Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT


PEMBUATAN SEDIAAN GEL

Dosen Pengampu :
Andi Sri Suriati Amal, M.Med.Sc

Disusun Oleh:
Firstiyani Annisa
3720167181455

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
NGAWI
1440 H/2018 M
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN CAIR-SEMI PADAT

“SEDIAAN GEL”

I. Tujuan
1. Mampu menjelaskan formulasi sediaan setengah padat
2. Mampu menjelaskan cara pembuatan sediaan setengah padat
II. Dasar Teori
Salep, krim dan gel merupakan bentuk sediaan semi-solid yang
diajukan untuk penggunaan secara topikal. Sediaan tersebut digunakan pada
kulit dioleskan pada permukaan mata, atau digunakan melalui nasal, vaginal
atau rektal. Sebagian besar sediaan ini digunakan untuk memperoleh efek
bahan tarapeutik yang terkandung didalamnya. Bagian obat digunkan untuk
memperoleh efek fisika sebagai pelindung dan pelicin (Ansel, 2013).
Gel merupakan sistem semisolid yang tersusun atas dispersi molekul
kecil atau besar dalam pembawa berair seperti jeli dengan penambahan
bahan pembentuk gel. Bahan pembentuk gel yang dapat digunakan berupa
makromolekul sintetik, seperti karbomer 934, derivat selulosa seperti
karboksilmetiselulosa dan gula alami seperti tragakan (Ansel, 2013).
Berdasarkan bahan pembentuk gel, gel dibedakan menjadi gel
anorganik dan gel organik. Gel anorganik biasanya berupa gel fase ganda,
misal gel aluminium hidroksida dan bentonit magma. Gel organik biasanya
berupa gel fase tunggal dan mengandung polimer sintetik maupun alami
sebagai bahan pembentuk gel, seperti karbopol, tragakan dan Na CMC
(Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008).
Bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak
lengket, gel mempunyai aliran tikosrtopik dan pseudoplastik yaitu gel
berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mencair jika dikocok,
konsentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk
membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak mengalami perubahan
yang cerarti pada suhu penyimpanan (Lieberman, 1989).
Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit yang
tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Penggunaan otot yang
berlebihan pada bagian tubuh tertentu dapat menyebabkan cedera otot
ringan seperti keletihan otot, dan otot tertarik. Otot tidak kehilangan
kekuatannya tetapi terasa nyeri. Keluhan nyeri menyebabkan rasa tidak
nyaman pada otot dan tubuh. Hal ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari,
dan bisa membuat sulit bergerak (Estuningtyas dan Arif, 2009).

III. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Gelas Beaker 100 ml (1 buah)
2. Batang Pengaduk (1 buah)
3. Spatula (1 buah)
4. Bunsen (1 buah)
5. Kaki tiga (1 buah)
6. Tube (1 buah)
B. Bahan
1. Mentol 1% 0,3 gram
2. CMC Na 2% 0,6 gram
3. Alkohol 20 % 6 ml
4. Propilen Glikol 20 % 6 ml
5. Aquades 17,1 ml
6. Na EDTA qs 0,1 gram
IV. Formula

R/ Mentol 1% = 0,3 gram


CMC Na 2% = 0,6 gram
Alkohol 20 % = 6 gram = 6 ml
Propilen glikol 20% = 6 gram = 6 ml
Aquades ad 100% = 17,1 ml
Na EDTA q.s = 0,1 gram
V. Uraian Bahan
1. Mentol (FI ed III, 362)
Mentol adalah 1-mentol alam yang diperoleh dari minyak atsiri
beberapa spesies Mentha atau yang dibuat secara sintetik berupa 1-
mentol atau mentol rasemik
Rumus Kimia : C10H20O
Berat molekul : 156,30
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma, tidak
berwarna, bau tajam seperti minyak permen, rasa
panas dan aromatik diikuti rasa dingin
Kelarutan : sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol (95%), dalam klorofom dan dalam eter,
mudah larut dalam parafin cair P dan dalam minyak
atsiri
Penyimpanan :dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk
Khasiat dan penggunaan :Korogen, antiiritan
Alasan Penambahan: digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan
sediaan gel yang memiliki aktifitas analgesik

2. CMC Na (FI edisi IV 1995, 175)


Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem,
higroskopik.
Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan
koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan
dalam pelarut organik lain
pH : antara 6,5 dan 8,5, lakukan penetapan
menggunakan larutan.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Alasan Penambahan: digunakan sebagai Gelling Agent dalam
pembuatan sediaan gel
3. Alkohol (FI edisi III, 65)
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam klorofom P,
dan dalam eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api
Khasiat dan penggunaan: zat tambahan
Alasan penambahan: sebagai zat pelarut mentol

4. Propilen Glikol (FI ed III, 534)


Rumus Kimia : C3H8O2 (+)Propana-1,2-diol
Berat molekul : 76,10
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak manis, higroskopik
Kelarutan : dapat dicampur dengan air, etanol 95%, klorofom
P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat dcampur
dengan minyak tanah dan dengan minyak lemak
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan kegunaan: zat tambahan dan pelarut.
Alasan Penambahan: Digunakan sebagai antimikroba, pelembab,
pelarut, menstabilkan agen dan merupakan pelarut campuran air dan
juga bertujuan untuk mencegah kehilangan air pada sediaan

5. Aquades (FI edisi III, 96)


Nama resmi : aquadestillata
Nama lain : Air suling, Aquadest
Rumus kimia : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup.
Alasan Penambahan: sebagai pelarut

6. Na EDTA
Nama Resmi : DINATRIUM ADESAT
Nama Lain : Diantium Etilen Diaminterta Asetat
BM : 372,24
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Alasan Penambahan : bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang
sensitive terhadap logam berat.

VI. Penimbangan
Gel 30 gram
1
1. Mentol : 100 × 30 gram = 0,3 gram
2
2. CMC Na : 100 × 30 gram = 0,6 gram
20
3. Alkohol : 100 × 30 gram = 6 gram = 6 ml
20
4. Propilen glikol : 100 × 30 gram = 6 gram = 6 ml
5. Aquades ad 100% : 20 gram = 20 ml
6. Na EDTA q.s = 0,1 gram

V. Prosedur Kerja
1. Pembuatan M1

0,6 gram CMC Na

X
X
Dimasukkan kedalam gelas
beaker dan ditambahkan
dengan ½ V air

Diaduk hingga terbentuk massa


gel

Massa Gel

2. Pembuatan M2

0,3 gram mentol

Dilarutkan dengan 6 ml
alkohol, aduk hingga homogen

Larutan mentol

3. Pembuatan M3

0,1 gram Na EDTA

Dilarutkan aquades, diaduk


hingga homogen

X
X
Ditambahkan 6 ml propilen
glikol dan diaduk hingga
homogen

M3

4. Pencampuran M1, M2, M3

M2 dan M 3

Dimasukkan Kedalam M1
didalam gelas beaker, diaduk
hingga homogen

Ditambahkan sisa V aquades,


diaduk hingga homogen

Dimasukkan kedalam tube dan


diberi etiket

Sediaan Gel 30 gram

VII. Data Pengamatan


Ya Tidak Keterangan
Homogenitas √ Homogen
Warna √ Tidak bening (keruh)
Rasa √ Panas
Viskositas √ Bagus
Bau aromatik karena
Bau √
penambahan mentol
pH 5,5

VIII. Pembahasan

Pada peraktikum kali ini praktikan akan membuat sediaan semisolid


gel bahan aktif yang digunakan adalah mentol. Menthol merupakan bahan
aktif pula yang sekaligus sebagai corigen dalam sediaan gel ini. Secara
farmakologi, obat ini memiliki aktivitas sebagai analgesik juga rematik akut.
Formulasi yang digunakan yaitu Mentol 1% = 0,3 gram, CMC Na 2% = 0,6
gram, Alkohol 20 % = 6 ml, Propilen glikol 20% = 6 ml, Aquades ad 100%
= 17,1 ml, Na EDTA q.s = 0,1 gram.
Mula-mula ½ dari volume aqudes dipanaskan diatas bunsen
ditambahkan CMC Na didaduk hingga homogen (M1) CMC Na ini
digunakn sebagai gelling agent atau memiliki sifat pembuat gel yang bagus,
CMC Na akan terdispersi dalam air dan akan terjadi pembengkakan.
Selanjutnya pembuatan (M2) yaitu 0,3 gram mentol dilarutkan dengan 6 ml
alkohol. Menurut FI edisi III, 1979 mentol memiliki kelarutan yang sangat
mudah larut dalam etanol (95%), dalam klorofom dan dalam eter, mudah
larut dalam parafin cair P dan dalam minyak atsiri. Sehingga pada
percobaan ini mentol dilarutkan dengan alkohol. Selanjutnya pembuatan
(M3), Na EDTA dimasukkan kedalam ½ volume sisa aquades dan
ditambahkan propilenglikol. Setelah itu (M2) dan (M3) dimasukkan
kedalam (M1) diaduk hingga homogen. Menurut FI edisi III 1979
penambahan propilen glikol ini sebagai anti mikroba karena sediaan
semisolid yang mempunyai kandungan air sebanyak 60%. Hal ini dapat
mempengaruhi stabilitas sediaan dimana gel dapat ditumbuhi mikroba
dengan mudah karena kandungan air dalam sediaan dapat menjadi salah satu
tempat tumbuh mikroba yang tidak diinginkan karena dapat merusak
sediaan gel. Sediaan yang sudah jadi didiamkan hingga dingin, dimasukkan
kedalam tube dan diberi etiket. Sediaan ini bersifat hidrofilik sehingga dapat
menembus permukaan kulit, obat yang bersifat hidrofilik akan berpartisi
melalui jalur transeluler sedangkan obat-oabt yang bersifat lipofilik akan
masuk kedalam stratum corneum melalui rute interseluler.
Dalam sediaan semi padat dapat berupa gel yang penggunaanya secara
topikal. Dengan penambahan kosolven yaitu propilen glikol dalam sediaan
gel sehingga dapat meningkatkan permeabilitas suatu obat untuk melewati
membran.
Selanjutnya di uji evaluasi gel, uji evaluasi gel meliputi:
1. Organoleptis.
Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan gel
yang meliputi konsistensi/tekstur sediaan, warna, bau, dan rasa
sediaan pada kulit menggunakan alat secara visual menggunakan
panca indra. Pada sediaan gel ini warna gel tidak bening (keruh)
hal ini disebabkan karena tidak stabilnya suhu saat pemanasan
berlangsung, praktikan menggunakan bunsen yang tidak memiliki
kestandaran pada suhu, seharusnya praktikan menggunakan
pemanas yang memiliki pengatur suhu pada saat pemanasan. Bau
pada gel beraroma aromatik dari mentol, karena mentol memiliki
bau aromatik yang khas. Rasa pada gel panas, rasa panas ini
karena pemberian mentol pada sediaan. Tekstur pada sediaan gel
ini lembut, tidak lengket dan terlihat homogen.
2. Homogenitas.
Pengujian homogenitas dilakukan dengan menempelkan sediaan
diatas object glass atau preparat kemudian diratakan, hasilnya
sediaan ini memiliki homogenitas yang bagus dan tidak terjadi
endapan
3. Penentuan pH.
Penentuan pH menggunakan alat indikator pH. Indikator pH
dicelupkan kedalam sediaan lalu diukur dan diamati pH
menggunakan indikator pH. Perubahan warna indikator pH yaitu
hijau muda dan kuning hasil uji pH sediaan gel ini yaitu 6,5. pH
kulit manusia adalah antara 5-10, pada pH 6 sediaan gel yang
dihasilkan memenuhi persyaratan pH sediaan semi padat sehingga
sediaan gel yang dihasilkan aman digunakan serta tidak
mengiritasi kulit karena sesuai dengan pH kulit manusia.
4. Uji aseptabilitas sediaan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji aseptabilitas
sediaan yaitu menentukan kriteria aseptabilitas yang akan diuji,
diantaranya: kemudahan dioleskan, kelembutan sediaan dan
sensasi yang timbul atau kesan saat pemakaian sediaan. Sediaan
ini tidak lengket saat digunakan dan mudah saat dicuci dengan air.
5. Uji daya sebar
Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan
kulit menjadi luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung
cepat. Viskositas suatu sediaan berpengaruh pada luas
penyebarannya. Semakin rendah viskositas suatu sediaan maka
penyebarannya akan semakin besar sehingga kontak antara obat
dengan kulit semakin luas dan absorbsi obat ke kulit akan semakin
cepat.

Peningkat penetrasi yang digunakan pada formulasi obat transdermal


bertujuan untuk memperbaiki fluks obat yang melewati membran. Fluks
obat yang melewati membran dapat dipengaruhi oleh koefisien difusi
membran melalui stratum corneum, konsentrasi efektif obat yang terlarut
dalam pembawa, koefisien partisi antar obat dengan stratum corneum dan
tebal lapisan membran. Peningkat penetrasi yang efektif dapat
meningkatkan koefisien difusi obat ke dalam stratum corneum dengan cara
mengganggu sifat penghalangan stratum corneum. Peningkat penetrasi
dapat bekerja melalui tiga mekanisme, yaitu dengan cara merusak struktur
stratum corneum, berinteraksi dengan protein intraseluler dan memperbaiki
partisi obat.
IX. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Sediaan semi solid gel pada percobaan ini memiliki aktivitas sebagai
analgesik juga rematik akut sehingga dapat menyembuhkan kekakuan
dan nyeri otot karena adanya penambahan mentol pada sediaan.
2. Sediaan gel memiliki keuntungan pada penggunaan topikal yaitu tidak
lengket, mudah dicuci dengan air, dan mudah terserap pada
permukaan kulit.
3. Kekurangan pada sediaan gel yaitu lebih banyak mengandung air dan
rentan terkena mikroba sehingga perlu dibutuhkan antimikroba yang
sesuai dan resisten terhadap mikroba
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Allen, Loyd V. 2013. Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghataran
Obat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Lieberman, Riger and Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage Form: Disperse
System. Vol ke 2. New York: Marcel Dekker Inc.
Robert Tungadi. 2014. Tenologi Sediaan Liquida Dan Semisolida. Jakarta : CV
Agung Seto
Sulaiman, T.N.S. dan Kuswahyuning R., 2008, Tekhnologi dan Formulasi
Sediaan Semi Padat. Laboratorium Tekhnologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
LEMBAR PENGESAHAN

UNIDA Putri, 7 November 2018

Diperiksa oleh, Dibuat oleh,


Asisten Praktikan

(Selvi Sugiarti) (Firstiyani Annisa)

Disetujui oleh,
Dosen Pengampu

(Andi Sri Suriati Amal, S.Si, M.Med.Sc, Apt)


Lampiran

Apotek GHIFARI
DIOLES
Perum BIP Blok B15 No 12.TIPIS
Telp: 0812876577888
Batrisya, S.Farm., Apt
No SIPA: 55688

No Resep: 117 Tgl: 11 Oktober 2018


Pro: Tisya 20 thn

3 x 1 jika perlu

Obat Luar

Anda mungkin juga menyukai