Anda di halaman 1dari 2

Teach like finland

Mencari flow
Didalam buku disebutkan bahwa sikap tidak aman dapat mengurangi kebahagiaan dalam
pengajaran. Ternyata rasa tidak aman itu muncul dan membawa emosi negatif tersebut, berasal dari
kepahitan, kedalam ruang kelas. Dan tekanan itu akan lebih terasa karena adanya keinginan untuk
menjunjukan kinerja yang lebih baik dari pada rekan kerja. Alih alih merasa bebas untuk menikmati
pekerjaan disisi lain merasa terganggu dengan tugas yg melelahkan demi menjaga superioritas atau
menjadi yang terbaik.

Superioritas dapat diartikan dengan terus menerus berusaha menjadi lebih baik, menjadi semakin
dekat dengan tujuan final. Dari perasaan inferioritas dapat mengerakan dan mendorong perasaan
superior. Sedangkan inferior merupakan suatu bentuk sikap, emosi, keadaan diri yang menganggap
lemah diri sendiri dan mengganggap diri orang lain lebih baik dari dirinya.(Amilatul,2020).

Pada bagian selanjutnya disebutkan para peneliti telah menemukan bahwa individu dengan status
yang semakin tinggi memiliki kepercayaan diri dan kemandirian yg tinggi pula. Berdsarkan hal
tersebut menunjukan bahwa menjadi yg terdepan atau superioritas dapat meningktkan kebahagiaan.
Tetapi terlepas dari itu disebutkan juga bahwa tidak dibenarkan untuk mencari superioritas itu
karena pengejaran superioritas juga bisa berpotensi menurunkan tingkat Bahagia. Maka dari itu akan
lebih baik dan bijak untuk mencari sesuatu yang Bernama flow.

Lantas apa yang dimaksud dengan flow itu?. Ahli psikologi positif Mihaly Csikszentmihalyi
menjelaskan keadaan mental sebagai berikut:
Sepenuhnnya terlibat dalam sebuah aktivitas yang memang menyenangkan. Ego seketika runtuh.
Waktu terasa berjalan cepat. Setiap Tindakan,pergerakan,dan pemikiran baru mengalir begitu saja,
tanpa dapat dielakkan, seperti orang yang sedang bermain jazz. Keseluruhan diri anda dilibatkan dan
anda sedang menggunakan katerampilan anda sepenuhnya.(dikutip dalam cherry, 2016b).

Flow merupakan bentuk kebahagian yang memiliki indikasi seperti konsentrasi yang tinggi dalam
setiap aktivitas yang dilakukannya, distorsi terhadap waktu (waktu dirasakan berjalan sangat cepat),
dan kesadaran akan ruang dan waktu menjadi hilang karena terserap dalam aktivitas yang dilakukan (
(Iusca, 2015).

Penulis merefleksikan flow pada saat ia bisa fokus, contohnya yaitu ketika siswa dengan genbira ikut
serta dalam kerja mandiri selagi ia berunding dengan seorang anak tanpa adanya gangguan. Siswa
dilatih fokus dengan memberikan perhatian penuh pada pengajaran yang dilakukan, karena
kesuksesan anak melakukan kerja mandiri tidak terjadi begitu saja. Jika ingin memaksimalkan flow
pada saat pembelajaran maka harus meminimalkan distraksi yang sangat berpengaruh seperti
penggunaan telepon seluler dan kegiatan mengoborl. Kemudian dapat dilakukan juga dengan
membuat suatu daftar peraturan pendek agar lebih efektif dan kondusif. Tetapi ada hal yang harus
diperhatikan dan harus dijauhkan pada saat pembelajaraan yaitu adanya budaya persaingan.

Dengan adanya istilah guru superior, dapat membuat kehabisan waktu dan tenaga karena terlalu
khawatir tidak bisa membuktikan keunggulan. Guru guru di finlamdia tidak tertarik dengan menjadi
superior karena mereka sudah cukup gembira dan kompeten dalam bekerja. Serta dengan pola piker
non kompetensi membantu mereka untuk bekerja lebih baik secara bersama sama, sehingga mereka
dapat mencapai flow sehari hari.
Menjadi guru yang mencari flow adalah sesuatu yang baik untuk guru, tetapi juga untuk siswa. Siswa
mengawasi dan jika melihat guru berusaha bekerja sebaik mungkin tanpa membandingkan diri
dengan orang lain akan dapat dijadikan contoh yang baik. Hal tersebut dapat memupuk sebuah
budaya non kompetensi. Ketika guru ingin melihat perubahan positif seperti ingin siswa mengalami
flow maka harus dimulai dari guru itu sendiri dan meminimalkan gangguan yang timbul dari
peersaingan yang krusial

Anda mungkin juga menyukai