Anda di halaman 1dari 6

SKENARIO DRAMA NATAL 2006

Judul : Anak Yang Hilang

BABAK I
Narator : Disuatu desa tinggallah seorang bapa yang kaya raya bersama
istri dan kedua orang anaknya. Mereka hidup bahagia dalam kekayaan,
perhatian dan kasih sayang ayahnya.
(bapa dan istri memasuki panggung)
Papi : mi, hari ini saya belum lihat anak-anak kita, memangnya
mereka lagi sibuk apa yah??
Mami : Waduh papi, mami kan sibuk arisan, mana mungkin mami
tahu, paling juga mereka lagi ngurusin sapi, bebek, kambing. Lagian kan
usaha telor asin kita lagi maju pesat pi…
Papi : mmm… bagus..bagus… tapi papi lagi pengen ketemu sama
mereka, lagi kangen… pengen ngobrol…
Mami : Ok deh, sebentar mami panggil… (berteriak) pelayan...
Pelayan I : tunggu sebentar, ada apa bu??
Mami : tolong panggilkan anak-anak, papinya kangen mau ketemu
sama mereka…
Pelayan I : baik bu…
(Pelayan meninggalkan panggung, kemudian kedua orang anak memasuki
panggung)
Anak I : Ada apa pi, kita masih sibuk di kebun nih…
Papi : Begini, papi mau kasih tahu sesuatu sama kalian berdua…
Coba kalian lihat, ini semua punya kita, dari hasil perkebunan, kita dapatkan
kopi, teh, cengkeh.. dari peternakan, kita dapat susu…
Anak II : susu apa pi??
Papi : susu sapi donk, sudah gitu kita juga masih punya peternakan
ayam, kambing, juga beruang… semua ini nanti akan jadi milik kalian, selain
ini, papi juga masih punya aset-aset yang lain… mari kita lihat lagi yang
lain…
(bapa dan istri meninggalkan panggung)
Anak I : ayo, kita kan masih mau lihat yang lain…
Anak II : ntar deh, saya masih mau disini dulu, lagi banyak pikiran nih…
(Anak sulung meninggalkan panggung sedangkan anak bungsu tetap berada
di panggung sambil melamun, sedang memikirkan sesuatu)
Narator : Pada saat anak bungsu sedang sendiri, tiba-tiba…
(iblis memasuki panggung)
Iblis : (dengan menari nari) Hahahahaha…
(kemudian malaikat datang dan memukul iblis tersebut)
Iblis : haahaaah, sakit tau, eh siapa kamu koq sama-sama hitam??
Malaikat : belum tau yah, nih baca sendiri (menunjukkan punggungnya)
Iblis : Afrika ??? Pantesan kamu lebih hitam daripada saya… heh, itu
ada orang lagi sendiri dan melamun, saya mau ganggu dan hasut dia!!!
Malaikat : Hei, jangan hasut dia donk…
Iblis : Apa urusan kamu, huh!!!
Iblis : (mendekati anak bungsu) aku sudah tahu masalahmu nak,
udah deh, minta aja bagian warisan kamu sekarang jadi kamu kan bisa
punya duit banyak dan bisa foya-foya dikota.
Malaikat : Jangan dengarkan hasutannya, nanti juga kamu dapat warisan
koq, cepat atau lambat.
Iblis : Ahhh, kelamaan nunggunya nanti keburu tua, dikota kamu
bisa mendapatkan kesenangan yang kau inginkan…
Anak II : Aduh pusing…pusing, udah ah saya mau istirahat dulu…
(Anak bungsu keluar sambil diikuti oleh iblis dan malaikat)
BABAK II
Narator : Si Bungsu yang sudah tergoda oleh rayuan manis dari si iblis
akhirnya mengambil keputusan untuk meminta bagian warisan kepada
ayahnya.
(Bapak dan anak bungsu memasuki panggung sambil berbicara serius)
Papi : Apa…??? kamu mau pergi kekota??
Anak II : Iya pap, saya mau minta warisan bagianku untuk bekal hidup
disana… udah bosen nih tinggal didesa liatin sapi melulu, kan saya juga
pengen jadi anak gaul dikota.
Papi : Tapi nak, kau kan masih kecil… dikota besar itu berbahaya,
apalagi pergaulan disana banyak yang nggak bener, kamu akan menderita
disana…
Anak II : Ahh, papi ini tahu apa sih, kuno banget, udah deh pap, saya
bosen disini…
Papi : Kalo memang itu maunya kamu, baiklah papi tidak akan
memaksamu tinggal disini lagi.. Ini adalah bagian dari warisan kamu nak,
pergunakan sebaik-baiknya… (sambil memberikan kopor yang berisi bagian
dari warisan si anak bungsu)
Anak II : thanks yah pap… (mengambil kopor dan pergi meninggalkan
panggung, dan disusul oleh bapanya)

BABAK III
(Oval, Martin, Yani, Noni memasuki panggung dengan suasana pesta pora)
Narator : Beberapa waktu kemudian setelah si bungsu ada di kota, Ia
telah memiliki banyak teman dan sahabat. Si bungsu menghabiskan uangnya
dengan berpesta dan berfoya-foya.
Anak II : Ayo, minum sepuasnya, pokoknya malam ini gua bakalan
traktir kalian semua…
(mereka kemudian melanjutkan pesta mereka)
(tak lama kemudian datanglah kedua orang penjudi)
Bowo : Woi boss, ketemu lagi nih, baru datang?? Sini bos, gua punya
judi bola baru nih, tapi budget-nya lumayan, 100 juta keatas… Gua tau lu
kaya, pasti ada donk duit segitu, kecil buat elu mah…
Anak II : 100 juta?? Kecil itu mah…
Bowo : Ok deh, sip boss…
Garvin : Eh, Gua denger tadi lu ngomong duit segitu masih kecil,
gimana kalo lu ikutan pacuan kuda aja ama gua, gimana??
Anak II : Oh, boleh…boleh
Garvin : Ya udah, ayo ikut gua sekarang…
Bowo : Eh boss, Gimana nih rencana kita???
Anak II : Tenang aja, bisa diatur…
(Garvin, Bowo, Oval keluar dari panggung)
Narator : Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan telah
dilewati bersama dengan berpesta pora dan berjudi sampai akhirnya
kekayaan si bungsu pun habis dan teman-temannya pun mulai
meninggalkannya.
(Anak bungsu masuk, kemudian diikuti oleh Garvin dan Bowo sambil marah-
marah)
Garvin : Woi, gimana sih lu, udah kalah malah kabur lagi, bayar utang
lu!!!
(Teman-teman dari anak bungsu mulai meninggalkan panggung satu
persatu)
Anak II : Tenang..tenang pasti gua bayar…
Garvin : tenang apanya!! Pokoknya kalo lu gak bisa bayar, gua ambil
semua kepunyaan lu!!!
(Garvin dan Bowo menyeret Oval keluar dari panggung)
BABAK IV
Narator : Si bungsu kini sendiri, ia sangatlah menderita dan sangat
kelaparan. Pada saat itulah ia mulai menyadari kesalahannya dan teringat
kepada ayahnya. Akan tetapi ia merasa tidak layak dan tidak pantas setelah
apa yang diperbuatnya dahulu.
Anak II : Disini aku kelaparan, melarat, padahal pelayan-pelayan
dirumah orangtuaku saja dapat hidup berkecukupan, aku ingin pulang.. tapi
apakah bapaku masih mau menerimaku??.. aku mau buat surat, kalau
bapaku masih mau menerima keadaanku sekarang, aku akan pulang…
(Anak bungsu keluar dari panggung)

BABAK V
(Papi memasuki panggung, dan disusul oleh pelayannya)
Pelayan II : Tuan… Tuan… ada surat untuk tuanku…
Papi : Surat?? Surat apa?? Coba kamu lihat dari siapa…
Pelayan II : (membuka surat itu) tuan, surat ini dari anak bungsu tuan…
Papi : (merebut surat tersebut) sini saya lihat... (membaca surat
tersebut)
SURAT : Bapa, aku tahu aku telah melakukan kesalahan dan aku
memang tidak layak untuk memanggilmu sebagai bapaku. Aku ingin pulang,
bukan untuk mengharapkan engkau mengakui aku sebagai anakmu, tetapi
hanya sekedar menjadi hambamu saja. Jika bapa masih mau menerimaku,
tolong lambaikan satu saja sapu tangan putih pada saat engkau melihatku
pulang.
Papi : Cepat…cepat… pelayan…pelayan…
Pelayan II : Ada apa tuan??
Papi : Cepat siapkan sapu tangan putih sebanyak-banyaknya…
(Para pelayan meninggalkan panggung kemudian masuk kembali dengan
membawa banyak sapu tangan putih)
(Oval berjalan ke panggung dengan tertatih-tatih)
Papi : Anakku… anakku pulang… anakku pulang… (sambil berteriak
kegirangan)
Anak II : (sambil berlari ke arah papinya) Papi, maafkan aku papi… Papi
yang sudah begitu baik padaku tapi aku malah berbuat yang kurang ajar
kepada papi, ampuni aku papi…
Papi : (Papi datang menyambut anaknya, dan kemudian
memeluknya) Sudahlah nak, kau tetap anakku… kau berharga dimataku..
apapun yang terjadi, aku tetap mengasihimu.. yang terpenting, saat ini kau
telah sadar dan kembali kepadaku, berdirilah nak…

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai