Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

“A” DENGAN GOUT

ARHTRITIS DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT

MARDI RAHAYU KUDUS 2023

Oleh :

WENING DEWI RISAWATI

RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

Jl. AKBP Agil Kusumadya No.110, Jatirejo, Jati Wetan, Kec. Jati, Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah 59346
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “A” DENGAN GOUT

ARHTRITIS DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT

MARDI RAHAYU KUDUS 2023

Oleh :

WENING DEWI RISAWATI

RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

Jl. AKBP Agil Kusumadya No.110, Jatirejo, Jati Wetan, Kec. Jati, Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah 5934

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan kasih dan penyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Gout Arhtritis Di Ruang Edelweis RS
Mardi Rahayu”. Dalam proses penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis
banyak menemui kesulitan dan hambatan. Namun atas bantuan dan bimbingan
dari semua pihak akhirnya tugas asuhan keperawatan dapat penulis selesaikan.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Pujianto, M.Kes selaku Direktur Utama Rumah Sakit Mardi


Rahayu Kudus

2. Ns. Haneda, S.Kep. Selaku Kepala Ruang Edelweis Rumah Sakit


Mardi Rahayu Kudus.

3. Ns. Veronica Nurjati, S.Kep. Selaku pembimbing yang memberikan


arahan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas asuhan
keperawatan ini.

4. Keluarga yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada


penulis.

5. Seluruh rekan-rekan Perawat dan Staff ruang Edelweis yang sudah


banyak membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan asuhan keperawatan ini


masih ada beberapa kekurangan baik dari isi maupun penulisan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak terutama dari
pembimbing demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.

Kudus, 9 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
Latar Belakang ..................................................................................................1
Tujuan Penulisan ...............................................................................................2
Manfaat .............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
A. Konsep Teori Gout artritis ................................................................................4
Definisi ..............................................................................................................4
Etiologi ..............................................................................................................5
Patofisiologi ......................................................................................................5
Pathway .............................................................................................................7
Manifestasi klinis ..............................................................................................8
Penatalaksanaan klinis ......................................................................................9
Komplikasi ........................................................................................................9
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ..........................................12
A. Pengkajian ......................................................................................................12
B. Diagnosa keperawatan ....................................................................................14
C. Intervensi keperawatan ...................................................................................15
D. Diagnosa prioritas ...........................................................................................23
E. Implementasi ...................................................................................................23
Evaluasi ..........................................................................................................23
BAB IV ..........................................................................................................24
A. Pengkajian Keperawatan .................................................................................24
B. Pengkajian Pola Fungsional Gordon ...............................................................31
C. Data Penunjang ...............................................................................................34
D. Terapi Medis ...................................................................................................35
E. Analisa Data ....................................................................................................37
F. Diagnosa Keperawatan Prioritas .....................................................................39

iii
G. Intervensi Keperawatan...................................................................................40
H. Implementasi Keperawatan .............................................................................49
I. Evaluasi ..........................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................60


LAMPIRAN ...................................................................................................61
Satuan Acara Penyuluhan ..............................................................................61

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di masyarakat saat ini belum banyak yang paham akan pola hidup sehat
terkhusus dalam perihal konsumsi makanan sehari-hari. Saat ini banyak
masyarakat yang gemar mengkonsumsi seafood dan kacang-kacangan bahkan
sampai berlebihan. Keacuhan terhadap efek Panjang konsumsi makanan tinggi
purin inilah yang ikut berperan dalam peningkatan penderita gout arthritis
bahkan pada usia yang tergolong masih muda. Kebanyakan masyarakat berfikir
gout arthritis atau asam urat hanya menyerang pada lansia, tetapi dari survey
yang dilakukan oleh badan kesehatan dunia provelansi asam urat dimulai usia
35tahun keatas.
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau
penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
tingginyaasam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam
persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang
membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang .(Haryani and Misniarti 2020).
Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari
pencernaanprotein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran
seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya
akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringat. Asam urat merupakan salah
satu dari beberapa penyakit yang membahayakan, karena bukan hanya
mengganggu kesehatan tetapi juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik, kadar
asam urat normal pada wanita 2,6-6 mg/dl dan pada pria 3-7 mg/dl. (Marlinda
and putri,2019)
Word Health Organization (WHO) menyakatakn bahwa pada tahun 2017
dijelaskan bahwa prevalensi asam urat di dunia sebanyak 34,2%. Prevalensi
asam urat di Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian

1
asam urat tidak hanya terjadi dinegara maju saja. Namun, peningkatan juga
terjadi di negara berkembang, salah satunya adalah negara Indonesia. Indonesia
merupakan negara terbesar di dunia yang penduduknya menderita penyakit asam
urat. Survey badan kesehatan dunia tersebut menunjukkan rincian bahwa
Indonesia mempunyai penyakit asam uarat 35% terjadi pada pria usia 35 tahun
ke atas. (Fitriani, Azzahri, Nurman, & Hamidi, 2021). Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus tahun 2018 prevalensi Asam Urat mencapai
9,23 atau dengan nilai tertimbang sebanyak 1.716 (Riskesdas 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RS Mardi Rahayu
kudus jumlah penderita Gouth artritis dari bulan Mei 2023 sampai bulan Juli
2023, ditemukan kasus penderita Gout arthritis sebanyak 83 kasus.
Gejala yang khas pada Gout Arthritis adalah nyeri sendi yang dapat
mengganggu aktivitas, radang sendi pada Gout Arthritis dapat terjadi pada
persendian manapun di tubuh yang dapat menyebabkan pembengkakan, rasa
panasdan nyeri pada persendian. Nyeri yang dirasakan berkisar dari nyeri ringan,
sedang hingga berat. Jika tidak diobati, perdangan ini dapat menyebabkan
kerusakan sendi yang lama kelamaan dapat mengubah struktur sendi,
melemahkan fungsi sendi, danakhirnya menyebabkan kecacatan (Rahmawati &
Kusnul, 2021)
Dari banyaknya kasus GOUT ARTHRITIS diatas penulis berupaya
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan GOUT
ARHTITIS di Rumah Sakit Mardi Rahayu kudus berdasar dari intervensi
menurut SDKI-SLKI.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum

Mengetahui konsep dan mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan


tepat kepada Tn. A dengan Gout Arthritis di Ruang Edelweiss RS Mardi
Rahayu Kudus.

2
2. Tujuan Khusus
a. mampu memahami konsep dasar pada pada klien dengan Gout
Arthritis di Ruang Edelweiss RS Mardi Rahayu Kudus.
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Gout Arthritis di
Ruang Edelweiss RS Mardi Rahayu Kudus.
c. Mampu merumuskan rumusan diagnose pada klien dengan Gout
Arthritis di Ruang Edelweiss RS Mardi Rahayu Kudus.
d. Mampu menerapkan intervensi keperawatan pada klien dengan
Gout Arthritis di Ruang Edelweiss RS Mardi Rahayu Kudus.
e. Mampu menerapkan tindakan keperawatan pada klien dengan Gout
Arthritis di Ruang Edelweiss RS Mardi Rahayu Kudus.
f. Mampu menganalisis hasil evaluasi pada klien dengan Gout
Arthritis di Ruang Edelweiss RS Mardi Rahayu Kudus.
g. Mampu melakukan pendokumentasian pada asuhan keperawatan
pada klien dengan Gout Arthritis di Ruang Edelweiss RS Mardi
Rahayu Kudus.

C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Asuhan keperawatan yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan
manfaat, pengalaman dan menambah ilmu pengetahuan, terutama pada
asuhan keperawatan klien dengan Gout arthritis.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Rumah sakit
Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terutama klien
dengan Gout arthritis
b. Bagi penulis

3
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan
khususnya penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
Gout arthritis di RS Mardi Rahayu.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Gout Arthritis

1. Definisi
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau
penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
tingginyaasam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam
persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang
membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang . (Haryani and Misniarti 2020).
Selain itu asam urat merupakan hasilmetabolisme normal dari pencernaan
protein (terutama dari daging, hati,ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti
kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan
dibuang melalui ginjal,feses, atau keringat. Asam urat merupakan salah satu
dari beberapa penyakit yang sangat membahayakan, karena bukan hanya
mengganggu kesehatan tetapi juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik.
(Haryani and Misniarti 2020). Kadar asam urat normal pada wanita: 2,6 – 6
mg/dl, dan pada pria : 3 – 7 mg/dl (Marlinda and PutriDafriani 2019).
Purin adalah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal
dari tubuh makhluk hidup. Gout artritis ditandai dengan peningkatan kadar
asam urat, serangan berulang-ulang dari artritis yang akut, kadang-kadang
disertai pembentukan kristal natrium urat besar yang ditemukan topus,
deformitas, sendi dan cedera pada ginjal .(Şenocak 2019) Kelainan ini
berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosidium dan pada
tahap yang lebih lanjut terjadidegenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit
gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih
sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan
bagian pergelangan kaki. (Şenocak 2019)

4
2. Etiologi
Penyebab dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat
medikasi, obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum
asam urat lebihtinggi daripada wanita, yang meningkatkan resiko mereka
terserang artritis gout. Perkembangan artritis gout sebelum usia 30 tahun
lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun angka kejadian
artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun.
Prevalensi artritis gout pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan
mencapai puncak antara usia 75 dan 84tahun .(Wahyu Widyanto 2017)
Wanita mengalami peningkatan resiko artritis gout setelah menopause,
kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dengan penurunan
level estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal inimenyebabkan
artritis gout jarang pada wanita muda (Wahyu Widyanto 2017).Pertambahan
usia merupakan faktor resiko penting pada pria dan wanita. Hal ini
kemungkinan disebabkan banyak faktor, seperti peningkatan kadar asam
urat serum (penyebab yang paling sering adalah karena adanya penurunan
fungsi ginjal), peningkatan pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang
dapatmeningkatkan kadar asam urat serum .(Wahyu Widyanto 2017

3. Patofisiologi
Asam urat adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya kadar
asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam
persendian dan organ tubuh lainnya dan menyebabkan inflamasi. Pada
penderita gout arthritis Inflamasi yang terjadi sebagai respon terhadap
pengendapan kristal MSU, produk akhir metabolisme purin manusia pada
persendian, jaringan lunak, dan tulang. Ada beberapa factor yang memicu
terjadinya gout arthritis, yaitu factor genetic, konsumsi makanan tinggi
purin, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Ketiga factor tersebut
menyebabkan gangguan metabolisme purin dalam tubuh sehingga
menyebabkan hiperuremia. Hal ini memicu penumpukan kristal MSU

5
(monosodium urat) di bagian sendi tubuh dan menjadi gout arthritis. Pada
bagian tubuh yang tertimbun kristal MSU ini akan menyebabkan inflamasi,
bagian tubuh yang sering terjadi adalah area sendi tangan, lutut, angkle.
Ketika terjadi inflamasi, tubuh akan merespon dengan pelepasan
mediator kimia (bradikimin, histamin, prostaglandin) kemudian hipotalamus
akan memberi sinyal ke tubuh berupa rasa nyeri. Tumpukan MSU akan
menyebabkan sirkulasi di daerah inflamasi meningkat sehingga pembuluh
darah di kapiler mengalami vasodilatasi. Ketika pembuluh darah mengalami
vasodilatasi area perifer akan terjadi eritema yang menimbulkan rasa panas.
Gout arthritis juga mempengaruhi akumulasi cairan ke jaringan interticial
mengalami peningkatan dan memicu terjadinya edema pada perifer. Ketika
terjadi edema, perfusi jaringan terganggu dan dapat menimbulkan
kesemutan / faal pada area ekstermitas tubuh.
Respon inflamasi yang diakibatkan oleh gout arthritis mampu
menyebabkan thopi/tofas mengendap di area perifer. Endapan thopi ini
merubah bentuk tulang dan mengakibatkan deformitas tulang/sendi. Selain
itu inflamsi yang disebabkan oleh gout arthritis akan mempengaruhi suhu
tubuh menjadi meningkat karena respon tubuh terhadap inflamasi yang
terjaadi. Ketika inflamasi terjadi mempengaruhi pergerakan sendi pada
penderita Gout arthritis, pergerakan sendi menjadi terbatas karena inflamasi
yang terjadi menimbulkan rasa nyeri sehingga penderita gout mengalami
masalah dalam mobilitas fisik.

6
4. Pathway

7
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala Menurut (Sapti 2019), tanda dan gejala yang biasa dialami oleh
penderita penyakit arthritis gout adalah:

a) Kesemutan dan linu.


b) Nyeri terutama pada malam atau pagi hari saat bangun tidur.
c) Sendi yang terkena arthritis gout terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan
nyeri luar biasa.
d) Menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari, gejalanya
menghilang secara bertahap dimana sendi kembali berfungsi dan tidak
muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya.
e) Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang adalah ibu jari kaki
(padogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang,
pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku.
f) Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam mejelang pagi.
g) Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit biasanya akan
berwarna merah atau kekuningan, serta terasa hangat dan nyeri saat
digerakkan serta muncul benjolan pada sendi (tofus). Jika sudah agak lama
(hari kelima), kulit di atasnya akan berwarna merah kusam dan terkelupas
(deskuamasi). Gejala lainnya adalah muncul tofus di helix telinga/pinggir
sendi/tendon. Menyentuh kulit di atas sendi yang terserang gout bisa
memicu rasa nyeri yang luar biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung selama
beberapa hari hingga sekitar satu minggu, lalu menghilang.
h) Gejala lain yaitu demam, menggigil, tidak enak badan, dan jantung
berdenyut dengan cepat.

8
6. Penatalaksanaan Klinis

Pentalaksanaan pada penderita asam urat dapat dengan edukasi,


pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan (kolaboratif) dengan
pemberian akupresur. Hindari makanan yang mengandung tinggi purin
dengannilai biologik yang tinggi seperti, hati, ampela ginjal, jeroan, dan
ekstrak ragi.Makanan yang harus dibatasi konsumsinya antara lain daging
sapi, domba, babi, makanan laut tinggi purin (sardine, kelompok shellfish
seperti lobster, tiram, kerang, udang, kepiting, tiram, skalop). Alkohol dalam
bentuk bir, wiski dan fortified wine meningkatkan risiko serangan gout.
Demikian pula denganfruktosa yang ditemukan dalam corn syrup, pemanis
pada minuman ringan danjus buah juga dapat meningkatkan kadar asam urat
serum. Sementara konsumsi vitamin C, dairy product rendah lemak seperti
susu dan yogurt rendah lemak, cherry dan kopi menurunkan risiko serangan
gout (Sapti, 2019).
7. Komplikasi
Komplikasi dari arthritis gout belum banyak disadari oleh masyarakat
umum. Menurut (Sapti 2019b), berikut ini komplikasi yang terjadi akibat
tingginya kadar asam urat.

1. Kerusakan sendi

Arthritis gout merupakan penyakit yang cukup ditakuti sebagian orang


karena menimbulkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk tubuh.
Kerusakan sendi yang disebabkan tingginya asam urat dapat terjadi di
tangan maupun kaki. Kerusakan tersebut terjadi karena asam urat
menumpuk di dalam sendi dan menjadi kristal yang menganggu sendi.
Sendi yang tertutup kristal asam urat menyebabkan jari-jari tangan
maupunkakI menjadi kaku dan bengkok tidak beraturan. Namun yang
ditakuti penderita bukan bengkoknya melainkan rasa sakit yang
berkepanjangan.

9
2. Terbentuk tofi
Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat
(MSUM) di sekitar persendian yang sering mengalami serangan
akut atautimbul di sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa, atau
tendon. Di luar sendi, tofi juga bisa ditemukan di jaringan lunak,
otot jantung (miokard), katup bicuspid jantung (katup mitral),
retina mata, dan pangal tenggorokan(laring). Tofi tampak seperti
benjolan kecil (nodul) berwarna pucat, sering teraba pada daun
telinga, bagian punggung (ekstensor) lengan sekitar siku,ibu jari
kaki, bursa di sekitar tempurung lutut (prepatela), dan pada tendon
achilles. Tofi baru ditemukan pada kadar asam urat 10-11 mg/dL.
Pada kadar >11 mg/dL, pembentukan tofi menjadi sangat
progresif. Bila hiperurisemia tidak terkontrol, tofi bisa membesar
dan menyebabkan kerusakan sendi sehingga fungsi sendi
terganggu. Tofi juga bisa menjadi koreng (ulserasi) dan
mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang mengandung
MSU. Dengan adanya tofi, kemungkinan sudah terjadi
pengendapan Na urat di ginjal.

3. Penyakit jantung

Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan


jantung. Bila penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah
arteri maka akan mengganggu kerja jantung. Penumpukan asam
urat yang terlalu lamadapat menyebabkan LVH (Left Ventrikel
Hypertropy) yaitu pembengkakan ventrikel kiri pada jantung

4. Batu ginjal
Tingginya kadar asam urat uang terkandung dalam darah dapat
menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa zat
yang disaring dalam ginjal. Bila zat tersebut mengendap pada
ginjal dan tidak bisa keluar bersama urine maka membentuk batu
ginjal. Batu ginjal yang terbentuk diberi nama sesuai dengan

10
bahan pembuat batu tersebut. Batu ginjal yang terbentuk dari asam
urat disebut batu asam urat.
5. Gagal ginjal (nefropati gout)
Komplikasi yang sering terjadi karena arthritis gout adalah gagal
ginjalatau nefropati gout. Tingginya kadar asam urat berpotensi
merusak fungsi ginjal. Adanya kerusakan fungsi ginjal dapat
menyebabkan ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya dengan
baik atau mengalami gagal ginjal. Bilagagal ginjal terjadi ginjal
tidak dapat membersihkan darah. Darah yang tidak dibersihkan
mengandung berbagai macam racun yang menyebabkan pusing,
muntah, dan rasa nyeri sekujur tubuh

11
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam


mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Smeltzer, 2018).
Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis :
1. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan
terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari
nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan nyeri
yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan
sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu
pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan atau Tofi pada
sendi atau jaringan sekitar.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit
Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan
sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.

6. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien
dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan

12
individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan
berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik
akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan
perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri
dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang
maladaptif.
7. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi Purin.
8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah
sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan
mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan
posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada
kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah
sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan
beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan
tersebut aktif, pasif atau abnormal.
9. Pemeriksaan Diagnosis
Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
10. Pemeriksaan Radiologi.

13
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan. Dengan demikian, diagnosis keperawatan
ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan
akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan, baik
yang nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial). Menurut
NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis
yang telah disesuaikan dengan SDKI(2017) adalah:
1) Nyeri akut
2) Gangguan mobilitas fisik
3) Hipertemia
4) Gangguan rasa nyaman
5) Gangguan integritas jaringan
6) Gangguan pola tidur
7) Risiko infeksi
8) Defisit perawatan diri

14
C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan menurut SIKI


2018 dan SLKI 2018, sebagai berikut :
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan
• Identifikasi lokasi,
b/d proses asuhan keperawatan
karakteristik, durasi,
inflamasi diharapkan nyeri
frekuensi, kualitas,
hilang atau terkontrol
intensitas nyeri, skala
dengan kriteria hasil :
nyeri.
• Kemampuan
menuntaskan • Identifikasi faktor
aktivitas yang memperberat
meningkat dan memperingan
• Keluhan nyeri nyeri.
menurun
• Identifikasi skala
• Meringis menurun
nyeri

• Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri

• Indentifikasi respons
nyeri non verbal
Teraupetik
• Berikan tekhnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(misalnya: terapi

15
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
pijat, aroma terapi,
kompres hangat atau
dingin).
• Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (misalnya suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
• Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
• Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi

• Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri.

• Jelaskan strategi
meredakan nyeri.

• Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.

• Anjurkan
menggunakan
analgesic secara tepat

16
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL

• Ajarkan tekhnik non


farmakologis untuk
mengurangi rasanyeri.
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu.

2 Gangguan Setelah dilakukan Observasi


mobilitas asuhan keperawatan
• Identifikasi adanya
fisik diharapkan klien
nyeri atau keluhan
mampu melakukan
fisik lainnya
rentan gerak aktif
• Identifikasi toleransi
dan ambulasi secara
fisik melakukan
perlahan dengan
pergerakan.
kriteria hasil :
• Monitor frekuensi
• Pergerakan
jantung dan tekanan
ekstermitas
darah sebelum
meningkat
memulai mobilisasi
• Kekuatan otot
• Monitor kondisi Umum
meningkat
selama melakukan
• Rentang gerak
mobilisasi
(ROM)
Terapeutik
meningkat
• Nyeri menurun • Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan

17
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
alat bantu (
misalnya pagar
tempat tidur )
• Fasilitasi
melakukan
pergerakan
• Libatkan keluarga
untuk membantu
• Pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi

• Jelaskan tujuan dan


prosedur
mobilisasi
• Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
• Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan (
misalnya duduk
ditempat tidur,
duduk disisi tempat
tidur, pindah dari

18
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL

• tempat tidur ke
kursi )
Kolaborasi-
3 Gangguan pola Setelah dilakukan Observasi
tidur b/d nyeri asuhan keperawatan • Identifikasi pola
diharapkan jumlah aktivitas dan tidur
jam tidur klien dalam • Identifikasi faktor
batas normal dengan penganggu tidru
kriteriahasil : (fisik dan atau
• Kesulitan psikologis)
tidurmenurun • Identifikasi
• Keluhan makanan dan
tidak minuman yang
puas menganggu tidur
tidur (misal. Kopi, teh,
menurun alkohol, makan
• Keluhan mendekati waktu
istirahat tidur, minum
tidak cukup banyak air sebelum
menurun tidur)
• Identifikasi obat
tidur yang
dikonsumsi.
Terapeutik
• Modifikasi
lingkungan

19
NO GIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
• Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
• Fasilitasi
menghilangkan
stressebelum tidru
• Tetapkan jadwal
tidurrutin
Edukasi
• Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
• Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
• Anjurkan
menghindari
makanan/minuma
n yang
menganggu tidur
• Ajarkan relaksasi
otot
autogenik atau
cara Non
farmakologi
lainnya
Kolaborasi : -

20
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
4 Deficit Setelah dilakukan Observasi
perawatan diri asuhaan keperawatan • Intervensi
b/d gangguan diharapkan perawatan kebiasaan aktivitas
muskuloskeletal diri meningkat dengan perawatan diri
kriteria hasil : sesuai usia
• Kemampuan • Monitor tingkat
mandi meningkat kemandirian
• Kemampuan • Identifikasi
mengenakan kebutuhan alat
pakaian meningkat bantu kebersihan
• Kemampuan diri berpakaian,
makan secara berhias, dan makan
mandiri meningkat Terapeutik
• Kemampuan • Sediakan
ketoilet lingkungan yang
(BAK/BAB) terapeutik
meningkat • Siapkan keperluan
• Verbalisasi pribaadi
keinginan • Damping dalam
melakukan melakukan
perawatan diri perawatan diri
meningkat sampai mandiri
Mempertahankan • Fasilitaasi untuk
kebersihan mulut menerima keadaan
meningkat ketergantungan
• Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

21
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Edukasi :
Anjurkan melakukan
aktivitas perawatan diri
secara konsisten sesuai
kemampuan
5 Risiko infeksi Setelah dilakukan Observasi
b/d supresi asuhan keperawatan • Monitor tanda gejala
respon infeksi diharapkan glukosa infeksi local dan
derajat infeksi pasien sistemik
menurun dengan Terapeutik
kriteria hasil : • Batasi jumlah
• Demam menurun pengunjung
• Kemerahan • Berikat perawatan
menurun kulit pada daerah
• Nyeri menurun edema
• Bengkak • Cuci tangan sebelum
menurun dan sesudah kontak
• Kadar sel darah dengan pasien dan
putih (leukosit) lingkungan pasien
menurun / dalam • Pertahankan tehnik
rentang batas aseptic pada pasien
normal. beresiko tinggi
Edukasi
• Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
• Ajarkan cara
memeriksa luka
• Anjurkan

22
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
• peningkatan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
antibiotic, kalua
perlu.

D. Diagnosa Prioritas
1. Nyeri akut b/d proses inflamasi
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kekakuan sendi
3. Deficit perawatan diri b/d gangguan musculoskeletal
4. Gangguan pola tidur b/d nyeri di malam hari
5. Risiko infeksi b/d supresi respon inflamasi

E. Implementasi

Implementasi keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (2018) adalah perilaku atau aktifitas spesifik yang dikerjakan

oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan, dam

dilakukan pasa kasus sesuai dengan rencana keperawatan yang disusun.

F. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

Evaluasi pendokumentasian pada kasus dibuat menggunakan evaluasi hasil

yaitu dengan format SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, dan planning ).

23
BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama / suku : Islam / jawa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Bahasa jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat Rumah : Demak
Diagnose Medis : gout arhtritis

Unit : KMB

Ruang/Kamar : Edelweis

Tanggal Masuk : 25 Juli 2023 Jam 14:40

Tanggal Pengkajian : 26 juli 2023 Jam 15:00

Penanggung jawab
Nama : Ny. S
Alamat : Demak
Hubungan : istri

24
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada lutut kaki kanan.
O : pasien mengatakan nyeri mulai tanggal 19 juli 2023 dan
terasa semakin nyeri.
P : pasien mengatakan nyeri memburuk saat bergerak
Q : mencengkeram
R : Genu / lutut kanan
S:4
T : pasien mengatakan membatasi gerak agar nyeri tidak
bertambah
U : pasien mengatakan pernah mengalami nyeri sebelumnya
V : pasien mengatakan berharap nyerinya bias hilang
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien mengatakan mulai merasa nyeri di kaki pada hari
kamis tanggal 19 juli 2023, kemudian pada tanggal 25 juli 2023
pasien ke IGD RS Mardi Rahayu kudus pada pukul 14:40 wib
diantar oleh istrinya. Di IGD dilakukan pemeriksaan TTV
dengan hasil TD: 160/105 mmHg, Suhu 36, HR 107 x/menit, RR
: 22 x/menit, Spo2 97 %. Kemudian pasien mendapat terapi infus
NaCl 0,9% 20 tpm, injeksi ranitidine 50 Mg, injeksi ketorolac
30 Mg. pada pukul 17:30 wib pasien masuk di ruang edelweiss
di kamar 507C. Pada saat pasien masuk ruangan dilakukan
pemeriksaan TTV dengan hasil TD: 155/97 mmHg, Suhu : 36,7
, HR : 85x/menit, RR : 18x/menit, SpO2 : 98%, keluhan : nyeri
di lutut kaki kanan , terasa mencengkeram, skala nyeri 4, terasa
terus menerus memberat saat di gerakan.
c. Riwayat kesehatan lalu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat sakit asam urat
sekitar 1 tahun. Sekitar bulan juni tahun 2022 pasien pernah
berobat di puskesmas dengan keluhan nyeri di kaki kanan,

25
kemudian pasien konsumsi obat asam urat sekitar 2 bulan dari
puskesmas, selanjutnya karna merasa membaik pasien tidak
melanjutkan pengobatan lagi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat
penyakit keturunan (DM, HT, asam urat ,dll)
e. Genogram

Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal dunia
pasien

3. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat
maupun makanan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda – tanda Vital
Diambil saat pengkajian pada tanggal 26 juli 2023.
Tekanan Darah : 116/89 mmHg
Suhu : 36,8
Nadi : 68 x / menit

26
Pernafasan : 20 x/menit
Saturasi oksigen : 98%

b. Antropometri
Berat Badan : 70
Tinggi Badan : 165
IMT : 25,7
c. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
- Inspeksi : Bentuk kepala simetris, tidak ada kelainan pada
kepala, penyebaran rambut merata, warna rambut nampak
berubah dan tidak mudahrontok, kulit kepala bersi, tidak
nampak ada benjolan pada oksipital
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa atau
tumor
b) Muka
- Inspeksi : Muka simetris kiri dan kanan, tidak ada gerakan
abnormal, ekspresi wajah cemas dan meringis
- Palpasi : Tidak teraba adanya massa/ tumor, tidak ada
nyeri
c) Mata
- Inspeksi :
• Palpebra : Tidak oedema, tidak ada peradangan
mata,keadaan bulu mata tumbuh menyebar, kantung
mata hitam
• Sklera : Tidak icteric
• Pupil : Isokor terhadap rangsangan cahaya
• Posisi mata : simetris kiri kanan
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada peningkatan
tekanan intraokuler

27
d) Hidung dan Sinus
- Inspeksi : Posisi simetris kiri dan kanan, tidak ada deviasi
septum, tidak ada polip oedema, tidak ada epiktaksis,
fungsi penciuman baik
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus paranasalis,
tidak terabaadanya benjolan

e) Telinga :
- Inspeksi : Posisi simetris kiri dan kanan, canalis nampak
bersih, tidak memakai alat Bantu pendengaran, tidak
nampak adanya pengeluaran cairan atau cerumen
- Palpasi :Tidak ada nyeri tekan pada piana dan tragus, tes
pendengaran dapatmendengar jarak kurang lebih 30 cm
f) Mulut :
- Inspeksi : Tidak ada gigi palsu, gigi nampak bersih, gusi
tidak mengalamiperadangan, lidah tidak tremor dan tidak
kotor, bibir tidak pecah- pecah dan tidak cyanosis,
kemampuan bicara baik, fungsi pengecapan baik, fungsi
mengunyah baik
g) Leher :
- Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar
tyroid dan kelenjar limfe, tidak tampak adanya bendungan
vena jugularis
- Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan
kelenjar limfe, tidak teraba bendungan vena jugularis
h) Ketiak :
- Inspeksi : Tidak nampak adanya benjolan, tidak kelainan
diketiak
- Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran getah bening,
tidak ada nyeri tekanpada kelenjar getah bening

28
i) Thorax dan Paru-paru
- Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, frekuensi
pernafasan 20 kali/menit, irama pernafasan reguler atau
teratur, jenis pernafasan Thoraco abdomen, pergerakan
dan pengembangan waktu bernafas simetris dan
mengikuti gerak nafas.
- Palpasi : Vokal premitus seimbang kiri dan kanan, tidak
teraba adanya nyeri tekan, tidak teraba adanya massa,
ekspansi dada simetris kiri dan kanan
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronchi tidak ada
- Perkusi : Bunyi sonor pada semua lapang paru, batas
paru dengan jantung ICS 3,4,5 sisi dada kiri, batas paru
dengan hati ICS keenam sisi dada kanan
j) Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 3-5 Mid
Clavicularis kiri
- Perkusi : Batas jantung pekak pada ICS 3-5 Mid
Clavicularis kiri, Tidak teraba adanya pembesaran
jantung
- Auskultasi : Bunyi Jantung 1 di ICS 4 Parasternalis kiri
ICS 5 Mid Clavicularis kiri Bunyi jantung 2 di ICS 2
Parasternalis kiri ICS 2 Parasternalis kanan
k) Abdomen :
- Inspeksi : Perut nampak datar, tidak ada luka,
tumor/massa, tidak tampakadanya ascites, tidak nampak
adanya peradangan
- Palpasi : Ada nyeri tekan pada perut kiri bawah tembus
kebelakang, tidakteraba massa atau tumor
- Perkusi : Bunyi timfani
- Auskultasi : Terdengar peristaltic 8 kali/menit, Tidak

29
terdengar bising usus
l) Genitalia dan anus :
Dengan anamnese menurut klien tidak ada kelainan pada
genitalia dan anus.

m) Extremitas :

• Ekstremitas Atas :

- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, nampak terpasang


infus RL pada tangankiri, Tidak nampak adanya oedema,
lesi dan tremor

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada kehilangan


semua rasa, Refleks :Bisep = + (positif), Trisep = +
(positif)
• Ekstremitas Bawah :
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, inflamasi pada genu
dextra, terlihat memerah. tidak ada Lesi.
- Palpasi : Tidak teraba adnya lesi, oedema pada kaki kanan,
Nyeri otot tidak ada, Tidak ada atropi dan hypertropi.
Terdapat nyeri tekan dan nyeri gerak pada kaki kanan area
lutut, nyeri memberat saat lutut di fleksikan mulai dari 30
derajat.
O : pasien mengatakan nyeri mulai tanggal 19 juli
2023 dan terasa semakin nyeri.
P : pasien mengatakan nyeri memburuk saat
bergerak
Q : mencengkeram
R : Genu / lutut kanan
S:4
T : pasien mengatakan membatasi gerak agar nyeri
tidak bertambah

30
U : pasien mengatakan pernah mengalami nyeri
sebelumnya
V : pasien mengatakan berharap nyerinya bias
hilang
n) Kulit :
- Inspeksi : Turgor kulit baik, Warna kulit sawo matang
, Tidak ada lesi dik
- Palpasi : Kulit teraba hangat, Tidak teraba adanya
oedema, Kelembaban kulitbaik
B. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan pemeliharaan kesehatan
- Di Rumah : Pasien mengatakan satu tahun yang lalu pernah
mengalami hal yang sama yaitu bengkak di lutut kanan, kemudian
pasien memeriksakan kondisinya ke puskesmas. Pasien 2x periksa
ke puskesmas dan konsumsi obat asam urat dari puskesmas selama
kurang lebih 2 bulan. Karena merasa kondisinya sudah membaik,
pasien berhenti minum obat. Saat dirumah pasien tidak mengontrol
pola makan sesuai dengan riwayat penyakitnya (asam urat).
- Di Rumah Sakit : Pasien mengatakan akan mengikuti anjuran dokter
untuk menjaga kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat
proses penyembuhan dan minum obat secara teratur.
b. Pola nutrisi metabolic
- Di Rumah : Pasien mengatakan sehari makan 3-4x dalam sehari
dengan lauk dan sayur, psien mengatakan sering mengkonsumsi
seafood dan kacang-kacangan. Pasien minum air putih kursng lebih
1000cc.
- Di Rumah Sakit : Pasien mengatakan hanya makan makanan dari RS
secara teratur sehari 3x Diit rendah purin 1700 kkal dan minum air
lebih dari 2000cc/ hari.
c. Pola Eliminasi

31
- Di rumah : Pasien mengatakan sehari BAK 5-7x, lancer. BAB 1x
sehari, lembek tidak ada konstipasi.
- Di rumah sakit :Pasien mengatakan BAK 5-7x, dan belum BAB 2
hari.
d. Pola istirahat tidur
- Di rumah : Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam proses tidur,
setiap malam tidur dari jam 10 – jam 05:00 dan tidak pernah
begadang.
- Di rumah sakit : Pasien mengatakan sulit tidur nyenyak karena
merasa nyeri di kaki.
e. Pola aktivitas dan latihan
- Di rumah : Pasien mengatakan tidak pernah olah raga saat dirumah.
Saat dirumah pasien biasa mengantar anaknya sekolah setiap pagi
sekaligus berangkat bekerja hingga sore hari. Pasien mengatakan
tidak ada kesulitan dalam aktivitas saat sebelum sakit.
- Di rumah sakit : Pasien mengatakan sulit beraktivitas karena kakinya
nyeri untuk di gerakkan sehingga membutuhkan bantuan orang lain
untuk beraktifitas seperti ke toilet.
f. Pola persepsi kognitif
- Di rumah : pasien mengatakan masih bisa melihat dan mendengar
dengan baik
- Di rumah sakit : pasien mengatakan masih bisa melihat dan
mendengar dengan baik
g. Pola persepsi dan konsep diri
• Gambaran diri/citra tubuh
- Di rumah Pasien mengatakan tidak ada masalah tentang citra
tubuhnya
- Di rumah sakit Pasien mengatakan merasa kesal dengan kondisi
kakinya yang nyeri, sehingga menghambat aktivitas.
• Identitas diri

32
- Di rumah Pasien mengatakan merupakan seorang kepala keluarga
dengan satu istri dan satu orang anak.
- Di rumah sakit Pasien mengatakan selama sakit dirinya tidak bias
menemani anaknya untuk belajar dan mengantar ke sekolah.
• Peran diri
- Di rumah Pasien mengatakan dirumah menjadi kepala rumah tangga
yang berperan mencari nafkah.
- Di rumah sakit : Pasien mengatakan selama sakit dirinya tidak bias
bekerja dan sulit beraktifitas secara mandiri tanpa bantuan orang
lain.
• Harga diri
- Di rumah : Pasien mengatakan tidak ada maslah.
- Di rumah sakit : Pasien sesekali merasa malu ketika beraktivitas
harus dibantu oleh istri atau perawat.
h. Pola peran dan hubungan
- Di rumah : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-baik
saja tidak ada masalah.
- Di rumah sakit : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga
baik-baik saja tidak ada masalah
i. Pola reproduksi seksual
- Di rumah Pasien mengatakan memiliki seorang anak dan masih aktif
dalam hubungan seksual dengan istrinya.
- Di rumah sakit Pasien mengatakan belum bisa beraktivitas seperti
biasanya krna merasa tidak nyaman dengan kakinya yang sakit.
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
- Di rumah :Pasien mengatakan berkumpul dengan keluarga
merupakan penghilang penat.
- Di rumah sakit : Pasien hanya bisa berkomunikasi dengan anak2nya
melalui media social dikarenakan anaknya belum boleh
mengunjunginya di rumah sakit
k. Pola system nilai kepercayaan

33
- Di rumah : Pasien mengatakan beragama islam dan selalu berupaya
untuk menunaikan sholat 5 waktu.
- Di rumah sakit : Pasien mengatakan kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan ibadah dikarenakan kakinya nyeri saat beraktivitas.

C. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil
Haemoglobin 16,3 g/Dl
Leukosit 15,40
HCV 86
MCH 30
HMCH 35
Hematokrit 46,60
Trombosit 367
Eritrosit 5,4
Gula Darah Stik 88,0
Uric Acid 6,1
Creatinine 1,14
Ureum 24,4

2. Pemeriksaan radiologi
Permeriksaan X-Foto THORAX tanggal 26 juli 2023
Hasil : suspek kardiomegali dengan elongasio aorta
Pulmo : Aspek Tenang

3. Lampiran Foto Hasil Penunjang

34
D. TERAPI MEDIS
NO Nama Obat Dosis Cara Indikasi
Pemberian
1 Vomizol 1x1 Oral Inflamasi
esofagus, ulkus
lambung, ulkus
peptikum.

2 Celebrex 1 x 200 Oral Meredakan


mg tanda dan
gejala OA, RA,
dan Ankilosing
Spondilitis
pada orang
dewasa

3 Methyl 1 x 62,5 Drip Nacl 100 Untuk


prednisolone mg penanganan
keadaan alergi
dan
mengurangi
peradangan
atau supresi
inflamasi
4 Recolfar 2x1 Oral Arthritis Gout
Akut.

5 Ketorolac Ekstra 1 Intra vena Pereda nyeri


ampul

35
No Nama Obat Dosis Cara Indikasi
Pemberian
6 Ranitidine Ekstra 50 Intra vena Tukak
mg lambung, tukak
duodenum,
refluks
esophagitis,
didpepsia,
kondisi lain
dimana
penngurangan
asam lambung
akan
bermanfaat.

Nama Do 25/7/2023 26/7/2023 27/7/2023 28/7/2023


Obat sis P S M P S M P S M P S M
Vomizol 40 Mg 06:00 06:00 06:00

Celebrex 200 Mg 07:00 07:00 07:00

Methyl 62,5 08:00 08:00 08:00


prednisol Mg
one
Recolfar 0,5 Mg 07:00 19:00 07:00 19:00 07:00

Ketorolac 30 Mg 15:00

Ranitidine 50 Mg 15:00

36
E. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS: Pasien mengatakan Proses inflamasi Nyeri Akut
nyeri pada kaki kanan
kurang lebih 7 hari
O : Px mengatakan nyeri di
lutut kanan
P : Px mengatakan nyeri
timbul saat istirahat dan
memburuk saat
beraktivitas
Q : mencengkram
R : Ps mengatakan nyeri
menjalar sampai ke betis
atas
S:4
T : terus menerus
U : pasien mengatakan
pernah mengalami nyeri
yang sama sebelumnya
V : pasien mengatakan
ingin nyeri mereda/hilang.

DO : pasien Nampak
meringis kesakitan, kaki
kanan terlihat bengkak dan
memerah.
2. DS : Pasien mengatakan Kekakuan sendi Gangguan
sulit beraktivitas karena mobilitas fisik
merasa nyeri pada kaki

37
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
kanan terlebih saat
digerakan.

DO : pasien terlihat
kesakitan saat
menggerakan kakinya.
Lutut kanan terlihat
membengkak dan
memerah.
3 DS : Pasien mengatakan Hambatan Gangguan pola
sulit tidur dan sering lingkungan (nyeri tidur
terbangun saat tidur karena di malam hari)
merasa terganggu dengan
kakinya yang nyeri terlebih
di malam hari

DO : pasien terlihat lesu,


kantung mata hitam.

4 DS : pasien mengatakan Gangguan Gangguan


kesulitan untuk muskuloskeletal mobilitas fisik
beraktivitas secara mandiri,
dan harus dibantu keluarga
maupun tenaga medis
untuk melakukan
perawatan diri seperti
ketoilet, dan berpakaian.

38
No DATA ETIOLOGI PROBLEM
DO : Pasien Nampak
kesulitan dalam
menggerakan ekstermitas
bawah terlebih kaki kanan.

F. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1. Nyeri akut b/d proses inflamasi
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kekakuan sendi
3. Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan
4. Deficit perawatan diri b/d gangguan musculoskeletal

39
G. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut Setelah
• Identifikasi
b/d proses dilakukan
lokasi,
inflamasi asuhan
karakteristik,
keperawatan
durasi, frekuensi,
diharapkan
kualitas, intensitas
nyeri hilang
nyeri, skala nyeri.
atau terkontrol
• Identifikasi faktor
dengan
yang
kriteria hasil :
memperberat dan
• Kemampuan
memperingan
menuntaska
nyeri.
n aktivitas
• Identifikasi skala
meningkat
nyeri
• Keluhan nyeri
• Identifikasi
menurun
pengetahuan dan
• Meringis
keyakinan tentang
menurun
nyeri
• Indentifikasi
respons nyeri non
verbal
Teraupetik
• Berikan tekhnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri (misalnya:
terapi

40
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
pijat, aroma terapi,
kompres hangat atau
dingin).
• Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (misalnya suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
• Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
• Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi

• Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri.
• Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
• Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
• Anjurkan
menggunakan
analgesic secara
tepat

41
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL

• Ajarkan tekhnik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasanyeri.
Kolaborasi
• Kolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu.

2 Gangguan Setelah dilakukan Observasi


mobilitas asuhan keperawatan
• Identifikasi adanya
fisik diharapkan klien
nyeri atau keluhan
mampu melakukan
fisik lainnya
rentan gerak aktif
• Identifikasi toleransi
dan ambulasi secara
fisik melakukan
perlahan dengan
pergerakan.
kriteria hasil :
• Monitor frekuensi
• Pergerakan
jantung dan tekanan
ekstermitas
darah sebelum
meningkat
memulai mobilisasi
• Kekuatan otot
• Monitor kondisi Umum
meningkat
selama melakukan
• Rentang gerak
mobilisasi
(ROM)
Terapeutik
meningkat
• Nyeri menurun • Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan

42
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
alat bantu (
misalnya pagar
tempat tidur )
• Fasilitasi
melakukan
pergerakan
• Libatkan keluarga
untuk membantu
• Pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi

• Jelaskan tujuan dan


prosedur
mobilisasi
• Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
• Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan (
misalnya duduk
ditempat tidur,
duduk disisi tempat
tidur, pindah dari

43
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL

• tempat tidur ke
kursi )
Kolaborasi
-
3 Gangguan Setelah dilakukan Observasi
pola tidur b/d asuhan keperawatan • Identifikasi pola
nyeri diharapkan jumlah aktivitas dan tidur
jam tidur klien dalam • Identifikasi faktor
batas normal dengan penganggu tidru
kriteriahasil : (fisik dan atau
• Kesulitan psikologis)
tidurmenurun • Identifikasi
• Keluhan makanan dan
tidak minuman yang
puas menganggu tidur
tidur (misal. Kopi, teh,
menurun alkohol, makan
• Keluhan mendekati waktu
istirahat tidur, minum
tidak cukup banyak air sebelum
menurun tidur)
• Identifikasi obat
tidur yang
dikonsumsi.
Terapeutik
• Modifikasi
lingkungan

44
NO GIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
• Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
• Fasilitasi
menghilangkan
stressebelum tidru
• Tetapkan jadwal
tidurrutin
Edukasi
• Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
• Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
• Anjurkan
menghindari
makanan/minuma
n yang
menganggu tidur
• Ajarkan relaksasi
otot
autogenik atau
cara Non
farmakologi
lainnya
Kolaborasi : -

45
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
4 Deficit Setelah dilakukan
perawatan diri asuhaan keperawatan Observasi
b/d gangguan diharapkan perawatan • Intervensi
muskuloskeletal diri meningkat dengan kebiasaan aktivitas
kriteria hasil : perawatan diri
• Kemampuan sesuai usia
mandi meningkat • Monitor tingkat
• Kemampuan kemandirian
mengenakan • Identifikasi
pakaian meningkat kebutuhan alat
• Kemampuan bantu kebersihan
makan secara diri berpakaian,
mandiri meningkat berhias, dan makan
• Kemampuan Terapeutik
ketoilet • Sediakan
(BAK/BAB) lingkungan yang
meningkat terapeutik
• Verbalisasi • Siapkan keperluan
keinginan pribaadi
melakukan • Damping dalam
perawatan diri melakukan
meningkat perawatan diri
Mempertahankan sampai mandiri
kebersihan mulut • Fasilitaasi untuk
meningkat menerima keadaan
ketergantungan
• Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

46
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
1. Edukasi
Anjurkan melakukan
aktivitas perawatan diri
secara konsisten sesuai
kemampuan

47
H. Implementasi Keperawatan
Hari/tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
jam DX
RABU 1,2 Mengobservasi ku, TTV DS: pasien
26/77/23 dan mengkaji nyeri paasien mengatakan nyeri
Jam kaki kanan, terasa
15;00 panas dan
mencengkram, skala
nyeri 4.

DO : ku tampak sakit
sedang, akral hangat,
Nampak meringis
kesakitan dan
memegangi area yang
nyeri (kaki kanan)
- TD : 121/83
mmHg
- Suhu : 36,1
- HR : 89
x/menit
- RR : 20
x/menit
- SpO2 : 99 %
Jam 1 Memberi Th/ DS : pasien
16:00 - Methylprednisolone mengatakan bersedia
62,5 Mg via IV di beri terapi.
Drips NS100. DO : terapi
methylprednisolone

48
Hari/tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
Jam DX
masuk via IV Drips
NS100.
18:00 1,2 Melakukan kompres dingin DS : Pasien
pada area kaki yang nyeri mengatakan merasa
lebih nyaman saat
kakinya dikompres.
P : memburuk saat
digerakan
Q : mencengkram
R : genu kanan
S:3
T : Terus menerus
U : sebelumnya
pernah merasa
nyeri
V : berharap nyeri
hilang
DO : pasien Nampak
lebih tenang dan
hanya sesekali
meringis.
Jam 3 Melakukan pengkajian pola DS : pasien
20:00 tidur pasien mengatakan sebelum
sakit setiap malam
tidur dari jam 10 –
jam 05:00 dan tidak
pernah begadang. Di
RS pasien kesulitan

49
Hari/tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
jam DX
tidur karena nyeri
pada kaki, dan terasa
memberat di malam
hari.

DO : pasien terlihat
lesu, kantung mata
hitam.
Kamis/ 1,2 Mengobs KU dan TTV, DS : pasien
27-8-23 serta kaji skala nyeri mengatakan nyeri
Jam berkurang
21:30 P : memburuk saat
digerakan
Q : mencengkram
R : genu kanan
S:3
T : Terus menerus
U : sebelumnya
pernah merasa
nyeri
V : berharap nyeri
hilang

DO : KU tampak
sakit sedang,
kesadaran CM, nadi
kuat, akral hangat.

50
Hari / tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
Jam DX
Nampak sesekali
meringis kesakitan.
- TD 131/87
mmHg
- Suhu 36,1
- HR 71x/menit
- RR 20x/menit
- SpO2 99%

27/8/23 1 Melakukan kompres dingin DS : pasien


21:45 pada lutut kanan pasien mengatakan nyeri
berkurang setelah
dikompres. Saat
digerakan terasa lebih
nyaman Dan merasa
akan bisa tidur lebih
nyenyak.

DO : pasien terlihat
mulai tenang dan
hanya sesekali
meringis kesakitan.
22:20 3 Menyetel suhu ruang yang DS : Pasien merasa
pas dan mematikan lampu lebih nyaman dan
kamar pasien. segera ingin tidur.
DO : Suhu ruang 24
‘c, lampu kamar
pasien mati. Pasien

51
Hari/ tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
jam DX
berada di tempat tidur
bersiap untuk tidur.
28/8/23 1 Mengobs ku dan TTV DS:Pasien
05:00 mengatakan nyeri
berkurang, Pasien
mengatakan
semalam bisa tidur
kurang lebih 5 jam,
dan merasa lebih
segar.
DO : Ku : Nampak
sakit sedang,
Kesadaran CM.
- TD 131/82
mmHg
- Suhu 36 ‘c
- HR 61
x/menit
- RR 20
x/menit
- spO2 99%
-
05:20 1 Mengkaji skala nyeri DS : Pasien
pasien mengatakan nyeri
berkurang
P : memburuk saat
digerakan
Q : mencengkram

52
Hari/tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
Jam DX
R : genu kanan
S:2
T : Terus menerus
U : sebelumnya
pernah merasa
nyeri
V : berharap nyeri
hilang

DO : pasien mampu
menggerakan kaki
kanan dan hanya
sesekali terlihat
meringis.
28/8/23 4 Mengkaji kebutuhan DS : pasien
05:40 kebersihan diri pasien mengatakan mampu
berjalan mandiri ke
kamar mandi, teetapi
masih memerlukan
bantuan untuk
melepas dan
mengganti baju.

DO : pasien terlihat
belum ganti baju
sejak kemarin. Pasien
mampu berjalan

53
Hari / tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
jam DX
28/8/23 sndiri tanpa bantuan
05:40 ke kamar mandi
05:50 4 Membantu pasien untuk DS : pasien merasa
ganti baju terbantu dan merasa
lebih nyaman setelah
ganti baju

DO : baju pasien
sudah terganti.
06:15 4 Memberikan terapi oral DS : pasien
- Vomizol mengatakan akan
- Celebrex minum obatnya.
- Recolfar
DO : pasien sdh
meminum obat
vomizol (sebelum
makan )
07:00 1 Melakukan kontrak waktu DS : pasien
untuk edukasi tentang mengatakan bersedia
GOUT dan terapi diberikan edukasi
komplementer alami tentang GOUT.
pengobatan GOUT. DO : Pasien dan
keluarga setuju,
rencana penyuluhan
disepakati tanggal
28/7/23 pukul 08:00
WIB.

54
Hari/tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
jam DX
28/8/23 1 Melakukan penyuluhan DS : Pasien
08:00 kesehatan tentang GOUT mengatakan merasa
menggunakan metode terbantu tentang
ceramah dan tanya jawab. materi yang
disampaikan.

DO : pasien dan
keluarga paham
tentang materi yang
disampaikan dan
mampu menjelaskan
ulang tentang
GOUT/asam urat.
08:40 1 Melakukan evaluasi nyeri DS : Pasien
akut mengatakan nyeri
berkurang
O : 19 juli 2023
P : saat bergerak
Q : mencengkeram
R : Genu / lutut
kanan
S:2
T: membatasi gerak
agar nyeri tidak
bertambah
U: pernah
mengalami nyeri
sebelumnya

55
Hari/tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
jam DX
V: berharap nyerinya
bias hilang

DO : Pasien tampak
sakit sedang, hanya
sesekali meringis
kesakitan saat
menggerakan kaki
kanan.
28/7/23 2 Melakukan evaluasi DS : Pasien
09:00 gangguan mobilitas fisik mengatakan nyeri
pasien berkurang, sehingga
mulai bisa
beraktivitas mandiri
seperti ketoilet
sendiri tanpa bantuan.

DO : Pasien mulai
bisa beraktivitas
mandiri seperti
kekamar mandi dan
berjalan di sekitar
tempat tidur.
09:15 3 Melakukan evaluasi DS : Pasien
gangguan pola tidur pasien mengatakan semalam
bisa tidur kurang
lebih 5 jam, dan
merasa lebih segar.

56
Hari/tgl NO IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD
jam DX
28/7/23 3 DO : pasien Nampak
09:15 lebih segar, kantung
mata masih sedikit
hitam.
09:25 4 Melakukan evaluasi DS : pasien
kebutuhan kebersihan diri mengatakan
(deficit perawatan diri) sudah bisa
melakukan
perawatan tubuh
secara mandiri ke
toilet (mandi),
tetapi masih
memerlukan
bantuan untuk
melepas dan
mengganti
pakaian.

DO : pasien terlihat
lebih segar,
sudah mampu
berjalan sendiri
ke toilet.

57
I. EVALUASI KEPERAWATAN
HARI/ NO CATATAN PERKEMBANGAN TTD
TANGGAL DX
JUMAT 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
28/7/23 O : 19 juli 2023
Jam 08:40 P : saat bergerak
Q : mencengkeram
R : Genu / lutut kanan
S:2
T: membatasi gerak agar nyeri tidak
bertambah
U: pernah mengalami nyeri sebelumnya
V: berharap nyerinya bias hilang

O : Ku : Nampak sakit sedang, Kesadaran


CM.
- TD 131/82 mmHg
- Suhu 36 ‘c
- HR 61 x/menit
- RR 20 x/menit
- spO2 99%

A : Nyeri akut teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi mengatasi nyeri akut


dirumah

58
Hari / NO CATATAN PERKEMBANGAN TTD
tanggal DX
28/7/23 2 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang,
Jam 09:00 sehingga mulai bisa beraktivitas
mandiri seperti ketoilet sendiri tanpa
bantuan.
O : 19 juli 2023
P : saat bergerak
Q : mencengkeram
R : Genu / lutut kanan
S:2
T: membatasi gerak agar nyeri tidak
bertambah
U: pernah mengalami nyeri sebelumnya
V: berharap nyerinya bias hilang

O : pasien mulai bisa beraktivitas mandiri


seperti kekamar mandi dan berjalan di
sekitar tempat tidur.

A : Gangguan mobilitas fisik tercapai


sebagian
P : lanjutkan intervensi gangguan mobilitas
fisik dirumah

28/7/23 3 S : Pasien mengatakan semalam bisa tidur


Jam 09:15 kurang lebih 5 jam, dan merasa lebih
segar.

59
Hari/tgl NO CATATAN PERKEMBANGAN TTD
DX
28/7/23 O : pasien Nampak lebih segar, kantung
09:15 mata masih sedikit hitam.

A : gangguan pola tidur teratasi


P : hentikan intervensi

Jumat 4 S : pasien mengatakan sudah bisa


28/7/23 melakukan perawatan tubuh secara
09:25 mandiri ke toilet (mandi), tetapi masih
memerlukan bantuan untuk melepas
dan mengganti pakaian.

O : pasien terlihat lebih segar, sudah mampu


berjalan sendiri ke toilet.

A : deficit perawatan diri teratasi

P : Hentikan intervensi

60
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta


Selatan :DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
Selatan :DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
Selatan :DPP PPNI
Haryani, Sri and Misniarti. 2020. “Efektifitas Akupresur Dalam Menurunkan Skala
Nyeri Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas.” Jurnal
Keperawatan Raflesia 2(1):21–30.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun
2 018.http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rako
rpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses Agustus 2018.

Rahmawati, A. Kusnul. Z. (2021). Potensi Kompres Hangat Jahe Merah Sebagai


Terapi Komplementer Terhadap Pengurangan Nyeri Atritis Gout. Jurnal
Ilmiah Pemenag

Marlinda, Roza and Putri Dafriani. 2019. “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun
Salam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Arthritis Gout.” Jurnal
Kesehatan Saintika Meditory 2(1):62–70.

Masturoh, Imas and Nauri Anggita. 2018b. Metodologi Penelitian


Kesehatan.Tahun 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Sapti, Mujiyem. (2019).Gambaran Kadar Asam Urat Pada Lansia.Kemampuan
koneksi Matematis (Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi)
53(9):1689-99
Şenocak, Gülşah. 2019. “Konsep Gout Artritis.” 5–7.

60

Anda mungkin juga menyukai