Anda di halaman 1dari 12

FASILITASI DAN KOORDINASI PENDAMPINGAN PERGURUAN TINGGI

KEPADA 12 PROVINSI PRIORITAS STUNTING DI DESA SIPENGGENG


DAN DESA AEK NGADOL NAULI KECAMATA BATANG TORU
KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2023

Oleh :

Mahasiswa KKN Desa Sipenggeng dan Desa Aek Ngadol Nauli

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat dan menjadi agent of change
dalam sebuah negara diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya secara nyata bagi
masyarakat sesuai dengan disiplin ilmu dan keahlian yang dimilikinya. Hal ini bukan
hanya sebagai wujud amanat sebagaimana tercantum dalam Tri Dharma Perguruan
Tinggi, namun juga sebagai bentuk nyata kepedulian mahasiswa dalam sebuah
dinamika pembangunan bangsa.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu wujud Tri Dharma
Perguruan Tinggi dengan pemberian pengalaman belajar dan bekerja kepada para
mahasiswa tentang penerapan dan pengembangan ilmu dan teknologi di luar kampus.
Dalam KKN mahasiswa belajar mengaitkan antara dunia akademik-teoritik dengan
dunia empirik-praktis bagi pemecahan permasalahan masyarakat agar masyarakat
mampu memberdayakan dirinya untuk menolong diri mereka sendiri (to help people
to help themselves). Keterlibatan mahasiswa dalam KKN tidak hanya memberi
kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dari masyarakat, juga memberi pengaruh
positif terhadap pengembangan optimal.

Hasil sensus penduduk 2020 menunjukan tingkat pertumbuhan penduduk


Indonesia tahun 2010-2020 sebesar 1,25%. Angka ini lebih rendah dari periode
sebelumnya. Fakta ini menunjukan bahwa secara kuantitas Indonesia sudah berhasil
menjaga pertumbuhan penduduknya. Sayangnya beberapa indicator kualitas
penduduk seperti tingkat Pendidikan, kesehatan, dan mentalitas masih belum sesuai
dengan yang diharapkan untuk bisa bersaing dalam persaingan global saat ini.
Tingginya angka stunting pada balita mengindikasikan belum berkualitasnya
pembangunan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat. Permasalahan stunting tidak
bisa dipandang sebelah mata karena stunting merupakan ancaman terhadap kualitas
manusia Indonesia, juga ancaman terhadap daya saing bangsa di masa depan. Sampai
saat ini Indonesia termasuk kedalam negara dengan kasus stunting tertinggi di Asia
Tenggara. Fakta ini menunjukkan dibutuhkannya perhatian serius dan kerja keras
segenap komponen bangsa untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting di
Indonesia.

Stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan


yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi
berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai, terutama pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK). Stunting memiliki dampak jangka panjang yang sangat
terkait dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia, yaitu rendahnya kecerdasan,
meningkatkan resiko penyakit tidak menular, dan stunting pada usia dewasa.
(BKKBN, 2021).

Prevalensi stunting dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa stunting


merupakan salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting pada anak
di bawah lima tahun (balita) sebesar 30,8% dan menurun menjadi 27,67% pada tahun
2019 (Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), 2019), selanjutnya menjadi 24,4 pada
tahun 2021 (SSGI, 2021).

Berdasarkan Laporan TNP2K pada tahun 2017 dijelaskan bahwa terdapat 4


(empat) faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting: 1) Praktek pengasuhan yang
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan orang tua tentang kesehatan gizi
sebelum dan pada masa kehamilan serta sesudah melahirkan; 2) Pelayanan ANC –
Antenatal Care dan PostNatal Care yang kurang berkualitas; 3) Akses ke makanan
bergizi yang masih kurang, karena harga makanan bergizi yang relatif mahal; 4) dan
kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi yang dapat mempengaruhi terjadinya
infeksi berulang yang berdampak pada perkembangan anak.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka Universitas Aufa Royhan


Padangsidimpuan melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
menyelenggarakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai wujud nyata
kontribusi mahasiswa dalam memberikan solusi terkait permasalahan Stunting yang
dihadapi masyarakat di wilayah KKN khususnya di Desa Aek Ngadol Nauli
Kabupaten Tapanuli Selatan yang bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melalui Program percepatan penurunan
stunting melalui program Mahasiswa Peduli Stunting (Mahasiswa Penting)
dengan mengusung tema “Percepatan Penurunan Stunting Melalui Desa Peduli
Stunting”

B. TUJUAN
1. Meningkatkan kesadaran Masyarakat Desa Sipenggeng dan Desa Aek
Ngadol Nauli Kecamatan Batangtoru khususnya remaja, calon pengantin,
ibu hamil, ibu pasca persalinan, ibu menyusui dan perangkat desa
mengenai stunting dan pencegahannya dengan adanya pendampingan
yang bersifat kolaboratif dengan mahasiswa.
2. Meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan
asupan makanan bergizi, praktik pengasuhan anak yang sehat.
C. SASARAN
1. Calon Pengantin
2. Ibu Hamil sampai pasca salin
3. Ibu Menyusui
4. Anak 0-59 Bulan
D. LOKUS PELAKSANAAN
Lokasi pelaksanaan berada di Desa Sipenggeng dan Desa Aek Ngadol
Nauli Kecamatan Batangtoru. Pemilihan Desa Sipenggeng dan Desa Aek
Ngadol Nauli dilatar belakangi karena memiliki tingkat kasus stunting yang
cukup tinggi di antara populasinya. Dengan fokus pada stunting, program ini
dapat membantu masyarakat di Desa Sipenggeng dan Desa Aek Ngadol Nauli
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya yang
mereka butuhkan untuk mengurangi stunting dan masalah kesehatan lainnya.

1
BAB II
METODE PELAKSANAAN

A. METODE PELAKSANAAN
1. PERSIAPAN
a) Melakukan Survei Awal untuk mengumpulkan data dasar tentang tingkat
stunting, faktor-faktor penyebab, serta kondisi sosial dan ekonomi di
Desa Sipenggeng dan Desa Aek Ngadol Nauli Kecamatan Batangtoru.
b) Membuat jadwal kunjungan ke Pemerintah desa/kelurahan, PKK, dan
Kader
c) Membuat Tim Kerja dan tugas masing-masing tim kerja
d) Membuat Jadwal Rapat koordinasi
2. PELAKSANAAN
a) Sosialisasi dan Pendampingan Kepada Kelompok Sasaran
b) Pendampingan dan Fasilitas Tim Pendampingan Keluarga (TPK)
c) Pendampingan dan Fasilitas Kepada Kader Penggerak DASHAT
3. ANALISIS & IDENTIFIKASI MASALAH
a) Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Lapangan
b) Identifikasi Potensi Sumber Daya
c) Koordinasi Dengan Aparat Kelurahan dan Aparat Desa
4. LAPORAN DAN RUJUKAN
a) Penyusunan laporan
b) Penyusunan Rujukan
B. BENTUK KEGIATAN
RAPAT KOORDINASI KEDUA

Rapat koordinasi dengan Kepala Desa, Ibu PKK, TPK, Bidan, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Agama, NNB dan Masyarakat. Mahasiswa melakukan perkenalan
dan menyampaikan program yang sudah didiskusikan dengan aparat desa dengan
bentuk aktivitas penyuluhan dan upaya pencegahan stunting.

Persiapan

Adapun jadwal Rapat Panitia Pelaksana sebagai berikut:

Rapat Persiapan pada tanggal 3 Oktober 2023

Agenda Rapat:

1. Pengarahan dari Dosen Pendamping Lapangan terkait kegiatan rapat koordinasi


Mahasiswa Peduli Stunting.
2. Menentukan jadwal acara kegiatan rapat koordinasi
3. Menetapkan peserta panitia kegiatan
4. Menentukan jadwal rapat berikutnya
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan selama beberapa hari, dengan rincian jadwal
sebagai berikut:

No. Hari/Tanggal Pukul Kegiatan


Pelaksanaan
1. Rabu, 08.30 1. Rapat Koordinasi pertama dengan
20/09/2023 Camat, PLKB, Kapus, Kepala
Desa, Bidan, TPK dan Ibu PKK
Desa Sipenggeng Kecamatan
Batangtoru.
2. Rapat Koordinasi pertama dengan
Camat, PLKB, Kapus, Kepala
09.00 Desa, Bidan, TPK dan Ibu PKK
Desa Aek Ngadol Nauli
Kecamatan Batangtoru.
2. Selasa 14.00 1. Rapat koordinasi kedua dengan Camat,
03/10/2023 PLKB, Kapus, Kepala Desa, Ibu PKK,
Bidan, TPK, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama, NNB dan Masyarakat Desa
Sipenggeng Kecamatan Batangtoru

2. Rapat koordinasi kedua dengan Camat,


PLKB, Kapus, Kepala Desa, Ibu PKK,
20.00 Bidan, TPK, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama, NNB dan Masyarakat Desa Aek
Ngadol Nauli Kecamatan Batangtoru

C. HASIL CAPAIAN PENDAMPINGAN

RAPAT KOORDINASI KEDUA


Mahasiswa melakukan perkenalan dan menyampaikan tujuan
kedatangan dengan Aparat Desa, beberapa Tokoh Masyarakat seperti
Hatobangon, Harajaon dan Tokoh Agama seperti Alim Ulama, NNB, dan
juga masyarakat Desa Sipenggeng dan Desa Aek Ngadol Nauli. Setelah
terbentuknya kesepahaman, komunikasi yang baik antara tim mahasiswa
dan pihak terkait, serta rencana yang matang untuk melaksanakan
program Mahasiswa Peduli Stunting.
Kehadiran mahasiswa sebagai fasilitator dan pendamping dalam
koordinasi ini telah memberikan dampak positif pada perencanaan dan
implementasi program, yang diharapkan dapat membantu mengatasi
masalah stunting di Desa Sipenggeng dan Desa Aek Ngadol Nauli secara
efektif. Adapun berdasarkan rapat koordinasi yang telah dilakukan,
mahasiswa mendapatkan informasi berupa potensi sumber daya, data-data
kelompok sasaran Stunting, dan permasalahan utama stunting di Desa
Sipenggeng dan Desa Aek Ngadol Nauli.
BAB III
EVALUASI PELAKSANAAN

A. FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT


1. FAKTOR PENDUKUNG
a) Rapat Koordinasi dengan Aparat Desa. Kesepakatan awal yang tercapai
antara tim mahasiswa dan aparat desa menjadi langkah kunci dalam
kesuksesan program ini. Rapat koordinasi awal memungkinkan tim
mahasiswa untuk memaparkan rencana program dengan rinci dan
menerima masukan berharga dari pemerintah desa. Ini menciptakan dasar
kerja sama yang baik antara kedua belah pihak.
b) Rapat koordinasi dengan TPK, PKK dan Tim Penggerak PLKB juga
menjadi faktor pendukung. Kolaborasi yang efektif dalam merencanakan
aktivitas pemantauan kesehatan anak-anak, penyuluhan, dan upaya
pencegahan stunting sehingga membantu program ini untuk berjalan
dengan baik.
c) Sambutan masyarakat yang antusias dan sikap kekeluargaan serta
pemberian respon yang positif terhadap pelaksanaan program kerja
dengan memberikan dukungan penuh dan ikut bekerja sama dalam
merealisasikan program kerja Mahasiswa Peduli Stunting.
2. FAKTOR PENGHAMBAT
a) Salah satu faktor penghambat utama adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang stunting, penyebabnya, dan dampaknya terhadap
pertumbuhan anak-anak. Kurangnya pemahaman ini menghambat upaya
pencegahan stunting, terutama dalam memanfaatkan potensi sumber daya
lokal.
b) Keterbatasan akses beberapa masyarakat menuju akses ke layanan
kesehatan dan pendidikan. Hal ini dapat menjadi hambatan dalam
mendapatkan informasi dan bantuan yang dibutuhkan.
c) Melihat dari mata pencaharian dan penghasilan yang diperoleh
masyarakat Desa Sipenggeng dan Desa Aek Ngadol Nauli yang mayoritas
bertani, berkebun, dan PNS sangatlah sulit untuk diharapkan
partisipasinya karena kebanyakan masyarakat bekerja dari pagi sampai
sore sehingga sulit untuk dijumpai.

B. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


1. KESIMPULAN
Hasil dari program Mahasiswa Peduli Stunting menunjukkan bahwa
kinerja Tim Pelaksana Kegiatan dalam mengedukasi masyarakat mengenai
pencegahan stunting telah mengalami peningkatan yang positif. Ini terlihat
dari beberapa indikator, seperti peningkatan partisipasi dalam rapat
koordinasi, peningkatan pemahaman mengenai stunting, serta peningkatan
pelaksanaan program pencegahan stunting yang melibatkan kader PKK,
Kader PLKB, Bidan Desa dan masyarakat setempat. Dalam hal ini, kolaborasi
dengan mahasiswa tampaknya memberikan kontribusi positif dalam
memperkuat kinerja dari Tim Pelaksana Kegiatan.
Program juga berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pola hidup sehat, asupan makanan bergizi, dan praktik pengasuhan
anak yang sehat. Hal ini tercermin dalam partisipasi aktif ibu-ibu hamil dan
keluarga dalam program, penerimaan informasi pendidikan tentang gizi dan
kesehatan, serta pelaksanaan praktik sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Kolaborasi antara mahasiswa dan TPK telah memperkuat kinerja TPK
dalam mengedukasi masyarakat tentang pencegahan stunting. Selain itu,
masyarakat juga telah meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya
pola hidup sehat, asupan makanan bergizi, dan praktik pengasuhan anak yang
sehat. Program ini memberikan kontribusi yang berarti dalam upaya
mencegah stunting dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak serta ibu
hamil di Desa Sipenggeng dan Desa Aek Ngadol Nauli Kecamatan
Batangtoru.
2. REKOMENDASI
a) Program dapat terus memperkuat hubungan dan kolaborasi dengan Tim
TPK untuk menjaga kinerja yang lebih baik dalam mengedukasi
masyarakat tentang pencegahan stunting. Pertemuan rutin, pelatihan
bersama, dan pemantauan kolaboratif dapat membantu menjaga kinerja
yang optimal.
b) Perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan berbagai program
pendidikan masyarakat yang lebih kreatif dan menarik. Ini dapat termasuk
kampanye sosial, pelatihan keterampilan, dan kegiatan yang melibatkan
masyarakat secara aktif. Semakin beragam metode pendidikan, semakin
besar kemungkinan pesan-pesan tentang pencegahan stunting diserap oleh
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai