata-Rata Persentase (%) Kriteria Validitas
Kelayakan isi 85,7 Sangat valid
Kesesuaian bahasa 75 Valid
Kebenaran dan keakuratan 100 Sangat valid
materi
Rata-rata 86,9 Sangat valid

Berdasarkan Tabel 14 Hasil validasi menunjukkan bahwa dari segi

kelayakan isi modul, total persentase penilaian dari kedua validator adalah 85,7%

yang dinyatakan sebagai sangat valid. Selanjutnya, dari segi kesesuaian bahasa,

persentase penilaian sebesar 75% dinyatakan valid. Sementara itu, dari segi

kebenaran dan keakuratan materi, persentase penilaian mencapai 100% yang

menunjukkan kelayakan yang sangat valid, validitas materi pada modul

berdasarkan kriteria tingkat validitas menurut (Akbar, 2013:157). Dengan

demikian, produk berupa modul praktikum sintesis nanopartikel perak dengan

ekstrak Anthurium bipinnatifidum yang dikembangkan layak diuji cobakan sesuai

dengan saran dan komentar yang diberikan. Adapun beberapa saran dari ahli materi

dapat dilihat pada Tabel 15.


61

Tabel 15. Hasil Revisi dan Saran Perbaikan Ahli Materi


NO Sebelum Revisi Sesudah Revisi Keterangan
1 Landasan teori
pada bagian 4
kurang tepat
62

NO Sebelum Revisi Sesudah Revisi Keterangan


2 Sebelumnya tidak ada Penambahan
glosarium

3 Terdapat
paragraf yang
sama persis di
halaman 6 dan
10, tolong
diperbaiki

4.1.3.2. Hasil Validasi Modul Praktikum oleh Ahli Media

Validasi tidak hanya melibatkan aspek materi, tetapi juga dilakukan

terhadap aspek medianya. Hal ini mencakup evaluasi terhadap fungsi dan kegunaan

modul praktikum, kelayakan penyajian informasi dan grafik dalam modul, serta

kualitas teks dan gambar yang digunakan. Hasil analisis validasi media modul

praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum

sebagai bioreduktor dapat dilihat pada Tabel 16.


63

Tabel 16. Hasil Validasi media modul


Indikator Rata-Rata Persentase (%)
Fungsi dan Kegunaan 87,5 Sangat valid
Kelayakan penyajian dan 95,8 Sangat valid
grafik modul praktikum
Kualitas teks dan gambar 81,25 Sangat valid
Rata-rata 88,1 Sangat valid
Berdasarkan Tabel 16 Hasil validasi modul praktikum sintesis nanopartikel

perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor dari aspek

media menunjukkan hasil sebagai berikut. Dalam hal fungsi dan kegunaan, total

persentase penilaian dari kedua ahli mencapai 87,5% yang dinyatakan sangat valid.

Selanjutnya, dalam hal kelayakan penyajian informasi dan grafik modul praktikum,

total persentase penilaian mencapai 84,3% yang juga dinyatakan sebagai sangat

valid. Terakhir, dalam hal kualitas teks dan gambar, total persentase penilaian

mencapai 81,25% yang juga dinyatakan sebagai sangat valid. Berdasarkan hasil

validasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa modul ini memiliki tingkat

validitas yang valid berdasarkan kriteria tingkat validitas menurut (Akbar,

2013:157), sehingga dapat diuji cobakan berdasarkan saran dan arahan dari para

ahli. Adapun beberapa saran dari para ahli dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Revisi dan Saran Perbaikan Ahli Media


NO Sebelum Revisi Sesudah Revisi Keterangan

Warna cover
modul
1 praktikum
terlalu gelap
64

NO Sebelum Revisi Sesudah Revisi Keterangan

2
Ukuran huruf
harus
konsisten

4.1.3.3. Hasil Validasi Pertanyaan Pascapraktik Modul Praktikum

Selain dari aspek materi dan media, pertanyaan pascapraktik yang terdapat

dalam modul praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium

bipinnatifidum sebagai bioreduktor juga telah divalidasi. Terdapat 9 butir

pertanyaan pascapraktik yang dinilai berdasarkan kelayakan isi soal, konstruksi

soal, dan bahasa soal. Validasi pertanyaan pascapraktik dilakukan menggunakan

rumus dan kriteria validitas menurut Gregory, (2015). Hasil analisis pertanyaan

pascapraktik dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil validasi pertanyaan pascapraktik


Butir Soal Content Validity Kriteria
1 1,0 Validitas Tinggi
2 1,0
3 1,0
4 1,0
5 1,0
6 1,0
7 1,0
8 1,0
9 1,0

Berdasarkan Tabel 18 Hasil validasi menunjukkan bahwa pada butir soal 1

sampai butir soal 10 diperoleh kriteria validitas sebesar 1,0 yang menunjukkan
65

tingkat validitas tinggi. Berdasarkan hasil validasi pertanyaan pascapraktik, dapat

disimpulkan bahwa pertanyaan tersebut relevan dengan materi praktik yang ada di

dalam modul praktikum. Dengan demikian, validitas pertanyaan pascapraktik

menunjukan validitas yang tinggi berdasarkan kriteria tingkat validitas menurut

(Retnawati, 2016) dan dapat diuji cobakan sesuai dengan saran dan komentar dari

para ahli. Adapun saran dari para ahli dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Revisi dan Perbaikan Pertanyaan Pascapraktik


NO Sebelum Revisi Sesudah Revisi Keterangan
1 Bagaimana perubahan Bagaimana perubahan Butir pertanyaan
warna larutan, sebelum warna larutan, sebelum nomor 1: Soal
dan sesudah proses dan sesudah proses dibuat lebih
pemanasan? pemanasan? Mengapa HOTS
perubahan tersebut
terjadi?

2 Bagaimana pengaruh Jelaskan bagaimana Butir pertanyaan


volume ekstrak hubungan antara variasi nomor 5: soal
Anthurium volume ekstrak dibuat lebih
bipinnatifidum Anthurium HOTS
terhadap sintesis bipinnatifidum dan
nanopartikel perak, jika perubahan warna dalam
ditinjau dari warnanya? sintesis nanopartikel
perak (AgNPs)

3 Dari hasil analisis UV- Berapa λ max yang Butir pertanyaan


Vis dapat diketahui λ teramati pada hasil nomor 7: soal
max, berapakah λ max sintesis nanopartikel dibuat lebih
pada hasil sintesis perak (AgNPs) HOTS dengan
AgNPs berdasarkan analisis membandingkan
dengan spektrofotometer λ max pada
UV-Vis? Selanjutnya, bagian 2
bandingkan nilai λ max
yang terbentuk pada
bagian 4 dengan bagian 2
analisis perbedaanya!

4 Dari hasil analisis Dari hasil analisis FTIR Butir pertanyaan


FTIR gugus fungsi apa gugus fungsi apa sajakah nomor 8:
saja yang terdapat pada yang terdapat pada bagaimana
sampel sintesis nanopartikel perbandingan
perak? Selanjutnya hasil karakterisasi
spektrum yang terbentuk FTIR pada bagian
pada bagian 4 dengan 2
bagian 2 dianalisis
perbedaannya!
66

4.1.3.4. Hasil Validasi Angket Responden Guru

Angket responden yang akan digunakan dalam uji coba telah melalui proses

validasi untuk menentukan kelayakannya yang di validitas oleh 2 orang validator.

Penilaian terhadap angket responden mencakup evaluasi terhadap petunjuk dan

keterangan angket, serta kesesuaian isi dan bahasa yang digunakan dalam angket

tersebut. Hasil analisis data validasi angket responden dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil Validasi angket responden guru


Indikator Rata-Rata Persentase (%) Kriteria Validitas
Petunjuk dan 100 Sangat valid
keterangan angket
Kesesuaian isi 96,8 Sangat valid
Kesesuaian bahasa 95,8 Sangat valid
Rata-rata 97,5 Sangat valid

Berdasarkan Tabel 20 Hasil validasi angket responden menunjukkan bahwa

dalam segi petunjuk dan keterangan angket, total persentase penilaian dari kedua

ahli mencapai 100%, yang menandakan kelayakan yang sangat valid. Selanjutnya,

dari segi kesesuaian bahasa, total persentase penilaian mencapai 96,8%, juga

dinyatakan sebagai sangat valid. Selain itu, dari segi kesesuaian isi angket, total

persentase penilaian mencapai 96,8%, yang menunjukkan tingkat kelayakan yang

sangat layak. Berdasarkan hasil validasi angket responden, dapat disimpulkan

bahwa angket ini memiliki tingkat kelayakan yang sangat valid berdasarkan kriteria

tingkat validitas menurut (Akbar, 2013:157) dan instrumen angket responden dapat

diuji cobakan dengan revisi.

4.1.3.5. Hasil Uji Coba dan Angket Responden Guru

Uji coba Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak

Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor dilaksanakan di Laboratorium

Universitas Sanata Dharma (USD). Uji coba tersebut melibatkan partisipasi dari 2

guru sebagai peserta uji coba. Setelah proses uji coba, para guru diberikan angket
67

respon untuk mengevaluasi respon mereka terhadap modul yang telah

dikembangkan. Dalam penilaian oleh para guru, beberapa aspek yang dievaluasi

meliputi kesesuaian bahasa, perkembangan dan daya tarik modul, serta kegunaan

dan kelayakan modul. Hasil analisis data angket responden dapat dilihat pada

Tabel 21.

Tabel 21. Hasil angket responden guru


Indikator Rata-Rata Persentase (%)
Kesesuaian bahasa 100 Sangat praktis
Perkembangan dan 100 Sangat praktis
kemenarikan modul
Kegunaan dan kelayakan 95,8 Sangat praktis
modul
Rata-rata 98,6 Sangat praktis

Berdasarkan Tabel 21 Hasil angket responden menunjukkan bahwa dalam

hal kesesuaian bahasa, persentase total dari 2 responden mencapai 100%, yang

menunjukkan tingkat kepraktisan yang sangat tinggi. Selanjutnya, dalam hal

perkembangan dan daya tarik modul, persentase total responden mencapai 100%,

yang juga menunjukkan tingkat kepraktisan yang tinggi. Terakhir, dalam hal

kegunaan dan kelayakan modul, persentase total dari 2 responden mencapai 95,8%,

yang menunjukkan tingkat kepraktisan yang praktis. Selain itu, guru juga

memberikan komentar positif terhadap modul yakni responden 1 memberikan

komentar “isi modul sudah bagus dan dapat dipahami untuk saran poin pembahasan

di rinci dapat bentuk poin agar peserta didik membuat laporan dengan arahan

terinci”, kemudian untuk responden memberikan komentar dan saran yakni “belum

ada petunjuk pengisian data hasil dan lampiran penggunaan alat yang canggih

belum bisa diterapkan, modul ini bisa menjadi alur untuk mengembangkan

praktikum yang lebih sederhana secara keseluruhan sudah baik”. Berdasarkan hasil

angket responden guru terhadap kepraktisan modul dan komentar positif yang
68

diberikan guru, dapat ditarik kesimpulan bahwa modul ini sangat praktis digunakan

sebagai bahan ajar.

4.2. Pembahasan
Penelitian ini menghasilkan modul praktikum sintesis nanopartikel perak

menggunakan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor.

Pengembangan modul ini mengikuti model 4D Thiagarajan et al., (1974) yang

dimodifikasi menjadi 3D. Modifikasi dilakukan sesuai kebutuhan peneliti, dengan

melaksanakan tiga tahap yaitu Define, Design, dan Develop. Tahap Disseminate

tidak dilaksanakan karena keterbatasan uji coba produk yang melibatkan hanya dua

orang guru. Penelitian ini memilih Model 4D karena merupakan model prosedural

dengan langkah-langkah yang jelas dalam pengembangan produk. (Sugiyono,

2013). Selain itu, model pengembangan 4D memiliki kelebihan karena secara

khusus sesuai digunakan untuk mengembangkan berbagai perangkat pembelajaran

yang efektif, bukan hanya untuk merancang sistem pembelajaran secara

keseluruhan. Model ini memungkinkan tahapan yang terstruktur dan terfokus dalam

merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi perangkat pembelajaran, sehingga

dapat memastikan bahwa materi disampaikan dengan cara yang paling efisien dan

efektif kepada para pembelajar (Arta, 2022).

Tahap pertama dalam pengembangan produk ini adalah Define, yang

melibatkan wawancara dengan seorang guru kimia di SMA Negeri 1 Kota Gajah

Lampung. Hasil wawancara tersebut digunakan untuk melakukan analisis

kebutuhan dan analisis konsep. Dengan adanya tahap Define, peneliti dapat

mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dan menentukan solusi yang tepat

untuk mengatasinya. Selain itu, tahap ini menjadi kerangka dasar yang

mengarahkan peneliti dalam pengembangan modul praktikum, sehingga membantu


69

memastikan produk akhir yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Proses pengembangan produk ini penting bagi peneliti untuk dapat mengetahui

permasalahan yang dihadapi guru maupun peserta didik. Selain itu, pada tahap ini

terdapat analisis konsep dimana berguna untuk menganalisis capaian pembelajaran

(CP), alur tujuan pembelajaran (ATP) dan tujuan pembelajaran (TP). Menurut

Hikmawati et al., (2020) menjelaskan hal yang sama dimana pada tahap Define

terjadi analisis kebutuhan dan konsep serta dapat mengarahkan dengan jelas

pengembangan produk.

Tahap yang dilakukan selanjutnya adalah tahap Design. Pada tahap ini,

peneliti memulai rencana pengembangan modul praktikum dengan melakukan

serangkaian kegiatan eksperimen terlebih dahulu di dalam laboratorium.

Eksperimen tersebut bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang

diperlukan sebagai dasar ide awal dalam pengembangan modul. Dengan

memanfaatkan hasil eksperimen sebagai landasan, peneliti kemudian melangkah ke

tahap pembuatan modul praktikum dengan merancang struktur dan konten modul

secara cermat. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap Design memegang

peranan penting dalam mengarahkan peneliti dalam merancang modul dengan baik

dan menarik bagi peserta didik. Rancangan modul ini disusun dengan

mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, serta

mencakup langkah-langkah praktikum yang jelas dan terstruktur. Hal ini

memastikan bahwa peserta didik dapat mengikuti praktikum dengan mudah dan

memahami setiap langkah yang harus diikuti. Selain itu, keberadaan tahap Design

memungkinkan pengembangan produk untuk menjadi referensi bahan ajar yang

berharga bagi guru. Dengan merancang modul secara teliti dan melibatkan kegiatan
70

eksperimen sebelumnya, modul praktikum ini menjadi lebih teruji dan relevan

dalam konteks pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan modul ini sebagai sumber

materi yang lengkap dan mendalam untuk menyajikan pembelajaran yang lebih

interaktif dan berbasis praktik bagi peserta didik.

Tahap terakhir pada model pengembangan hasil modifikasi ini adalah

Develop. Pada tahap ini, produk melewati tiga tahap utama dalam pengembangan

modul praktikum. Pertama, dilakukan pengembangan modul dengan

memperhatikan tiga komponen utama yaitu pembuka, isi, dan penutup. Bagian isi

modul terdiri dari empat kegiatan aktivitas yang akan dilaksanakan oleh peserta

praktikum. Setelah tahap pengembangan modul, produk tersebut kemudian

mengalami proses perbaikan berdasarkan saran dan masukan dari para ahli. Setelah

diperbaiki, produk menjalani uji coba terbatas dengan melibatkan 2 orang guru di

laboratorium Pendidikan Kimia Universitas Sanata Dharma (USD). Tahapan ini

menjadi langkah penting bagi peneliti untuk mengevaluasi kualitas produk dari dua

aspek utama, yaitu validitas dan kepraktisan. Validitas produk dievaluasi

berdasarkan penilaian dari para ahli selama proses validasi, sehingga memastikan

bahwa modul praktikum telah sesuai dengan standar dan prinsip yang berlaku.

Sementara itu, kepraktisan dievaluasi berdasarkan hasil uji coba produk dengan

melibatkan guru, sehingga dapat diketahui sejauh mana modul praktikum dapat

diterapkan dan digunakan secara efektif di dalam lingkungan pembelajaran.

Dengan demikian, tahap Develop ini berperan penting dalam menilai dan menguji

kualitas produk sebelum diimplementasikan secara lebih luas. Hal ini membantu

peneliti dalam memastikan bahwa modul praktikum yang dikembangkan sesuai

dengan tujuan pembelajaran, mudah digunakan, dan efektif dalam meningkatkan


71

pemahaman serta keterampilan peserta didik dalam praktikum sintesis nanopartikel

perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor.

4.2.1. Ekstrak Anthurium bipinnatifidum dapat berfungsi sebagai

bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak

Pada penelitian ini sebelum dilakukannya pengembangan modul praktikum,

dilakukan sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum

sebagai bioreduktor. Pertama peneliti mencari referensi tanaman apa yang belum

digunakan dalam sintesis nanopartikel perak, setelah diperoleh referensi bahwa

tanaman Anthurium bipinnatifidum belum pernah dilakukan sintesis peneliti segera

melakukan eksperimen di laboratorium. Daun Anthurium terlebih dahulu

dipreparasi dengan dicuci dengan air mengalir dan oven selama 2x24 jam dalam

suhu 60 °C, setelah kering daun diblender hingga menjadi bubuk/serbuk. Kemudian

dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak daun dengan metode boiling atau perebusan

menggunakan air suling dengan perbandingan 2:40 perebusan dilakukan selama 15

menit, metode ini hasil modifikasi dari penelitian (Jain & Mehata, 2017). Setelah

proses perebusan selesai, ekstrak disaring dengan kertas Whatman No 1. Proses

penyaringan berguna untuk memisahkan partikel/serbuk yang terdapat pada larutan

(Prasetyo, 2017).

Setelah itu ekstrak dilakukan karakterisasi dengan menggunakan

spektrofotometer UV-vis dan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).

Dari hasil kedua analisis ini dapat dikatakan bahwa ekstrak Anthurium

bipinnatifidum mengandung senyawa flavonoid. Pada analisis spektrofotometer

UV-Vis ekstrak memiliki panjang gelombang 363 nm dengan absorbansi 4,000 dan

342 nm dengan absorbansi 3,720, hal ini sesuai dengan teori Gusnedi (2013) yang
72

menyatakan flavonoid memiliki panjang gelombang kisaran 250-450 nm.

Kemudian pada analisis FTIR gugus-gugus yang terdapat dalam ekstrak daun

Anthurium bipinnatifidum. Di daerah serapan 3354-3327 cm-1 terdeteksi adanya

gugus O-H yang mengindikasikan jenis ikatan alkohol dan fenol. Sementara pada

daerah 2300-2100 cm-1 terdapat gugus C=C yang menunjukkan adanya ikatan

alkuna. Selanjutnya, ditemukan jenis ikatan aromatik C=O pada daerah serapan

1630-1680 cm-1. Selain itu, pada masing-masing daerah serapan 1420 cm-1, 1300

cm-1, dan 1080 cm-1, terdapat gugus C-H, C-C, dan C-O. Berdasarkan analisis

tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum

mengandung flavonoid.

Setelah itu, dilakukan sintesis menggunakan larutan perak nitrat (AgNO3)

0,00002 M dan ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum untuk menguji kemampuan

ekstrak dalam sintesis nanopartikel perak (AgNPs). Proses sintesis AgNPs

dilakukan dengan mencampur 5 mL AgNO3 dengan 1 mL ekstrak Anthurium

bipinnatifidum. Hasil sintesis menunjukkan perubahan warna dari larutan yang

semula jernih menjadi kuning kecoklatan atau coklat tua, yang mengindikasikan

pembentukan nanopartikel (Dwistika & Suparno, 2018). Hasil sintesis juga ditandai

dengan adanya puncak absorbansi pada rentang panjang gelombang 400-450 nm,

yang merupakan karakteristik khas dari nanopartikel perak (Solomon et al., 2007).

Pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukan bahwa terbentuk

serapan tinggi pada panjang gelombang 431 nm yang dikenal sebagai panjang

gelombang maksimum. Melalui karakterisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum berperan sebagai bioreduktor yang efektif

dalam sintesis nanopartikel perak (AgNPs). Penemuan ini memiliki dampak


73

penting dalam pengembangan metode sintesis nanomaterial yang ramah

lingkungan.

4.2.2. Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Nanopartikel yang dihasilkan


Sintesis nanopartikel perak (AgNPs) diawali dengan melakukan optimasi

waktu reaksi untuk mendapatkan waktu yang efektif dalam bereaksi. Pada sintesis

ini, dicampurkan 5 mL AgNO3 dengan 1 mL ekstrak Anthurium bipinnatifidum,

dan kemudian dilakukan analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis setiap

satu jam sekali. Hasil analisis spektrofotometer UV-Vis menunjukkan adanya

variasi panjang gelombang selama proses reaksi. Pada satu jam pertama, diperoleh

panjang gelombang sebesar 431 nm, pada dua jam diperoleh 430,5 nm, pada tiga

jam diperoleh 414 nm, pada empat jam diperoleh 413,5 nm, dan pada lima jam

terakhir diperoleh 448 nm. Menurut penelitian Solomon et al., (2007), nanopartikel

perak memiliki ukuran beragam, seperti 10-14 dengan panjang gelombang 395-405

nm, 35-50 dengan panjang gelombang 420 nm, dan 60-80 dengan panjang

gelombang 438 nm. Berdasarkan hasil karakterisasi spektrofotometer UV-Vis,

dapat disimpulkan bahwa waktu reaksi tidak mempengaruhi nanopartikel yang

dihasilkan, karena panjang gelombang dari hasil analisis tidak menunjukkan waktu

konsistensi peningkatan. Waktu maksimal sintesis AgNO3 dengan ekstrak daun

Anthurium bipinnatifidum adalah di waktu 5 jam, dimana pada waktu ini panjang

gelombang dan absrobansi yang didapatkan pada analisis UV-Vis semakin besar.

Kemudian untuk waktu optimum AgNPs beraksi yakni 1 jam karena pada waktu

tersebut analisis UV-Vis yang diperoleh tidak merumput serta absorbansi tidak

terlalu tinggi.
74

4.2.3. Kualitas Modul Praktikum apabila Ditinjau dari Segi Kelayakan Isi,

Bahasa, Penyajian dan Karakteristik Materi Nanoteknologi

Validitas modul praktikum dievaluasi dari dua aspek, yaitu materi dan

media, dengan melibatkan dua ahli, adalah Dosen Pendidikan Kimia Universitas

Sanata Dharma (USD) yang berpengalaman dalam praktisi pembelajaran. Hasil

penilaian dari kedua ahli menunjukkan bahwa modul praktikum sintesis

nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor

mencapai skor rata-rata persentase sebesar 86,9% untuk aspek materi dan 88,1%

untuk aspek media. Dengan skor validitas yang demikian tinggi, modul praktikum

ini masuk ke dalam kriteria yang sangat valid dan memiliki kualitas yang tinggi

dalam dua aspek yang dinilai.

Selain modul praktikum, instrumen penelitian seperti pertanyaan

pascapraktik dalam modul dan lembar angket responden guru juga dinilai oleh dua

orang ahli. Hasil penilaian dari kedua ahli terhadap pertanyaan pascapraktik dalam

modul menunjukkan rata-rata validitas masing-masing pertanyaan sebesar 1,0,

sesuai dengan kriteria yang sangat tinggi menurut Gregory, (2015). Selain itu, hasil

penilaian dari ahli terhadap angket responden menunjukkan rata-rata validitas

sebesar 97,5, yang juga memenuhi kriteria yang sangat valid. Dengan demikian,

instrumen penelitian ini terbukti memiliki kualitas yang tinggi dan valid dalam

mengumpulkan data dari responden guru.

Setelah proses validasi selesai, produk dan instrumen penelitian dapat

dianggap layak apabila hasil analisis data sesuai dengan kriteria yang ditentukan

dalam Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6. Pernyataan Arikunto (2010) yang menyatakan

bahwa suatu produk dianggap valid jika memenuhi kriteria yang digunakan, juga
75

mendukung kesesuaian produk yang berupa modul praktikum sintesis nanopartikel

perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor setelah dinilai

oleh dua ahli. Lebih lanjut, hasil penilaian oleh dua ahli menunjukkan bahwa

pertanyaan pascapraktik dalam modul dan instrumen penelitian yang digunakan

juga memenuhi kriteria yang sangat tinggi dan dianggap sangat valid. Dengan

demikian, keseluruhan produk dan instrumen penelitian ini terbukti memiliki

validitas yang tinggi dan memenuhi standar kualitas yang diharapkan dalam

pengembangan modul praktikum dalam penelitian ini.

4.2.4. Respon Guru Terhadap Kualitas Modul Praktikum ditinjau dari

Kesesuaian Bahasa, Kemenarikan Modul dan Kelayakan Modul

Kepraktisan modul praktikum dapat dianalisis melalui skor yang diperoleh

dalam angket responden guru saat uji coba produk secara terbatas. Suatu produk

dikatakan praktis apabila dapat memudahkan penggunaan oleh guru dan peserta

didik, serta meningkatkan efisiensi dalam pembelajaran (Jannah, 2017).

Kepraktisan produk ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu penilaian praktik dan hasil

angket responden guru. Penilaian guru terhadap produk melibatkan tiga aspek, yaitu

kesesuaian bahasa, perkembangan dan kemenarikan modul, serta kegunaan dan

kelayakan modul. Hasil analisis angket responden menunjukkan bahwa guru

memberikan respon yang sangat baik terhadap modul praktikum, dengan rata-rata

persentase angket responden mencapai 98,6%, yang sesuai dengan kriteria sangat

praktis. Selain itu guru juga turut memberikan komentar yang positif yakni “isi

modul sudah bagus dan dapat dipahami”. Dengan demikian, produk berupa modul

praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum

dapat dikatakan sangat praktis digunakan sebagai bahan ajar pada materi
76

nanoteknologi. Kepraktisan modul ini memberikan nilai tambah yang signifikan

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, memfasilitasi guru dalam

penyampaian materi, serta memberikan pengalaman praktikum yang praktis dan

bermanfaat bagi peserta didik.

4.2.5. Kelebihan Penelitian


Pengembangan produk berupa modul praktikum sintesis nanopartikel perak

dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor memiliki

keunggulan sebagai berikut:

1. Ramah lingkungan karena proses sintesis menggunakan tanaman sebagai

bioreduktor dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia yang

berbahaya serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

2. Biaya lebih murah karena penggunaan tanaman sebagai bioreduktor.

3. Produk berupa modul praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak

Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor dapat digunakan sebagai

bahan ajar untuk guru.

4.2.6. Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dalam pengembangan produk

berupa berupa modul praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak

Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor sebagai berikut:

1. Pada sintesis nanopartikel perak tidak sampai dilakukan uji aktivitas bakteri.

2. Tahap Disseminate atau tahap penyebaran produk berupa modul praktikum

sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium bipinnatifidum

sebagai bioreduktor tidak dilakukan karena hanya melakukan uji coba

terbatas dengan 2 orang guru


77

3. Pada penelitian ini menghasilkan modul praktikum yang hanya dilakukan

validasi para ahli dan diuji coba dengan beberapa guru


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari penelitian sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak daun Anthurium

bipinnatifidum sebagai bioreduktor yang diimplementasikan dalam pembelajaran

nanoteknologi, dapat disimpulkan hal berikut:

1. Ekstrak Anthurium bipinnatifidum dapat berfungsi sebagai bioreduktor

dalam sintesis nanopartikel perak. Hal tersebut dibuktikan dengan

terjadinya perubahan warna ketika perak nitrat (AgNO3) direaksikan dengan

ekstrak Anthurium bipinnatifidum dan memiliki panjang gelombang pada

spektrofotometer UV-Vis sebesar 431 nm.

2. Waktu reaksi tidak memiliki pengaruh terhadap ukuran nanopartikel perak

yang dihasilkan. Lamanya waktu reaksi berpengaruh terhadap warna larutan

dan absorbansi yang didapatkan pada spektrofotometer UV-Vis. Waktu

optimal yang dibutuhkan dalam proses aging pada AgNPs adalah 1 jam

3. Modul praktikum praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak

Anthurium bipinnatifidum sebagai bioreduktor terbukti sangat valid

berdasarkan hasil analisis. Dalam penilaian oleh para ahli, rata-rata

persentase mencapai 86,9% dalam aspek materi dan 88,1% dalam aspek

media, dengan kriteria sangat valid.

4. Modul praktikum sintesis nanopartikel perak dengan ekstrak Anthurium

bipinnatifidum sebagai bioreduktor berhasil mencapai kriteria praktis

dengan hasil respon guru yang sangat positif. Dalam analisis, rata-rata

78
79

persentase responden mencapai 98,6%, yang secara kualitatif memenuhi

kriteria sangat praktis.

5.2. Saran
Saran untuk penelitian "Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Daun

Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor yang Diimplementasikan dalam

Pembelajaran Nanoteknologi Kimia SMA Kelas X":

1. Perlu dilakukan karakterisasi mendalam terhadap nanopartikel perak yang

disintesis dengan menggunakan ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum

sebagai bioreduktor. Karakterisasi tersebut dapat meliputi analisis

morfologi, ukuran partikel, distribusi ukuran, serta struktur kristal dari

nanopartikel.

2. Pertimbangkan untuk melakukan studi tentang mekanisme dan reaksi kimia

yang terjadi selama sintesis nanopartikel perak dengan menggunakan

ekstrak daun sebagai bioreduktor. Hal ini akan memberikan wawasan yang

lebih mendalam tentang proses sintesis dan membantu dalam memahami

sifat-sifat nanopartikel yang terbentuk.

3. Sertakan eksperimen praktikum dalam pembelajaran nanoteknologi kimia

dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses sintesis nanopartikel

perak. Ini akan memberikan pengalaman langsung kepada siswa dan

meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep nanoteknologi.

4. Lakukan evaluasi menyeluruh terhadap efektivitas pembelajaran

nanoteknologi kimia dengan menggunakan pendekatan sintesis

nanopartikel perak sebagai bahan praktikum. Dengan melakukan evaluasi,

dapat diidentifikasi potensi perbaikan dan penyesuaian agar pembelajaran

lebih berhasil dan memberikan dampak yang signifikan bagi siswa.


80

DAFTAR PUSTAKA

Adzani, H., & Rini, A. S. (2020). Sifat Optik Nanopartikel Perak (Ag-NPs)
Menggunakan Bioreduktor Ekstrak Kulit Semangka Kuning. Komunikasi
Fisika Indonesia, 17(2), 104. https://doi.org/10.31258/jkfi.17.2.104-107

Aji, N. R. (2016). Pengintegrasian Konteks Nanoteknologi dalam Pembelajaran


Kimia Melalui Contextual Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Siswa. Prosiding Seimnar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri Dan
Informasi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, 199–202.

Akbar, S. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Penerbit Rosdakarya.


Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Alharbi, N. S., Alsubhi, N. S., & Felimban, A. I. (2022). Green synthesis of silver
nanoparticles using medicinal plants: Characterization and application.
Journal of Radiation Research and Applied Sciences, 15(3), 109–124.
https://doi.org/10.1016/j.jrras.2022.06.012

Alvionita, E., Abdurrahman, & Herlina, S. (2019). Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Matematika dengan Model Guided Discovery Learning pada
Materi Barisan dan Deret untuk Siswa Kelas X SMA. Aksiomatik, 7(1), 48–
55.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penenlitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka


Cipta.

Ariyaldi, A., Yunus, M., & Auliah, A. (2020). Pengembangan modul praktikum
berbasis inkuiri terbimbing pada peserta didik kelas XI MIA di SMAN 5
Makassar (Studi pada Materi Pokok Larutan Penyangga). Chemica: Jurnal
Ilmiah Kimia Dan Pendidikan Kimia, 21(2), 207.
https://doi.org/10.35580/chemica.v21i2.17991

Arkadiantika, I., Ramansyah, W., Effindi, M. A., & Dellia, P. (2020).


Pengembangan Media Pembelajaran Virtual Reality Pada Materi Pengenalan
Termination Dan Splicing Fiber Optic. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan
Pembelajaran, 8(1), 29. https://doi.org/10.24269/dpp.v0i0.2298

Arta, A.-L. F., & Irfan, D. (2022). Perancangan media animasi interaktif pada mata
pelajaran penerapan rangkaian elektronika kelas IX Teknik Audio Vidio di
SMKN 1 Sumatera Barat. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4(6), 4500–
4501.
81

Bustanul, A., & Sanusi, I. (2018). Struktur , Bioaktivitas Dan Antioksidan


Flavonoid Structure , Bioactivity and Antioxidan of Flavonoid. 6(1), 21–29.

Coates, J. (2006). Interpretation of Infrared Spectra, A Practical Approach.


Encyclopedia of Analytical Chemistry, 1–23.
https://doi.org/10.1002/9780470027318.a5606

Dhurhania, C. E., & Novianto, A. (2018). Uji Kandungan Fenolik Total dan
Pengaruhnya terhadap Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Bentuk Sediaan
Sarang Semut (Myrmecodia pendens) Crescentiana Emy Dhurhania*, Agil
Novianto. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5(2), 62.

Dwistika, R., & Suparno, S. (2018). Characteristics of Silver Nanoparticles From


Electrolysis Techniques Based on Uv-Vis Spectrophotometer Amd Particle
Size Analyzer (Psa) Test. Jurnal UNY, 399–412.

Ezward, C., Suliansyah, I., Rozen, N., & Dwipa, I. (2020). Identifikasi karakter
Vegetatif Genotipe Padi Lokal Kabupaten Kuantan Singingi. Menara Ilmu,
XIV(02), 12–22.

Fabiani, V. A., Sutanti, F., Silvia, D., & Putri, M. A. (2018). Green Synthesis
Nanopartikel Perak Menggunakan Ekstrak Daun Pucuk Idat (Crtoxylum
glaucum) sebagai Bioreduktor. Indonesian Journal of Pure and Applied
Chemistry, 1(2), 68. https://doi.org/10.26418/indonesian.v1i2.30533

Farhana, H., Maulana, I. T., & Kodir, R. A. (2015). Perbandingan Pengaruh Suhu
dan Waktu Perebusan Terhadap Kandungan Brazilin Pada Kayu Secang
(Caesalpinia Sappan Linn.). Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba, 19–25.

Fatihin, S., Harjono, & Budo Wardana Kusuma, S. (2016). Indonesian Journal of
Chemical Science. Ndonesian Journal of Chemical Science, 5(3), 1–4.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

Fatmalia, E., & Nurhidayatullah. (2020). Pengembangan Modul Praktikum


Laboratorium Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan ( STTL ) Mataram Enida
Fatmalia , Nurhidayatullah Program Studi D-3 Kesehatan Lingkungan ,
Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan ( STTL ) Mataram , Indonesia Corre.
Jurnal Kependidikan, 6(1), 119–125.

Glod-Lendvai, A.-M. (2018). Validation – a brief introduction. GeoPatterns, 3(1),


10–15. https://doi.org/10.5719/geop.3.1/2

Gouëdard, P., Pont, B., & Viennet, R. (2020). Education responses to Covid-19:
82

Implementing a way forward. OECD Education Working Papers, 224.


https://www.oecd-ilibrary.org/education/education-responses-to-covid-19-
implementing-a-way-forward_8e95f977-en

Gregory, R. J. (2015). Psyhological Testing (Seventh Ed). Pearson Edition Limited.

Guanabara, E., Ltda, K., Guanabara, E., & Ltda, K. (n.d.). No Pengembangan
Modul Praktikum Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Bukit Bener Meriah.
Pendidikan Sains Indonesia.

Gurunathan, S., Han, J. W., Park, J. H., & Kim, J. H. (2014). A green chemistry
approach for synthesizing biocompatible gold nanoparticles. Nanoscale
Research Letters, 9(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/1556-276X-9-248

Gusnedi, R. (2013). Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan Kadar Flavonoid


untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Pillar of Physics, 2, 76–83.

Harahap, H. S. (2019). Pengembangan Media Ajar Interaktif Biologi Berbasis


Macromedia Flash Dalam Komputer Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia.
Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus, 5(2), 54–66.
https://doi.org/10.36987/jpbn.v5i2.1356

Harbone, J, B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganlisa


Tumbuhan (Edisi kedu). ITB.

Hikmawati, H., Sahidu, C., Kosim, K., Sutrio, S., & Gunawan, G. (2020). Tahap
Define dalam Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis STEM untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa. Kappa
Journal, 4(2), 149–157. https://doi.org/10.29408/kpj.v4i2.2666

Hohakay, J. J., Pontoh, J., & Yudistira, A. (2019). Pengaruh Metode Pengeringan
Terhadap Kadar Flavonoid Daun Sesewanua (Clerodendron squamatum
Vahl.). Pharmacon, 8(3), 748. https://doi.org/10.35799/pha.8.2019.29401

Jain, S., & Mehata, M. S. (2017). Medicinal Plant Leaf Extract and Pure Flavonoid
Mediated Green Synthesis of Silver Nanoparticles and their Enhanced
Antibacterial Property. Scientific Reports, 7(1).
https://doi.org/10.1038/s41598-017-15724-8

Jannah, R. (2017). Learning dengan Menggunakan Adobe Flash Cs 6 Siswa Kelas


XI MAN 2 Padang. Natural Science Jornal, 3(2), 429–437.
83

Jumini, S. (2017). Nanoteknologi manivestasi nanoscience s. 199–206.

Karamac´, M., Kosin´ska, a, Rybarczyk, a, & Amarowicz, R. (2007). Extraction


and chromatographic separation of tannin fractions from tannin-rich plant
material. Polish Journal of Food and Nutrition Sciences, 57(4), 471–474.

Kartini, K. S., & Putra, I. N. T. A. (2020). Respon Siswa Terhadap Pengembangan


Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Android. Jurnal Pendidikan Kimia
Indonesia, 4(1), 12. https://doi.org/10.23887/jpk.v4i1.24981

Khabib Bastari. (2021). 430-Article Text-1628-1-10-20210830. Inovasi Riset


Akademik, Vol.1(1), 68–77.

Kharin, A. Y. (2020). Deep learning for scanning electron microscopy: Synthetic


data for the nanoparticles detection. Ultramicroscopy, 219, 113125.
https://doi.org/10.1016/j.ultramic.2020.113125

Maharani, D., Mahmudin, L., & Iqbal, I. (2019). Pengaruh Konsentrasi Zat
Pereduksi Trinatrium Sitrat (Na3c6h5o7) Terhadap Sifat Optik Nanopartikel
Perak. Gravitasi, 17(2). https://doi.org/10.22487/gravitasi.v17i2.12421

Marisa, M. (2021). Inovasi Kurikulum “Merdeka Belajar” di Era Society 5.0.


Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidiikan Dan Humaniora), 5(1), 72.
https://doi.org/10.36526/js.v3i2.e-ISSN

Mayangsari, D., Santoso, R. S., & Publik, J. A. (2013). Oleh : Universitas


Diponegoro.

Mita, R. (2015). Wawancara Sebuah Interaksi Komunikasi Dalam Penelitian


Kualitatif. In Jurnal Ilmu Budaya (Vol. 2, p. 9).
https://media.neliti.com/media/publications/100164-ID-wawancara-sebuah-
interaksi-komunikasi-da.pdf

Nalawati, A. N., Suyatma, N. E., & Wardhana, D. I. (2021). Sintesis Nanopartikel


Perak (NPAg) dengan Bioreduktor Ekstrak Biji Jarak Pagar dan Kajian
Aktivitas Antibakterinya. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, 32(1), 98–
106. https://doi.org/10.6066/jtip.2021.32.2.98

Natarajan, K., Selvaraj, S., & Murty, V. R. (2010). Microbial production of silver
nanoparticles. Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures, 5(1), 135–
140.

Nugraha, T. S. (2022). Inovasi Kurikulum. 250–261.


84

Nurzila, N. (2022). Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar Perlu Strategi


Tepatguna. Jurnal Literasiologi, 8(4), 89–98.
https://doi.org/10.47783/literasiologi.v8i4.397

Oliveira, R. N., Mancini, M. C., de Oliveira, F. C. S., Passos, T. M., Quilty, B.,
Thiré, R. M. da S. M., & McGuinness, G. B. (2016). Análise por FTIR e
quantificação de fenóis e flavonóides de cinco produtos naturais disponíveis
comercialmente utilizados no tratamento de feridas. Revista Materia, 21(3),
767–779. https://doi.org/10.1590/S1517-707620160003.0072

Prasetiyo, K. W. (2020). APLIKASI NANOTEKNOLOGI DALAM INDUSTRI


HASIL HUTAN (Application Of Nanotechnology In Forest Products
Industry). Jurnal Akar, 9(1), 13–24. https://doi.org/10.36985/jar.v9i1.189

Prasetyo, E. B., & Cahyaka, H. W. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Savi


Menggunakan Media Maket Pada Mata Pelajaran Menggambar Konstruksi
Atap di Kelas XII-TGB 2 SMK Negeri Kudu. Jurnal Kajian Pendidikan
Teknik Bangunan, 2(2), 161–167.

Pratiwi, R. A., & Nandiyanto, A. B. D. (2022). How to Read and Interpret UV-VIS
Spectrophotometric Results in Determining the Structure of Chemical
Compounds. Indonesian Journal of Educational Research and Technology,
2(1), 1–20. https://doi.org/10.17509/ijert.v2i1.35171

Prawiyogi, A. G., Sadiah, T. L., Purwanugraha, A., & Elisa, P. N. (2021).


Penggunaan Media Big Book untuk Menumbuhkan Minat Membaca di
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(1), 446–452.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i1.787

Proklamasiningsih, E., Budisantoso, I., & Maula, I. (2019). Pertumbuhan dan


Kandungan Polifenol Tanaman Katuk (Sauropus androgynus (L.) pada Media
Tanam Media Tanam dengan Pemberian Asam Humat. (Sauropus androgynus
(L.) Merr). Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 12(1), 96–102.
https://doi.org/10.15408/kauniyah.v12i1.8972

Purwanto, N. (2019). Variabel Dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Teknodik,


6115, 196–215. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554

Putri, N. K., Yuberti, Y., & Hasanah, U. (2021). Pengembangan media


pembelajaran berbasis web google sites materi hukum Newton pada gerak
benda. Physics and Science Education Journal (PSEJ), 1, 133–143.
https://doi.org/10.30631/psej.v1i3.1033

Rahayu, R., & Ismawati, R. (2022). Jurnal Pendidikan MIPA. Jurnal Pendidikan
85

MIPA, 12(September), 682–689.

Raval, N., Maheshwari, R., Kalyane, D., Youngren-Ortiz, S. R., Chougule, M. B.,
& Tekade, R. K. (2018). Importance of physicochemical characterization of
nanoparticles in pharmaceutical product development. In Basic Fundamentals
of Drug Delivery. Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-817909-
3.00010-8

Retnawati, H. (2016). Analisis Kuantitatif Instrumen Penelitian. Parama


Publishing.

Rizki, R. A., & Fahkrunisa, L. (2022). Evaluation of Implementation of


Independent Curriculum. Journal of Curriculum and Pedagogic Studies
(JCPS), 1(4), 32–41. https://e-journal.lp2m.uinjambi.ac.id/ojp/index.php/jcps

Rosmalinda, D., Rusdi, M., & Hariyadi, B. (2014). Pengembangan Modul


Praktikum Kimia SMA Berbasis PBL(Problem Based Learning). Edu-Sains:
Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2(2).
https://doi.org/10.22437/jmpmipa.v2i2.1666

Sa’idah, N., & Yulistianti, H. D. (2018). Pengembangan Modul Praktikum Berbasis


Analisis Data Pada Mata Kuliah Statistik Dalam Meningkatkan Belajar
Mandiri Mahasiswa. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 9(2), 198–
203. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/16776

Sanjiwani, N. M. S., Paramitha, D. A. I., Chandra, A. A., Ariawan, I. M. D.,


Megawati, F., Dewi, T. W. N., Miarati, P. A. M., & Sudiarsa, I. W. (2020).
Pembuatan Hair Tonic Berbahan Dasar Lidah Buaya Dananalisis Dengan
Fourier Transform Infrared. Jurnal Widyadari, 21(1), 249–262.
https://doi.org/10.5281/zenodo.3756902

Sari, N. W., & Fajri, M. Y. (2018). Analisis Fitokimia dan Gugus Fungsi Dari
Ekstrak Etanol Pisang Goroho Merah (Musa Acuminate (L)). Indonesian
Journal of Biotechnology and Biodiversity, 2(1), 30–34.

Sari, P. I., Firdaus, M. L., & Elvia, R. (2017). PEMBUATAN NANOPARTIKEL


PERAK (NPP) DENGAN BIOREDUKTOR EKSTRAK BUAH Muntingia
calabura L UNTUK ANALISIS LOGAM MERKURI. Alotrop, 1(1), 20–26.
https://doi.org/10.33369/atp.v1i1.2708

Sariwati, A., Fitri, I., Purnomo, A. S., & Fatmawati, S. (2019). Phytochemical,
antibacterial and antioxidant activities of anthurium hookerii leaves extracts.
HAYATI Journal of Biosciences, 26(3), 101–109.
https://doi.org/10.4308/hjb.26.3.101
86

Shabrina, N., Darmadi, D., & Sari, R. (2020). Pengaruh Motivasi dan Stres Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan CV. Muslim Galeri Indonesia. Jurnal Madani:
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Dan Humaniora, 3(2), 164–173.
https://doi.org/10.33753/madani.v3i2.108

Singh, A., Suki, M., Sharma, R., & Ingle, P. (2020). Applications of
Nanotechnology: A Review. International Journal of Advanced Research in
Chemical Science, 7(2), 16–32. https://doi.org/10.20431/2349-0403.0702004

Siregar, R., & Harahap, H. S. (2021). Penggunaan Modul Pembelajaran Biologi


Berbasis Android Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Pada Materi
Sistem Koordinasi Pada Kelas XI IPA Di Mas Islamiah Kotapinang. 16870–
16880.

Solomon, S. D., Bahadory, M., Jeyarajasingam, A. V., Rutkowsky, S. A., Boritz,


C., & Mulfinger, L. (2007). Synthesis and study of silver nanoparticles.
Journal of Chemical Education, 84(2), 322–325.
https://doi.org/10.1021/ed084p322

Sudjana, E. (2002). KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS LOGAM


TRANSISI Cr , Mn , DAN Ag DENGAN GLISIN MELALUI. Bonatura, 4(2),
69–86.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D. Alfabeta.

Susanti, Ramadahni, F., Soraya, M., & Afriani, F. (2021). Potensi Green-synthesis
Nanopartikel Perak Berbasis Bahan Floral Di Indonesia: Sebuah Review.
Proceedings of …, 174–176.

Taba, P., Parmitha, N. Y., & Kasim, S. (2019). Sintesis Nanopartikel Perak
Menggunakan Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) Sebagai
Bioreduktor Dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antioksidan. Indo. J. Chem. Res.,
7(1), 51–60. https://doi.org/10.30598//ijcr.2019.7-ptb

Thiagarajan, Semmel., S., & Semmel., D. (1974). Instructional Development for


Training Teacher of Exceotional Children. University of Minnesota.

Wijaya, H., Novitasari, & Jubaidah, S. (2018). Perbandingan Metode Ekstraksi


Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Rambui Laut (Sonneratia caseolaris L.
Engl). Jurnal Ilmiah Manuntung, 4(1), 79–83.

Yunus, A., Danial, M., & Muharram, M. (2022). Pengembangan E-Modul Berbasis
Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Hasil
87

Belajar Peserta Didik pada Materi Koloid. Chemistry Education Review


(CER), 5(2), 188. https://doi.org/10.26858/cer.v5i2.32728

Zhang, X. F., Liu, Z. G., Shen, W., & Gurunathan, S. (2016). Silver nanoparticles:
Synthesis, characterization, properties, applications, and therapeutic
approaches. International Journal of Molecular Sciences, 17(9).
https://doi.org/10.3390/ijms1709153
88

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar wawancara


Lembar Wawancara Guru
Narasumber:
Tanggal:
NO Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu guru
mengenai penerapan kurikulum merdeka
di sekolah Bapak/Ibu?
2 Apa perbedaan yang Bapak dan Ibu
rasakan pada penerapan kurikulum
merdeka yang diterapkan saat ini?
3 Apa kesulitan yang Bapak/Ibu guru alami
pada pelaksanaan pembelajaran
menggunakan kurikulum merdeka?
4 Bagaimana respon peserta didik terkait
penerapan pembelajaran menggunakan
kurikulum merdeka?
5 Pada materi kimia kelas X di dalam
kurikulum merdeka, tentunya terdapat
materi Nanoteknologi. Apa yang
Bapak/Ibu ketahui tentang materi
Nanoteknologi?
6 Apa kesulitan yang Bapak/Ibu guru alami
dalam penyampaian materi pembelajaran
Nanoteknologi?
7 Menurut pendapat Bapak/ Ibu guru,
apakah diperlukan media dalam
penyampaian materi Nanoteknologi?
8 Dalam menyampaikan materi
Nanoteknologi apakah Bapak/Ibu guru
sudah menggunakan media? Jika, iya
media apa yang Bapak/Ibu guru gunakan?
9 Bagaimana respon peserta didik terkait
materi pembelajaran Nanoteknologi?
10 Apakah Bapak/Ibu guru merencanakan
praktikum pada materi Nanoteknologi?
Jika, iya praktikum seperti apa yang akan
Bapak/Ibu laksanakan?
11 Apa kesulitan Bapak/Ibu guru ketika
menyusun praktikum pada materi
Nanoteknologi?

88
89

Lampiran 2. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Ekstrak Anthurium


bipinnatifidum menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
90

Lampiran 3. Kurva Serapan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum


menggunakan FTIR
91

Lampiran 4. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Ekstrak AgNPs Optimasi Waktu


92

Lampiran 5. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Ekstrak AgNPs Optimasi Volume


93

Lampiran 6. Kurva Perbandingan Spektrofotometer UV-Vis Ekstrak vs AgNPs vs AgNO3


94

Lampiran 7. Kurva Perbandingan FTIR Ekstrak vs AgNPs


95

Lampiran 8. Perangkat Pembelajaran Materi Nanoteknologi

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA


Indikator FASE E
Capaian Pembelajaran per Pada akhir kelas 10, peserta didik memiliki respon isu-isu global dan berperan aktif dalam memberikan
Tahun penyelesaian masalah. Kemampuan tersebut antara lain mengidentifikasi mengajukan gagasan,
merancang solusi, mengambil keputusan, dan mengkomunikasi dalam projek sederhana atau simulasi
visual menggunakan aplikasi teknologi yang tersedia terkait dengan energi alternatif, pemanasan
global, pencemaran lingkungan, nanoteknologi, bioteknologi kimia dalam kehidupan sehari-hari,
pemanfaatan limbah dan bahan alam, pandemi akibat infeksi virus. Semua upaya tersebut diarahkan
pada pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Developments Goals). Melalui
pengembangan sejumlah pengetahuan tersebut dibangun pula berakhlak mulia dan sikap ilmiah seperti
jujur, objektif, bernalar kritis, kreatif, mandiri, inovatif, bergotong royong, dan berbhenika global.
Rasional Alur tujuan pembelajaran ini dibuat dengan mendasari pengertian siswa terhadap perubahan kimia
yang merupakan esensi dari pembelajaran kimi bahwasanya dasar ilmu kimia adalah perubahan materi
berdasarkan struktur ikatan kimia (reaksi kimia). Setelah siswa memahami betul dan mengaitkan ilmu
kimia dengan kesehariannya. Siswa dibawa ke konsep yang lebih abstrak yaitu dengan mengetahui
struktur atom serta melihat bagaimana pentingnya memahami hukum-hukum dasar kimia yang dapat
diaplikasikan ke dalam perhitungan-perhitungan kimia
96

Alur Tujuan Pembelajaran 10.12 Menganalisis konsep pemanfaatan struktur atom dalam skala nano yang bisa diaplikasikan
dalam pembuatan nanoteknologi seperti polimer ataupun motor molekul
Tujuan Pembelajaran 10.12.1 Peserta didik mampu melakukan ekstraksi senyawa kimia yang terkandung dalam Anthurium
bipinnatifidum yang berpotensi sebagai bioreduktor
10.12.2 Peserta didik mampu menganalisis dan menyajikan data hasil ekstraksi dalam Anthurium
bipinnatifidum
10.12.3 Peserta didik mampu melaksanakan praktikum sintesis nanopartikel perak (AgNPs) dengan
menggunakan bioreduktor
10.12.4 Peserta didik mampu mengkarakterisasi dan menyajikan hasil praktikum sintesis nanopartikel
perak (AgNPs) dengan menggunakan bioreduktor
Kegiatan Pembelajaran Mengamati Menanya Mengumpulkan Mengasosiasikan Mengkomunikasikan
• Membaca • Menyusun Data • Membuat peta • mengkomunikasikan
materi konsep pertanyaan • Melakukan konsep sesuai hasil informasi
pemanfaatan terkait konsep praktikum dengan informasi dalam bentuk
struktur atom pemanfaatan sintesis yang didapatkan. presentasi peta
dalam skala struktur atom nanopartikel • mengolah data konsep yang telah
nano yang dalam skala perak dengan dan disusun.
bisa nano yang bioreduktor menyimpulkan • mengkomunikasikan
diaplikasikan bisa alam ekstrak hasil percobaan hasil praktikum
dalam diaplikasikan daun sintesis dalam bentuk
pembuatan dalam Anthurium nanopartikel laporan tertulis.
nanoteknologi pembuatan bipinnatifidum perak dengan
seperti nanoteknologi bioreduktor alam
97

polimer seperti • Melakukan ekstrak daun


ataupun motor polimer preparasi Anthurium
molekul. ataupun motor sampel dan bipinnatifidum.
molekul. ekstraksi
• Apa saja Anthurium
metode bipinnatifidum.
sintesis • Melakukan
nanopartikel karakteristik
yang ada. ekstrak
• Apa tanaman Anthurium
yang memiliki bipinnatifidum.
kandungan • Melakukan
flavonoid sintesis
yang nanopartikel
digunakan perak dengan
sintesis ekstrak daun
nanopartikel. Anthurium
bipinnatifidum.
• Melakukan
karakterisasi
nanopartikel
perak yang
terbentuk dari
bioreduktor.
98

Penilaian Pembelajaran Tugas


• Membuat peta konsep
Observasi
• Sikap ilmiah ketika eksperimen
Portofolio
• Peta konsep
• Pertanyaan pascapraktik
• Laporan hasil eksperimen
Penilaian Harian
• Penilaian harian materi nanoteknologi
Rekomendasi Alokasi Waktu 4 JP
Kata/frasa kunci Anthurium bipinnatifidum, Bioreduktor, Ekstraksi, Nanoteknologi
Profil Pelajar Pancasila Peserta didik menjadi pribadi yang mampu bernalar kritis (memproses informasi, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran) kreatif (menghasilkan gagasan yang orisinil), bergotong royong (kemampuan
bekerja sama dengan orang lain) dan beriman, bertakwa kepada Tuhan YME (menjaga lingkungan dan
memahami keterhubungan ekosistem bumi).
Glosarium Nanoteknologi: ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional, maupun piranti
dalam skala nanometer.
99

Modul Aja Kimia Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Anthurium


bipinnatifidum sebagai Bioreduktor

A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Kadek Erland Purba Ipung
Satuan Pendidikan : SMAN 1 Anugrah
Topik : Menganalisis konsep pemanfaatan struktur atom dalam
skala nano yang bisa di aplikasikan dalam pembuattan
nanoteknologi seperti polimer ataupun motor molekul
Kelas/Fase :X/Fase E
Alokasi Waktu : 4 JP
B. DESKRIPSI UMUM
Dalam modul ini, terdapat penjelasan mengenai ekstraksi, karakterisasi dan
sintesis nanopartikel menggunakan tanaman yang ada di sekitar. Oleh karena itu
dengan adanya modul ini, diharapkan pembelajaran berjalan secara runtut dan
jelas. Selain itu peserta didik mendapatkan makna dan signifikansi
nanoteknologi dalam kehidupan sehari-hari.
C. KOMPETENSI AWAL
Sebelum mempelajari materi ini, diharapkan bahwa peserta didik memiliki
pengetahuan tentang nama dan simbol unsur kimia, komponen penyusun unsur,
molekul, senyawa, dan campuran sebagai persyaratan awal.
D. PROFIL PELAJAR PANCASILA
Setelah penyusunan modul ini, diharapkan peserta didik menjadi pelajar yang
memiliki iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kemampuan berpikir
kritis, mampu mandiri dalam belajar, berkebinekaan global, bergotong royong
dan kreatif.
E. SARANA DAN PRASARANA
1. Buku, Laptop, HP, Proyektor papan tulis, spidol dan modul praktikum sintesis
nanopartikel perak dengan bioreduktor ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum,
Spektrofotometer UV-Visible, Fourier Transform Infrared (FTIR), Scanning
Electron Microscopy (SEM), alat-alat di dalam laboratorium.
100

F. TARGET PESERTA DIDIK


Peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan modul cetak
G. MODEL PEMBELAJARAN
Discovery learning
KOMPETENSI INTI

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Elemen Capaian Pembelajaran
Pemahaman Kimia Pada akhir kelas 10, peserta didik memiliki respon isu-
isu global dan berperan aktif dalam memberikan
penyelesaian masalah. Kemampuan tersebut antara lain
mengidentifikasi mengajukan gagasan, merancang
solusi, mengambil keputusan, dan mengkomunikasi
dalam projek sederhana atau simulasi visual
menggunakan aplikasi teknologi yang tersedia terkait
dengan energi alternatif, pemanasan global,
pencemaran lingkungan, nanoteknologi, bioteknologi
kimia dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan
limbah dan bahan alam, pandemi akibat infeksi virus.
Semua upaya tersebut diarahkan pada pencapaian
tujuan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable
Developments Goals). Melalui pengembangan
sejumlah pengetahuan tersebut dibangun pula
berakhlak mulia dan sikap ilmiah seperti jujur, objektif,
bernalar kritis, kreatif, mandiri, inovatif, bergotong
royong, dan berbhineka global.

B. ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN


10.12. Menganalisis konsep pemanfaatan struktur atom dalam skala nano yang
bisa di aplikasikan dalam pembuatan nanoteknologi seperti polimer
ataupun motor molekul
101

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
10.12.1 Peserta didik mampu melakukan ekstraksi senyawa kimia yang
terkandung dalam Anthurium bipinnatifidum yang berpotensi sebagai
bioreduktor.
10.12.2 Peserta didik mampu menganalisis dan menyajikan data hasil ekstraksi
dalam Anthurium bipinnatifidum.
10.12.3 Peserta didik mampu melaksanakan praktikum sintesis nanopartikel
perak(AgNPs) dengan menggunakan bioreduktor.
10.12.4 Peserta didik mampu melakukan karakterisasi dan menyajikan hasil
praktikum sintesis nanopartikel perak (AgNPs) dengan bioreduktor.
D. PEMAHAMAN BERMAKNA
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, peserta didik akan memperoleh
pemahaman tentang pengertian, cara pembuatan dan karakterisasi dari
nanoteknologi. Setelah menyelesaikan pembelajaran ini peserta didik akan
memperoleh pemahaman tentang pengertian, cara pembuatan, karakteristik dari
nanomaterial serta manfaat dan pentingnya nanoteknologi. Selain itu, peserta
didik juga akan menyadari manfaat tanaman yang berada sekitar kita.
E. PERTANYAANAN TEMATIK
A. Senyawa kimia apa yang ada pada ekstrak daun Anthurium bipinnatifidum
yang berguna sebagai bioreduktor dalam sintesis nanopartikel perak?
B. Bagaimana karakteristik dari nanopartikel yang terbentuk?
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
➢ Pertemuan 1
Nilai-Nilai Estimasi
No. Tahapan Kegiatan
Karakter Waktu
1 Pendahuluan Orientasi Religius 10 Menit
1. Salam pembuka. dan rasa
2. Peserta didik berdoa ingin tahu
sebelum pembelajaran
dimulai.
3. Guru mengecek kehadiran
peserta didik
Apersepsi
4. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.
102

Nilai-Nilai Estimasi
No. Tahapan Kegiatan
Karakter Waktu
5. Guru memberikan apersepsi
dan motivasi kepada peserta
didik.
6. Guru membagi peserta didik
menjadi 5 kelompok yang
sesuai dengan karakteristik
peserta didik

2 Bagian inti Mengamati Rasa ingin 70 menit


1. Guru mengajak masing- tahu,
masing kelompok untuk bekerja
membaca materi terkait sama
nanoteknologi
Menanya
2. Guru memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
bertanya terkait materi
yang telah dibaca.
3. Guru memberikan
pertanyaan “Apakah ada
tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai
bioreduktor dalam sintesis
nanopartikel perak?”
4. Peserta didik menjawab
pertanyaanan yang
disampaikan guru.
Mengumpulkan data
5. Guru membagikan modul
praktikum sintesis
nanopartikel perak dengan
bioreduktor kepada
masing-masing kelompok
6. Sebelum praktikum
peserta didik terlebih
dahulu membaca kembali
mengenai nanoteknologi
dari berbagai sumber.
7. Melakukan praktikum
sintesis nanopartikel perak
dengan bioreduktor.
8. Peserta didik
menyelesaikan praktikum
sintesis nanopartikel perak
dengan bioreduktor.
103

Nilai-Nilai Estimasi
No. Tahapan Kegiatan
Karakter Waktu
9. Peserta didik menjawab
pertanyaanan pasca
praktek
Mengasosiasikan
10. Peserta didik
mengolah data dan
menyimpulkan hasil
percobaan sintesis
nanopartikel perak dengan
bioreduktor dari ekstrak
daun Anthurium
bipinnatifidum.
Mengkomunikasikan
11. Peserta didik
mengkomunikasikan hasil
pembelajaran pada hari ini

3 Kegiatan 1. Guru memberikan evaluasi Religius 10 menit


Penutup lisan kepada peserta didik
2. Guru memotivasi peserta
didik menanyakan terkait
langkah apa yang belum
dipahami pada saat
praktikum.
3. sebelum pulang guru
mengajak peserta didik
berdoa terlebih dahulu.

➢ Pertemuan 2
Nilai-Nilai Estimasi
No. Tahapan Kegiatan
Karakter Waktu
1 Pendahuluan Orientasi Religius 10 menit
1. Salam pembuka. dan rasa
2. Peserta didik berdoa ingin tahu
sebelum pembelajaran
dimulai.
3. Guru mengecek kehadiran
peserta didik
Apersepsi
4. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran adalah
“mempresentasikan
laporan praktikum.
104

Nilai-Nilai Estimasi
No. Tahapan Kegiatan
Karakter Waktu
5. Guru memberikan
apersepsi dengan mengajak
siswa mengingat
pembelajaran minggu lalu.
6. Guru mempersilahkan pada
masing-masing kelompok
untuk mempersiapkan
laporan yang akan
dipresentasikan

2 Bagian inti Mengamati, Menanya, Rasa ingin 70 menit


Mengumpulkan data, tahu
mengasosiasikan dan
mengkomunikasikan
1. Masing-masing
kelompok
mempresentasikan
laporan praktikum yang
sudah dibuat
2. Kelompok yang tidak
melakukan presentasi di
perbolehkan untuk
bertanya terkait presentasi
yang dilakukan.
3 Penutup 1. Guru memberikan Religius 10 menit
penjelasan kembali terkait dan rasa
jawaban yang belum tepat ingin tahu
2. Guru memotivasi peserta
didik menanyakan terkait
hal apa yang belum
dipahami terkait
praktikum tersebut.
3. sebelum pulang guru
mengajak peserta didik
berdoa terlebih dahulu.

F. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


1. Pengayaan
Peserta didik yang telah mencapai Kompetensi Keahlian Tertinggi (KKTP)
dapat mendapatkan program pengayaan, seperti meningkatkan tingkat
kesulitan soal yang sebelumnya telah diberikan.
2. Remedial
105

Setelah semua pembelajaran selesai, guru akan melakukan pengecekan


terhadap pencapaian peserta didik. Jika peserta didik belum mencapai
Kompetensi Keahlian Tertinggi (KKTP), maka perlu dilakukan sesi remedial.
Misalnya, peserta didik akan diminta untuk mengerjakan kembali soal-soal
yang ada pada tes formatif sebagai bagian dari sesi remedial.
G. REFLEKSI
Peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi guna
mengevaluasi pemahaman mereka terhadap pembelajaran yang telah
disampaikan. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan yang telah
dikuasai dan yang belum sepenuhnya dikuasai oleh peserta didik. Dengan
demikian, intervensi yang tepat dapat diberikan dalam pembelajaran selanjutnya
untuk membantu peserta didik dalam mengatasi kekurangan atau kesulitan yang
mereka hadapi.
106

LAMPIRAN 1. Bahan Bacaan


Nanoteknologi adalah bidang ilmu dan teknologi yang berfokus pada
manipulasi dan pengendalian materi pada skala nanometer. Skala nanometer
mencakup ukuran partikel dan struktur material yang sangat kecil, dengan ukuran
antara 1 hingga 100 nanometer (1 nanometer setara dengan 1 miliar bagian dari satu
meter).
Sejarah penemuan nanoteknologi memiliki beberapa tonggak penting yang
mencerminkan perkembangan konsep dan teknologi pada skala nanometer. Berikut
adalah beberapa momen penting dalam sejarah penemuan nanoteknologi:
1. 1959: Richard Feynman - Pada pidato berjudul "There's Plenty of Room at the
Bottom", fisikawan terkenal Richard Feynman mengusulkan kemungkinan
manipulasi dan pengendalian materi pada skala atom dan molekul. Pidato ini
dianggap sebagai tonggak awal dalam konsep nanoteknologi.
2. 1981: Gerd Binnig dan Heinrich Rohrer - Mereka mengembangkan mikroskop
scanning tunneling (STM), yang memungkinkan pengamatan dan manipulasi
struktur atom pada skala nanometer. STM memungkinkan peneliti untuk melihat
dan memanipulasi materi pada tingkat atom.
3. 1985: Harry Kroto, Richard Smalley, dan Robert Curl - Mereka mengumumkan
penemuan buckminsterfullerene (C60), juga dikenal sebagai "buckyball".
Buckyball adalah molekul bola karbon yang terdiri dari 60 atom karbon yang
tersusun dalam pola heksagonal dan pentagonal. Penemuan ini menjadi langkah
awal dalam pengenalan nanomaterial dan struktur molekuler pada skala nanometer.
4. 1991: Sumio Iijima - Iijima berhasil membuat dan mengkarakterisasi nanotube
karbon, struktur tabung berbentuk silinder yang terdiri dari karbon dengan diameter
nanometer. Penemuan ini membuka jalan bagi penelitian dan aplikasi lebih lanjut
dalam bidang nanoteknologi.
5. 1999: Eric Drexler - Dalam bukunya "Engines of Creation", Drexler
memperkenalkan konsep nanorobotika dan memvisualisasikan kemungkinan dalam
pembangunan mesin dan perangkat pada skala nanometer. Konsep ini mengilhami
penelitian lebih lanjut dalam bidang nanorobotika dan manufaktur nanoskala.
6. 2000-an: Pengembangan dan Aplikasi Nanoteknologi - Pada tahun 2000-an,
penelitian dan pengembangan nanoteknologi semakin pesat. Pengembangan
107

nanomaterial, seperti nanopartikel, nanowire, dan quantum dot, telah


memungkinkan aplikasi baru dalam bidang seperti elektronika, kedokteran, energi,
dan lingkungan.
Sejak itu, penelitian dan perkembangan nanoteknologi terus berlanjut,
dengan penemuan dan inovasi baru yang terus muncul. Nanoteknologi telah
menjadi bidang yang luas dan berpotensi memberikan dampak besar di berbagai
sektor kehidupan manusia.
Nanoteknologi telah memberikan manfaat yang signifikan dalam berbagai
bidang. Berikut adalah beberapa contoh manfaat nanoteknologi dalam berbagai
bidang:

1. Elektronika: Nanoteknologi telah menghasilkan perangkat elektronik yang lebih


kecil, lebih cepat, dan lebih efisien. Transistor nanoskala, sirkuit terpadu nanoskala,
dan perangkat memori nanoskala telah memungkinkan kemajuan dalam komputasi,
komunikasi, dan perangkat mobile.
2. Kedokteran: Nanoteknologi telah menghadirkan inovasi dalam diagnosis,
pengobatan, dan terapi penyakit. Nanopartikel obat digunakan untuk pengiriman
obat yang lebih spesifik dan efisien, sensor nanoskala digunakan untuk mendeteksi
penyakit, dan alat medis nanoskala digunakan untuk intervensi dan pemulihan yang
lebih presisi.
3. Energi: Nanoteknologi memainkan peran penting dalam pengembangan energi
terbarukan dan penyimpanan energi. Sel surya nanoskala yang lebih efisien, bahan
baterai nanoskala dengan kapasitas tinggi, dan material untuk konversi energi yang
lebih efisien telah mempercepat kemajuan dalam bidang energi bersih.
Selain itu, nanoteknologi juga berperan dalam bidang seperti pertanian,
tekstil, tata ruang, dan keamanan. Dengan terus berkembangnya penelitian dan
pengembangan dalam nanoteknologi, diharapkan manfaatnya akan terus
berkembang dan memiliki dampak yang semakin besar dalam berbagai aspek
kehidupan manusia.

LAMPIRAN 2. Modul praktikum


108

Kisi-Kisi Butir Soal Pertanyaan Pascapraktik Modul Praktikum Sintesis


Nanopartikel dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor

Satuan Pendidikan : SMA


Kelas / Semester : X/1
Mata Pelajaran : Kimia
Capaian Pembelajaran (CP) : Pada akhir kelas 10, peserta didik memiliki
respon isu-isu global dan berperan aktif dalam memberikan penyelesaian masalah.
Kemampuan tersebut antara lain mengidentifikasi mengajukan gagasan, merancang
solusi, mengambil keputusan, dan mengkomunikasi dalam projek sederhana atau
simulasi visual menggunakan aplikasi teknologi yang tersedia terkait dengan energi
alternatif, pemanasan global, pencemaran lingkungan, nanoteknologi, bioteknologi
kimia dalam kehidupan sehari-hari, pemanfaatan limbah dan bahan alam, pandemi
akibat infeksi virus. Semua upaya tersebut diarahkan pada pencapaian tujuan
pembangunan yang berkelanjutan (Sustainble Developments Goals). Melalui
pengembangan sejumlah pengetahuan tersebut dibangun pula berakhlak mulia dan
sikap ilmiah seperti jujur, objektif, bernalar kritis, kreatif, mandiri, inovatif,
bergotong royong, dan kebhinekaan global.

Alur Tujuan Pembelajaran (ATP):


10.12 Menganalisis konsep pemanfaatan struktur atom dalam skala nano yang bisa
diaplikasikan dalam pembuatan nanoteknologi seperti polimer ataupun motor
molekul

Tujuan Pembelajaran (TP) :


10.12.1 Peserta didik mampu melakukan ekstraksi senyawa kimia yang terkandung
dalam Anthurium bipinnatifidum yang berpotensi sebagai bioreduktor
10.12.2 Peserta didik mampu menganalisis dan menyajikan data hasil ekstraksi
dalam Anthurium bipinnatifidum
10.12.3 peserta didik mampu melaksanakan praktikum sintesis nanopartikel perak
(AgNPs) dengan menggunakan bioreduktor
10.12.4 peserta didik mampu mengkarakterisasi dan menyajikan hasil sintesis
nanopartikel perak (AgNPs) dengan menggunakan bioreduktor
109

No Alur Tujuan Tujuan Soal Kunci Level Σ Nomor Skor Maksimal Pedoman
Pembelajaran Pembelajaran Jawaban kognitif Butir Soal Penskoran
(ATP) (TP) yang Soal
diukur
BAGIAN 1: Preparasi Sampel dan Ekstraksi Anthurium bipinnatifidum
1 10.12.1 Peserta Bagaimana Perubahan C4 1 1 1,5 0: Peserta didik
10.12 didik mampu perubahan warna warna yang tidak menjawab
Menganalisis melakukan larutan, sebelum terjadi, sebelum atau
konsep ekstraksi senyawa dan sesudah dilakukan mengosongkan
pemanfaatan kimia yang proses pemanasan lembar jawaban
struktur atom terkandung dalam pemanasan? larutan 0,75: peserta didik
dalam skala Anthurium Mengapa berwarna hijau memberikan
nano yang bisa bipinnatifidum perubahan pekat, jawaban dengan
diaplikasikan yang berpotensi tersebut terjadi? sementara cukup benar tetapi
dalam sebagai setelah kurang lengkap
pembuatan bioreduktor dilakukannya 1,5: Peserta didik
nanoteknologi pemanasan memberikan
seperti polimer larutan berubah jawaban dengan
ataupun motor menjadi warna lengkap dan benar
molekul hijau tentang perubahan
kekuningan atau warna yang
tingkat terjadi. Perubahan
kepekatanya warna yang terjadi
berkurang. sebelum
pemanasan yakni
dari warna hijau
pekat, setelah
dilakukan
pemanasan
menjadi warna
hijau kekuningan
110

No Alur Tujuan Tujuan Soal Kunci Level Σ Nomor Skor Maksimal Pedoman
Pembelajaran Pembelajaran Jawaban kognitif Butir Soal Penskoran
(ATP) (TP) yang Soal
diukur
2 Jika pemanasan Jika suhu dan 0: Peserta didik
dilakukan pada waktu yang C5 1 2 1,5 tidak menjawab
suhu lebih dari 60 digunakan pada atau
o
C dalam jangka proses ekstrak mengosongkan
waktu yang lebih lebih dari 60 oC lembar jawaban
lama (>15 menit) dan 15 menit 0,75: peserta didik
kemungkinan apa dikhawatirkan memberikan
yang terjadi? sampel akan jawaban dengan
rusak dan cukup benar tetapi
kandungan kurang lengkap
flavonoid yang 1,5: Peserta didik
dimiliki sampel memberikan
hilang jawaban dengan
lengkap dan benar
tentang pelakuan
suhu yang
berlebih akan
menyebabkan
sampel rusak dan
kandungan
flavonoid yang
dimiliki sampel
akan hilang
BAGIAN 2: Karakterisasi Ekstrak Anthurium bipinnatifidum

3 10.12.2 Peserta Berapa λ max λ max flavonoid C4 1 1 1,5 0: Peserta didik


didik mampu yang dimiliki yang dimiliki tidak menjawab
menganalisis dan flavonoid pada ekstrak daun atau
menyajikan data ekstrak daun Anthurium mengosongkan
hasil ekstraksi Anthurium bipinnatifidum lembar jawaban
111

No Alur Tujuan Tujuan Soal Kunci Level Σ Nomor Skor Maksimal Pedoman
Pembelajaran Pembelajaran Jawaban kognitif Butir Soal Penskoran
(ATP) (TP) yang Soal
diukur
dalam Anthurium bipinnatifidum berkisar antara 0,75: peserta didik
bipinnatifidum dalam analisis 200-230 nm memberikan
spektrofotometer jawaban dengan
UV-Vis? cukup benar tetapi
kurang lengkap
1,5: Peserta didik
memberikan
jawaban dengan
lengkap dan benar
λ max yakni
berkisar antara
200-300 nm
Gugus fungsi apa Hidroksil yang C4 1 2 1,5 0: Peserta didik
saja yang ada pada memiliki daerah tidak menjawab
ekstrak daun serapan berkisar atau
Anthurium antara 3279- mengosongkan
bipinnatifidum 3400 lembar jawaban
dalam analisis 0,75: peserta didik
FTIR? memberikan
jawaban dengan
cukup benar tetapi
kurang lengkap
1,5: Peserta didik
memberikan
jawaban dengan
lengkap dan benar
tentang gugus
yang terdapat
pada ekstrak daun
112

No Alur Tujuan Tujuan Soal Kunci Level Σ Nomor Skor Maksimal Pedoman
Pembelajaran Pembelajaran Jawaban kognitif Butir Soal Penskoran
(ATP) (TP) yang Soal
diukur
Anthurium yakni
gugus hidroksi
berkisar antara
3279-3400

BAGIAN 3: Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum

10.12.3 Peserta Jelaskan Hal tersebut C4 1 1 1,5 0: Peserta didik


didik mampu bagaimana akan tidak menjawab
melaksanakan hubungan antara mempengaruhi atau
praktikum sintesis variasi volume jumlah mengosongkan
nanopartikel ekstrak Anthurium nanopartikel lembar jawaban
perak dengan bipinnatifidum yang terbentuk 0,75: peserta didik
menggunakan dan perubahan dan memiliki memberikan
bioreduktor warna dalam warna yang jawaban dengan
sintesis berbeda. cukup benar tetapi
nanopartikel perak Banyaknya kurang lengkap
(AgNPs)? jumlah 1,5: Peserta didik
nanopartikel memberikan
yang terbentuk jawaban dengan
dapat diketahui lengkap dan
pada analisis benar. pengaruh
UV-Vis yang volume pada
memiliki nilai sintesis
absorbansi yang nanopartikel
tinggi, yakni akan
sementara mempengaruhi
warna larutan jumlah
113

No Alur Tujuan Tujuan Soal Kunci Level Σ Nomor Skor Maksimal Pedoman
Pembelajaran Pembelajaran Jawaban kognitif Butir Soal Penskoran
(ATP) (TP) yang Soal
diukur
ketika nanopartikel yang
ditambahkan terbentuk dan
volume ekstrak memiliki warna
yang besar yang berbeda.
warna larutan Banyaknya
kuning pekat, jumlah
akan tetapi nanopartikel yang
ketika terbentuk dapat
ditambahkan diketahui pada
volume ekstrak analisis UV-Vis
yang kecil yang memiliki
warna larutan nilai absorbansi
tidak pekat. yang tinggi,
sementara warna
larutan ketika
ditambahkan
volume ekstrak
yang besar warna
larutan kuning
pekat, akan tetapi
ketika
ditambahkan
volume ekstrak
yang kecil warna
larutan tidak pekat
Apa fungsi Flavonoid pada C4 1 2 1,5 0: Peserta didik
flavonoid pada percobaan ini tidak menjawab
percobaan sintesis memiliki fungsi atau
sebagai bahan
114

No Alur Tujuan Tujuan Soal Kunci Level Σ Nomor Skor Maksimal Pedoman
Pembelajaran Pembelajaran Jawaban kognitif Butir Soal Penskoran
(ATP) (TP) yang Soal
diukur
nanopartikel perak pereduksi alami mengosongkan
(AgNPs)? yang ramah lembar jawaban
lingkungan 0,75: peserta didik
untuk memberikan
menghasilkan jawaban dengan
nanopartikel cukup benar tetapi
perak, peran kurang lengkap
flavonoid 1,5: Peserta didik
bekerja dengan memberikan
mendonorkan jawaban dengan
atom hidrogen lengkap dan benar
dalam sintesis tentang fungsi dari
nanopartikel. flavonoid.
Flavonoid
memiliki fungsi
sebagai bahan
pereduksi alami
yang ramah
lingkungan untuk
menghasilkan
nanopartikel
perak, peran
flavonoid bekerja
dengan
mendonorkan
atom hidrogen
dalam sintesis
nanopartikel
BAGIAN 4: Karakterisasi Nanopartikel Perak yang Terbentuk dari Bioreduktor
115

No Alur Tujuan Tujuan Soal Kunci Level Σ Nomor Skor Maksimal Pedoman
Pembelajaran Pembelajaran Jawaban kognitif Butir Soal Penskoran
(ATP) (TP) yang Soal
diukur
10.12.4 Peserta Berapa nilai λ max λ max yang C4 1 1 1 0: Peserta didik
didik mampu yang teramati pada terbentuk tidak menjawab
mengkarakterisasi hasil sintesis berkisar antara atau
dan menyajikan nanopartikel perak 400-450 nm mengosongkan
hasil praktikum (AgNPs) lembar jawaban
sintesis berdasarkan 0,5: peserta didik
nanopartikel analisis dengan memberikan
perak dengan spektrofotometer jawaban dengan
menggunakan UV-Vis? cukup benar tetapi
bioreduktor Selanjutnya, kurang lengkap
bandingkan nilai λ 1: Peserta didik
max yang memberikan
terbentuk pada jawaban dengan
bagian 2 dan lengkap dan benar
analisis λ max pada
perbedaanya sintesis AgNPs
yakni berkisar
antara 400-450
nm
Dari hasil FTIR Terdapat gugus C5 1 2 1 0: Peserta didik
gugus fungsi apa fungsi O-H tidak menjawab
sajakah yang stretching dan atau
terdapat pada bending pada mengosongkan
sintesis daerah serapan lembar jawaban
nanopartikel 3200-3400, 0,5: peserta didik
perak? gugus fungsi memberikan
Selanjutnya C≡C Alkuna jawaban dengan
spektrum yang terminal pada cukup benar tetapi
terbentuk pada daerah resapan kurang lengkap
116

No Alur Tujuan Tujuan Soal Kunci Level Σ Nomor Skor Maksimal Pedoman
Pembelajaran Pembelajaran Jawaban kognitif Butir Soal Penskoran
(ATP) (TP) yang Soal
diukur
bagian 4 dengan 2000-2200 dan 1: Peserta didik
bagian 2 dianalisis terdapat gugus memberikan
perbedaanya! C=C aromatik jawaban dengan
pada daerah lengkap dan benar
serapan 1600- gugus fungsi apa
1700 saja yang terdapat
pada sampel pada
sintesis AgNPs.
Terdapat gugus
fungsi yakni
fungsi O-H
stretching dan
bending pada
daerah serapan
3200-3400 dan
terdapat gugus
C=C aromatik
pada daerah
serapan 1600-
1700
Dari hasil analisis 80 nm C4 1 3 1 0: Peserta didik
SEM, berapakah tidak menjawab
ukuran dari atau
AgNPs yang mengosongkan
terbentuk lembar jawaban
0,5: peserta didik
memberikan
jawaban dengan
117

No Alur Tujuan Tujuan Soal Kunci Level Σ Nomor Skor Maksimal Pedoman
Pembelajaran Pembelajaran Jawaban kognitif Butir Soal Penskoran
(ATP) (TP) yang Soal
diukur
cukup benar tetapi
kurang lengkap
1: Peserta didik
memberikan
jawaban dengan
lengkap dan benar
ukuran AgNPs
pada analisis SEM
yakni sebesar 80
nm
Σ Butir Soal 9 9
Skor Maksimal Perbagian 3
Skor Akhir 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑥 10
3
= 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
118

Rubrik Penskoran Soal Pertanyaan Pascapraktik Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak dengan Bioreduktor

Skor
No Nama Siswa Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4
NO 1 NO 2 NO 1 NO 2 NO 1 NO 2 NO 1 NO 2 NO 3
1
2
3
4
5
dst
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155

Lampiran 9. Kisi-kisi Lembar Validasi Materi Modul Praktikum

Kisi-Kisi Lembar Validasi Ahli Materi Modul Praktikum Sintesis


Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai
Bioreduktor
Indikator Deskriptor No
Butir
Kelayakan Isi Kesesuaian materi dengan alur tujuan praktikum 1
(ATP) dan tujuan praktikum (TP)
Keruntutan materi 2
Kegiatan praktikum sesuai ATP dan TP 3
Kesesuaian landasan teori 4
Kejelasan tujuan praktikum 5
Keruntutan & kesesuaian langkah-langkah 6
praktikum
Kesesuaian pertanyaan pascapraktik 7
Kesesuain Bahasa Ketepatan struktur, keefektifan dan kebakuan 8
kalimat telah sesuai dengan kaidah EYD edisi V
Menggunakan bahasa yang komunikatif 9
Modul praktikum mudah dipahami 10
Kebenaran & Materi yang disajikan sudah akurat & sesuai dengan 11
Keakuratan Materi kurikulum merdeka
modifikasi Putri et al., (2021)
156

Lampiran 10. Lembar Validasi Materi Modul Praktikum

Lembar Validasi Ahli Materi Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak


dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor
Kepada,
Yth.
Di Yogyakarta
Dengan hormat,
Saya memohon kesediaan Ibu untuk mengisi lembar validasi materi yang
akan digunakan dalam penelitian Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak
Bioreduktor yang Diimplementasikan pada Pembelajaran Kimia Kelas X
pada Pokok Bahasan Nanoteknologi. Penilaian Ibu akan digunakan sebagai
validasi dan masukan untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas modul
praktikum sehingga dapat diketahui kelayakan dari modul praktikum tersebut yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesediaan
Ibu mengisi lembar validasi ini, saya mengucapkan terima kasih.

A. Petunjuk
Ibu di mohon memberi tanda check list (√) pada sesuai dengan setiap butir
penilaian dengan keterangan sebagai berikut :
Skor 4: Sangat setuju
Skor 3: Setuju
Skor 2: Kurang setuju
Skor 1: Sangat kurang setuju

B. Angket Penilaian

Indikator Penilaian
Butir Penilaian
Penilaian 1 2 3 4
A. Kelayakan 1. Materi yang disajikan sudah jelas
isi dan sesuai dengan ATP dan TP.
2. Materi yang disajikan pada setiap
bagian sudah urut dan runtut.
3. Kegiatan praktikum telah sesuai
dengan tujuan, ATP dan TP.
4. Landasan teori yang disajikan pada
tiap bagian sudah sesuai.
157

Indikator Penilaian
Butir Penilaian
Penilaian 1 2 3 4
5. Tujuan praktikum pada setiap
bagian sudah jelas.
6. Langkah-langkah praktikum pada
setiap bagian sudah jelas, sesuai
dan runtut.
7. Pertanyaan pascapraktik di setiap
bagian sudah sesuai dan relevan
dengan kegiatan praktikum.
B. Kesesuaian 8. Ketepatan struktur, keefektifan dan
Bahasa kebakuan kalimat telah sesuai
dengan kaidah EYD edisi V.
9. Modul praktikum menggunakan
bahasa yang komunikatif.
10. Bahasa yang digunakan dalam
modul praktikum mudah dipahami.
C. Kebenaran & 11. Materi yang disajikan sudah akurat
keakuratan sesuai dengan kurikulum Merdeka
materi

C. Komentar & Saran:

D. Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator ahli materi dimohon memberi tanda check list (√) untuk
memberi kesimpulan terhadap modul praktikum mengenai nanoteknologi
Produk berupa modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Modul praktikum dapat diuji cobakan dengan revisi
(…) Modul praktikum dapat diuji cobakan tanpa revisi

Yogyakarta, 14 Juni 2023


158

.
Lampiran 11. Kisi-kisi Lembar Validasi Media Modul Praktikum

Kisi-Kisi Lembar Validasi Ahli Media Modul Praktikum Sintesis


Nanopartikel dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor

No
Aspek Penilaian Indikator
Butir
Fungsi & kegunaan Mudah dipahami 1
Efisiensi modul 2
Kesesuain materi & pertanyaan pascapraktik dengan 3
alur tujuan pembelajaran (ATP) dan tujuan
pembelajaran (TP)
Kelayakan Kesesuain halaman sampul 4
Penyajian dan Penggunaan jenis huruf & ukuran 5
Grafik Modul Kualitas gambar pada modul 6
Praktikum Kejelasan istilah, singkatan dan rumus 7
Kualitas Teks dan Kesesuaian tata letak teks, gambar dan tabel 8
Gambar Kejelasan kata-kata pada teks 9
Modifikasi dari Putri et al., (2021)
159

Lampiran 12. Lembar Validasi Media Modul Praktikum

Lembar Validasi Ahli Media Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak


dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor

Kepada,
Yth.
Di Yogyakarta
Dengan hormat,
Saya memohon kesediaan Ibu untuk mengisi lembar validasi media yang
akan digunakan dalam penelitian Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak
Bioreduktor yang Diimplementasikan pada Pembelajaran Kimia Kelas X
pada Pokok Bahasan Nanoteknologi. Penilaian Ibu akan digunakan sebagai
validasi dan masukan untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas modul
praktikum sehingga dapat diketahui kelayakan dari modul praktikum tersebut yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesediaan
Ibu mengisi lembar validasi ini, saya mengucapkan terima kasih.

C. Petunjuk
Ibu di mohon memberi tanda check list (√) pada sesuai dengan setiap butir
penilaian dengan keterangan sebagai berikut :
Skor 4: Sangat setuju
Skor 3: Setuju
Skor 2: Kurang setuju
Skor 1: Sangat kurang setuju

D. Angket Penilaian
Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Fungsi dan 1. Modul praktikum mudah dipahami
kegunaan dan menarik minat pengguna
2. Modul praktikum efisien untuk
digunakan di dalam pembelajaran
3. Pada materi dan pertanyaan
pascapraktik sudah sesuai dengan
(ATP) dan (TP)
160

Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
B. Kelayakan 4. Halaman sampul sesuai dengan
Penyajian dan judul dari praktikum-praktikum di
Grafik Modul dalamnya
Praktikum 5. Penggunaan jenis huruf dan ukuran
sudah sesuai dan jelas
6. Gambar pada modul disajikan
dengan jelas
7. Istilah, singkatan dan rumus
senyawa sudah jelas
C. Kualitas Teks dan 8. Tata letak teks, gambar dan tabel
Gambar sudah sesuai

9. Kata-kata dan teks jelas mudah


dipahami

C. Komentar & Saran:

D. Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator ahli media dimohon memberi tanda check list (√) untuk
memberi kesimpulan terhadap modul praktikum mengenai nanoteknologi
Produk berupa modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Modul praktikum dapat diuji cobakan dengan revisi
(…) Modul praktikum dapat diuji cobakan tanpa revisi

Yogyakarta, 14 Juni 2023


Validator
161

Lampiran 13. Kisi-kisi Lembar Validasi Pertanyaan Pacapraktik

Kisi-Kisi Lembar Validasi Pertanyaan Pascapraktik


Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Anthurium
bipinnatifidum sebagai Bioreduktor

Aspek Penilaian Indikator Nomor


Butir
Kelayakan isi soal Kesesuaian soal dengan alur tujuan pembelajaran 1
(ATP) dan tujuan pembelajaran (TP)
Kesesuaian soal dengan tingkat kognitif 2
Kesesuaian butir soal dengan kunci jawaban 3
Konstruksi Soal Butir soal singkat, jelas, padat 1
Perumusan butir soal tidak merujuk pada kunci 2
jawaban
Butir soal tidak menyatakan pernyataan “semua 3
jawaban diatas benar/salah”
Bahasa Soal Bahasa sesuai dengan kaidah EYD edisi V 1
Bahasa komunikatif 2
Butir soal tidak bermakna ganda 3
Modifikasi (Putri et al., 2021)
162

Lampiran 14. Lembar Validasi Pertanyaan Pacapraktik

Lembar Validasi Isi Soal Pertanyaan Pascapraktik Modul Praktikum


Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum
sebagai Bioreduktor

Kepada,
Yth.
Di Yogyakarta
Dengan hormat,
Saya memohon kesediaan Ibu untuk mengisi lembar validasi pertanyaan
pascapraktik yang akan digunakan dalam penelitian Sintesis Nanopartikel Perak
dengan Ekstrak Bioreduktor yang Diimplementasikan pada Pembelajaran
Kimia Kelas X pada Pokok Bahasan Nanoteknologi. Penilaian Ibu akan
digunakan sebagai validasi dan masukan untuk memperbaiki serta meningkatkan
kualitas pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum sehingga dapat diketahui
kelayakan dari pertanyaan pascapraktik tersebut yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesediaan Ibu mengisi lembar validasi ini,
saya mengucapkan terima kasih.

A. Petunjuk
Ibu di mohon memberi tanda check list (√) pada sesuai dengan setiap butir penilaian
dengan keterangan sebagai berikut :
Skor 4: Sangat setuju
Skor 3: Setuju
Skor 2: Kurang setuju
Skor 1: Sangat kurang setuju
163

B. Angket Penilaian

Lembar Validasi Soal 1


Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
E. Kelayakan isi soal 5. Butir soal sudah sesuai dengan
ATP dan TP yang akan dicapai
6. Butir soal telah sesuai dengan
tingkat kognitif pemahaman
peserta didik
7. Butir soal memiliki kunci
jawaban yang sesuai dan padat
F. Konstruksi Soal 1. Perumusan butir soal singkat,
jelas, dan tepat
2. Inti butir soal dirumuskan tidak
menuju kunci jawaban
3. Pada jawaban butir soal tidak
menyatakan pernyataan “semua
jawaban diatas benar/salah”
G. Bahasa Soal 1. Butir soal menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan EYD
edisi V
2. Butir soal menggunakan bahasa
yang komunikatif
3. Butir soal tidak menggunakan
bahasa yang bermakna ganda

Saran Perbaikan Soal 1

Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap pertanyaan pascapraktik dalam modul praktikum mengenai
nanoteknologi
Pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
164

(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan dengan revisi


(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan tanpa revisi

Lembar Validasi Soal 2


Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Kelayakan isi soal 1. Butir soal sudah sesuai dengan
ATP dan TP yang akan dicapai
2. Butir soal telah sesuai dengan
tingkat kognitif pemahaman
peserta didik
3. Butir soal memiliki kunci
jawaban yang sesuai dan padat
B. Konstruksi Soal 1. Perumusan butir soal singkat,
jelas, dan tepat
2. Inti butir soal dirumuskan tidak
menuju kunci jawaban
3. Pada jawaban butir soal tidak
menyatakan pernyataan “semua
jawaban diatas benar/salah”
C. Bahasa Soal 1. Butir soal menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan EYD
edisi V
2. Butir soal menggunakan bahasa
yang komunikatif
3. Butir soal tidak menggunakan
bahasa yang bermakna ganda

Saran Perbaikan Soal 2

Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap pertanyaan pascapraktik dalam modul praktikum mengenai
nanoteknologi
165

Pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:


(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan dengan revisi
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan tanpa revisi

Lembar Validasi Soal 3


Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Kelayakan isi soal 1. Butir soal sudah sesuai dengan
ATP dan TP yang akan dicapai
2. Butir soal telah sesuai dengan
tingkat kognitif pemahaman
peserta didik
3. Butir soal memiliki kunci
jawaban yang sesuai dan padat
B. Konstruksi Soal 1. Perumusan butir soal singkat,
jelas, dan tepat
2. Inti butir soal dirumuskan tidak
menuju kunci jawaban
3. Pada jawaban butir soal tidak
menyatakan pernyataan “semua
jawaban diatas benar/salah”
C. Bahasa Soal 1. Butir soal menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan EYD
edisi V
2. Butir soal menggunakan bahasa
yang komunikatif
3. Butir soal tidak menggunakan
bahasa yang bermakna ganda

Saran Perbaikan Soal 3


166

Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap pertanyaan pascapraktik dalam modul praktikum mengenai
nanoteknologi
Pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan dengan revisi
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan tanpa revisi

Lembar Validasi Soal 4


Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Kelayakan isi soal 1. Butir soal sudah sesuai dengan
ATP dan TP yang akan dicapai
2. Butir soal telah sesuai dengan
tingkat kognitif pemahaman
peserta didik
3. Butir soal memiliki kunci
jawaban yang sesuai dan padat
B. Konstruksi Soal 1. Perumusan butir soal singkat,
jelas, dan tepat
2. Inti butir soal dirumuskan
tidak menuju kunci jawaban
3. Pada jawaban butir soal tidak
menyatakan pernyataan
“semua jawaban diatas
benar/salah”
C. Bahasa Soal 1. Butir soal menggunakan
bahasa Indonesia sesuai
dengan EYD edisi V
2. Butir soal menggunakan
bahasa yang komunikatif
3. Butir soal tidak menggunakan
bahasa yang bermakna ganda
167

Saran Perbaikan Soal 4

Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap pertanyaan pascapraktik dalam modul praktikum mengenai
nanoteknologi
Pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan dengan revisi
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan tanpa revisi
Lembar Validasi Soal 5
Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Kelayakan isi soal 1. Butir soal sudah sesuai dengan
ATP dan TP yang akan dicapai
2. Butir soal telah sesuai dengan
tingkat kognitif pemahaman
peserta didik
3. Butir soal memiliki kunci
jawaban yang sesuai dan padat
B. Konstruksi Soal 1. Perumusan butir soal singkat,
jelas, dan tepat
2. Inti butir soal dirumuskan tidak
menuju kunci jawaban
3. Pada jawaban butir soal tidak
menyatakan pernyataan “semua
jawaban diatas benar/salah”
C. Bahasa Soal 1. Butir soal menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan EYD
edisi V
2. Butir soal menggunakan bahasa
yang komunikatif
168

3. Butir soal tidak menggunakan


bahasa yang bermakna ganda

Saran Perbaikan Soal 5

Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap pertanyaan pascapraktik dalam modul praktikum mengenai
nanoteknologi
Pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan dengan revisi
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan tanpa revisi

Lembar Validasi Soal 6


Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Kelayakan isi soal 1. Butir soal sudah sesuai dengan
ATP dan TP yang akan dicapai
2. Butir soal telah sesuai dengan
tingkat kognitif pemahaman
peserta didik
3. Butir soal memiliki kunci
jawaban yang sesuai dan padat
B. Konstruksi Soal 1. Perumusan butir soal singkat,
jelas, dan tepat
2. Inti butir soal dirumuskan tidak
menuju kunci jawaban
3. Pada jawaban butir soal tidak
menyatakan pernyataan “semua
jawaban diatas benar/salah”
169

C. Bahasa Soal 1. Butir soal menggunakan bahasa


Indonesia sesuai dengan EYD
edisi V
2. Butir soal menggunakan bahasa
yang komunikatif
3. Butir soal tidak menggunakan
bahasa yang bermakna ganda

Saran Perbaikan Soal 6

Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap pertanyaan pascapraktik dalam modul praktikum mengenai
nanoteknologi
Pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan dengan revisi
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan tanpa revisi

Lembar Validasi Soal 7


Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Kelayakan isi soal 1. Butir soal sudah sesuai dengan
ATP dan TP yang akan dicapai
2. Butir soal telah sesuai dengan
tingkat kognitif pemahaman
peserta didik
3. Butir soal memiliki kunci
jawaban yang sesuai dan padat
B. Konstruksi Soal 1. Perumusan butir soal singkat,
jelas, dan tepat
2. Inti butir soal dirumuskan tidak
menuju kunci jawaban
170

3. Pada jawaban butir soal tidak


menyatakan pernyataan “semua
jawaban diatas benar/salah”
C. Bahasa Soal 1. Butir soal menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan EYD
edis V
2. Butir soal menggunakan bahasa
yang komunikatif
3. Butir soal tidak menggunakan
bahasa yang bermakna ganda

Saran Perbaikan Soal 7

Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap pertanyaan pascapraktik dalam modul praktikum mengenai
nanoteknologi
Pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan dengan revisi
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan tanpa revisi
Lembar Validasi Soal 8
Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Kelayakan isi soal 1. Butir soal sudah sesuai dengan
ATP dan TP yang akan dicapai
2. Butir soal telah sesuai dengan
tingkat kognitif pemahaman
peserta didik
3. Butir soal memiliki kunci
jawaban yang sesuai dan padat
B. Konstruksi Soal 1. Perumusan butir soal singkat,
jelas, dan tepat
171

2. Inti butir soal dirumuskan tidak


menuju kunci jawaban
3. Pada jawaban butir soal tidak
menyatakan pernyataan “semua
jawaban diatas benar/salah”
C. Bahasa Soal 1. Butir soal menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan EYD
edisi V
2. Butir soal menggunakan bahasa
yang komunikatif
3. Butir soal tidak menggunakan
bahasa yang bermakna ganda

Saran Perbaikan Soal 8

Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap pertanyaan pascapraktik dalam modul praktikum mengenai
nanoteknologi
Pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan dengan revisi
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan tanpa revisi

Lembar Validasi Soal 9


Penilaian
Indikator Penilaian Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Kelayakan isi soal 1. Butir soal sudah sesuai dengan
ATP dan TP yang akan dicapai
2. Butir soal telah sesuai dengan
tingkat kognitif pemahaman
peserta didik
3. Butir soal memiliki kunci
jawaban yang sesuai dan padat
B. Konstruksi Soal 1. Perumusan butir soal singkat,
jelas, dan tepat
2. Inti butir soal dirumuskan tidak
menuju kunci jawaban
172

3. Pada jawaban butir soal tidak


menyatakan pernyataan “semua
jawaban diatas benar/salah”
C. Bahasa Soal 1. Butir soal menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan EYD
edisi V
2. Butir soal menggunakan bahasa
yang komunikatif
3. Butir soal tidak menggunakan
bahasa yang bermakna ganda

Saran Perbaikan Soal 9

Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap pertanyaan pascapraktik dalam modul praktikum mengenai
nanoteknologi
Pertanyaan pascapraktik pada modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan dengan revisi
(…) Pertanyaan pascapraktik dapat digunakan tanpa revisi

Yogyakarta, 14 Juni 2023


Validator
173

Lampiran 15. Kisi-kisi Lembar Validasi Angket Responden Guru

Kisi-Kisi Lembar Validasi Angket Responden untuk Guru Modul Praktikum


Sintesis Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Anthurium Bipinnatifidum
sebagai Bioreduktor

Indikator Deskriptor No
Butir
Petunjuk dan Kejelasan petunjuk penggunaan angket 1
keterangan angket Kejelasan kriteria penilaian 2
Kemudahan pengisian angket 3
Kesesuaian Isi Kategori yang terdapat pada angket respon 4
sudah mencakup semua aspek yang ingin
diukur
Butir-butir aspek penilaian sudah sesuai 5
dengan unsur-unsur pendukung pembelajaran
Aspek penilaian dapat mengukur respon guru 6
dalam penggunaan modul praktikum
Butir-butir aspek penilaian dapat mengukur 7
respon guru terhadap keterlaksanaan
penggunaan modul praktikum
Kesuaian bahasa Ketepatan struktur, keefektifan dan kebakuan 8
kalimat telah sesuai dengan kaidah EYD edisi
V
Menggunakan bahasa yang komunikatif 9
Menggunakan kalimat sederhana dan mudah 10
dipahami
modifikasi Lestari et al., (2015)
174

Lampiran 16. Lembar Validasi Angket Responden Guru

Lembar Validasi Angket Responden untuk Guru Modul Praktikum Sintesis


Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Anthurium Bipinnatifidum sebagai
Bioreduktor

Kepada,
Yth.
Di Yogyakarta
Dengan hormat,
Saya memohon kesediaan Ibu untuk mengisi lembar validasi angket
responden untuk guru yang akan digunakan dalam penelitian Sintesis
Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Bioreduktor yang Diimplementasikan
pada Pembelajaran Kimia Kelas X pada Pokok Bahasan Nanoteknologi.
Penilaian Ibu akan digunakan sebagai validasi dan masukan untuk memperbaiki
serta meningkatkan kualitas angket responden guru sehingga dapat diketahui
kelayakan dari angket responden tersebut yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesediaan Ibu mengisi lembar validasi ini,
saya mengucapkan terima kasih.

A. Petunjuk
Ibu di mohon memberi tanda check list (√) pada sesuai dengan setiap butir
penilaian dengan keterangan sebagai berikut :
Skor 4: Sangat setuju
Skor 3: Setuju
Skor 2: Kurang setuju
Skor 1: Sangat kurang setuju

B. Angket Penilaian
Penilaian
Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4
A. Petunjuk dan 1. Petunjuk penggunaan angket telah
keterangan jelas
angket
2. Kriteria penilaian telah dijabarkan
dengan jelas
3. Angket mudah untuk diisi
175

B. Kesesuaian Isi 4. Kategori yang terdapat pada angket


respon sudah mencakup semua aspek
yang ingin diukur di dalam penelitian
5. Butir-butir aspek penilaian di dalam
angket dapat mengukur respon guru
dalam keterlaksanaan penggunaan
modul praktikum
6. Aspek penilaian dapat mengukur
respon guru dalam penggunaan
modul praktikum sudah lengkap
7. Butir-butir aspek penilaian di dalam
angket sudah sesuai dengan unsur-
unsur pendukung pembelajaran
C. Kesuaian bahasa 8. Ketepatan struktur, keefektifan dan
kebakuan kalimat telah sesuai
dengan kaidah EYD edisi V
9. Angket menggunakan bahasa yang
komunikatif
10. Angket menggunakan kalimat
sederhana dan mudah dipahami

D. Komentar & Saran:

D. Kesimpulan:
Bapak/Ibu validator dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi
kesimpulan terhadap angket responden guru
Angket responden modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Angket respon dapat diuji cobakan dengan revisi
(…) Angket respon dapat diuji cobakan tanpa revisi

Yogyakarta, 14 Juni 2023


176

Lampiran 17. Kisi-kisi Lembar Angket Responden Guru

Kisi-Kisi Angket Responden Guru Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel


Perak dengan Ekstrak Anthurium Bipinnatifidum sebagai Bioreduktor

Aspek Indikator No
Penilaian Butir
Kesesuaianan Bahasa di dalam modul praktikum yang mudah 1
Bahasa dipahami.
Menggunakan bahasa yang komunikatif 2
Pemahaman modul. 3
Perkembangan Modul praktikum yang disusun telah sesuai dengan 4
dan perkembangan peserta didik
kemenarikan Kemenarikan modul praktikum 5
modul
Kegunaan dan Modul praktikum berfokus kepada peserta didik 6
kelayakan Pengimplementasian modul dalam kehidupan sehari- 7
modul hari
Modul praktikum membantu peserta didik berpikir 8
inovatif
Modul praktikum membantu dalam menyampaikan 9
materi
Kelayakan modul praktikum 10
Dengan modul praktikum ini, suasana pembelajaran 11
lebih menyenangkan
Modifikasi dari Harahap (2019)
177

Lampiran 18. Lembar Angket Responden Guru

Angket Responden Guru Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak


dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor

Kepada,
Yth.
Di Yogyakarta
Dengan hormat,
Saya memohon kesediaan Bapak untuk mengisi lembar angket responden
yang akan digunakan dalam penelitian Sintesis Nanopartikel Perak dengan
Ekstrak Bioreduktor yang Diimplementasikan pada Pembelajaran Kimia
Kelas X pada Pokok Bahasan Nanoteknologi. Responden Bapak akan digunakan
sebagai masukan untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas modul praktikum
sehingga dapat diketahui kelayakan dari modul praktikum tersebut yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran kimia. Atas perhatian dan kesediaan Bapak
mengisi lembar angket responden ini, saya mengucapkan terima kasih.

E. Petunjuk
Bapak/Ibu guru memberi tanda check list (√) pada sesuai dengan setiap butir
pertanyaan dengan keterangan sebagai berikut :
Skor 4: Sangat setuju
Skor 3: Setuju
Skor 2: Kurang setuju
Skor 1: Sangat kurang setuju

F. Angket
Penilaian
Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4
Kesesuaian Bahasa 1. Modul praktikum telah disusun
dengan bahasa yang mudah Saya
pahami
2. Modul praktikum menggunakan
bahasa yang komunikatif
3. Dengan modul praktikum ini
memudahkan Saya memberikan
pemahaman yang lebih kepada
peserta didik.
178

Penilaian
Indikator Butir Penilaian
1 2 3 4
Perkembangan dan 4. Modul praktikum yang disusun
kemenarikan modul telah sesuai dengan
perkembangan dan pemahaman
peserta didik
5. Dengan adanya modul praktikum
ini, Saya merasa peserta didik
lebih tertarik mengikuti
praktikum mengenai
nanoteknologi
Kegunaan dan 6. Dengan adanya modul praktikum
kelayakan modul ini, Saya merasa proses
pembelajaran fokus pada peserta
didik
7. Dengan adanya modul praktikum
ini membantu Saya dalam
mengimplementasikan materi
nanoteknologi dalam kehidupan
sehari-hari
8. Dengan adanya modul praktikum
ini membantu peserta berpikir
inovatif dengan memanfaatkan
tanaman yang disekitar
9. Dengan adanya modul praktikum
ini membantu Saya dalam
membuat dan menyampaikan
materi nanoteknologi
10. Modul praktikum ini layak
digunakan sebagai bahan ajar
11. Dengan modul praktikum ini,
suasana pembelajaran lebih
menyenangkan

Komentar & saran :


179

Kesimpulan:
Ibu guru dimohon memberi tanda check list (√) untuk memberi kesimpulan
terhadap modul praktikum mengenai nanoteknologi
Produk berupa modul praktikum materi nanoteknologi dinyatakan:
(…) Modul praktikum dapat digunakan dengan revisi
(…) Modul praktikum dapat digunakan tanpa
revis

Yogyakarta, 5 Juli 2023


180

Lampiran 19. Hasil analisis wawancara

Hasil Analisis Lembar Wawancara Guru


Narasumber: Ibu Surmi
Tanggal:
NO Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu guru Menurut saya dengan adanya
mengenai penerapan kurikulum merdeka
penerapan kurikulum merdeka
di sekolah Bapak/Ibu? memberi kebebasan bagi guru untuk
membuat modul ajar sesuai dengan
kebutuhan siswa
2 Apa perbedaan yang Bapak dan Ibu Perbedaannya adalah adanya
rasakan pada penerapan kurikulum pembelajaran yang lebih ditekankan
merdeka yang diterapkan saat ini? pada pembelajaran berdiferensiasi
pada kurikulum merdeka

3 Apa kesulitan yang Bapak/Ibu guru Kesulitan yang saya alami adalah
alami pada pelaksanaan pembelajaran mempersiapkan bahan ajar dan
menggunakan kurikulum merdeka? metode yang digunakan
4 Bagaimana respon peserta didik terkait antusias
penerapan pembelajaran menggunakan
kurikulum merdeka?
5 Pada materi kimia kelas X di dalam Materi nanoteknologi adalah materi
kurikulum merdeka, tentunya terdapat yang membahas rekayasa suatu
materi Nanoteknologi. Apa yang material hingga ukurannya lebih
Bapak/Ibu ketahui tentang materi kecil dari ukuran mikrometer
Nanoteknologi?
6 Apa kesulitan yang Bapak/Ibu guru Sumber referensi bahan ajar untuk
alami dalam penyampaian materi materi nanoteknologi masih terbatas
pembelajaran Nanoteknologi?
7 Menurut pendapat Bapak/ Ibu guru, Perlu
apakah diperlukan media dalam
penyampaian materi Nanoteknologi?
8 Dalam menyampaikan materi Video
Nanoteknologi apakah Bapak/Ibu guru
sudah menggunakan media? Jika, iya
media apa yang Bapak/Ibu guru
gunakan?
9 Bagaimana respon peserta didik terkait Antusias
materi pembelajaran Nanoteknologi?
10 Apakah Bapak/Ibu guru merencanakan Tidak
praktikum pada materi Nanoteknologi?
Jika, iya praktikum seperti apa yang akan
Bapak/Ibu laksanakan?
11 Apa kesulitan Bapak/Ibu guru ketika Belum adanya alat dan bahan untuk
menyusun praktikum pada materi praktikum materi tersebu
Nanoteknologi?
181

Lampiran 20. Hasil Validasi Materi Modul Praktikum

Hasil Validasi Materi Modul Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak


dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor
Indikator Skor Total Persen Total Kriteria
Validator Validator Skor Validasi Persen
1 2 Validator (%) (%)
Kelayakan Isi 4 3 7 87,5 85,7 Sangat Valid
3 3 6 75 Valid
4 3 7 87,5 Sangat Valid
4 3 7 87,5 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
2 3 5 62,5 Cukup Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
Kesesuain Bahasa 3 3 6 75 75 Sangat Valid
3 3 6 75 Sangat Valid
3 3 6 75 Sangat Valid
Kebenaran & 4 4 8 100 100 Sangat Valid
Keakuratan
Materi
% rata-rata 86,9 Sangat Valid

Kriteria tingkat validasi


No Skor Validitas Kriteria Validitas
1 85,01 % - 100% Sangat Valid
2 70,01 % - 85,00% Valid
3 05,01 % - 70,00% Cukup Valid
4 01,00 % - 50,00% Tidak Valid
(Akbar, 2013:157)
182

Lampiran 21. Hasil Validasi Media Modul Praktikum

Hasil Validasi Media Modul Modul Praktikum Sintesis Nanopartikel Perak


dengan Ekstrak Anthurium bipinnatifidum sebagai Bioreduktor
Aspek Penilaian Skor Total Persen Total Kriteria
Validator Validator Skor Validasi Persen
1 2 Validasi (%) (%)
Total Skor 2 4 6 75 87,5 Valid
ValidasiFungsi & 3 4 7 87,5 Sangat Valid
kegunaan 4 4 8 100 Sangat Valid
Kelayakan 4 4 8 100 96,8 Sangat Valid
Penyajian dan 4 3 7 87,5 Sangat Valid
Grafik Modul
Praktikum 4 4 8 100 Sangat Valid
Kualitas Teks dan 3 4 7 87,5 81,25 Sangat Valid
Gambar 3 3 6 75 Valid
& rata-rata 88,1 Sangat Valid

Kriteria tingkat validasi


No Skor Validitas Kriteria Validitas
1 85,01 % - 100% Sangat Valid
2 70,01 % - 85,00% Valid
3 05,01 % - 70,00% Cukup Valid
4 01,00 % - 50,00% Tidak Valid
(Akbar, 2013:157)
183

Lampiran 22. Hasil Analisis Validasi Pertanyaan Pascapraktik Modul Praktikum

a. Butir Soal Nomor 1


Pertanyaan Validator Tabulasi Matriks 2x2 Validator I Skor 1-2 Content
Tidak Validity
I II Relevan 1,0
1 4 4 D Tidak Relevan
2 3 4 D Relevan
3 3 4 D Validator Tidak 0 0
4 3 4 D II Relevan Skor 3-4 Kriteria
5 3 4 D Tidak Validitas
6 3 4 D Relevan 0 8 Relevan Tinggi
7 3 4 D
8 3 4 D

b. Butir Soal Nomor 2


Pertanyaan Validator Tabulasi Matriks 2x2 Validator I Skor 1-2 Content
Tidak Validity
I II Relevan 1,0
1 3 4 D Tidak Relevan
2 3 4 D Relevan
3 3 4 D Validator Tidak 0 0
4 3 4 D II Relevan Skor 3-4 Kriteria
5 3 4 D Tidak Validitas
6 3 4 D Relevan 0 8 Relevan Tinggi
7 3 4 D
8 3 4 D
184

c. Butir Soal Nomor 3


Pertanyaan Validator Tabulasi Matriks 2x2 Validator I Skor 1-2 Content
Tidak Validity
I II Relevan 1,0
1 4 4 D Tidak Relevan
2 4 4 D Relevan
3 4 4 D Validator Tidak 0 0
4 3 4 D II Relevan Skor 3-4 Kriteria
5 3 4 D Tidak Validitas
6 3 4 D Relevan 0 8 Relevan Tinggi
7 3 4 D
8 3 4 D

d. Butir Soal Nomor 4


Pertanyaan Validator Tabulasi Matriks 2x2 Validator I Skor 1-2 Content
Tidak Validity
I II Relevan 1,0
1 4 4 D Tidak Relevan
2 3 4 D Relevan
3 3 4 D Validator Tidak 0 0
4 3 4 D II Relevan Skor 3-4 Kriteria
5 4 4 D Tidak Validitas
6 3 4 D Relevan 0 8 Relevan Tinggi
7 3 4 D
8 3 4 D
185

e. Butir Soal Nomor 5


Pertanyaan Validator Tabulasi Matriks 2x2 Validator I Skor 1-2 Content
Tidak Validity
I II Relevan 1,0
1 3 4 D Tidak Relevan
2 3 4 D Relevan
3 3 4 D Validator Tidak 0 0
4 3 4 D II Relevan Skor 3-4 Kriteria
5 3 4 D Tidak Validitas
6 3 4 D Relevan 0 8 Relevan Tinggi
7 3 4 D
8 3 4 D

f. Butir Soal Nomor 6


Pertanyaan Validator Tabulasi Matriks 2x2 Validator I Skor 1-2 Content
Tidak Validity
I II Relevan 1,0
1 4 4 D Tidak Relevan
2 4 4 D Relevan
3 4 4 D Validator Tidak 0 0
4 3 4 D II Relevan Skor 3-4 Kriteria
5 3 4 D Tidak Validitas
6 3 4 D Relevan 0 8 Relevan Tinggi
7 3 4 D
8 3 4 D
186

g. Butir Soal Nomor 7


Pertanyaan Validator Tabulasi Matriks 2x2 Validator I Skor 1-2 Content
Tidak Validity
I II Relevan 1,0
1 4 4 D Tidak Relevan
2 4 4 D Relevan
3 4 4 D Validator Tidak 0 0
4 3 4 D II Relevan Skor 3-4 Kriteria
5 3 4 D Tidak Validitas
6 3 4 D Relevan 0 8 Relevan Tinggi
7 3 4 D
8 3 4 D

h. Butir Soal Nomor 8


Pertanyaan Validator Tabulasi Matriks 2x2 Validator I Skor 1-2 Content
Tidak Validity
I II Relevan 1,0
1 4 4 D Tidak Relevan
2 4 4 D Relevan
3 4 4 D Validator Tidak 0 0
4 3 4 D II Relevan Skor 3-4 Kriteria
5 3 4 D Tidak Validitas
6 3 4 D Relevan 0 8 Relevan Tinggi
7 3 4 D
8 3 4 D
187

i. Butir Soal Nomor 9


Pertanyaan Validator Tabulasi Matriks 2x2 Validator I Skor 1-2 Content
Tidak Validity
I II Relevan 1,0
1 4 4 D Tidak Relevan
2 4 4 D Relevan
3 4 4 D Validator Tidak 0 0
4 3 4 D II Relevan Skor 3-4 Kriteria
5 3 4 D Tidak Validitas
6 3 4 D Relevan 0 8 Relevan Tinggi
7 3 4 D
8 3 4 D
188

Lampiran 23. Hasil Validasi Angket Responden Guru

Hasil Validasi Angket Responden untuk Guru Modul Praktikum Sintesis


Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Anthurium Bipinnatifidum sebagai
Bioreduktor
Indikator Skor Total Persen Total Kriteria
Validator Validator Skor Validasi Persen
1 2 Validasi (%) (%)
Petunjuk dan 4 4 8 100 100 Sangat Valid
keterangan angket 4 4 8 100 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
Kesesuaian Isi 3 4 7 87,5 96,8 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
Kesuaian bahasa 4 4 8 100 95,8 Sangat Valid
% rata-rata 97,5

Kriteria tingkat validasi


No Skor Validitas Kriteria Validitas
1 85,01 % - 100% Sangat Valid
2 70,01 % - 85,00% Valid
3 05,01 % - 70,00% Cukup Valid
4 01,00 % - 50,00% Tidak Valid
(Akbar, 2013:157)
189

Lampiran 24. Hasil Angket Responden Guru

Hasil Angket Responden Guru terhadap Modul Praktikum Sintesis


Nanopartikel Perak dengan Ekstrak Anthurium Bipinnatifidum sebagai
Bioreduktor
Indikator Skor Total Persen Persen Kriteria
Validator Validator Skor Validasi Total
1 2 Validasi (%) (%)
Kesesuaian Bahasa 4 4 8 100 100 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
Perkembangan dan 4 4 8 100 100 Sangat Valid
Kemenarikan 4 4 8 100 Sangat Valid
Modul
Kegunaan dan 4 4 8 100 95,8 Sangat Valid
kelayakan Modul 4 3 7 87,5 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
4 3 7 87,5 Sangat Valid
4 4 8 100 Sangat Valid
% rata-rata 98,6

Adapun kriteria kepraktisan yang dimodifikasi dari Akbar (2013:155)

Kriteria Praktis Tingkat Praktikatalis


85,01% - 100,00% Sangat Praktis
70,01% - 85,00% Cukup Praktis
50,01% - 70,00% Kurang Praktis
01,00% - 50,00% Tidak Praktis
190

Lampiran 25. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran (Validator 1)


191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207

Lampiran 26. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran (Validator 2)


208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224

Lampiran 27. Hasil Angket Responden Guru (Responden 1)


225
226
227

Lampiran 28. Hasil Angket Responden Guru (Responden 2)


228
229

Anda mungkin juga menyukai