Anda di halaman 1dari 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geografi Ranupani
Desa ranupani merupakan desa yang terpencil dengan ketinggian 2.200 meter dari permukaan
laut (mdpl). Desa ini merupakan daerah yang sangat dingin dan selalu berkabut, karena berada di
lereng gunung semeru yang merupakan gunung tertinggi se-jawa serta dikelilingi perbukitan dengan
keadaan suhu berkisar 20 derajat dan sampai dengan minus 5° c (Wikipedia,2019)
Desa ranupani kebiasaanya digunakan sebagai tempat persinggahan para pendaki yang akan
menuju punjak gunung mahameru. Di tempat ini di sediakan juga fasiltas bagi para pendaki yaitu
pondok pendaki dan pusat informasi. Di desa ini terdapat dua buah danau (ranu) yang letaknya
berdekatan yaitu ranupani ( ± 1 ha ) dan ranu regulo ( ± 0,75 ha) (Radecki, 2006).
Ranupani merupakan desa yang terletak disebelah barat kecamatan senduro kabupaten
lumajang. Untuk menuju kearah tersebut terdapat dua jalur yang dapat dilalui dengan kendaran baik
mobil maupun mator yaitu (Radecki, 2006):
a. Jalur timur ( melalui kecamatan senduro kabupaten lumajang, jaraknya ± 43 km. Dengan
kondisi jalan yang agak rusak ).
b. Jalur selatan ( melalui kecamatan tumpang kabupaten malang jaraknya ± 29 km. Dengan
kondisi jalan yang sempit, menannjak dan agak rusak dan hanya dapat dilalui mobil
khusus dan motor yang redy ).
Desa ranupani terdiri dari daerah perbukitan dan lembah, yang terbagi menjadi lima daerah
yaitu : buduk asu, besaran sebagi daerah perkampungan dan lading pertanian, sedangkan slorok,
banyu kanji, dan dempok merupakan daerah lading dan hutan. Namun demikian masyarakat desa
ranupani sudah terbiasa dank arena terpaksa dengan hal itu, karena biar bagaimanapun mereka harus
mengirim hasil ladangnya untuk dijual ke daerah yang lain demi kelangsungan hidup mereka. Curah
hujan di desa rannupani rata-rata men sampai 2.500 mm atau tahun, untuk menngetahuinya sebaiknya
dilakukan pada wakktu musimm hujan berlangsung, biasanya pada bulan november sampai dengan
maret (Radecki, 2006).
2.2 Kemiringan Lahan
Daerah Ranu Pani merupakan salah satu daerah di sekitar pegunungan yang
mempunyai sifat tanah dengan kesuburan sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan mata
pencaharian masyarakat di daerah Ranu Pani yang sebagian besar adalah sebagai petani.
Dengan tekanan akan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan lahan pertanian yang
tinggi di daerah enclave taman nasional menyebabkan intensifikasi pertanian pada lahan
dengan kemiringan terjal (Purnomo et. al, 2011)..
Aktivitas pertanian pada kemiringan lahan di desa Ranupani dapat mengakibatkan tanah
longsor serta erosi. Selain itu juga dikhawatirkan terjadi sedimentasi karena perubahan tata guna
lahan yang sangat cepat dan praktek pertanian yang tidak berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena
revolusi hijau yang memperkenalkan pemanfaatan obat-obatan kimia dan pupuk kimia untuk memacu
produktifitas pertanian (Purnomo et. al, 2011).
2.3 Pohon
Pohon atau juga pokok ialah tumbuhan yang berkayu, dan terbagi menjadi dua
kelompok tumbuhan :
 Pertama kelompok pohon berakar tunjang (dikotil) terdiri dari batang pohon merupakan
batang utama yang tumbuh tegak tajuk pohon, akar, dan akar tunjang berfungsi untuk
memperkokoh berdirinya pohon. Batang pohon merupakan bagian utama pohon, dan menjadi
penghubung utama dengan bagian akar sebagai penyerap air, dan mineral, Cabang adalah
juga batang, tetapi berukuran lebih kecil dari berfungsi memperluas ruang bagi pertumbuhan
daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari dan juga menekan tumbuhan pesaing
di sekitarnya. Batang dibalut dengan kulit yang melindungi batang dari kerusakan, dan
cabang yang lebih kecil ialah ranting, dan daun untuk ber fotosintesis.
 Kedua kelompok pohon berakar serabut (monokotil) terdiri dari pohon, akar, pelepah,
dan daun, pohon berakar serabut tidak bercabang contoh pohon kelapa.
Pohon dibedakan dari semak, Semak juga memiliki batang berkayu, dan bentuknya jauh lebih
kecil dibanding dengan bentuk pohon. Demikian juga pisang bukan pohon karena tidak memiliki
batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut semak daripada pohon karena
batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak, dan habitusnya cenderung menyebar menutup
permukaan tanah. Dalam bahasa sehari-hari, pengertian pohon agak lebih luas, yang dalam botani
disebut "pohon semu". Contoh paling umum dari kasus ini adalah "pohon" pisang (Wikipedia, 2019).
Desa ranupani memiliki 18 tumbuhan berkayu jenis pohon yaitu: randu bacin (Pittosporum
moluccanum), akasia gunung (Acacia decurrens), ampet (Alstonia macrophylla), barus (Garcinia
dulcis), cemara gunung (Casuarina junghuhniana), jamuju (Podocarpus imbricatus), kemlandingan
gunung (Albizia lophanta), kipres (Cupressus sp), krangean (Litsea cubeba), nyampuh (Pygeum
parviflorum), pampung (Macropanax dispermum), pasang (Lithocarpus elegans), po’o (Eucalyptus
umbellata), puspo (Schima wallichii), suren (Toona sureni), tanjung (Mimusops elengi), walik lar
(Mischocarpus sundaicus), wuluhan (Litsea sp.) (Hardiyanti dan Luchman, 2014).
Beberapa jenis tumbuhan yang didapatkan sebagai kayu bakar, semua jenis tumbuhan berkayu
atau yang berbentuk pohon dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Tumbuhan berkayu dimanfaatkan
sebagai kayu bakar memiliki kriteria tertentu, antara lain kayunya kering, “awet” atau tidak cepat
habis dan energi panas yang dihasilkan cukup tinggi. Beberapa responden juga menyebutkan
kegunaan tumbuhan untuk pestisida nabati yang merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang
berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan.
Pestisida nabati juga berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan
bentuk lainnya. Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida bahan dasar berasal dari tumbuhan yang
relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, untuk bahan bangunan,
pagar rumah dan lain-lain (Hardiyanti dan Luchman, 2014).

Radecki, J. Marek. 2006. Konflik Penggunaan Tanah di Kawasan Nasional: Studi Kasus; Desa
Ranupani, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Laporan Hasil Studi Lapangan. UMM
Purnomo, Siswo et. al. 2011. Nalisis Potensi Longsoran Pada Daerah Ranu Pani Menggunakan
Metode Geolistrik Resistivitas Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Jurnal Neutrino Vol.4,
No.1.
Hardiyanti, Setyo A. dan Luchman H. 2014. Pengetahuan Masyarakat Desa Ranupani Terhadap
Pohon Di Hutan Tropis Pegunungan Tengger-Ranupani. Jurnal Biotropika | Volume 2 No. 1

https://id.wikipedia.org/wiki/Ranu_Pani diakses pada tanggal 24 November 2019 pukul 22:43


WIB

Anda mungkin juga menyukai