Anda di halaman 1dari 41

HIMPUNAN

1. Himpunan
2. Himpunan Bagian
3. Operasi – operasi Himpunan
4. Diagram Venn dan Operasi Himpunan
5. Aljabar Himpunan
6. Himpunan Berhingga
7. Kumpulan Himpunan
Himpunan, Elemen dan Kesamaan
Himpunan
• Menurut Gerorg Cantor (Bapak Teori
Himpunan) Himpunan adalah sekumpulan
objek yang mempunyai syarat tertentu dan
jelas.
• Objek yang dimaksud dapat berupa bilangan,
manusia, hewan, tumbuhan, negara dan
sebagainya.
• Objek di dalam himpunan disebut elemen,
unsur, atau anggota
1.1 Penyajian Himpunan
A. Himpunan Enumerasi
Mengenumerasi artinya menuliskan semua elemen himpunan yang
bersangkutan di antara dua buah tanda kurung kurawal. Biasanyasuatu
himpunan diberi nama dengan menggunakan huruf kapital maupun dengan
menggunakan simbol-simbol lainnya

Contoh
• Himpunan A merupakan empat bilangan asli pertama, A = {1, 2, 3, 4}.
• Himpunan B memiliki lima bilangan genap positif pertama, B = {2, 4, 6, 8, 10}.
• C = {kucing, a, Amir, 10, paku}
• R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
• C = {a, {a}, {{a}} }
• K = { {} } atau Ø
• Himpunan Z merupakan 100 buah bilangan asli pertama, Z= {1, 2, ..., 100 }
• Himpunan X merupakan bilangan bulat , X = {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.
• Untuk menuliskan himpunan yang tak berhingga, kita dapat menggunakan tanda
ellipsis(∞)
B. Himpunan Keanggotaan

x  A : x merupakan anggota himpunan A;


x  A : x bukan merupakan anggota himpunan A.

Contoh
1. Misalkan: A = {1, 2, 3, 4}, R = { a, b, {a, b, c}, {a, c} }
K = {{}}, maka
➢ 3 A
➢ 5 A
➢ {a, b, c}  R
➢ cR
➢ {}  K
➢ {}  R
Contoh
2. Bila P1 = {a, b}, P2 = { {a, b} }, P3 = {{{a, b}}},
maka

➢ a  P1
➢ a  P2
➢ P1  P2
➢ P1  P3
➢ P2  P3
C. Simbol-simbol Baku Pada Himpunan
• P = himpunan bilangan bulat positif = { 1, 2, 3, ... }
• N = himpunan bilangan alami (natural) = { 1, 2, ... }
• Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
• Q = himpunan bilangan rasional
• R = himpunan bilangan riil
• C = himpunan bilangan kompleks
• Himpunan yang universal: semesta, disimbolkan dengan U.
Contoh: Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A adalah himpunan
bagian dari U, dengan A = {1, 3, 5}.
D. Notasi Pembentuk Himpunan
• Himpunan biasanya dinyatakan dengan huruf besar A, B, C, H, K dan sebagainya.
• Untuk menyatakan suatu himpunan digunakan simbol “{….}”
• Untuk melambangkan anggota himpunan biasanya menggunakan huruf kecil a, b,
c, x, y dan sebagainya.
• Untuk menyatakan anggota suatu himpunan digunakan lambang “ ϵ ” (baca:
anggota)
• untuk menyatakan bukan anggota suatu himpunan digunakan lambang “ ”
(baca: bukan anggota).
• Bagian di kiri tanda ’|’ melambangkan elemen himpunan
• Tanda ’|’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga
• Bagian di kanan tanda ’|’ menunjukkan syarat keanggotaan himpunan
• Setiap tanda ’,’ di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan

NB:
• Perlu diperhatikan bahwa penulisan anggota dalam suatu himpunan hanya sekali
saja Jadi tidak boleh kita menuliskan himpunan sebagai {1,a,b,8,b}.
• Demikian pula kita tidak boleh menyatakan himpunan sebagai {bunga, kambing,
sapi, kerbau, sapi,tumbuhan}
• Notasi: { x  syarat yang harus dipenuhi oleh x }

Contoh :
1. A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5

A = { x | x adalah bilangan bulat positif lebih kecil dari 5}


atau
A = { x | x P, x < 5 }
yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4}

2. M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah


Matematika Diskrit}
E. Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara
grafis. Cara penyajian himpunan ini
diperkenalkan oleh matematikawan Inggris
yang bernama John Venn pada tahun 1881.
Dalam diagram Venn, himpunan semesta (U)
digambarkan sebagai suatu segi empat
sedangkan himpunan lainnya digambarkan
sebagai lingkaran di dalam segi empat
tersebut.
• Contoh :
Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B
= {2, 5, 6, 8}.

Diagram Venn:
1.2 KARDINALITAS
• Kardinalitas adalah Jumlah elemen di dalam sebuah himpunan
• Notasi: n(A) atau |A|, untuk menyatakan kardinalitas sebuah
himpunan.
Contoh :
B = {x|x merupakan a,b,c,d}, Maka |B| = 4, dengan elemen-
elemennya adalah a,b,c,d
A = {a, {a}, {{a}}, maka |A| = 3,dengan elemen-elemen A (yang
berbeda) adalah a, {a}, dan {{a}}.

• Himpunan yang tidak berhingga banyak anggotanya


mempunyai kardinalitas tidak berhingga pula.
• Sebagai contoh, himpunan bilangan riil mempunyai jumlah
anggota tidak berhingga, maka |R| = ∞
1.3 HIMPUNAN KOSONG
• Himpunan Kosong adalah Himpunan yang
tidak memiliki satupun elemen atau himpunan
dengan kardinal = 0 disebut himpunan
kosong (null set).
• Notasi: Ø atau { }

• Contoh: A = {x | x < x}, maka n(A) = 0


• Perhatikan bahwa himpunan {{ }} dapat juga
ditulis sebagai {Ø}.
2. Himpunan Bagian (Subset)
• Himpunan Bagian adalah dua himpunan atau lebih yang
memiliki elemen yang sama.
• Misalkan Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari
himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan
elemen B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.
• Notasi: A ⊂ B atau A  B
Contoh :
• A = {1,3,5} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka A  B
• C = {a,b,c,1,2} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}.
Maka C  B, karena ada anggota dari C yang
bukan merupakan anggota B, yaitu a.
(Pengertian “ada” berarti terdapat satu
anggota C yang bukan merupakan anggota B,
sudah cukup)
• { 1, 2, 3}  {1, 2, 3, 4, 5}
• {1, 2, 3}  {1, 2, 3}
• N⊆Z⊆R⊆C
TEOREMA 1. Untuk sembarang himpunan A
berlaku hal-hal sebagai berikut:

• A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, A  A).


• Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A
(  A).
• Himpunan kosong () merupakan himpunan bagian dari
semua himpunan.
• Jika A  B dan B  C, maka A  C
•   A dan A  A, maka  dan A disebut himpunan bagian tak
sebenarnya (improper subset) dari himpunan A.
• Contoh: A = {1, 2, 3}, maka {1, 2, 3} dan  adalah improper
subset dari A.
3. Operasi Himpunan
A. Irisan (intersection)
B. Gabungan (union)
C. Komplemen (complement)
D. Selisih (difference)
E. Beda Setangkup (Symmetric Difference)
F. Perkalian Kartesian (cartesian product)
A. Irisan (intersection)
• Irisan adalah dua atau lebih himpunan yang saling
berpotongan
• Irisan antara himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∩ ‘
• Misalkan A dan B adalah himpunan yang tidak saling lepas,
maka
A ∩ B = { x | x ∈ A dan x ∈ B }
• Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :
Contoh :
1. Misalkan A = {2, 3, 5, 7, 11} dan B = {3, 6, 9, 12},
maka A ∩ B = {3}
2. Misalkan A adalah himpunan mahasiswi TI dan B
merupakan himpunan wanita lanjut usia (50 tahun ke
atas)
maka A ∩ B = ∅.

Hal ini berarti A dan B adalah saling lepas atau A // B.

NB : Gambarkan Diagram Venn nya!!


B. Gabungan (union)
• Gabungan adalah dua atau lebih himpunan yang saling
menyatu
• Gabungan antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda
‘∪‘
• Misalkan A dan B adalah himpunan, maka
A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B }
• Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :
Contoh:
• Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 },
maka A ∪ B = { 1, 2, 3, 4, 5, 7}
• A∪∅=A

NB : Gambarkan Diagram Venn nya


C. Komplemen (complement)
• Komplemen dari suatu himpunan merupakan
unsur -unsur yang ada pada himpunan
universal (semesta pembicaraan ) kecuali
anggota himpunan tersebut.

Contoh:
Misalkan A merupakan himpunan yang berada
pada semesta pembicaraan U, maka
komplemen dari himpunan A dinotasikan
oleh:
A = { x | x ∈ U dan x ∉ A }
• Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn
adalah :

Contoh:
Misalkan U = { 1, 2, 3, ..., 9 },
jika A = {1,3,5,7,9}, maka Ā = {2,4,6,8}
jika A = { x ∈ U | x habis dibagi dua }, maka
Ā = {1,3,5,7,9}
Contoh Soal:
Diketahui :
A = himpunan mahasiswa STT Telkom
B = himpunan mahasiswa yang tinggal di Asrama
C = himpunan mahasiswa angkatan 2004
D = himpunan mahasiswa yang mengambil matematika diskrit
E = himpunan mahasiswa yang membawa motor untuk pergi ke kampus

a. Pernyataan
“Semua mahasiswa STT Telkom angkatan 2004 yang membawa motor untuk pergi
ke kampus”
dapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut : (A ∩ C) ∩ E

b. Pernyataan
“Semua mahasiswa STT Telkom yang tinggal di asrama dan tidak mengambil
matematika diskrit”
dapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut : A ∩ B ∩ D

c. Pernyataan
“semua mahasiswa angkatan 2004 yang tidak tinggal di asrama atau tidak membawa
motor untuk pergi ke kampus”
dapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut : C ∩ (B ∪ E)
D. Selisih (difference)
• Selisih antara dua buah himpunan dinotasikan oleh
tanda ‘– ‘.
• Misalkan A dan B adalah himpunan, maka selisih A
dan B dinotasikan oleh
• A – B = { x  x  A dan x  B } = A  B
• Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :
Contoh :
• Misalkan A={1,2,3,4,5} dan B={2,3,5,7,11} maka A – B
= {1,4}
• Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 4, 6, 8, 10 },
maka A – B = { 1, 3, 5, 7, 9 } dan B – A = Ø
• {1, 3, 5} – {1, 2, 3} = {5}, tetapi {1, 2, 3} – {1, 3, 5} = {2}
E. Beda Setangkup (Symmetric
Difference)
• Beda setangkup antara dua buah himpunan
dinotasikan oleh tanda ‘ ⊕ ‘.
• Misalkan A dan B adalah himpunan, maka
beda setangkup antara A dan B dinotasikan
oleh :
A ⊕ B = (A ∪ B) – (A ∩ B)
= (A – B) ∪ (B – A)
• Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :

Contoh :
Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 }, maka
A ⊕ B = { 1, 4, 7 }

NB:
Beda setangkup memenuhi sifat-sifat berikut:
A⊕B=B⊕A (hukum komutatif)
(A ⊕ B ) ⊕ C = A ⊕ (B ⊕ C ) (hukum asosiatif)
F. Perkalian Kartesian (cartesian
product)

• Perkalian kartesian antara dua buah himpunan


dinotasikan oleh tanda ‘× ‘
• Misalkan A dan B adalah himpunan, maka
perkalian kartesian antara A dan B dinotasikan
oleh :
A × B = {(a, b) a ∈ A dan b ∈ B }
Contoh :
• Misalkan C = {1, 2, 3}, dan D = { a, b }, maka
C × D = {(1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b)}
• Misalkan
A = himpunan makanan = { s = soto, g = gado-gado, n = nasi goreng, m =
mie rebus }
B = himpunan minuman = { c = coca-cola, t = teh, d = es dawet }
Berapa banyak kombinasi makanan dan minuman yang dapat disusun dari
kedua himpunan di atas?
Jawab:
A  B = AB = 4  3 = 12 kombinasi dan minuman, yaitu {(s, c), (s, t), (s,
d), (g, c), (g, t), (g, d), (n, c), (n, t), (n, d), (m, c), (m, t), (m, d)}

NB:
1. jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka: |A x B| = |A| . |B|
2. Pasangan berurutan (a,b) berbeda dengan (b,a) atau (a, b) ≠ (b, a)
3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A x B ≠ B x A dengan syarat A dan
B tidak kosong.
4. Jika A = ∅ atau B = ∅ maka A x B = B x A = ∅
Hukum-hukum yang berlaku untuk
operasi himpunan
1. Hukum identitas: 6. Hukum penyerapan (absorpsi):
A∪∅=A A ∪ (A ∩ B) = A
A∩U=A A ∩ (A ∪ B) = A
2. Hukum null/dominasi:
A∩∅=∅
7. Hukum komutatif:
A∪B=B∪A
A∪U=U
A∩B=B∩A
3. Hukum komplemen:
A∪A=U 8. Hukum asosiatif:
A∩A=∅ A ∪ (B ∪ C) = (A ∪ B) ∪ C
4. Hukum idempoten: A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C
A∪A=A
A∩A=A
9. Hukum distributif:
A ∪ (B ∩ C) = (A ∪ B) ∩ (A ∪ C)
5. Hukum involusi:
A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)
(A)= A
11. Hukum komplemen (0/1) 10. Hukum De Morgan:
∅=U A ∩ B= A ∪ B
U=∅ A∪ B= A ∩ B
Prinsip Dualitas
• Prinsip dualitas mengemukakan bahwa dua konsep yang berbeda
dapat dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar.
Contoh :
AS →kemudi mobil di kiri depan
Indonesia →kemudi mobil di kanan depan

• Peraturan:
(a) di Amerika Serikat,
• mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,
• pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului,
• bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung

• (b) di Indonesia,
• mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,
• pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului,
• bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung
• Prinsip dualitas pada kasus diatas adalah:
Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan
pada kedua negara tersebut sehingga
peraturan yang berlaku di Amerika Serikat
menjadi berlaku pula di Inggris.
Prinsip Dualitas pada Himpunan
• Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity)
yang melibatkan himpunan dan operasi-
operasi seperti ∪, ∩, dan komplemen.
• Jika S* merupakan kesamaan yang berupa
dual dari S maka dengan mengganti ∪ → ∩,
∩ → ∪, ∅ → U, U → ∅, sedangkan komplemen
dibiarkan seperti semula, maka operasi-
operasi tersebut pada kesamaan S* juga
benar.
Dualitas dari Hukum Aljabar
Himpunan
• Contoh :
Misalkan A ∈ U dimana A = (A ∩ B) ∪ (A ∩ B)
maka pada dualnya, misalkan U*, berlaku :
A = (A ∪ B) ∩ (A ∪ B).

• Dalam membuktikan kebenaran suatu


pernyataan atau merepresentasikan suatu
pernyataan dengan cara lain dengan
menggunakan bantuan himpunan ada
beberapa cara, antara lain :
• Pembuktian dengan menggunakan diagram Venn
Contoh :
Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Tunjukan bahwa A ∩ (B ∪ C) =
(A ∩ B) ∪ (A ∩ C) dengan diagram Venn.
Jawab :
Cara ini dilakukan bukan dalam pembuktian formal, dengan
menggambarkan sejumlah himpunan yang diketahui dan mengarsir
setiap operasi yang diinginkan secara bertahap, sehingga diperoleh
himpunan hasil operasi secara keseluruhan.
• Beberapa contoh dalam membuktikan pernyataan dengan menggunakan aljabar
himpunan.
Contoh :
Misalkan A dan B himpunan. Tunjukan bahwa :
A ∪ (B – A) = A ∪ B
Jawab :
A ∪ (B – A) = A ∪ (B ∩ A) (Definisi operasi selisih)
= (A ∪ B) ∩ (A ∪ A) (Hukum distributif)
= (A ∪ B) ∩ U (Hukum komplemen)
=A∪B (Hukum identitas)

Contoh :
Tunjukan bahwa untuk sembarang himpunan A dan B, berlaku
• A ∪ (A ∩ B) = A ∪ B dan
• A ∩ (A ∪ B) = A ∩ B

Jawab :
• A ∪ (A ∩ B) = ( A ∪ A) ∩ (A ∪ B) (H. distributif)
= U ∩ (A ∪ B) (H. komplemen)
=A∪B (H. identitas)
• adalah dual dari pernyataan diatas
A ∩ (A ∪ B) = (A ∩ A) ∪ (A ∩ B) (H. distributif)
= ∅ ∪ (A ∩ B) (H. komplemen)
=A∩B (H. identitas)
Multi Set
• Pada bagian ini akan diberikan penjelasan tentang Multi Set dan Fuzzi
Set. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat mengetahui perbedaan di
antara keduanya.
• Multi Set
Himpunan yang unsurnya boleh berulang (tidak harus berbeda)
disebut multi set (himpunan ganda).
Contoh :
A = {1, 1, 1, 2, 2, 3},
B = {2, 2, 2},
C = {2, 3, 4},
D = {}
• Multiplisitas dari suatu unsur pada multi set adalah jumlah
kemunculan unsur tersebut pada multi set tersebut.
Contoh :
M = { 1, 1, 1, 2, 2, 2, 3, 3, 1 },
multiplisitas 1 adalah 4 dan multiplisitas 2 adalah 3, sementara itu
multiplisitas 3 adalah 2.
• Misalkan P dan Q adalah multiset, operasi yang berlaku
pada dua buah multi set tersebut adalah sebagai berikut :
a. P ∪ Q merupakan suatu multiset yang multiplisitas
unsurnya sama dengan multiplisitas maksimum unsur
tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh :
P = { a, a, a, c, d, d } dan
Q ={ a, a, b, c, c }, maka
P ∪ Q = { a, a, a, b, c, c, d, d }

b . P ∩ Q adalah suatu multiset yang multiplisitas unsurnya


sama dengan multiplisitas minimum unsur tersebut pada
himpunan P dan Q.
Contoh :
P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c }, maka
P ∩ Q = { a, a, c }
c. P – Q adalah suatu multiset yang multiplisitas unsurnya sama
dengan multiplisitas unsur tersebut pada P dikurangi
multiplisitasnya pada Q, ini berlaku jika jika selisih
multiplisitas tersebut adalah positif. Jika selisihnya nol atau
negatif maka multiplisitas unsur tersebut adalah nol.
Contoh :
P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e } dan
Q = { a, a, b, b, b, c, c, d, d, f }, maka
P – Q = { a, e }
d. P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah
himpunan ganda, adalah suatu multiset yang multiplisitas
unsurnya sama dengan penjumlahan dari multiplisitas unsur
tersebut pada P dan Q.
Contoh :
P = { a, a, b, c, c } dan Q = { a, b, b, d },
maka
P + Q = { a, a, a, b, b, b, c, c, d }

Anda mungkin juga menyukai