Anda di halaman 1dari 59

SUSPENSI

REKONSTITUSI
Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan
Semi Padat dan Cair
KELOMPOK 2C
1. Mutiara Putri Anggryeni (2020210132)
2. Putri Rizki Amelia (2020210133)
3. Tiara Arnecia Shauma (2020210136)
4. Siti Roudotul Laelah (2020210137)
5. Rahma Kurnia Putri (2020210149)
6. Putri Fajrina Istifani (2020210150)*
7. Madinah Geovani Tangkudung (2020210151)*
8. Ratna Indraswara
(2020210152)*
9. Azira Tri Febriana (2020210153)*
10. Diandra Febby Gusmi Putri (2020210154)*
11. Felicia Tengayu (2020210155)*
TUJUAN 01
TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan dan
formula sediaan suspensi rekonstitusi
2. Untuk mengetahui cara pengujian sediaan suspensi
rekonstitusi
3. Untuk mengetahui metode pembuatan suspensi
rekonstitusi dengan granul atau tanpa granul.
TEORI
DASAR 02
TEORI DASAR
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
yang tidak terlarut yang terdispersi dalam fase cair.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas
suspensi yaitu:
1. Ukuran partikel
2. Kekentalan (viskositas)
3. Jumlah partikel ( konsentrasi)
4. Sifat atau muatan partikel
Persyaratan suspensi rekonstitusi yang baik adalah :
1. Campuran serbuk/granul haruslah merupakan campuran yang homogen,
sehingga konsentrasi/dosis tetap untuk setiap pemberian obat.
2. Selama rekonstitusi campuran serbuk harus dengan mudah
didispersikan kembali dan dituang oleh pasien untuk memperoleh dosis
yang tepat dan serba sama.
3. Suspensi yang sudah direkonstitusi harus dengan mudah didispersikan
kembali dan dihitung oleh pasien untuk memperoleh dosis yang tepat
dan serba sama.
4. Produk akhir haruslah menunjukan penampilan, rasa, dan aroma yang
menarik.
Data
Preformulasi 03
A. ZAT AKTIF
1. Eritromisin Etil Suksinat (FI ed IV hal 359, Martindale ed 36 hal 269, Drug Infomations 88 hal 197, 240-241)
Rumus Molekul : C43H75NO16
Berat Molekul : 862,06
Pemerian : Serbuk hablur putih atau sedikit kuning, tidak berbau atau praktis tidak berbau; praktis tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan dalam polietilena glikol 400
Dosis : 1. Dewasa : 200 - 400 mg tiap 6 jam sekali pakai
2. Anak : 30-50 mg/kg sehari dalam 4 dosis tiap 6 jam
pH : 6,0 - 8,5
Inkompatibilitas : dengan natrium ampisilin dan natrium kloklasilin
Stabilitas : 1. Eritromisin etil suksinat setelah direkonstitusi dapat bertahan kurang dari 10 hari dan harus dimpan di
lemari es.
2. Suspensi rekonstitusi dapat disimpan pada suhu dibawah 30 derajat Celcius atau dapat disimpan pada lemari es
selama 10 hari-35 hari.
Khasiat : Antibiotik, obat malaria
Wadah :Dalam wadah tertutup rapat.
B. ZAT TAMBAHAN
1. CMC Na ( HOPE 6th Edition. 2009. hlm 118, Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995, hlm
175)
Pemerian : Serbuk Atau granul, putih sampai krem; higroskopik
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal; tidak
larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain
Stabilitas : Bersifat stabil meskipun higroskopis. Dibawah kondisi
kelembaban tinggi dapat menyerap air dalam jumlah besar (>50%)
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan logam.
Pengendapan dapat terjadi pada pH <2 dan ketika dicampur dengan etanol (95%)
Bobot Jenis : 0,52
Konsentrasi : 1.0 - 6.0% (HOPE edisi 6 h. 134)
pH : 6,5-8,5
Kegunaan : Gelling Agent
Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup Rapat
2. Sorbitol
Referensi : (Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Ed. Hal. 679, FI IV hal.756)
Bobot Molekul : 182,17
Rumus Molekul : C6H14O6
Pemerian : Serbuk, granul, atau lempengan; higroskopis; warna putih; rasa manis
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam metanol
dan dalam asam asetat.
Konsentrasi : 20-35% (HOPE edisi 6 h. 679)
Stabilitas : relatif inert dan kompatibel dengan sebagian besar eksipien. Hal ini
stabil di udara tanpa adanya katalis dan dingin, asam encer dan alkali. Sorbitol tidak
menjadi gelap atau terurai pada suhu tinggi atau dengan adanya amina. tidak
mudah terbakar, tidak korosif, dan tidak mudah menguap
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk kelat yang larut dalam air dengan
banyak ion logam divalen dan trivalen dalam kondisi asam dan basa kuat.
pH : 4.5 - 7.0
Kegunaan : Pemanis
3. PVP (Poli vinyl pyrrolidone)
Refrensi : Farmakope Indonesia Ed VI hal 1413 HOPE Ed 6 hal 581-583
Bentuk Molekul :

Berat jenis : 1,180 g/cm3 (HOPE Ed. 6, hal 582)


Pemerian : Serbuk amorf, coklat kekuningan hingga coklat kemerahan; bau khas lemah.
Larutan bereaksi asam terhadap kertas lakmus.
Stabilitas : Povidon menjadi gelap sampai batas tertentu pada pemanasan pada 1500 C,
dengan pengurangan kelarutan dalam air (HOPE Ed. 6 hal 582) pH : 4,0-7,0
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform, dalam
karbon tetraklorida, dalam eter, dalam heksana, dan dalam aseton.
Konsentrasi : 2% (HOPE Ed VI hal 582)
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Pengikat.
Inkompatibilitas : Povidon kompatibel dalam larutan dengan berbagai garam anorganik, resin
alami, sintetis, dan bahan kimia lainnya. Itu membentuk aduk molekul dalam larutan dengan
sulfathiazole, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital, tanin, dan senyawa lainnya
4. Strawberry Essence
Referensi : Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition, hlm 421
Rumus Molekul : C16H19N3O4S
Berat Molekul : 349,40
Berat Jenis : 1,49 g/cm3
pH : 5,3
Pemerian : cairan jernih berwarna merah
Kelarutan : Larut dalam air dan alkohol 90%
Kegunaan : perasa dan pewangi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik sejuk dan kering, terhindar dari
cahaya matahari
5. Eritrosin
Referensi : Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition, 2009, hlm 190
Martindale Edisi 36, hlm 427
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C20H614Na2O5


Berat Molekul : 897,9
Pemerian : Serbuk halus berwarna merah
Kelarutan : Larut dalam air
Stabilitas : Termasuk pewarna sintesis atau non-organik, menunjukan stabilitas
yang sangat baik
Inkompabilitas : -
Kegunaan : Pewarna
Penyimpangan : Dalam Wadah Kedap Udara, Tidak Tembus Cahaya
6. Aerosil
Referensi : Martindale 28 p.958, Handbook of pharmaceutical Excipients 6th
hlm .185)
Rumus molekul : SiO2
Rumus Struktur :

Pemerian : serbuk, ringan, putih, tidak berbau, tidak berasa


Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, pelarut organic
pH : 3.8-4.2
Titik leleh : 1600 derajat Celcius
Konsentrasi : glidant 0,1-0,5%Stabilitas : bersifat higroskopis tetapu
mengadsorbsi besar air tanpa mencairkan. Ketika digunakan dalam sistem
berair pada pH 0–0,75, efektif dalam meningkatkan viskositas dari suatu
sistem.Inkompatibilitas : tidak tercampur dengan dietilstylbestrolWadah &
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
7. Natrium Benzoat
Referensi : Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition, hlm 627
Farmakope Indonesia Edisi VI, 2020, hlm 1215
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C7H5NaO2


Berat Molekul : 144,11
Pemerian : Granul atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau praktis tidak
berbau; stabil di udara
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih
mudah larut dalam etanol 90%
Stabilitas : Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi
Inkompabilitas : Tidak kompatibel dengan senyawa kuatener, gelatin,
garam besi, garam kalsiuim dan garam logam berat.
Kegunaan : Pengawet Penyimpanan : Dalam Wadah Tertutup Baik
8. Aquadest
Referensi : Farmakope Indonesia Ed VI hal 69; Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition hal 766
Rumus Struktur:

Rumus Molekul : H2O


Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar
Kegunaan : Pelarut
Stabilitas : Stabil dalam keadaan kimia dan keadaan padat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
9. Sukrosa
Referensi : (FI Ed.VI hlm.1567, HOPE Ed.6 hlm.703)
Rumus molekul : C12H22O11
Rumus struktur

Bobot molekul : 342,30 g/mol


Pemerian : Hablur putih tidak berwarna,massa berbentuk kubus, tidak berbau,rasa
manis,stabil di udara,larut netral lakmus
Kelarutan : Mudah larut dalam air,air mendidih,sukar larut dalam etanol,tidak larut
dalam kloroform dan eter
Stabilitas : Stabil dengan suhu ruang dan kelembaban sedang dapat membentuk
karamel jika dipanaskan pada suhu 160 derajat Celcius
pH : 4-6
Konsentrasi : 67%
Kegunaan : Zat pemanis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
FORMULASI
04
BAHAN Konsentrasi

Eritromisin etilsuksinat 125mg/5mL

Sorbitol 5%

Na CMC 1%

Sukrosa 20%

Na Benzoat 0,1%

Strawberry essence 0,1%

Eritrosin 0,01%

PVP 1%

Aerosil 0,5%
Perhitungan dan
Penimbangan 05
Perhitungan
● Eritromisin Etilsuksinat = 125mg/5mL x 300 = 7,5 g
● Sorbitol = 5% x 300 = 15 g
● Na CMC = 1% x 300 =3g
● Sukrosa = 20% x 300 = 60 g
● Na Benzoat = 0,1% 300 = 0,3 g
● Strawberry essence = 0,1% x 300 = 0,3 g
● Eritrosin = 0,01% x 300 = 0,03 g
● Total massa serbuk = (7,5+15+3+60+0,3+0,3+0,03)g = 86,13 g
● PVP = 1% (terhadap total massa serbuk)
● Aerosil = 0,5% (terhadap total massa granul yang
diperoleh bila sifat alir granul kurang baik)
Lanjutan Perhitungan (Formula 1: Granulasi)
Volume total yang akan dibuat (teoritis) 300 mL

Volume sediaan perbotol 60 mL


NOTES
Total massa serbuk 86,13 g
● Volume total yang akan dibuat
(praktik) = 293 mL
Jumlah PVP yang digunakan 1% x 86,13 g = 0,8613 g
● Total volume akan dibagi:
->60 mL (diserahkan=granul)
Total massa granul (teoritis) 86,13 g+0,8613 g = 86,9913 g sebanyak 17,8 g
->233 mL (direkonstitusi untuk
Setelah proses granulasi dan pengeringan, total massa 85 g evaluasi 150mL untuk viskositas,
granul yang diperoleh (praktik) 25 mL untuk sedimentasi

Volume total yang akan dibuat (praktik) 85 g/86,9913 g x 300mL = 293


mL

Jumlah botol suspensi yang diperoleh 293 mL/(60 mL/botol) = 4,8


botol

Jumlah aerosil bila aliran kurang baik 0,5% x 85 g = 0,425 g

Total bobot granul+aerosil 85 g+0,425 g = 85,425 g

Bobot yang ditimbang untuk dimasukkan perbotol 85,425 g/4,8 botol = 17,80 g
Lanjutan Perhitungan (Formulasi 2: Tanpa granulasi)
Volume total yang akan dibuat (teoritis) 300 mL

Volume sediaan perbotol 60 mL NOTES


● Volume total yang akan dibuat
Total massa serbuk 86,13 g (praktik) = 296 mL
● Total volume akan dibagi:
Total massa granul yang diperoleh (praktik) 85 g ->60 mL (diserahkan=granul)
sebanyak 17,61 g
Volume total yang akan dibuat (praktik) 85 g/86,13 g x 300mL = 296 ->236 mL (direkonstitusi untuk
mL evaluasi 150mL untuk viskositas,
25 mL untuk sedimentasi
Jumlah botol suspensi yang diperoleh 296 mL/(60 mL/botol) =
4,93 botol

Jumlah aerosil bila aliran kurang baik 0,5% x 85 g = 0,425 g

Total bobot granul+aerosil 90 g+0,425 g = 90,425 g

Bobot yang ditimbang untuk dimasukkan 90,425 g/4,93 botol = 18,34


perbotol g
Penimbangan
BAHAN Formula 1 (g) Formula 2 (g) Praktikum (g)

Eritromisin etilsuksinat 7,5 7,5

Sorbitol 15 15

Na CMC 3 3

Sukrosa 60 60

Na Benzoat 0,3 0,3

Strawberry essence 0,3 0,3

Eritrosin 0,03 0,03

PVP 0,8613 -

Aerosil 0,425 0,425

Aquadest 293 296


CARA
PEMBUATAN 05
Dengan Granulasi
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing-masing bahan
3. Dikalibrasi botol 60 ml dan dikeringkan
4. Digerus masing-masing bahan yang berbentuk serbuk (eritromisin
etilsuksinat, Na CMC, Na Benzoat, PVP) ke dalam mortir gerus ad
halus dan homogen
5. Dimasukkan sorbitol kedalam mortir gerus ad halus dan homogen
6. Dimasukkan sukrosa kedalam mortir gerus ad halus dan homogen
7. Dipindahkan campuran ke dalam baskom
8. Ditambahkan beberapa tetes etanol sedikit demi sedikit sambil
diaduk ad terbentuk massa kompak.
9. Ditambahkan strawberry essence ke wardah gerus ad halus dan
homogen
10. Ditambahkan eritrosin ke wardah gerus ad halus dan homogen
11. Diayak dengan ayakan no 14 diudara terbuka, lalu dikeringkan di oven
dengan suhu (40-60)°C selama 5-10 menit kemudian di ayak dengan
ayakan no 16
12. Ditimbang granul
13. Dimasukkan kedalam botol, kemas dan beri etiket
14. Dilakukan uji evaluasi terhadap sisa granul.
Tanpa Granulasi
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing-masing bahan
3. Dikalibrasi botol 60 ml dan dikeringkan
4. Dimasukkan eritromisin etilsukanat ke dalam mortir gerus ad halus
5. Ditambahkan sorbitol gerus ad homogen
6. Ditambahkan Na CMC gerus ad homogen
7. Ditambahkan Na. Benzoat gerus ad halus dan homogen
8. Ditambahkan aerosil di gerus ad halus ad homogen
9. Ditambahkan sukrosa di gerus ad halus ad homogen
10. Ditambahkan strawbery essence ke dalam wadah gerus ad homogen
11. Ditambahkan eritrosin gerus ad halus dan homogen.
12. Ditimbang serbuk, lalu dimasukkan ke dalam botol yang sudah
dikalibrasi
13. Kemas dan beri etiket
14. Dilakukan uji evaluasi pada sisa serbuk.
EVALUASI DAN
TABULASI 06
DATA
Uji Organoleptik (Drug Stability Vol.107 hal.265)
Cara : Diamati sediaan suspensi rekonstitusi meliputi warna,
bentuk,rasa dan bau dengan pancaindra
Syarat : Tidak ada perubahan warna, bentuk, rasa dan bau dari
sediaan selama masa penyimpanan
Organoleptik Formula I Formula II

Bentuk Granul Granul

Bau Khas obat Khas obat

Warna Merah muda Merah muda

Rasa Manis Manis


Uji Sifat Alir Langsung
Alat: Granul Flow Tester

Cara:
1. Ditimbang 25 gram granul
2. Ditempatkan pada corong alat uji dengan keadaan tertutup
3. Dibuka penutup dan dibiarkan granul mengalir,
4. Dicatat dan diamat waktunya
Kecepatan Alir Sifat Alir
Syarat:
>10 Bebas mengalir

4-10 Mudah mengalir

1,6-4 Sukar mengalir

<1,6 Sangat sukar mengalir


TABULASI DATA
Sifat Alir Langsung

NO. Bobot (g) Waktu (s) Kec. alir (g/s) Sifat Alir

1 25 4.51 5.5432 Mudah


mengalir

2 25 4.30 5.8139 Mudah


mengalir

3 25 4.70 5.3191 Mudah


mengalir
Sifat Alir Tidak Langsung
Alat: Granul Flow Tester

Cara:
1. Ditimbang 25 gram granul
2. Ditempatkan pada corong alat uji dengan keadaan tertutup
3. Dibuka penutup dan dibiarkan granul mengalir,
4. Dicatat dan diamati waktunya
Sudut Istirahat Sifat Alir
Syarat:
< 25 Sangat baik

25-30 Baik

30-40 Cukup

> 40 Kurang Baik


TABULASI DATA
Sifat Alir Tidak Langsung

NO. Bobot (g) r (cm) h (cm) Tan α (h/r) α

1 25 4.15 3.40 0.8192 39.3243)

1 25 4.05 3.30 0.8148 39.1731

1 25 4.05 3.30 0.8148 39.1731


Ukuran Partikel (Martin Farmasi Fisika hal. 681)

Alat : Shive shaker


Cara : (Metode Ayakan) Ditimbang 25 g serbuk/granul,
dimasukkan pada pengayak yang telah disusun. Mulai dari ayakan
mesh 20-120 pada shive shaker dang tunggu 10 menit kemudian
bobot yang tertinggal di dalam masing-masing no. mesh ayakan
ditimbang.
Syarat : Kurva membentuk seperti lonceng
No. Mesh Formula I Granulasi (g) Formula II Non-Granulasi

20 7,8739 0,2229

20/40 13,6527 2,1117

40/60 4,9093 20,5149

60/80 0 1,1154

80/100 0 0

100/120 0 0

120 0 0
Data Formula I (Granulasi)
No. Mesh Rata-rata Bobot (g) %Bobot %Bobot X rata-rata
diameter mesh (Bobot tiap mesh / diameter mesh
total bobot X 100%)

20 850 7,8739 29,78 25313

20/40 637,5 13,6527 51,64 32920,5

40/60 337,5 4,9093 18,57 6267,375

60/80 215 0 0 0

80/100 165 0 0 0

100/120 137,5 0 0 0

120 125 0 0 0

Rata-rata 26,4359 64800,875


Data Formula II (Non-granulasi)
No. Mesh Rata-rata Bobot (g) %Bobot %Bobot X rata-rata
diameter mesh (Bobot tiap mesh / diameter mesh
total bobot X 100%)

20 850 0,2229 0,93 790.5

20/40 637,5 2,1117 8,81 5616,375

40/60 337,5 20,5149 85,60 28890

60/80 215 1,1154 4,65 999,75

80/100 165 0 0 0

100/120 137,5 0 0 0

120 125 0 0 0

Rata-rata 23.9649 7406,625


FORMULA I = 64800,875/100 = 648.00875 mm
FORMULA II = 7406,625/100 = 74.08625 mm
Uji pH ( V hal 1563)
Alat : pH meter
Cara : diukur PH sesudah ditambahkan zat aktif
dicek dengan menggunakan PH meter
Syarat : pH suspensi optimum yaitu 5-6
(Ansel,2014)
UJI pH

Formula 1 6

Formula 2 6
Waktu Rekonstitusi
Alat : Vial
Cara : Sejumlah serbuk/granul dimasukkan ke dalam botol vial besar,
ditambahkan air sebanyak jumlah air rekonstitusi. Dikocok hingga
serbuk/granul terdispersi secara merata. Dihitung waktu yang dibutuhkan
dengan stopwatch.

Bobot (g) Waktu (s)

5,75 (formula 1) 1 menit 18 detik

5,11 (formula 2) 13
Volume Sedimentasi (Martin Farmasi Fisika hal.1632)
Alat : Tabung sedimentasi
Cara : dimasukkan suspensi sebanyak 25 mL ke dalam tabung sedimentasi. Diamati dan
dicatat volume selama 3 hari. Dihitung derajat sedimentasi dengan rumus: F= Vu/Vo
Waktu Vu (mL) Vo (mL) F

15 menit 25 25 1

30 menit 25 25 1

40 menit 25 25 1

60 menit 25 25 1

1 hari 25 24 0,96

2 hari 25 24 0,96

3 hari 25 24 0,96
Viskositas (Martin Farmasi Fidiks Ed. 5 hlm. 706)
Alat : Viskometer Brookfield
Cara :
1. Dituangkan suspensi ke dalam beaker glass viskometer
2. Digunakan spindel dengan nomor paling kecil terlebih dahulu
3. Spindel dipasang pada viskometer, dicelupkan ke dalam suspensi
4. Dipastikan jarum pada skala RPM terdapat pada angka nol dengan cara memutar
posisi beaker
5. Digunakan RPM dari yang kecil sampai memenuhi syarat. Alat dinyalakan, setiap 3
kali berputar alat dimatikan. Angka dibaca (yang ditunjuk jarum)
6. Jika 100, spindel diganti. Di ulangi 5 kali dengan tiap kali pengulangan diberi jeda
beberapa menit
Rumus
η=rxf
F = skala x Kv
Formula I (Granulasi) Viskositas (η) (cps)
η=rxf
No. RPM Skala Faktor η = skala x faktor F=Skala x 1. η1 = 15 x 400 = 6000
Spindel (cps) KV 2. η2 = 26 x 200 = 5200
3. η3 = 32 x 190 = 6080
2 1 15 400 6000 107.805 4. η4 = 45 x 100 = 4500
5. η5 = 50 x 80 = 4000
2 2 26 200 5200 186.862 6. η6 = 42 x 100 = 4200
7. η7 = 31 x 190 = 5890
2 2,5 32 190 6080 229.984 8. η8 = 26 x 200 = 5200
9. η9 = 14 x 400 = 5600
2 4 45 100 4500 323.415 Gaya (F) (dyne/cm2)
F = skala x Kv
2 5 50 80 4000 359.35 Diket Kv = 7.187,0
1. F = 15 x 7.187,0 = 107.805
2 4 42 100 4200 301.854 2. F = 26 x 7.187,0 = 186.862
3. F = 32 x 7.187,0 = 229.984
2 2,5 31 190 5890 222.797 4. F = 45 x 7.187,0 = 323.415
5. F = 50 x 7.187,0 = 359.35
2 2 26 200 5200 186.862 6. F = 42 x 7.187,0 = 301.854
7. F = 31 x 7.187,0 = 222.797
2 1 14 400 5600 100.618 8. F = 26 x 7.187,0 = 186.862
9. F = 14 x 7.187,0 = 100.618
Formula II (Non-granulasi) Viskositas (η) (cps)
η=rxf
No. RPM Skala Faktor η = skala x faktor F=Skala x 1. η1 = 18 x 400 = 7200
Spindel (cps) KV 2. η2 = 23 x 200 = 4600
3. η3 = 45 x 190 = 8550
2 1 18 400 7200 129.366 4. η4 = 35 x 100 = 3500
5. η5 = 44 x 80 = 3520
2 2 23 200 4600 165.301 6. η6 = 42 x 100 = 4200
7. η7 = 30 x 190 = 5700
2 2,5 45 190 8550 323.415 8. η8 = 26 x 200 = 5200
9. η9 = 14 x 400 = 5600
2 4 35 100 3599 251.545 Gaya (F) (dyne/cm2)
F = skala x Kv
2 5 44 80 3520 316.288 Diket Kv = 7.187,0
1. F = 18 x 7.187,0 = 129.366
2 4 42 100 4200 301.854 2. F = 23 x 7.187,0 = 165.301
3. F = 45 x 7.187,0 = 323.415
2 2,5 30 190 5700 215,61 4. F = 35 x 7.187,0 = 251.545
5. F = 44 x 7.187,0 = 316.288
2 2 26 200 5200 186.862 6. F = 42 x 7.187,0 = 301.854
7. F = 30 x 7.187,0 = 215,61
2 1 14 400 5600 100.618 8. F = 26 x 7.187,0 = 186.862
9. F = 14 x 7.187,0 = 100.618
Berat Jenis
Cara : Piknometer dibersihkan, dikeringkan dan dikalibrasi,
piknometer kosong ditimbang, piknometer diisi aquadest, lalu
ditimbang, piknometer dibersihkan lalu diuji dengan sampel kemudian
ditimbang
Syarat : Semakin mendekati berat jenis air maka sediaan dikatakan
semakin baik
Rumus :(Piknometer + sampel) - Piknometer kosong / (Piknometer +
air) - (Piknometer kosong)
Tabulasi Data Berat Jenis
Formula Piknometer Piknometer + Piknometer + Bobot Jenis
kosong (g) air (g) sampel (g)

Formula I 31,24 52,4 66,33 1,6583

Formula II 31,24 53,1 65,67 1,5750

BJ = (bobot piknometer + sampel) – piknometer kosong / (bobot piknometer + air) – piknometer kosong
BJ(1) = 66,33 – 31,24 / 52,4 – 31,24
BJ(1) = 1,6583 g/mL

BJ (2) = 65,67 – 31,24 / 53,1 – 31,24


BJ (2) = 1,5750
Volume Terpindahkan
Cara :
1. Dihitung suspensi yang terdapat dalam wadah ke gelas
ukur.
2. Dilihat dan dicatat volumenya sesuai atau tidak.

Syarat : tidak lebih dari 100% dan tidak kurang 95%

Formula Volume Sediaan Hasil Pengamatan

Formula 1 60 ml Sesuai

Formula 2 60ml Sesuai


Pembahasan &
kesimpulan 07
Pembahasan
1. Uji organoleptik untuk mengetahui kestabilan fisik suatu suspensi rekonstitusi non granulasi dan
dengan granulasi dilihat dari warna, rasa dan bau sediaan yang dilakukan secara visual.
Didapatkan hasil berwarna merah muda, rasa manis dan berbau khas obat,
2. Pada uji pH untuk sediaan suspensi rekonstitusi non granulasi dan dengan granulasi didapati
hasil sediaan yang termasuk ke dalam sediaan dengan PH asam lemah atau PH 6
3. Uji ukuran partikel pada suspensi rekonstitusi dengan menggunakan metode ayakan. Hal ini
disebabkan karena dibuat dengan cara granulasi dan non granulasi. Parameter dari uji ukuran
partikel dilihat dari bentuk kurva. Kurva yang berbentuk lonceng pada uji distribusi partikel
menandakan sudah memenuhi syarat.
4. Uji volume terpindahkan dilakukan untuk menjamin bahwa volume suspensi yang dikemas
dalam wadah sudah sesuai dengan volume yang tertera pada etiket. Dari percobaan yang
dilakukan pada 2 formula, uji volume terpindahkan sudah sesuai dengan etiket yaitu 60 mL.
5. Uji volume sedimentasi dilakukan untuk mengetahui rasio pengendapan (F) yang terjadi selama
penyimpanan tertentu.
6. Dilakukan Uji Viskositas menggunakan alat Viskometer Brookfield dengan tujuan untuk
mengetahui viskositas suspensi, prinsip dari alat ini yaitu rotasi dengan mengkombinasikan
setting spindle dan kecepatan putar spindle. Digunakan model rentang viskositas Kv yang
bernilai 7,187 dyne/cm. Viskositas berbanding lurus dengan kecepatan spindle berotasi dan
berkaitan dengan ukuran dan bentuk geometri spindle.
Pembahasan
7. Pada uji waktu rekonstitusi, formula 1 memerlukan waktu 1 menit 18 detik sedangkan formula 2
membutuhkan waktu 13 detik hingga serbuk terlarut sempurna. Hal ini disebabkan karena suspensi
rekonstitusi granulasi memiliki ukuran partikel yang lebih besar dari non granulasi. Oleh karena itu,
semakin kecil ukuran partikel, maka semakin cepat waktu yang diperlukan karena partikel akan mudah
terbasahi.
8. Pada pembuatan suspensi rekonstitusi dilakukan pengujian bobot jenis menggunakan piknometer
yang bertujuan untuk menjamin kesesuaian bobot jenis sediaan dengan monografi. Pada praktikum ini
didapatkan BJ dengan granulasi = 1,6583 g/mL dan BJ non ranulasi = 1,5750 g/mL
9. Uji sifat alir bertujuan untuk menentukan aliran massa yang akan mempengaruhi
keseragaman bobot dalam sediaan kapsul. Sifat alir akan mempengaruhi kemudahan suspensi
kering untuk dituang ke gelas atau wadah tempat suspensi kering tersebut akan di
rekonstitusikan dengan air/pelarut yang sesuai. Didapatkan hasil kecepatan alirnya sekitar 5
pada sifat alir langsung. Semakin kecil nilai sifat alir dari suspensi rekonstitusi maka sifat alirnya
akan semakin baik dan suspensi rekonstitusi tersebut makin mudah untuk dituang ke wadah.
Dan didapatkan hasil sekitar 39 pada α yang mengindikasikan cukup.
Kesimpulan
1. Uji organoleptik formula 1 dan formula 2 = Warna merah muda, Bentuk granul, rasa manis,
Bau khas obat
2. Uji ukuran partikel = Rata-rata partikel granul pada formula 1 yaitu 648.00875 mm,
sedangkan pada formula 2 sebesar 74.08625 mm
3. Pengujian volume sedimentasi pada formula 1 dalam waktu 15 menit, 30 menit, 40 menit dan
1 jam didapatkan nilai F sebesar 1. Pada 1 hari, 2 hari dan 3 hari, nilai F sebesar 0,96
4. Uji Volume terpindahkan pada formula 1 dan formula 2 didapatkan hasil yang sesuai yaitu 60
mL
5. Uji Viskositas, rata-rata F (formula I) = 224.394 dyne/cm2 sedangkan F(formula II) =
221.207dyne/cm2
6. Uji berat jenis formula I = 1,6583 g/mL sedangkan Formula II = 1,5750 g/mL
7. Uji pH = 6.
8. Uji waktu rekonstitusi = 1 menit 18 detik (formula 1), 8s (formula 2)
9. Uji sifat alir tidak langsung memiliki hasil sifat alir yang cukup karena berada pada sudut
istirahat 30° - 40°. Uji sifat alir langsung mendapatkan hasil mudah mengalir pada ketiga
percobaannya karena berada pada rentan 4° - 10°.
Kemasan,
Brosur & Etiket 08
KEMASAN
BROSUR
ETIKET
DAFTAR PUSTAKA
● Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
● Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
● Rowe, R. C. 2009. Handbook of pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London:
Pharmaceutical Press
● Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1995.
● Kuraesin, Ai dkkk.2017. Pelayanan Farmasi Ilmu Resep. Jakarta: EGC
● Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C., Sheskey, P.
J.,Queen, M. E. (Editor), London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation.
● Sweetman, S et al. Martindale. 36th ed. London: The Pharmaceutical Press; 2009.
● Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., 2008. Teori dan Praktek Industri Farmasi
Edisi III, 1119-1120, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by


Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai