Anda di halaman 1dari 17

MEASUREMENT SAMPLING

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

“Riset Akuntasi Manajemen”

Dosen Pengampu :
Dr.Mukhzarudfa, S.E.,M.Si

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. SISKA PERNAMA SARI (P2C322002)


2. ZUSKA EGA (P2C322014)
3. NUR IZZAH (P2C322015)

Magister Ilmu Akuntansi


Program Pascasarjana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jambi
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat, karunia serta kasih
sayangNya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Measurement Sampling. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun
hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Mukhzarudfa, S.E.,M.Si selaku dosen mata kuliah Riset Akuntansi Manajemen.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetikan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana
mestinya.

Jambi, 13 September 2022

Penyusun
(Kelompok 1)

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Measurement sampling (pengukuran sample) adalah bagian yang sentral didalam


metodologi penelitian karena pengukuran sample dianggap sebagai jantung dari suatu
penelitian. Pengukuran sample menjadi sumber yang paling menentukan baik buruknya hasil
sebuah penelitian. Untuk memahami sepenuhnya tentang pengukuran sample ini didalam
penelitian, untuk itu perlu diperhatikan komponen-komponen yang lebih rinci pada
metodologi penelitian. Ada dua metodologi yang dicakup yaitu metodologi data dan
metodologi informasi. Dua metodologi ini saling terkait, dimana disatu pihak data adalah
syarat perlu untuk menghasilkan informasi, dipihak lain informasi menjadi syarat cukup
untuk menjawab permasalahan sehubungan dengan penelitian tersebut, pengukuran berada
pada bidang pemahaman data yang berhadapan dengan interpretasi dalam bidang
pemahaman informasi. Keterkaitan kedua hal tersebut diperankan oleh adanya variabel.
Variabel merupakan sesuatu yang nilainya berbeda-beda. Perbedaan nilai yang dimaksud
adalah nila-nilai yang dihasilkan dari proses pengukuran yang berulang yang dilakukan
terhadap objek yang ingin diperhatikan. Objek yang kita perhatikan tersebut dalam hali ini
dikatakan sebagai unit analisis.
Disatu pihak variabel berkaitan dengan unit analisis, dan dipihak lain pengukuran terkait
dengan sampling. Ini berarti ketika tengah merencanakan pengukuran (variabel) sample juga
pada saat yang bersamaan kita melakukan proses sampling (unit analisis). Dalam hal ini,
setelah menentukan unit analisis, kita mendefinisikan populasinya terlebih dahulu baru
kemudian menentukan berapa banyak sample yang dibutuhkan.
Kombinasi nilai variabel dari proses pengukuran dengan masing-masing unit analisis
merupakan tipologi data. Sifat data yang dihasilkan ditentukan oleh strategi pengumpulan
data yang dipilih. Jika strategi yang dipilih adalah pendekatan kualitatif maka sifat datanya
adalah kualitatif dan sebaliknya jika pendekatan kuantitatif maka data yang dihasilkan
bersifat kuantitatif.
Didalam pembahasan kali ini akan di bahas lebih lanjut mengenai metode pengukuran
sample, mengenai bagaimana mengukur dengan alat/cara apa dilakukan pengukuran. Dengan
demikian seorang peneliti akan lebih memahami bagaimana caranya dalam
mengklasifikasikan sample yang bervarian kedalam kelompok-kelompok tertentu dan
bagaimana memproses sample tersebut yang tentunya dengan menggunakan instrument
pengukuran sehingga pada akhirnya menghasilkan hasil penelitian yang mudah dipahami.

2
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan diatas, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengertian dan pembahasan mengenai measurement sampling didalam suatu penelitian.
2. Pembahasan mengenai desain measurement sampling.
3. Pembahasan mengenai penyebab kesalahan-kesalahan didalam measurement sampling.
4. Pembahasan mengenai strategi untuk meminimalisasi kesalahan measurement sampling.
5. Pembahasan mengenai uji measurement sampling.
6. Pembahasan mengenai teknik pengembangan instrument measurement sampling.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah metode riset akuntansi.
2. Untuk megetahui dan memahami apa itu measurement sampling.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara-cara measurement sampling yang biasa diterapkan
didalam suatu penelitian.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Measurement Sampling.

Measurement sampling (pengukuran sample) penelitian merupakan tahapan terpenting.


Dengan melakukan pengukuran sample maka peneliti akan dapat mengerti proses dari
pengkalifikasian dan pengelompokkan sample. Menurut Sherri L. Jackson (2009:59), ada
beberapa skala yang dikategorikan di dalam pengukuran sample, antara lain sebagai berikut :

1. Skala nominal
Skala nominal adalah skala yang hanya digunakan untuk memberikan kategori saja. Skala
nominal adalah skala yang paling sederhana, disusun menurut jenis (kategorinya) atau
fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan
karakteristik yang lainnya. Skala nominal adalah skala yang hanya mendasarkan pada
pengelompokkan atau pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan
notasi angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif tetapi hanya
menunjukkan perbedaan kualitatif.

Adapun ciri-ciri dari skala nominal adalah :


a. Kategori data bersifat mutually exclusive (saling memisah).
b. Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang). Hasil
perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan. Angka yang tertera hanya lebel
semata. Tidak mempunyai ukuran baru. Dan tidak mempunyai nol mutlak.

Contoh :
a. Mahasiswa Akuntansi : 10 Orang
b. Mahasiswa Manajemen : 9 Orang

2. Skala ordinal
Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan
peringkat antar tingkatan akan tetapi jarak atau interval antar tingkatan belum jelas. Skala
ini adalah pengukuran yang mana skala yang digunakan disusun secara runtut dari yang
rendah sampai yang tinggi. Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data
saling memisah, kategori data memiliki aturan yang logis, kategori data ditentukan skala
berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya.

4
Contoh :
Berilah peringkat bank berikut berdasarkan kualitas pelayanan nya !
a. Bank Mandiri….....................9
b. Bank BRI...............................8
c. Bank BCA…..........................7
d. Bank Jambi.............................6

3. Skala interval
Skala interval adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan
peringkat antar tingkatan, dan jarak antar interval atau tingkatan sudah jelas namun
belum memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak. Skala interval adalah skala yang menunjukkan
jarak satu data dengan data yang lain dengan bobot nilai yang sama. Ciri-ciri dari skala
ini ada lima :

a. Kategori data bersifat saling memisah.


b. Kategori data memiliki aturan yang logis.
c. Kategori data ditentukan sekalanya berdasarkan jumlah karaaktristik khusus yang
dimilikinya.
d. Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam
jumlah yang dikenakan pada kategori.
e. Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam sekala (tidak punya nilai nol
absolut).
Contoh :
1. Skala pada Jam
2. Skala pada Termometer
3. Skala pada tanggal

4. Skala rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan
peringkat atau tingkatan dan jarak antar tingkatan sudah jelas, dan memiliki nilai 0 (nol)
yang mutlak. Dengan demikian skala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat
jelas dan akurat.
Contoh :
a. Jumlah Pendapatan
b. Hasil penjualan, berapa penjualan bersih didalam satu tahun ? Antara Rp. 500 juta s/d
1 milyar, lebih dari Rp. 1 Milyar s/d 100 Milyar dsb.

5
B. Desain Measurement Sampling

Ada 3 skala didalam desain measurement sampling, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan dan persepsi seseorang
tentang fenomena sosial.
Contoh :
Apakah pelayanan rumah sakit ini sudah seusuai dengan yang saudara harapakan ?
1. Sangat setuju skor 5
2. Setuju skor 4
3. Tidak ada pendapatan skor 3
4. Tidak setuju skor 2
5. Sangat tidak setuju skor 1

b. Skala Guttman
Skala guttman akan memberikan respon yang tegas, yang terdiri dari dua alternative.
Contoh :
Ya Tidak
Baik Buruk
Pernah Belum Pernah
Punya Tidak Punya

c. Skala Semantik Deferensial


Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk pilihan ganda atau
checklist, tetapi tersusun dari sebuah garis kontinuem dimaan nilai yang sangat negative
terletak disebelah kiri sedangkan nilai yang sangat positif terletak disebelah kanan.
Contoh :
Bagaimana tanggapan saudara terhadapan pelayanan perusahaan provider ini ?
1. Sangat Buruk Sangat Baik

d. Skala Rating
Dalam skala rating data yang diperoleh adalah data kuantitatif kemudian peneliti baru
mentranformasikan data kuantitatif tersebut menjadi data kualitatif.
Contoh :
Kenyamanan ruang lobby Bank Jambi : 5 4 3 2 1

6
b. Error in Measurement Sampling.

Idealnya didalam suatu penelitian, pengukuran sample haruslah tepat dan jelas, untuk itu
seorang peneliti harus cermat didalam memperhatikan penyebab kesalahan didalam pengukuran
sample. Pada umumnya kuesioner dirancang dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi
yang berguna. Data yang diperoleh harus valid dan respon yang benar harus terukur. Berikut
dibawah ini adalah beberapa aspek yang memungkinkan berpengaruh terhadap terjadinya
berbagai kesalahan didalam pengukuran sample (Kothari, 2004:74) diantaranya :

a. Responden.
Pada saat melakukan penelitian, beberapa responden bisa saja hanya mempunyai
sedikit/keterbatasan pengetahuan tentang subjek/studi penelitian sehingga memiliki
kemampuan terbatas untuk merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
seorang interviewer sehingga hasilnya tidak begitu akurat.
b. Situasi.
Ada beberapa situasi yang menyebabkan kesalahan didalam pengkuran sample. Ada
situasi dimana seorang responden tidak benar-benar memahami didalam menjawab
pertanyaan seorang interviewer (hanya sekedar hadir saja) dan adapula situasi dimana
ketika seorang responden merasa tidak yakin atas kerahasiaan dirinya didalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan seorang interviewer sehingga responden menolak
untuk memberikan jawaban.
c. Ukuran.
Kesalahan didalam pengkodean, penjumlahan tabulasi atau statistik, uji coba analisis
data merupakan penyebab kesalahan didalam pengukuran sample. Kesalahan merujuk
pada ketidak akuratan dalam mencatat respon yang diberikan responden karena
kelemahan instrument dalam memilih pokok-pokok pertanyaan, ketidakmampuan
interviewer atau pertanyaan yang dibuat cendrung mengarahkan jawaban responden.
d. Instrumen.
Kesalahan didalam pengkuran sample muncul akibat instrument pengukuran yang
tidak efektif, seperti : menggunakan bahasa yang sulit dimengerti, melampaui
pemahaman responden, makna yang ambigu, cetakan yang buruk, keterbatasan ruang
untuk menjawab pertanyaan, tidak adanya pilihan jawaban dari soalan yang
ditanyakan dan lain sebagainya adalah beberapa hal yang bisa menyebabkan
kesalahan didalam pengukuran sample.

c. Strategi Untuk Meminimalisasi Error in Measurement Sampling.


Seorang peneliti harus bisa untuk mengeliminasi elemen-elemen yang bisa menyebabkan
kesalahan didalam pengukuran sample dengan terlebih dahulu memahami dan memperkirakan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

7
Menurut Geoffrey Marczyk, Davide Dematteo, David Festinger (2005:104), Ada
beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk meminimalisasi kesalahan pengukuran
sample. Ini harus dimulai semenjak tahapan desain pengukuran sample dan harus difokuskan
kepada pengumpulan data dan strategi pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel
dependent dan independent. Pendekatan tersebut antara lain :
a. Administrasi dari pengukuran sample harus rapi dan konsisten.
b.Peneliti harus membuat responden mengerti instruksi dari konten instrument
strategi pengukuran. Jika responden kesulitan mengerti tujuan atau arahan tersebut
maka akan memungkinkan responden tidak akan menjawab secara akurat dalam
hal ini akan berpotensi menyebabkan data bias.
c.Setiap peneliti yang terlibat didalam pengumpulan data harus terlatih didalam
menggunakan strategi pengukuran sebelum studi penelitian dilakukan.
d.Setiap usaha harus dibuat untuk meyakinkan bahwa data dicatat, disusun, dan
dianalisa secara akurat.

d. Uji Measurement Sampling

Uji pengukuran sample harus melalui 3 tahapan test yaitu validitas, reliabilitas dan
praktis. Faktanya, ketiga uji pengukuran sample tersebut merupakan pertimbangan terbesar
didalam mengevaluasi suatu alat pengukuran. Validitas mengacu kepada perluasan uji ukur
mengenai apa yang akan kita ukur. Reliabilitas harus dilakukan dengan prosedur pengukuran
yang akurat dan teliti. Praktis menyangkut area yang luas dari factor ekonomi, kenyamanan dan
interpretasi. (Kothari, 2004:73)
a. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Selain itu validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar
variabel yang hendak diteliti oleh peneliti. Validitas dalam penelitian menyatakan derajat
ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur.
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Suatu tes dapat
dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya
tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya
pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Ada 3 jenis validitas
yang saling berhubungan, antara lain :
1. Konten validitas
Merupakan instrument pengukuran yang menyediakan gambaran yang cukup mengenai
topik yang akan diteliti. Jika instrument terdiri atas perwakilan dari seluruh sample,

8
konten validitas nya bagus. Ini dapat ditentukan dengan perkiraan utama dan berdasarkan
intuisi. Ini juga dapat ditentukan dengan menggunakan panel personal yang akan
memperkirakan seberapa baik intstrumen pengukuran sehingga sesuai dengan standar,
tapi tidak bisa di gambarkan dengan perkiraan angka.

2. Standar validitas
Merupakan kemampuan untuk memprediksi hasil atau mengestimasi eksistensi dari
beberapa kondisi. Bentuk validitas ini menggambarkan keberhasilan pengukuran sample
yang digunakan untuk beberapa estimasi tujuan empiris. Standar yang harus ada antara
lain :
a. Relevan
b. Bebas dari bias
c. Reliabilitas
d. Ketersediaan informasi.
Faktanya, standar validitas secara luas mengacu kepada predictive validitas dan
concurrent validitas. Bentuk dari kedua standar ini berguna untuk memprediksikan
performa di masa depan dan sesudahnya yang berkaitan erat dengan validitas
pengukuran. Standar validitas digambarkan sebagai koefisien hubungan antara nilai uji
dan beberapa pengukuran performa masa depan atau antara nilai uji dan nilai pengukuran
validitas.
3. Gagasan validitas
Gagasan validitas ini bersifat kompleks dan abstrak. Gagasan validitas merupakan
pengukuran sample yang memprediksi korelasi dengan hal-hal lain secara teoritis. Nilai
uji gagasan validitas dapat dibukukan sebagai teori explanatory. Dalam pengujian
validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Validitas faktor
Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor
(antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini
dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor)
dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor).
2. Validitas Item
Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total
(skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item
dengan skor total item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian
validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor,
kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor
(penjumlahan dari beberapa faktor).

Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan
untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item

9
layak digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan
digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi
0,05, artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah
menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dengan
cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah
penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan
dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam
mengungkap apa yang ingin diungkap Valid. Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig.
0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor
total (dinyatakan valid).

Rumus Korelasi Product Moment :

Keterangan

10
a. Uji Reliabilitas.
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability (reliabilitas)
adalah keajegan pengukuran. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa
instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang
digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap
informasi yang sebenarnya dilapangan. Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat
stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliable.
Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali –
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative
konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan
akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya
diukur. Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes
tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi
yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang
konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang
berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang
disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx
mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup
memuaskan jika ≥ 0.700.
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach
karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat. Rumus Alpha
Cronbach sebagai berikut :

Keterangan :

11
Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability)
sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes
secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya
sebagai berikut:
Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka
reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50
maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak
reliabel.

Reliabilitas suatu pengukuran penelitian dapat ditingkat berdasarkan atas dua


aspek :
1. Dengan menstandarisasi kondisi dimana pengukuran ditempatkan, contohnya
kita harus meyakinkan bahwa jenis-jenis sumber external seperti kebosanan,
fatique dsb, diminimalisasi untuk perluasan kemungkinan. Ini akan
meningkatkan aspek stabilitas.
2. Dengan hati-hati mendesain arahan pengukuran dengan menggunakan
personal yang terlatih untuk memahami penelitian dan juga memperluas
sample yang digunakan. Ini akan meningkatkan aspek kesamaan.

b. Uji Praktis.

Karakteristik uji praktis didalam alat pengukuran sample dapat di perkirakan dari
faktor ekonomi, kenyamanan dan interpretasi jika dilihat dari sudut pandang
operasionalnya.
1. Faktor Ekonomis
Pertimbangan ekonomis dilihat dari budget yang ideal direncanakan untuk suatu
penelitian dan sejauh mana budget tersebut terealisasi. Metode pengumpulan data
juga bergantung dengan faktor ekonomis.
1. Kenyamanan.
Faktor penentu kenyamanan jika alat pengukuran sample mudah untuk digunakan.
Untuk itu diperlukan adanya susunan yang tepat dari alat pengkuran sample.
Contohnya : Kuosioner, instruksi yang jelas (diilustrasikan dengan contoh). Ini
tentunya lebih efektif dan mudah untuk melengkapi fitur-fitur yang kurang.
2. Interpretasi (mampu ditafsirkan atau dijelaskan).
Item-item yang mempengaruhi interpretasi alat pengukuran sample, antar lain:

12
a. Pengarahan detail untuk mengatur pengujian.
b. Kunci scoring
c. Bukti tentang reliabilitas
d. Petunjuk untuk menggunakan pengujian dan untuk menafsirkan hasil.

e. Teknik Pengembangan Instrumen Measurement Sampling.

Menurut Kothari (2004 : 77) teknik pengembangan alat pengukuran sample dipengaruhi
oleh 4 tahapan proses, antara lain :
a. Konsep pengembangan
Didalam konsep pengembangan, para peneliti harus mengerti secara luas konsep yang
menyinggung tentang objek studi penelitian.
b. Konsep dimensi
Merupakan pengembangan dari konsep yang pertama. Konsep ini menggunakan
pendekatan intuisi atau korelasi empiris dari dimensi individual dengan total konsep
atau konsep lainnya. Dimensi merupakan himpunan dari partikular-partikular yang
disebut indikator. Setiap dimensi dalam satu konsep tidak harus mempunyai jumlah
indikator yang sama.
c. Indikator pengembangan.
Indikator pengembangan digunakan seorang peneliti untuk mengukur masing-masing
elemen konsep. Indikatornya adalah pertanyaan spesifik, skala atau peralatan lainnya
yang diketahui oleh responden, opini dan ekspektasi dll di ukur. Seorang peneliti juga
harus menentukan beberapa alternative tujuan penelitian. Penggunaan lebih dari satu
indikator memberikan stabilitas nilai dan juga meningkatkan validitas.
d. Pembentukan index.
Ketika sampling penelitian mempunyai elemen-elemen dimensi yang berbeda-beda
maka perlu di kombinasikan kedalam satu index (daftar). Ini diperlukan untuk
mendapatkan skala nilai untuk merespon dan menjumlahkan skor korespondensi.
Kesemua index akan menyediakan alat pengukuran sample yang baik daripada

13
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Measurement sampling merupakan bagian terpenting didalam suatu penelitian. Untuk itu
seorang peneliti harus memahami secara benar dan luas mengenai teori dan metode yang
dapat digunakan yang berkaitan dengan measurement sampling.
Didalam measurement sampling ada beberapa skala yang harus dipahami antara lain :
skala nominal, ordinal, interval dan rasio yang digunakan sebagai instrument pengukuran
sample penelitian. Selain itu ada beberapa skala dari desain measurement sampling antara
lain : skala likert, guttman, semantic deferensial dan rating yang digunakan untuk mengukur
data penelitian yang besumber dari kuosioner responden.
Measurement sampling tidak terlepas dari adanya kesalahan-kesalahan atau error in
measurement sampling yang dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti : responden, situasi
ukuran dan instrument, sehingga untuk meminimalisasi kesalahan-kesalahan ini peneliti
harus lebih cermat didalam mengamati, memperkirakan dan menafsir aspek-aspek tersebut
agar tetap berada sesuai jalurnya.
Pada akhirnya measurement sampling harus dilakukan dengan beberapa uji seperti uji
validitas, reliabilitas dan praktis untuk menghasil kan suatu penelitian yang baik, akurat,
dapat dipertanggungjawaba kan dan bebas dari bias.

2.2 Saran

1. Tanpa pengetahuan dan pemahaman mengenai measurement sampling yang luas dan
benar maka seorang peneliti tidak akan bisa mengolah data penelitian secara akurat,
untuk itu seorang peneliti dituntut untuk memiliki pengetahuan yang lebih luas
mengenai teori ini.
2. Seorang peneliti diharuskan untuk memahami dalam pengaplikasian uji measurement
sampling untuk pengolahan data sample sehingga menghasilkan data yang layak yang
akan dipergunakan lebih lanjut ke tahapan penelitian selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

L. Jackson, Sherri. 2009. Research Methods and Statistics : A Critical Thinking Approach. 3rd
Edition. US. America : Wadsworth.

Marczyk, Geoffrey. DeMatteo, David DeMatteo. Festinger, David Festinger. 2005. Essentials of
Research Design and Methodology. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.

Kothari, C.R. 2004. Research Methodology : Method and Techniques. 2nd Reverse Edition. New
Delhi : New Age International (P) Limited, Publisher

15
16

Anda mungkin juga menyukai