Legalitas Penangkapan Dan Penahanan KPK Dalam Operasi Tangkap Tangan Terduga Pelaku TIPIKOR
Legalitas Penangkapan Dan Penahanan KPK Dalam Operasi Tangkap Tangan Terduga Pelaku TIPIKOR
Abstract
In the field of pretrial proceedings, the validity of arrests and detentions resulting from arrest operations (OTT)
conducted by KPK investigators often becomes a polemic. This issue is based on the absence of regulations
governing the authority of arrest operations in the KPK Law, Anti-Corruption Law, and KUHAP. Based on
the analysis conducted, it was found that an arrest operation is a development of the act of arrest in the case
of being caught red-handed as stipulated in Article 111 of the Criminal Procedure Code, but when referring
to the Criminal Procedure Code, conceptually, an arrest operation cannot be considered as being caught red-
handed. This results in the uncertainty of the validity and legality of the arrest operation itself when examined
following Indonesia's due process of law. Therefore, the author wants to examine the legality of the detention
& arrest of the capture operation carried out by the KPK in review of the relevant laws and regulations.
Pendahuluan
nya. Namun kekuasaan bukan lah satu-satu
Tindak pidana korupsi (yang nya faktor bagi seseorang untuk melakukan
selanjutnya disingkat Tipikor) yaitu suatu korupsi, melainkan korupsi juga dapat terjadi
kejahatan pidana yang berkaitan dengan di ruang lingkup yang tidak dibatasi hanya
kuasa seseorang yang menggunakan pada jabatan-jabatan di pemerintahan.
kekuasaan atau jabatannya sebagai Dikarenakan sifat kejahatan nya yang
kepentingan pribadinya (Romli terstruktur, sistematis, dan berencana Tipikor
Atmasasmita,2004). Tipikor pada umumnya dikategorikan kedalam kejahatan yang luar
dilakukan oleh pejabat dalam tubuh biasa (extra ordinary crime) hal ini didasari
pemerintahan yang memiliki kekuasaan, melihat dampak tipikor yang merugikan
dengan kekuasaan yang dimiliki itulah keuangan negara dan masyarakat luas,
pejabat pemerintah dapat menggunakan uang ditambah tipikor pasti dilakukan secara
rakyat secara melawan hukum dangan sistematis dan menggunakan perencanaan
maksud diluar amanat jabatan yang dimiliki yang matang. Dalam pemberantasan
Lex Jurnalica
p-ISSN 1858-0262 | e-ISSN : 2528-3251
Pungutan Liar (Perpres No 87 Tahun 2016). penjebakan yang sering kali digunakan
Walaupun demikian dalam Perpres tersebut sebagai rangkaian operasi tangkap tangan
hanya menyebutkan ketentuan operasi tidak memiliki dasar hukum yang jelas dalam
tangkap tangan tanpa memberikan definisi konteks pemberantasan korupsi. ( K.
dan syarat terkait operasi tangkap tangan. Hal Lutfiasandh, UNAIR, 2019 ).Dalam sistem
itu dapat dilihat dalam Pasal 4 huruf d Perpres hukum acara pidana, pejabat tertentu diberi
No 87 Tahun 2016 yang menyatakan “Dalam kewenangan untuk melakukan pembatasan
Melaksanakan Tugas dan Fungsi terhadap kebebasan dan kemerdekaan
sebagaimana dalam Pasal 2 dan Pasal 3, seseorang atas alasan telah melakukan tindak
Satgas Saber Pungli mempunyai wewenang pidana. KUHAP menentukan beberapa
melakukan operasi tangkap tangan.” tindakan atau upaya paksa yang dapat
dilakukan sehubungan dengan terjadinya
Dalam penelitian terdahulu dijelaskan tindak pidana yang kemudian memberikan
bahwa yang dimaksud dengan operasi wewenang kepada penyidik untuk
tangkap tangan adalah Istilah KPK untuk mengurangi kebebasan seseorang. Namun
"menangkap basah" para maling di negeri ini. penggunaan wewenang ini harus tetap
Sebuah operasi yang rahasia, terukur dan berlandaskan hukum dan prinsip- prinsip
jarang korbannya bisa selamat dari tuduhan yang menjunjung tinggi harkat martabat
karena didasari dengan proses yang panjang manusia dan menjamin keseimbangan antara
ketika KPK “Mengendus” adanya aroma perlindungan kepentingan tersangka di satu
korupsi (Fatimah azari, Jurnal legalitas, 2017). pihak dan kepentingan masyarakat luas juga
Berdasarkan uraian di atas penulis kepentingan umum di lain pihak (Ramelan,
memberikan pengertian operasi tangkap Sumber Ilmu Jaya,2006)
tangan adalah rangkaian tindakan penyidik
untuk menangkap pelaku Tindak Pidana Wewenang yang diberikan pada
Korupsi ketika Ia sedang melakukan Tindak penyidik dalam membatasi kebebasan
Pidana berdasarkan bukti permulaan yang seseorang tersebut dapat dilakukan dalam
cukup yang diperoleh melalui tindakan bentuk tindakan penangkapan, penahanan,
penyadapan. penyitaan, dan penggeledahan. Penangkapan
adalah suatu tindakan penyidik berupa
Terdapat banyak pro dan kontra pengekangan sementara waktu kebebasan
terkait tindakan OTT oleh KPK ini. Pihak yang tersangka atau terdakwa apabila terdapat
pro menyatakan bahwa OTT merupakan cara cukup bukti guna kepentingan penyidikan
yang tepat untuk menangkap para koruptor atau penuntutan dan /atau peradilan dalam
karena tidak memerlukan alur birokrasi yang hal serta menurut cara yang diatur dalam
panjang dan menghasilkan barang bukti yang undang-undang ini. Pejabat yang berwenang
konkret. Disisi lain pihak yang kontra melakukan penangkapan adalah penyelidik
menganggap pelaksanaan OTT menyalahi atas perintah penyidik yang melakukan
aturan dalam KUHP. Disebut menyalahi penangkapan untuk kepentingan penyidikan
karena terminologi dalam KUHP adalah dan / atau penyidik dan penyidik pembantu
“tertangkap tangan” dan bukan “operasi yang melakukan penangkapan untuk
tangkap tangan” seperti yang selama ini kepentingan penyidikan. Pasal 117 KUHAP
dilakukan oleh KPK. Terlebih, mekanisme menentukan bahwa penyelidik dan
Lex Jurnalica
p-ISSN 1858-0262 | e-ISSN : 2528-3251
diperoleh. Pembuktian perkara pidana sesuai kepastian hukum (Kristian, Nuansa Aulia,
postulat In Criminalibus Probantiones Bedent 2013). Berdasarkan pendapat tersebut, maka
Esse Luce Clariores yang berarti bahwa dalam diperlukan adanya peraturan pelaksana
perkara-perkara pidana bukti bukti yang terhadap penyadapan yang termuat dalam
diperoleh haruslah lebih terang daripada Undang-Undang terkait kewenangan yang
cahaya, sebab melalui Operasi Tangkap dilakukan oleh KPK. Dengan adanya
Tangan langsung diperoleh bukti yang jelas, peraturan tersebut pelaksanaan tindak
terang, dan akurat serta tidak terbantahkan penyadapan yang menjamin kelangsungan
bukan hanya berdasar persangkaan saja. penegakan hukum (law enforcement) dapat
Operasi Tangkap Tangan sudah pasti sekaligus memberikan jaminan pada hak-hak
didahului oleh serangkaian tindakan asasi manusia (guarantee the rights). Hal ini
penyadapan yang telah dilakukan dalam untuk menghindari penyalahgunaan
jangka waktu tertentu. Hasil penyadapan kepentingan selain kepentingan penegakan
pada dasarnya merupakan bukti permulaan hukum yang mengakibatkan terjadi
terjadinya suatu tindak pidana jika antara pelanggaran hak asasi. Penyadapan berakibat
bukti yang satu dan bukti yang lain terdapat terjadinya pengurangan hak asasi terhadap
kesesuaian (Corroborating Evidence). Artinya, personaliti yang menjadi subjek yang disadap
perkara tersebut sudah siap diproses secara tersebut28 oleh karena itu tindakan tersebut
pidana karena memiliki minimal dua alat harus dipastikan dalam koridor yang tidak
bukti. Dalam konteks kekuatan pembuktian, melanggar hak asasi yang bersangkutan.
Operasi Tangkap Tangan dapat dikatakan
memenuhi pembuktian sempurna (Probatio Didalam Pasal 12 Undang-Undang
Plena) yang berarti bukti tersebut tidak lagi KPK secara eksplisit menyatakan ”Dalam
menimbulkan keraguan-raguan mengenai melaksanakan penyelidikan, penyidikan dan
keterlibatan pelaku dalam suatu kejahatan. penuntutan sebagaimana dimaksud dalam
Kendatipun demikian, hakim dalam perkara Pasal 6 huruf c, Komisi Pemberantasan
pidana tidak terikat secara mutlak terhadap Korupsi berwenang a) melakukan
satu pun alat bukti, akan tetapi Operasi penyadapan dan merekam pembicaraan....”
Tangkap Tangan paling tidak dapat Ketentuan tersebut secara expressive verbis
menghilangkan keraguan tersebut (Eddy OS membolehkan KPK menyadap dan merekam
Hariej, Operasi Tangkap Tangan,2020) pembicaraan dalam penyelidikan. Artinya,
penyadapan diperbolehkan untuk
Menurut B Scheltema, ciri dari negara menentukan ada tidaknya tindak pidana
hukum adalah adanya pengakuan sebagaimana yang dijelaskan dalam definisi
penghormatan dan perlindungan hak asasi penyelidikan dan yang dilakukan oleh KPK
manusia yang berakar dari penghormatan adalah suatu proses atau upaya pengumpulan
martabat manusia (human dignity) dan asas bukti terkait informasi yang telah diperoleh
kepastian hukum (the rule of law prinsiple). melalui hasil penyadapan. Dalam
Terkait dengan hal tersebut pengaturan dan pelaksanaan OTT, apabila KPK sedang
pelaksanaan mengenai penyadapan tidak melakukan OTT dan uang suap atau objek
boleh melanggar hak asasi manusia dan harus suap sudah berada di tangan terduga, maka
diatur terlebih dahulu dalam peraturan yang terjadi adalah delik selesai. Namun,
perundang-undangan sehingga memberikan bilamana uang suap atau objek suap tersebut
Lex Jurnalica
p-ISSN 1858-0262 | e-ISSN : 2528-3251
belum berada di tangan terduga, maka yang sebagai bukti permulaan yang
terjadi adalah percobaan terhenti. Dengan cukup.
demikian yang menghubungkan antara
tindakan OTT sebagai upaya hukum yang Konsekuensi dari operasi tangkap tangan
dilakukan oleh KPK dan delik percobaan
bukanlah suatu bentuk analogi antara
tertangkap tangan dan percobaan melainkan Dalam hal tertangkap tangan bukan berarti
menghubungkan antara keadaan orang meniadakan tindakan penyelidikan, maka
tertangkap tangan dengan delik percobaan. konsekuensi hukumnya hasil
(Eddy OS Haierj, Legalitas OTT KPK, 2020). penyelidikannya dapat menyimpulkan
bahwa :
Syarat penyidik untuk melakukan
operasi tangkap tangan yaitu adanya laporan 1. Siapa saja yang terlibat dalam
bahwa seorang diduga telah melakukan suatu tindak pidana tersebut, artinya
tindak pidana korupsi, lalu beranjak dari dalam tertangkap tangan belum
laporan tersebut KPK melakukan pengintaian tentu semua yang ikut dilakukan
dengan cara penyadapan atau penjebakan penangkapan terlibat dalam
kepada orang yang telah diduga atau tindak pidana tersebut. Artinya
dicurigai tersebut, Setelah melakukan belum tentu mereka yang ikut
penyadapan atau penjebakan, KPK akan tertangkap tangan itu terlibat
melakukan operasi tangkap tangan pada dalam tindak pidana tersebut
orang tersebut sebagai pelakunya.
2. Tindak pidana dapat disidik atau
Prosedur operasi tangkap tangan tindak pidana tidak dapat disidik.
KPK dalam melakukan operasi tangkap Apabila tidak dapat disidik, maka
tangan mempunyai prosedurnya sebagai penylidik harus membuat berita
berikut : acara bahwa tindak pidana yang
diselidiki tersebut tidak dapat
1. Sebelum melakukan operasi dilakukan penyidikan, dan apabila
tangkap tangan, KPK akan dapat disidik, maka penyelidik
melakukan tindakan penyadapan segera menyerahkan
dalam waktu tertentu. penyidikannya kepada penyidik
2. Kewenangan KPK melakukan
penyadapan yaitu pada tahap Kesimpulan
penyelidikan bukan tahap
penyidikan. Hal ini berdasarkan
pada Pasal 12 UU KPK. Berdasarkan hasil pembahasan dan
3. Penyadapan yang dilakukan oleh analisis diatas, adapun kesimpulan dan saran
penyelidik KPK hanya untuk yang dapat disampaikan oleh penulis sebagai
menambah informasi bahwa bagian penutup dari artikel ini:
benar sebelumnya telah terjadi
suatu tindak pidana. Hasil Kesimpulan, UU KPK yang telah
penyadapan ini digunakan diubah dalam Perubahan Kedua atas UU KPK
tidak mengatur tentang operasi tangkap
Lex Jurnalica
p-ISSN 1858-0262 | e-ISSN : 2528-3251
Peraturan Perundang-Undangan