Anda di halaman 1dari 145

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Lermansius Haloho
Affiliasi : BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Alamat : Jln. Jend. Besar A.H. Nasution No.1 B Gedung Johor Medan (20143)
Telp/Hp : (061) 7870710/7861020 /081226565640

Nama : Palmarum Nainggolan


Affiliasi : BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Alamat : Jln. Jend. Besar A.H. Nasution No.1 B Gedung Johor Medan (20143)
Telp/Hp : (061) 7870710/7861020 /081226565640

Nama : M.A Girsang


Affiliasi : BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Alamat : Jln. Jend. Besar A.H. Nasution No.1 B Gedung Johor Medan (20143)
Telp/Hp : (061) 7870710/7861020 /085372782533

Nama : Tommy Purba


Affiliasi : BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Alamat : Jln. Jend. Besar A.H. Nasution No.1 B Gedung Johor Medan (20143)
Telp/Hp : (061) 7870710/7861020 /081256188234

Nama : Sarman Paul Lumbantobing


Affiliasi : BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Alamat : Jln. Jend. Besar A.H. Nasution No.1 B Gedung Johor Medan (20143)
Telp/Hp : (061) 7870710/7861020 /081376196773

Nama : Shabil Hidayat, S.Kom., MMSI


Affiliasi : BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Alamat : Jln. Jend. Besar A.H. Nasution No.1 B Gedung Johor Medan (20143)
Telp/Hp : (061) 7870710/7861020 /081396539716

Menyatakan bahwa buku dengan judul "Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak
Bharat", dengan editorial Lermansius Haloho dan penulis Palmarum Nainggolan, M.A
Girsang, Sarman Paul Lumbantobing, Tommy Purba dan Shabil Hidayat, dengan uraian
kontributorship, sebagai berikut :
1. Lermansius Haloho, sebagai Kontributor Utama
2. Palmarum Nainggolan, sebagai Kontributor Utama
3. M.A Girsang, sebagai Kontributor Utama
4. Tommy Purba, sebagai Kontributor Utama
5. Sarman Paul Lumbantobing, sebagai Kontributor Utama
6. Shabil Hidayat, sebagai Kontributor Utama

Medan 01 September 2022

Penulis,
Lermansius Haloho Palmarum Nainggolan M.A Girsang

Tommy Purba Sarman Paul Lumbantobing Shabil Hidayat


ANALISIS PRODUKSI
KATEKIN GAMBIR DI
PAKPAK BHARAT
Editor :
Lermansius Haloho

Penulis :
Palmarum Nainggolan
Moral Abadi Girsang
Tommy Purba
Sarman Paul Lumbantobing
Shabil Hidayat

Bappelitbangda Pakpak Bharat


2022
Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan produsen gambir utama di Propinsi Sumatera Utara.
Produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat sampai saat ini belum memberikan kontribusi
optimal terhadap kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi kabupaten ini. Gambir
mengandung katekin yang memiliki fungsi sebagai antioksidan sehingga digunakan menjadi
bahan obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya. Kadar katekin dalam gambir yang diproduksi
di Pakpak Bharat secara ilmiah belum pernah dipublikasi. Namun, beberapa peneliti dan praktisi
telah melakukan ekstraksi gambir menjadi katekin yang harga jualnya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak gambir kering. Dengan potensi produksi gambir di Pakpak Bharat
yang cukup tinggi, maka perlu dilakukan penelitian terkait analisis produksi katekin gambir
Pakpak Bharat.

Proses kaji ulang tersebut, tertuang dalam buku ini. Buku di tangan Anda ini merupakan
perpanjangan tangan dari pelaksanaan serangkaian kegiatan ilmiah untuk melihat seberapa besar
potensi kadar katekin hasil olahan gambir yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat. Buku ini,
diharapkan mampu menjadi pedoman bagi petani, penyuluh, mahasiswa, praktisi pertanian,
pengusaha/investor, maupun pemerintah daerah dalam mengembangkan usaha tani gambir.
SAMBUTAN

Puji dan syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat rahmatNya,

Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah


Kabupaten Pakpak Bharat.
Gambir merupakan produk unggulan daerah Kabupaten Pakpak Bharat yang
menjadi usaha masyarakat secara turun temurun dan telah memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan petani di beberapa kecamatan.
Pengusaahan gambir sejauh ini masih menghasilkan produk antara gambir
kering/asalan di Kabupaten Pakpak Bharat. Gambir dengan kandungan khas
katekin dan tannin, ternyata dapat diekstraksi secara khusus menjadi katekin
yang harga jual dan nilai tambahnya secara ekonomis jauh lebih besar dari
sekedar memproduksi gambir kering. Oleh karena itu, penelitian terkait analisis
produksi katekin ini diharapkan menjadi informasi sekaligus rekomendasi
kebijakan bagi Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam kebijakan
pengembangan gambir, dan secara umum menjadi informasi bagi
pengembangan usaha gambir baik di tingkat petani, perusahaan
maupun investor.
Terima kasih kami haturkan kepada Tim Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Utara yang telah bekerjasama melaksanakan penelitian ini.
Saran dan rekomendasi untuk pengembangan gambir selalu diharapkan dari
semua pihak. Akhir kata kami sampaikan pantun Pakpak “Idahmo bagakna
Sindeka, bekkasta menatap mi Kuta, kasah mo kita mengula,
tekka mo dapet kininduma”.
Terima Kasih, Lias Ate, Njuah-njuah.

KEPALA BAPPELITBANGDA
JALAN BERUTU, S.Pd., MM
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkah dan
perkenaan-Nya, buku dengan judul Analisis Potensi Katekin Gambir di
Kabupaten Pakpak Bharat dapat kami selesaikan. Adapun isi dari buku ini
adalah hasil dari untuk mengetahui kadar katekin gambir dan menyusun Road
Map pengembangan katekin serta mengetahui kelayakan usahatani katekin
gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.
Dalam penyusunan buku ini kami telah berupaya menyajikan
semaksimal mungkin, akan tetapi kemungkinan masih ada kelemahan mengingat
waktu dan kemampuan kami terbatas.
Kami pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Jalan Berutu, SPd, MM selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat dan Ibu Dr.
Khadijah El Ramija, SPi, MP selaku Kepala Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sumatera Utara yang telah mempercayakan kami melaksanakan kegiatan
penelitian hingga tertuang dalam buku ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang tidak
dapat kami sebut satu per satu yang telah membantu pelaksanaan penelitian
hingga tersusunnya buku ini, terutama bapak/ibu petani gambir, pengolah gambir
dan PPL yang telah memberikan data dan informasi penting dalam pelaksanaan
kegiatan di lapangan dan penyusunan buku ini.

Salak, Januari 2022


Tim Pelaksana Penelitian

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………… i
DAFTAR ISI .…………………………………………..........…….…. ii
DAFTAR TABEL ...…………………………………………......…… iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………...…….. v
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….. vi
1. PENDAHULUAN………..………………………………….….. 1
1.1 Latar Belakang ……......……………………………………...… 1
1.2 Rumusan Masalah ....………………………………………….... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ....……………………………………...… 3
1.4 Maksud dan Tujuan ...………………………………………...… 4
1.5 Waktu Penelitian ……………………………………………….. 4
II. LANDASAN TEORITIS.............……………..………………… 5
2.1. Konsep analisis produksi...………………………….………...… 5
2.2. Kandungan dan komposisi kimia dalam Gambir...……………… 5
2.3. Pengolahan Gambir …..…………………………………………. 6
2.4. Pengusahaan Gambir …..……………………………………….. 7
III. METODE PENELITIAN .....………………..…………………... 11
3.1. Mengetahui kandungan katekin daun Gambir………………...… 11
3.2. Analisis usaha tani dan pengolahan Gambir di Pakpak Bharat…. 13
3.3. Mengetahui potensi produksi katekin di Pakpak Bharat……....... 13
3.4. Road Map pengembangan katekin Gambir di Pakpak Bharat…... 14
3.5. Analisis kelayakan usaha katekin gambir di Pakpak Bharat……. 14
IV. HASIL PENELITIAN ..……...…….………………………….… 15
4.1. Kondisi Umum Usaha Tani Gambir di Kab. Pakpak Bharat…..... 15
4.1.1. Profil Daerah Gambir di Pakpak Bharat………………… 15
4.1.2. Luas Areal Tanaman Gambir dan Produksi Hasil Gambir
di Pakpak Bharat………………………………………… 18
4.1.3. Sistem Usaha Gambir di Pakpak Bharat………………... 19
4.1.4. Analisis Usaha Tani dan Pengolahan Gambir di Pakpak 28

ii
Bharat……………………………………………………
4.2. Proses ekstraksi Gambir menjadi Katekin......…………………... 31
4.2.1. Pengolahan Gambir menjadi Katekin dengan Bahan
Baku Gambir Asalan………………………………….… 31
4.2.2. Pengolahan Gambir menjadi Katekin dengan Bahan
Baku Pasta Gambir……………………………………… 34
4.3. Tingkat kandungan katekin Gambir di Pakpak Bharat…….……. 36
4.3.1. Tingkat Kandungan Gambir Berdasarkan Varietas……... 36
4.3.2. Tingkat Kandungan Gambir Berdasarkan Ketinggian
Tempat…………………………………………………... 37
4.3.3. Tingkat Kandungan Gambir Berdasarkan Metode
Pengolahan……………………………………………… 39
4.4. Road Map pengembangan Katekin Gambir di Pakpak Bharat….. 41
4.4.1. Kebutuhan Pengembangan Agroindustri Gambir di Kab.
Pakpak Bharat…………………………………………… 45
4.4.2. Perbaikan Teknologi Pengolahan Gambir………………. 49
4.4.3. Pemasaran……………………………………………….. 50
4.5. Analisis kelayakan industri Katekin di Kab. Pakpak Bharat……. 55
V. REKOMENDASI KEBIJAKAN..…………………. ...………… 64
5.1. Kesimpulan .......……………………..………………………..… 64
5.2. Rekomendasi...…………………………………………………... 64
DAFTAR PUSTAKA.……………………………………...…... 66
LAMPIRAN ………………………………….…………...……. 69

iii
DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman


1. Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Gambir di Kab. Pakpak
Bharat................................................................................................ 16
2. Persyaratan Penggunaan Lahan untuk Komoditas
Gambir……….. 17
3. Luas Areal Tanam Dan Produksi Tanaman Perkebunan Tahun
2019 di Kab. Pakpak Bharat………..……........................................ 18
4. Luas Areal Tanam, Produksi dan Provitas Gambir di Kabupaten
Pakpak Bharat tahun 2019………………………………….…….... 19
5. Karakteristik Petani Gambir di Pakpak Bharat……………………. 27
6. Analisis Usaha Tani Daun Gambir (Ha) Tahun berjalan 2021...….. 29
7. Analisis Usaha Tani Pengolahan Getah Gambir Kering…………... 30
8. Analisa Laboratorium Gambir Pakpak Bharat Berdasarkan varietas
di Lab. Baristan Padang………………....……………………...…. 37
9. Analisa Laboratorium Gambir Pakpak Bharat Berdasarkan
Ketinggian Tempat di Lab. Baristan Padang………………………. 38
10. Analisa Laboratorium Gambir Pakpak Bharat Berdasarkan Metode
Pengolahan di Laboratorium Baristan Padang …….……………… 39
11. Analisis SWOT Industri Komoditas Gambir di Kabupaten Pakpak
Bharat………..…………………………………………………….. 47
12. Perincian Kebutuhan Investasi Pendirian Industri Katekin ….……. 56
13. Komposisi Biaya Tetap dan Biaya Variabel Industri Katekin…..… 58
14. Penyusutan Tanah, Bangunan, Mesin dan Peralatan………………. 60
15. Perhitungan Biaya Operasional Industri Katekin………...………... 61
16. Rekapitulasi Produksi dan Proyeksi Penerimaan Industri Katekin... 62
17. Proyeksi Laba Rugi Industri Katekin……………………………… 63

iv
DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman


1. Alur Proses Pengolahan Daun Gambir Menjadi Getah Gambir…...... 12
2. Gambir Varietas Udang....................................................................... 20
3. Gambir Varietas Cubadak................................................................... 20
4. Gambir Varietas Riau.......................................................................... 20
5. Gambir Varietas Brakrak (Lokal)........................................................ 20
6. Pembibitan Tanaman Gambir Dari Biji dan Stek………………....… 21
7. Padi Ladang Yang Telah Ditanami Gambir Dari Benih Stek
Gambir…………………………………………………………….… 22
8. Pemangkasan Bersih Tanama Gambir……………………………… 23
9. Pengolahan Getah Gambir Dengan Alat Sederhana………………... 24
10. Pengolahan Daun Gambir Dengan Alsintan Di Desa Binanga Boang
Kecamatan Salak………………………………………………….. 24
11. Pengolahan Gambir Celup Di Dusun Sondel Kec. Salak………...… 25
12. Teh Celup Gambir……………..…………………………………… 28
13. Diagram Pengolahan Gambir Menjadi Katekin Dengan Bahan
Baku Gambir Asalan…….………………………………………….. 32
14. Mesin Pengolah Gambir Menjadi Katekin………………………..... 33
15. Mesin Pengepres Endapan Gambir…………..…………………….. 33
16. Rak Penjemur Katekin……………………………………………. 33
17. Diagram Pengolahan Gambir Menjadi Katekin Dengan Bahan
Pasta Gambir…..........................................…………..…………….. 34
18. Alat Pengendapan Pasta Gambir…….……...……………………… 35
19. Rak Penjemuran Katekin Gambir…………………………………... 35
20. Alat Penyaring Tepung Katekin………………………...………….. 35
21. Produk Bubuk Katekin……………………………………………... 35
22. Pohon Industri Gambir……………………………………………... 43
23. Kerangka Pengembangan Agroindustri Gambir Dan Katekin di
Kabupaten Pakpak Bharat……………..………………………....… 53

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Foto Tanaman Gambir…………………………………………….. 69
2. Foto Focus Group Discussion……………………………………... 70
3. Foto Observasi dan Wawancara…………………………………… 71
4. Foto Pengolahan Gambir…………………………………………... 74
5. Foto Pengolahan Katekin………………………………………….. 86
6. Foto Seminar Hasil………………………………………………… 88
7. Hasil Scan Tanda Daftar Varietas Lokal…………………………... 90
8. Hasil Scan Hasil Uji Laboratorium Katekin Gambir Pakpak
Bharat……………………………………………………………… 95

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gambir merupakan salah satu tanaman khas Indonesia dan menjadikan


Indonesia sebagai produsen utama gambir di dunia. Gambir sudah banyak
digunakan oleh masyarakat, sebagai rempah maupun untuk pengobatan yang
khasiatnya sudah terbukti secara empirik. Khasiat tersebut dapat terjadi karena
terdapat kandungan senyawa yang memiliki aktivitas farmakalogi dalam gambir.
Tanaman gambir (Uncaria gambire Roxb.) merupakan tanaman perdu,
termasuk salah satu di antara famili Rubiace (kopi-kopian) yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, yaitu dari ekstrak daun dan ranting yang mengandung katekin dan
tannin. Umumnya tanaman gambir belum diusahakan petani secara intensif,
dicirikan pola tanam campuran tidak teratur dengan tanaman tahunan lainnya dan
ditanam pada lereng sehingga rawan erosi serta hampir belum disentuh teknologi
pertanian.
Gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan rakyat yang bernilai
ekonomi tinggi dan prospektif untuk diusahakan secara komersial pada masa yang
akan datang (Fauza, 2011). Kandungan gambir ini terdiri dari flavonoid
(gambiirin), catechins (hingga 51 persen), zat penyamak (22-40 persen), serta
sejumlah alkaloid. Zat yang terkandung dalam daun gambir terutama senyawa
polifenol seperti catechins atau lazim dikenal sebagai katekin dan tanin yang
kemudian memberikan nilai ekonomi. Karena dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri farmasi seperti pasta gigi, kosmetik, penyamakan kulit, pewarna, dan
bahan industri makanan dan minuman.
Indonesia menempati posisi yang sangat penting sebagai produsen gambir
dengan kemampuan memasok 80 persen pasar dunia. Iklim di Indonesia yang
tropis dengan curah hujan rata-rata 7-9 bulan per tahun dengan intensitas 2.000-
3.000 milimeter (mm) per tahun serta luasnya lahan dataran rendah menjadi
alasan terbaik bagi tumbuh suburnya gambir.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 1


Di Indonesia, gambir merupakan komoditas perdagangan pada awal abad
ke-19 di Eropa yang pada saat itu merupakan era keemasan gambir. Tetapi setelah
perang dunia II, perdagangan gambir mengalami penurunan. Gambir menjadi
tidak penting dalam perdagangan internasional. Kondisi ini membuat perkebunan
gambir mengalami kebangkrutan, dan area perkebunan gambir digantikan oleh
tanaman lain (Fauza, 2014).
Ekspor utama gambir Indonesia adalah India. Menurut data Direktorat
Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, pada Tahun 2018 volume ekspor
gambir Indonesia mencapai 18.000 ton senilai total nilai USD.50 juta. Sebanyak
94 persen diekspor ke India untuk kebutuhan industri farmasi, astrigent lotion,
dan zat penyamakan kulit. Dalam lima tahun terakhir, permintaan gambir dari
India berada pada kisaran 13.000-14.000 ton per tahun. Di India sebagian besar
gambir digunakan sebagai pengganti katha yang diekstrak dari kayu khair (Acacia
cathecu). Tanaman katha digunakan dalam industri pan masala dan gutkha yang
merupakan produk yang dikonsumsi dengan cara dikunyah dan memiliki efek
stimulan.
Menurut Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, saat ini India sedang
membatasi penebangan pohon khair sebagai upaya konservasi hutan. Kondisi tadi
merupakan peluang bagi peningkatan ekspor gambir Indonesia menggantikan
pohon khair. Gambir memang memiliki kemiripan secara karakteristik dengan
khair, tetapi memiliki kandungan fisikokimia (catechins) yang lebih besar.
Salah satu produsen gambir di Indonesia adalah Kabupaten Pakpak Bharat.
Ekspor gambir dari Sumatera Utara ke ke luar negeri berdasarkan data IQFAST
(Indonesian Quarantine Full Automation System) Karantina Pertanian Belawan,
selama periode Januari hingga Agustus tahun 2019 tercatat mencapai volume 2,7
ribu ton dengan 61 kali pengiriman dengan nilai Rp. 98,5 miliar. Sedangkan pada
2018, tercatat ekspor pelet daun gambir mencapai volume 4,1 ribu ton atau senilai
Rp. 148,8 miliar, dan Pakpak Bharat adalah sentra utama penghasil gambir di
Sumatera Utara. Dalam rangka mengembangkan gambir, pemerintah daerah telah
melakukan berbagai kebijakan melalui program dan kegiatan untuk meningkatkan
produksi gambir, diversifikasi produk turunan gambir dan pemasaran gambir
petani.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 2


Gambir mengandung katekin yang memiliki fungsi sebagai antioksidan
sehingga digunakan menjadi bahan obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya.
Kadar katekin dalam gambir yang diproduksi di Pakpak Bharat secara ilmiah
belum pernah dipublikasi. Namun, beberapa peneliti dan praktisi telah melakukan
ekstraksi gambir menjadi katekin yang harga jualnya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak gambir kering. Dengan potensi produksi gambir di
Pakpak Bharat yang cukup tinggi, maka perlu dilakukan penelitian terkait analisis
produksi katekin gambir Pakpak Bharat.

1.2. Rumusan Masalah


Kabupaten Pakpak Bharat merupakan produsen gambir utama di Propinsi
Sumatera Utara. Produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat sampai saat ini
belum memberikan kontribusi optimal terhadap kesejahteraan petani dan
pertumbuhan ekonomi kabupaten ini. Masalah utama dalam usahatani gambir
adalah rendahnya nilai tambah yang dihasilkan dari produksi gambir. Rendahnya
nilai tambah ini karena petani gambir masih menjual produknya dalam bentuk
tradisional seperti gambir kering. Walaupun beberapa produk gambir seperti teh
celup sudah dilakukan dan memberikan nilai tambah namun hal tersebut hanya
memberikan nilai tambah yang tidak optimal dan hanya terbatas pada beberapa
pihak saja. Berdasarkan informasi pasar maupun informasi ilmiah ternyata ada
kandungan atau katekin gambir yang bernilai jual lebih tinggi dan memiliki pasar
yang luas. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan produksi katekin ini
adalah belum adanya data dan informasi sumber katekin tertinggi dari daun
gambir dan teknik pengolahan gambir untuk menghasilkan katekin yang tinggi.

1.3. Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana tingkat kandungan katekin dalam daun gambir di Pakpak Bharat :
- Bagian tanaman mana dari gambir yang memiliki kadar katekin tertinggi?
- Bagaimana teknik pengolahan daun gambir yang dapat menghasilkan
katekin tertinggi?
2. Bagaimana alur kerja proses ekstraksi gambir kering menjadi katekin gambir?
3. Seberapa besar potensi produksi katekin gambir di Pakpak Bharat?

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 3


4. Bagaimana pengembangan katekin gambir di Pakpak Bharat?
5. Bagiamana kelayakan usaha katekin gambir di Pakpak Bharat?

1.4. Maksud dan Tujuan


Maksud penelitian adalah untuk menganalisis produksi katekin gambir di
Pakpak Bharat.
Tujuan dari penelitian produksi Katekin Gambir Pakpak Bharat adalah :
1. Mengetahui tingkat kandungan katekin dalam daun gambir di Pakpak
Bharat;
2. Menjelaskan dan membuat alur kerja proses ekstraksi gambir kering menjadi
katekin gambir;
3. Mengetahui potensi produksi katekin gambir di Pakpak Bharat;
4. Menyusun Road Map pengembangan katekin gambir di Pakpak Bharat;
5. Mengetahui analisis kelayakan usaha katekin gambir di Pakpak Bharat.

1.5. Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan September 2021 hingga bulan
Desember 2021.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 4


BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1. Konsep Analisis Produksi

Untuk memperoleh katekin yang merupakan kandungan utama gambir


dilakukan melalui tahapan proses adalah panen daun dilanjutkan pengolahan
sehingga didapatkan getah kering. Kemudian dari bahan getah tadi diproses
menjadi katekin yang bernilai tinggi digunakan sebagai bahan baku farmasi dan
industri lainnya. Gambir yang tumbuh di Kabupaten terdapat 3 varietas, ditanam
mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Setiap varietas dan lokasi tumbuh
mengandung kadar katekin berbeda dan cara atau teknologi pengolahan juga
mempengaruhi kandungan katekin. Untuk pemurnian getah gambir menjadi
katekin diketahui ada beberapa metode dan menghasilkan kadar atau kandungan
berbeda. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi katekin
gambir yang berasal dari Kabupaten Pakpak Bharat.

2.2. Kandungan dan Komposisi Kimia dalam Gambir


Kandungan utama gambir adalah catechin (asam catechin atau asam
cathechu) dan catechin tannat (catechin anhydrid), Pyrokatechol, Gambir
flouresen, Katechu merah, Quersetin, Fixed oil dan Lilin (Isnawati, 2010).
Catechin bila mengalami pemanasan cukup lama atau pemanasan dengan larutan
bersifat basa dengan mudah akan menjadi catechin tannat, karena kondensasi
sendiri dan mudah larut dalam air dingin atau air panas.
Gambir memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antidiabetes, antimikroba,
antikariogenik, dan anthelmintik. Aktivitas pada gambir ini disebabkan oleh
senyawa aktif yang terkandung dalam gambir yaitu katekin. Manfaat gambir
sudah dirasakan oleh masyarakat, karena gambir sudah digunakan untuk
pengobatan luka, bisul, asma, sakit kepala, penyakit gastrointestinal, infeksi
bakteri / jamur, gusi, nyeri gigi, kanker, sirosis, demam, diabetes, rematik, disentri
dan radang saluran kemih (Mariyanti et al., 2020). Manfaat gambir lainnya adalah
sebagai ramuan makan sirih maupun sebagai bahan baku dan bahan penolong

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 5


berbagai industri seperti industri farmasi, penyamak kulit, zat pewarna industri
tekstil, ramuan cat, pestisida nabati, dan lain-lain.
Selain itu, sekarang sedang dikembangkan juga untuk membuat produk
makanan dan minuman ringan seperti teh celup gambir, jus gambir dan permen
gambir. Produk lain sudah dihasilkan oleh Baristand Padang adalah tinta sebagai
alat kelengkapan Pemilu/Pilkada. Tinta yang digunakan dalam pemilu dan pilkada
yang selama ini masih diimpor dari India, kini berhasil diciptakan di dalam negeri
dari bahan baku olahan gambir. Untuk pertama kalinya, tinta ini digunakan pada
Pilkada Payakumbuh 2013 dan menjadi berpeluang digunakan pada Pemilu
maupun Pilkada Kabupaten dan Kota di Indonesia.

2.3. Pengolahan Gambir

Pengolahan daun gambir menjadi getah kering siap dipasarkan melalui 6


tahap, yaitu 1) Perebusan daun/ranting, 2) Pengempaan, 3) Pengendapan, 4)
Penirisan, 5) Pencetakan, dan 6) Pengeringan. Istilah pengempaan pada petani
Pakpak Bharat dikenal dengan penjepitan atau “pengkapitan”. Pengolahan ini
menghasilan produk yang terdiri atas 2 jenis, yaitu gambir untuk tujuan ramuan
makan sirih biasanya bentuknya bulat telur dan transaksi berdasarkan jumlah biji
bukan berdasarkan bobot, sedangkan bila pasarnya untuk bahan baku kebutuhan
industri atau ekspor dengan bentuk pipih.
Pengempaan atau pengkapitan adalah pengolahan gambir menggunakan
alat tradisionil yang terbuat dari belahan kayu dan tahapan ini sangat menentukan
rendemen gambir, kualitas dan kuantitas getah yang keluar dari daun dan ranting,
disamping oleh jenis alat yang digunakan dan juga kemampuan tenaga manusia
dalam pengempaan (Dhalimi, 2006). Alat kempa dari kayu berbentuk huruf V
merupakan alat pengolahan nenek moyang yang dalam operasional cukup
menguras tenaga kerja manusia, sedangkan pengolahan dengan teknologi yang
menggunakan alat dongkrak menjadi lebih ringan.
Saat ini telah berkembang 4 jenis alat kempa yang menggunakan
teknologi, yaitu sistem dongkrak, sistem ulir, sistem dongkrak hidrolik dan sistem
pabrik. Kelebihan alat-alat tersebut lebih efisien dibandingkan alat tradisionil.
Peralatan telah dilengkapi dengan mesin pencacah daun sehingga rendemen bisa

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 6


mencapai 10 persen, sedangkan dengan alat tradisionil hanya 5-8 persen.
Kelebihan lain dengan menggunakan alat ini adalah ampas daun yang dihasilkan
berupa kompos sangat halus dan dapat langsung diberikan pada tanaman gambir.
Pengolahan ini sangat membantu petani di daerah sekitarnya oleh karena
pemiliknya juga menampung daun segar untuk diolah dengan harga bersaing
yakni Rp. 1.000-1.500,-/kg. Demikian juga, tentang mutu getah yang dihasilkan
lebih terjamin karena sistem pengolahan tersebut sudah memperhatikan faktor
kebersihan. Tetapi saat ini pemiliknya tidak lagi beroperasi dengan alasan harga
jual terlalu rendah serta banyak petani tidak jujur seperti mencampur ranting-
ranting dan daun yang sudah tua. Teknologi dan peralatan pengolahan yang
diperkenalkan adalah alat yang sesuai digunakan untuk perorangan atau kelompok
dan dapat ditempatkan di kebun gambir petani.
Hasil survei di beberapa sentra produksi diperoleh bahwa mutu gambir
yang dipasarkan di desa ini bervariasi antara petani yang satu dengan lainnya,
terutama dalam hal warna, bentuk, dan ukuran gambir. Sebenarnya proses
perbaikan mutu (pemurnian gambir) dapat dilakukan secara berkelompok untuk
intermediasi dari keterbatasan yang dimiliki petani dan kebutuhan akan pasar
ekspor (Roufik et.al, 2008), maka perlu dirancang pengembangan industri
pemurnian gambir secara terpadu dengan standard mutu SNI meliputi warna,
bentuk permukaan hasil cetakan, berat butiran, kadar air, kadar abu, kadar katekin,
dan kadar bahan tidak terlarut.

2.4. Pengusahaan Gambir

Tanaman gambir merupakan tanaman perkebunan tahunan dibawah


pembinaan teknik oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian. Selama ini
gambir kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga
pengembangannya sangat tertinggal, bila dibandingkan dengan tanaman
perkebunan lainnya seperti Kelapa Sawit, Kopi, Teh dll. Pengusahaan tanaman
gambir masih dianggap sebagai tanaman hutan karena tidak dikelola dengan baik.
Pada umumnya tanaman ini dimanfaatkan sebagai tanaman sela diantara tanaman
tahunan lainnya atau dianggap sebagai tanaman sampingan oleh petani karena
selama ini penghasilan dari usahatani gambir belum mampu memberikan

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 7


pendapatan yang memadai. Faktor lain juga disebabkan oleh karena harga jual
petani masih sangat rendah. Harga sangat ditentukan oleh pedagang pengumpul di
desa, kecamatan, kabupaten dan agen besar sebagai eksportir. Masalah lainnya
adalah tingginya alokasi tenaga kerja mulai dari panen dan pengolahan
(pengepresan, pengendapan, pengeringan) butuh waktu minimal 1 minggu hingga
dapat dipasarkan.
Dalam era persaingan bebas saat ini hanya usaha agribisnis yang berbasis
sumber daya lokal yang didukung oleh informasi dan teknologi yang efisien dan
bersifat spesifik lokasi yang akan bertahan, baik pada tataran pasar bebas di
tingkat lokal, nasional maupun global. Oleh karena itu, hanya komoditas-
komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi
serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang mampu bersaing
secara berkelanjutan dibandingkan dengan komoditas yang sama di daerah lain
(Dhalimi, 2006).
Gambir merupakan tanaman perdu, termasuk salah satu jenis tanaman
famili Rubiaceae (kopi-kopian). Bentuk keseluruhan tanaman ini seperti pohon
bougenvil, yaitu merambat dan berkayu. Gambir merupakan salah satu komoditas
perkebunan Indonesia yang pasar utamanya adalah ekspor. Ekspor gambir
Indonesia pada tahun 2009 mencapai sekitar 18.298 ton dengan nilai US 38,04
juta (BPS, 2010). Indonesia menguasai 80% pangsa gambir di dunia. India
merupakan tujuan ekspor utama, dan negara lainnya adalah Bangladesh, Jepang,
Malaysia, Pakistan, dan Singapura. Masalah utama dalam usahatani gambir
selama ini adalah produksi dan mutu yang masih rendah. Disamping itu belum
seragamnya kualitas hasil dan kurang sesuai dengan standar yang dikehendaki
pasar internasional. Rendahnya produksi gambir, antara lain disebabkan oleh
karena belum menggunakan bibit berkualitas dan varietas unggul, teknik budidaya
yang masih secara tradisional, serta belum melakukan pemupukan dan
pemeliharaan tanaman yang memadai.
Mutu produk yang dihasilkan masih rendah disebabkan karena cara
pengolahannya masih sederhana, kurang memperhatikan kebersihan dan akibat
proses pengolahan yang kurang efektif dan efisien serta rendahnya kadar catechu
tannat. Permasalahan lainnya dalam pengembangan gambir dilihat dari segi

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 8


teknologi bercocok tanam, pengolahan pasca panen, perencanaan bisnis dan
pemasaran serta aspek sosial ekonomi budaya. Hal ini terlihat jelas dari cara
bercocok tanam petani yang masih tradisional, jenis dan mutu produk tidak
banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, pasar yang sempit serta proses
pemasaran yang dikuasai oleh konsumen dan tengkulak. Dalam era persaingan
bebas saat ini hanya usaha agribisnis yang berbasis sumber daya lokal yang
didukung oleh informasi dan teknologi yang efisien dan bersifat spesifik lokasi
yang akan bertahan, baik pada tataran pasar bebas di tingkat lokal, nasional
maupun global (Dhalimi, 2006).
Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten pemekaran dari Kabupaten
Dairi, yang memiliki potensi peningkatan perekonomian masyarakat yang ter-
buka lebar mengingat hampir 90% jumlah rumah tangga merupakan petani.
Umumnya pengelolaan usahatani gambir belum dilakukan secara intensif dan
masih dianggap sebagai tanaman sampingan. Gambir ditanam pada lahan setelah
ditanami padi gogo kemudian menjelang panen baru ditanam gambir selanjutnya
diantara tanaman gambir ditanami karet. Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat
berkeinginan untuk mengembangkan gambir sebagai komoditas unggulan. Pada
periode kepemimpinan Tahun 2010 – 2015 Bupati Pakpak Bharat Remigo
Yolando Berutu menargetkan gambir menjadi “ikon” kabupaten tersebut. Ini
dibuktikan dengan pengembangan program Sejuta Gambir yang diluncurkannya
sejak periode pertama. Untuk mewujudkan potensi tersebut, Badan Litbang
Pertanian bersama Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat menandatangani MoU
tentang dukungan inovasi teknologi yang dilakukan pada akhir tahun 2011.
Mutu gambir ditentukan oleh kadar katekin. Menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI 01-3391-1994) untuk mutu I dengan karakteristik : maksimum
kadar air (17 %), kadar abu maksimum (7 %), bahan tidak larut alkohol
maksimum (12 %) dan kadar katekin minimal (40 %). Bagian tanaman gambir
yang dipanen adalah daun dan ranting yang selanjutnya diolah untuk
menghasilkan ekstrak gambir.
Gambir adalah ekstrak air panas dari daun dan ranting tanaman gambir
yang disedimentasikan dan kemudian dicetak dan dikeringkan. Hampir 95%
produksi dibuat menjadi produk ini, yang dinamakan betel bite atau plan masala.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 9


Bentuk cetakan biasanya silinder menyerupai gula merah. Warnanya coklat
kehitaman.
Gambir (dalam perdagangan antar negara dikenal sebagai gambier)
biasanya dikirim dalam kemasan 50 kg. Bentuk lainnya adalah bubuk atau
"biskuit". Nama lainnya adalah catechu, gutta gambir, catechu pallidum (pale
catech).

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 10


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pengukuran Tingkat Kandungan Katekin Daun Gambir


Untuk mengetahui potensi kandungan katekin dari daun gambir yang
berasal dari Pakpak Bharat, maka dilakukan beberapa perlakuan sebagai berikut :
1. Perlakuan pertama adalah mengambil sampel daun gambir dari 3 jenis gambir
yang tumbuh di Kabupaten Pakpak Bharat, yaitu brakrak, cina dan siarang.
Tujuan dari pemilihan 3 jenis ini adalah untuk melihat potensi kadar katekin
yang tertinggi, dengan mempertimbangkan juga produksi dan produktivitas
yang tertinggi dari ketiga jenis tersebut.
2. Perlakuan kedua adalah mengambil sampel produk gambir varietas Brakrak
yang paling dominan ditanam di Kabupaten Pakpak Bharat dari 3 ketinggian
yang berbeda yaitu > 800, 600 dan 300 m dpl.
3. Perlakuan ketiga adalah untuk mengetahui jenis/varietas gambir yang produksi
dan produktivitasnya tertinggi dilakukan perlakuan jenis daun, yaitu daun
muda dan daun muda/tua + ranting (kebiasaan petani). Tujuan dari perlakuan
ini untuk melihat perlakuan yang paling berpotensi memiliki kadar katekin
yang tertinggi.
4. Perlakuan keempat adalah berdasarkan metode pengolahan/pengempaan daun
gambir, yaitu sampel dari perasan pertama dan sampel perasan kedua. Tujuan
dari perlakuan ini adalah untuk melihat metode pemerasan gambir yang mana
yang memiliki potensi kadar katekin yang tertinggi.
Untuk mempersiapkan seluruh sampel produksi gambir kering maka
dilakukan prosedur sebagai berikut :
a. Daun dilepas dari tangkainya dan ranting muda tanaman gambir dipotong-
potong lalu dicuci;
b. Daun dan ranting tersebut dimasukkan ke dalam wadah berupa jaring dan
direbus dalam air mendidih ± 2 jam;
c. Selanjutnya daun dan ranting gambir tersebut diangkat dari dandang, dan
kemudian dikempa/dipress;

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 11


d. Hasil pengeperasan berupa cairan ditampung selanjutnya disaring dan
diendapkan dalam ember;
e. Hasil endapan dimasukkan ke dalam wadah guna meniriskan air dari getah
sehingga yang tertinggal getah kental yaitu berupa bubur atau pasta;
f. Selanjutnya dicetak sesuai yang diinginkan lalu dikeringkan atau dijemur di
bawah sinar matahari sampai kering atau tempat pengeringan yang tersedia;

Daun dan Ranting di potong-potong

Pencucian

Perebusan

Pengepresan

Penyaringan

Pengendapan

Penirisan

Pencetakan

Pengeringan

Analisis di Laboratorium

Gambar 1. Alur Proses Pengolahan Daun Gambir Menjadi Getah Gambir

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 12


g. Proses ekstraksi daun gambir menjadi getah kering selanjutnya diprosessing
menjadi katekin.
Untuk mengetahui alur kerja proses ekstraksi gambir kering menjadi
katekin maka dilakukan studi pustaka mengenai proses ekstraksi gambir menjadi
katekin. Di samping itu juga dilakuan survei dan kunjungan ke produsen katekin,
baik yang ada di Sumatera Utara maupun Propinsi Sumatera Barat.

3.2. Analisis Usaha Tani dan Pengolahan Gambir di Pakpak Bharat


Untuk mengetahui analisis usahatani dan pengolahan gambir maka
dilakukan survei ke petani gambir dan pelaku usaha pengolahan gambir. Metode
survei untuk analisis usaha gambir adalah purposive sampling di tingkat petani,
sedangkan untuk pelaku usaha pengolahan gambir dilakukan metode snowball
sampling. Analisis data dilakukan dengan melakukan R/C Ratio, dimana analisis
dilakukan dengan membandingkan antara penerimaan dengan total biaya
produksi. Apabila R/C Ratio lebih besar dari 1, maka usaha tersebut layak
dilakukan.

3.3. Pengukuran Potensi Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat


Potensi produksi katekin gambir di Pakpak Bharat tidak terlepas dari
potensi produksi usaha tani gambir dan produksi gambir asalan di tingkat
pengolah tradisional. Namun sampai saat ini, produksi gambir di kabupaten ini
masih berupa gambir asalan yang mutunya relatif rendah dan beragam. Potensi
produksi katekin gambir di Kabupaten Pakpak Bharat berpeluang ditingkatkan
dengan melakukan upaya peningkatan kapasitas pengolah gambir tradisional,
peningkatan kapasitas ini bisa dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan
dan perluasan pasar untuk katekin sehingga hasil akhir dari produksi gambir
memiliki nilai tambah yang optimal.
Pembahasan mengenai potensi produksi katekin gambir untuk
meningkatkan nilai tambah dibahas lebih mendalam pada sub-bab penyusunan
Road Map Katekin di Pakpak Bharat.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 13


3.4. Penyusunan Road Map Pengembangan Katekin Gambir di Pakpak
Bharat
Penyusunan road map pengembangan katekin gambir di Pakpak Bharat
dilakukan secara desk study dengan menggunakan data primer hasil survei dan
analisis laboratorium serta data sekunder baik data statistik, perencanaan dan
hasil-hasil penelitian sebelumnya. Analisis yang digunakan dalam penyusunan
Road Map ini adalah analisis deskriptif, SWOT analisis dan eksploratif. Hasil
analisis akan dilampirkan dalam bentuk tabulasi, grafik dan analisis perencanaan.

3.5 Penyusunan Analisis Kelayakan Usaha Katekin Gambir di Pakpak


Bharat
Analisis kelayakan usaha katekin di Pakpak Bharat dilakukan dengan
asumsi bahwa ada potensi pendirian pabrik katekin dari gambir asalan. Analisis
dilakukan dengan menghitung biaya tetap, variable dan laba. Analisis ini
dilakukan dengan proyeksi 10 tahun.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 14


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Kondisi Umum Usaha Tani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat


4.1.1. Profil Daerah Gambir di Pakpak Bharat
Tanaman gambir dapat tumbuh pada semua jenis tanah, mulai dari tingkat
kesuburan rendah hingga kesuburan tinggi. Di Sumatera kebanyakan tanaman
gambir tumbuh atau dibudidayakan pada jenis tanah Ultisol dengan derajat
keasaman tanah berkisar antara pH 4,5 hingga 5,5.
Topografi lahan yang sesuai mulai pada daerah datar hingga bergelombang
dengan tingkat kemiringan 25%. Ketinggian tempat yang paling sesuai adalah
antara 200 sampai 800 m dpl. Tanaman gambir membutuhkan sebaran hujan
merata sepanjang tahun yaitu rata-rata curah hujan > 200 mm/bulan atau total
curah hujan pertahun antara 3.000 – 3.500 mm.
Suhu dibutuhkan antara 20-36o serta dengan tingkat kelembaban 70 hingga
80%. Pertumbuhan tanaman gambir akan lebih baik pada daerah yang memiliki
ruang terbuka atau dengan naungan maksimum sekitar 10%. Bila diusahakan pada
lokasi yang lebih banyak naungan akan mengurangi rendemen getah. Tanaman
gambir tidak tahan pada kondisi tanah selalu tergenang, itu sebabnya petani lebih
memilih bertanam di lahan yang berlereng.
Berdasarkan peta arahan komoditas dan kesesuaian lahan untuk tanaman
gambir dan komoditas lainnya di Kabupaten Pakpak Bharat telah dihasilkan oleh
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumut (Ibrahim dkk, 1999; BPTP Sumut,
2006). Peta kesesuaian lahan tersebut dengan skala 1 : 50.000 didasarkan pada
data hasil evaluasi lahan untuk berbagai komoditas pertanian, baik berupa data
tabular maupun data spasial (peta kesesuaian lahan). Sedangkan evaluasi lahan
didasarkan pada karakteristik lahan yang bersumber dari data/peta satuan lahan
hasil analisis terrain yang telah dilengkapi dengan data tanah dan iklim, serta data
sosial ekonomi. Penyajian hasil evaluasi lahan dalam wujud spasial atau peta
dilakukan dengan cara mengimpor data tabulasi hasil ALES kedalam format GIS.
Berdasarkan kesesuaian lahan untuk gambir di Pakpak Bharat diperoleh
bahwa lahan sesuai sesuai (S1) tidak ada karena faktor pembatas kemiringan

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 15


lahan, lahan sesuai (S2) seluas 40.171 ha dan lahan sesuai bersyarat (S3) seluas
13.975 ha.

Tabel 1. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Gambir di Kab. Pakpak Bharat
No. Kelas Faktor Luas lahan Dalam
Pembatas (ha) persen (%)
Lahan tergolong sesuai
1. S1 (sangat sesuai) - - -
2. S2 (sesuai) Eh 9.523 7,02
3. S2 (sesuai) eh, rc 480 0,35
4. S2 (sesuai) eh, nr 22.566 16,64
5. S2 (sesuai) Nr 7.602 5,61
6. S3 (sesuai bersyarat) Eh 14.257 10,51
7. S3 (sesuai bersyarat) Oa 877 0,65
8. S3 (sesuai bersyarat) Tc 4.836 3,57
9. S3 (sesuai bersyarat) tc,eh 4.005 2,95
Lahan tergolong tidak sesuai
10. N (tidak sesuai) Eh 37.205 27,44
11. N (tidak sesuai) eh, lp 31.742 23,41
12. N (tidak sesuai) Lp 2.509 1,85
Jumlah 135.602 100,00
Sumber : BPTP Sumatera Utara (2006)
Keterangan : eh : bahaya erosi; nr : rentensi hara; rc : kondisi perakaran; oa :
keterbatasan oksigen; tc : ketinggian tempat; lp : penyiapan lahan

Tanaman gambir di Kabupaten Pakpak Bharat sudah lama diusahakan


petani secara turun-temurun dan belakangan ini terus meningkat. Tetapi dalam
sistem budidaya dan pengolahan hasil masih minim sentuhan teknologi.
Pertumbuhan tanaman gambir akan lebih baik pada daerah yang memiliki ruang
terbuka atau dengan naungan maksimum sekitar 10%. Bila diusahakan pada lokasi
yang lebih banyak naungan akan mengurangi rendemen getah. Tanaman gambir
tidak tahan pada kondisi tanah selalu tergenang, itu sebabnya petani lebih memilih
bertanam di lahan yang berlereng.
Walaupun produk gambir merupakan salah satu komoditas ekspor, teknik
pembudidayaan sampai pengolahan tanaman gambir masih bersifat tradisional.
Petani dalam melakukan budidaya gambir lebih mengandalkan kesuburan lahan
tanpa melakukan pemupukan, sehingga umur produktif hanya 5-6 tahun, karena
tanaman sudah tidak subur. Bila dipelihara secara intensif, umur produktifnya
dapat mencapai 20-30 tahun bahkan lebih. Pembukaan lahan pada umumnya

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 16


dilakukan dengan tebang bakar pada awal musim kemarau, kemudian lahan
dibersihkan dan dibakar, selanjutnya dibuat lobang-lobang tanam (Nainggolan dan
Parhusip, 2012). Sistem tanam dan saat panen daun gambir berpengaruh pada
produksi getah kering dan mutu.
Menurut Ferry (2010) produksi getah gambir kering tertinggi terdapat pada
panen yang dilakukan setiap umur daun dan ranting 3 bulan (>31,40 %) dengan
mutu (kadar katekin > 6,41 %) dibandingkan dengan panen pada umur 5 bulan.
Penanaman gambir secara polikultur menghasilkan getah kering gambir yang
lebih banyak (> 6,37 %) dan katekin yang lebih tinggi (> 7,33 %) dibandingkan
dengan penanaman secara monokultur.

Tabel 2. Persyaratan Penggunaan Lahan Untuk Komoditas Gambir

Persyaratan Penggunaan/ Kelas Kesesuaian Lahan


Karakteristik Lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
15-18
- Temperatur rerata (oC) 18 – 22 25 – 17 < 15 > 27
22-25
Ketersediaan air (wa)
1.300-2.000 1.000-1.300 < 1.000
- Curah hujan (mm) 2.000-2.000
2.500-3.000 3.000-4.000 > 4.000
Ketersediaanoksigen (oa)
Baik, agak Agak Terhambat Sangat ter-
- Drainase baik terhambat agak cepat hambat, cepat
Media perakaran (rc)
- Tekstur h,ah,s,ak h,ah,s,ak k k
- Bahan kasar (%) <15 15-35 35-55 >55
- Kedalaman tanah (cm) >100 75-100 50-75 <50
- Gambut:
Ketebalan (cm) <60 60-140 140-200 >200
+dgn sisipan <140 140-200 200-400 >400
- Kematangan saprik + saprik hemik+ hemik fibrik fibrik
Retensi hara (nr)
- KTK liat (cmol) >16 ≤16
- Kejenuhan basa (%) >50 35-50 <35
- pH H2O 5,0-7,0 4,0-5,0 <4,0
- C- organik (%) >0,4 ≤0,4
Toksisitas (xc)
- Salinitas (ds/m) <5 5-8 8-10 >10

Sumber : BPTP Sumut (2006)

Pemeliharaan yang biasa dilakukan petani pada budidaya gambir hanya


pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilakukan dua sampai tiga kali dalam
setahun sesuai dengan periode panen. Pemupukan dengan pupuk buatan sangat

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 17


jarang bahkan tidak pernah dilakukan. Pemupukan yang ada hanyalah dengan
pupuk organik menggunakan ampas hasil kempaan (pengolahan) yang jumlahnya
cukup banyak. Pemberian dilakukan dengan cara menyebarkan ampas kempaan
tersebut di sekitar batang tanaman.

4.1.2. Luas Areal Tanaman Gambir dan Produksi Hasil Gambir di Pakpak
Bharat
Komoditas tanaman perkebunan yang menjadi pilihan utama petani di
Pakpak Bharat salah satunya adalah gambir. Terdapat 12 komoditas perkebunan
dan terluas adalah kelapa sawit, karet, kemenyan dan gambir. Dominasi tanaman
perkebunan tahunan ini disebabkan oleh kondisi lingkungan tumbuh dan ciri
produk yang dapat disimpan lama. Kondisi lingkungan seperti topografi lahan
bergelombang (15-25%) seluas 21.619 ha (17,7%) hingga curam dan terjal (>
25%) seluas 90.467 ha (74,3% luas Pakpak Bharat), sehingga pilihan komoditas
sangat terbatas.

Tabel 3. Luas Areal Tanam dan Produksi Perkebunan Tahun 2019 di Kabupaten
Pakpak Bharat
No. Tanaman Perkebunan Luas Area (ha) Produksi (ton)
1. Gambir 1.577,00 1.957,00
2. Kopi Arabika 708,81 72,00
3. Kopi Robusta 108,91 82,12
4. Kelapa sawit 2.005,91 2.056,97
5. Karet 1.666,00 800,00
6. Coklat 222,00 65,00
7. Kulit manis 40,85 10,39
8. Kemenyaan 2024,04 300,97
9. Kelapa 3,50 1,41
10. Tembakau 9,00 3,44
11. Nilam 17,00 10,68
12. Lada 6,90 1,43
Sumber : Pakpak Bharat Dalam Angka (BPS, 2020)

Dari data pada Tabel 3, pada tahun 2019 luas areal tanaman gambir adalah
1.577 ha yang tersebar di 8 kecamatan, dan sentra utama terdapat di Kecamatan
Sitellu Tali Urang Jehe (1.082 ha), Pargetteng-genteng Sengkut (219 ha), dan
Kecamatan Salak (144 ha).

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 18


Tabel 4. Luas Areal Tanam, Produksi dan Provitas Gambir di Kabupaten Pakpak
Bharat tahun 2019
No Kecamatan Luas Area (ha) Produksi (ton) Provitas
(kg/ha)
1. Salak 144 60,00 41,66
2. STU Jehe 1.082 1.834,00 1.695,00
3. Pagindar 25 0,00 00
4. STU Julu 8 3,00 375,00
5. PGG Sengkut 219 12,00 54,80
6. Kerajaan 59 22,00 372,88
7. Tinada 27 24,00 888,89
8. Siempat Rube 13 2,00 153,85
Jumlah 1.577 1.952,40 1.238,05

Sumber : Pakpak Bharat Dalam Angka (BPS, 2020)

4.1.3. Sistem Usaha Gambir di Pakpak Bharat

Jenis dan Varietas Gambir di Indonesia dan Pakpak Bharat

Hasil identifikasi dan karakterisasi yang telah dilakukan di beberapa lokasi


sentra produksi gambir di Indonesia, bahwa secara morfologi telah ditemukan 3
tipe/varietas gambir yang sudah mendapat surat Keputusan dari Menteri Pertanian
dan 1 varietas sudah diregister oleh Pusat Perlindungan Varietas dan Perizinan
Pertanian No. 1428/PVL/2020 tanggal 18 Februari 2020 yakni :

a. Varietas Udang. Dengan Sk Mentan Nomor : 115/Kpts/SR.20/2/2007, tanggal


20 Februari 2007. Produksi getah gambir/ha 1002,17 kg dan produksi daun umur
5 tahun per pohon 5,73 kg. Produksi daun/ha 14.317 kg. Jumlah daun / cabang
(umur 5 tahun) 5 -9 pasang. Mutu dari varietas ini diperlihatkan dengan indikator
dari rendemennya 6,5 - 7,0 % dan kadar katechin 60,42 - 65, 15 % dan ketahanan
varietas ini dari lingkungan adalah baik untuk lahan marginal dan kering.

b. Varietas Cubadak. Ditetapkan melalui Sk Mentan Nomor : 117/Kpts/SR.20/2


/2007, tanggal 20 Februari 2007. Produksi getah gambir/ha 905,13 kg dan
produksi daun umur 5 tahun per pohon 5,57 kg. Jumlah daun / cabang (umur 5
tahun) 5 - 9 pasang. Mutu dari varietas ini diperlihatkan dengan indikator dari

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 19


rendemennya 6,06-6,50 % dan kadar katechin 61,74-70,89 % dan ketahanan
varietas ini dari lingkungan adalah baik untuk lahan marginal dan kering.

Gambar 2. Gambir Varietas Udang Gambar 3. Gambir Varietas Cubadak

b. Varietas Riau. Ditetapkan melalui Sk Mentan Nomor : 116/Kpts/SR.20/2


/2007, tanggal 20 Februari 2007. Produksi getah gambir/ha 803,0 kg dan produksi
daun umur 5 tahun per pohon 5,35 kg. Produksi daun /ha 13.383,33 kg. Jumlah
daun/cabang (umur 5 tahun) 5-11 pasang. Mutu dari varietas ini diperlihatkan
dengan indikator dari rendemennya 5,50-6,0 % dan kadar katechin 63,34-70,23 %
dan ketahanan varietas ini dari lingkungan adalah baik untuk lahan terlindung.

Gambar 4. Gambir Varietas Riau Gambar 5. Gambir Brakrak (Lokal)

d. Varietas Brakrak (Lokal Pakpak Bharat). Gambir varietas Lokal Pakpak


Bharat yang banyak dibudidayakan petani di daerah ini sudah diidentifikasi dan
karakterisasi secara ilmiah. Dijumpai 3 jenis yaitu varietas Brakrak, Cina dan
Siarang. Varietas Brakrak sudah deregister oleh Pusat Perlindungan Varietas dan

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 20


Perizinan Pertanian No. 1428/PVL/2020 tanggal 18 Februari 2020, sedang yang 2
lagi belum diregister. Perumda PAL melaporkan hasil analisa laboratorium
kandungan katekin Gambir Pakpak Bharat yaitu 78,91% - 89,99%. Sedangkan
hasil analisa oleh Hernani (2011) dari sampel beberapa petani di Pakpak Bharat
kadar katekin berkisarnya antara 44,64-55,50%. Kandungan katekin daun gambir
ditentukan oleh varietas, lokasi penanaman, ketuaan daun, dan metoda
pengolahan.

Perbenihan Tanaman Gambir


Teknologi perbanyakan tanaman gambir untuk mendapatkan bibit yang
bermutu dan dianjurkan sampai saat ini adalah melalui perbanyakan generatif,
yaitu melalui biji yang disemaikan lebih dulu dengan prosedur tertentu untuk
memperoleh bahan tanaman yang memiliki daya tumbuh lebih baik (Hasan et al.
2000). Kelebihan dari teknologi perbanyakan ini adalah lebih mudah untuk
memperoleh bibit gambir dalam jumlah banyak dan persentase jumlah bibit mati
sangat kecil. Sedangkan perbanyakan dengan cara tradisional melalui stek oleh
petani di Kabupaten Pakpak Bharat sulit memperoleh bibit dalam jumlah banyak
dan persentase jumlah bibit yang mati cukup tinggi. Namun demikian, tanaman
gambir juga dapat melalui perbanyakan vegetatif lainnya, seperti perundukan.

Gambar 6. Pembibitan Tanaman Gambir Dari Biji dan Stek

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 21


Budidaya Tanaman Gambir
Lahan untuk tanaman gambir memerlukan pengelolaan tanah yang baik,
diawali dengan pembabatan semak belukar dan gulma. Pembukaan areal pada
hutan baru dilakukan penebangan pohon lalu dibakar, selanjutnya ditanami padi
gogo. Menjelang padi berbunga lalu dilakukan penanaman gambir, baik benih dari
perbanyakan biji atau bahan stek. Pada lahan miring perlu ditanam menurut
kontur dan lubang tanaman berbaris menurut kontur (dalam baris rapat antar baris
jarang). Setelah dibersihkan dilakukan pengajiran dan pembuatan lubang tanaman
berukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak yang ideal 2 x 2 m (2.500 tanaman/ha)
atau 2 x 3 m. Kebanyakan petani membuat lubang tanam dengan cara ditugal saja
dengan jarak tanam bervariasi, khusus benih berasal dari stek. Waktu penanaman
dilakukan saat musim hujan.

Gambar 7. Padi Ladang yang Telah Ditanami Gambir Dari Benih Stek Gambir

Pemeliharaan tanaman gambir meliputi penyiangan disaat baru tanam


sampai dengan umur 1,5-2 tahun, kemudian pemupukan dan pengendalian hama
penyakit. Untuk menstabilkan produksi tanaman gambir perlu dilakukan upaya
pemupukan yang teratur dan penambahan pupuk NPK sebanyak 50 g/batang
untuk meningkatkan produksi (Hasan, 2000). Hasil wawancara dengan petani

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 22


umumnya belum melakukan pemupukan, tetapi sebagian melakukan
penyemprotan dengan menggunakan pupuk daun pada saat tumbuh tunas.
Pembentukan struktur tanaman yang tidak beraturan dilakukan dengan
pemangkasan pada cabang tanaman. Pemangkasan meja adalah membuang semua
cabang dan ranting pada ketinggian > 1m dipangkas, sehingga terlihat permukaan
pangkasan horizontal dan rata seperti meja (pangkas cabang primer). Pangkas
bersih adalah pangkas cara petani, semua cabang dan ranting yang mati dibuang,
sehingga terlihat bersih dari cabang dan ranting. Setelah enam bulan pemangkasan,
pangkas meja menghasilkan berat brangkasan dan produksi gambir kering
tertinggi dibandingkan dengan cara pemangkasan yang lainnya.

Gambar 8. Pemangkasan Bersih Tanaman Gambir

Pengolahan Daun Gambir


Tanaman gambir sudah dapat dipanen pertama kalinya pada umur 1,5 – 2
tahun. Sedangkan panen berikutnya tidak ada kriteria tertentu, biasanya petani
hanya melihat jumlah daun yang cukup banyak dengan usia daun berkisar antara 4
– 6 bulan setelah panen sebelumnya. Panen menggunakan dua cara yaitu 1)
memanen daun saja dengan alat ani-ani dan 2) memotong seluruh ranting-ranting
yang terdapat pada cabang tanaman menggunakan gunting atau sabit. Daun
beserta ranting dimasukkan ke dalam sebuah keranjang bambu atau karung plastik
dengan kapasitas 20-30 kg dan langsung dibawa ketempat pengolahan yang
letaknya di tengah kebun atau dipinggir jalan. Pengolahan gambir bertujuan untuk
mengeluarkan getah dari dalam daun. Teknik pengolahan gambir di daerah ini

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 23


dikenal dengan “pengkapitan” (press) yang telah turun temurun. Pengolahan daun
gambir oleh petani di daerah ini umumnya masih menggunakan peralatan
sederhana (Gambar 8). Di daerah ini juga sudah tersedia pengolahan
menggunakan alsintan (Gambar 9).

Gambar 9. Pengolahan Getah Gambir Dengan Alat Sederhana

Gambar 10. Pengolahan Daun Gambir Dengan Alsintan di Desa Binanga Boang
Kecamatan Salak

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 24


Salah satu usaha diversifikasi produk daun gambir adalah teh gambir celup
dan diharapkan petani memperoleh nilai tambah untuk meningkatkan pendapatan
dari usahatani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Sejak tahun 2015, telah dibina
kelompok tani baik dari segi teknik produksi maupun penggunaan alsintan secara
tertahap seperti alsin pencacah daun dan alsintan penepung menggantikan alat
blender sehingga pekerjaan semakin efektif dan efisien. Proses pengolahan gambir
celup melalui tahapan (Gambar 11) :

1. Panen daun dan memisahkan dari tangkai;


2. Pencucian daun menggunakan air bersih;
3. Pengeringan daun hingga kering dalam rumah plastic atau ruang
terbuka;
4. Pencacahan daun dan penepungan menggunakan alsintan penepung;
5. Selanjutnya proses pengemasan dalam sachet dan kotak sesuai ukuran
yang telah ditentukan;
6. Siap untuk didistribusikan dan dipasarkan.

Gambar 11. Pengolahan Gambir Celup di Dusun Sondel Kec. Salak

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 25


Karakteristik Petani
Jumlah petani yang berhasil diwawancarai sebanyak 30 orang, bertempat
tinggal di Desa Kuta Tinggi (Kecamatan Salak), Semerpara, Aornakan II
(Kecamatan PGGS) Perolihen, Bandar Baru, Binalun, Sibande (Kecamatan STU
Jehe), Maladeput, Mahala (Kecamatan Tinada), dan Desa Majanggut (Kecamatan
Kerajaan) yang merupakan sentra produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.
Diperoleh hasil sebagai berikut : sebagian besar petani responden (43%) berada
dalam kisaran umur produktif, yaitu antara 25 – 50 tahun, sedangkan dari sisi
pendidikan jumlah responden yang berpendidikan SMA lebih sedikit (27%),
dibanding SMP dan SD. Dengan tingkat pendidikan seperti ini umumnya
responden dapat membaca dan menulis, untuk mendapatkan informasi dan
mencatat informasi usahataninya. Keterampilan ini diperlukan bila diberikan
brosur-leaflet yang berisi diseminasi teknologi (Boga, 2014), dan mencatat modal
dan penerimaannya. Usia muda dan tingkat pendidikan yang tinggi
memungkinkan petani lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru.
Dengan kondisi tersebut, petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin
dengan curahan tenaga fisik yang tersedia.
Ketersediaan lahan responden dalam usahatani gambir (77 %) memiliki
luasan 1 Ha, sehingga berpotensi untuk pengembangan dan perbaikan budidaya
gambir sebagai peyumbang penghasilan bagi pendapatan masyarakat Pakpak
Bharat seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 26


Tabel 5. Karakteristik Petani Gambir di Pakpak Bharat
No. Uraian Jumlah Petani ( % jumlah)
1. Umur Petani (tahun)
25 - < 50 13 (43)
50 - 59 11 (37)
> 60 6 (20)
2. Pendidikan
SD 13 (43)
SMP 9 (30)
SMA 8 (27)
Perguruan Tinggi 0 (0)
3. Jumlah tanggungan (Jiwa)
< 3 jiwa 2 (7)
3- 6 jiwa 15 (50)
> 6 jiwa 13 (43)
4. Jenis Pekerjaan
Petani 30 (100)
Bukan Petani 0 (0)
5. Jumlah Petani berdasarkan skala (ha)
0,1 - 0,4 2 (7)
0,5 - 1,0 23 (77)
> 1,0 5 (17)
Sumber : data diolah

Perkembangan Harga
Produk berupa getah gambir dibedakan 2 bentuk yaitu bulat telur dan
pipih. Bulat telur biasanya digunakan untuk bahan menyirih dan transaksi
berdasarkan jumlah biji dengan harga sekitar Rp. 1.300 - 2.000/biji tergantung
ukuran (bobot) dan warna. Sedangkan untuk pasar ekspor biasanya bentuknya
pipih dengan harga sekitar Rp. 25.000 - 80.000 per kg dijual kepada pedagang
pengumpul di desa.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 27


Produk lainnya berupa teh celup gambir terdapat di Dusun Sondel, Desa
Kuta Tinggi Kecamatan Salak. Pengusaha mampu memproduksi berkisar 3.000-
5.000 kotak per bulan dan isi 25 sachet per kotak dengan harga Rp. 6.500 – Rp.
7.500 per kotak.

Gambar 12. Teh Celup Gambir

Pemasaran Gambir
Kelembagaan pemasaran produk getah gambir di desa sentra produk sudah
terbentuk melalui pekan desa, kecamatan dan kabupaten. Di Desa Bandar Baru
misalnya terdapat 10 orang pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul
memasarkan hasil ke pedagang Sidikalang dan Medan serta Perumda PAL Salak.
Dalam praktek pemasaran harga sangat ditentukan oleh pedagang pengumpul dan
kualitas produk belum dapat mempengaruhi harga jual petani. Selama dalam
proses tataniaga di tingkat desa, pedagang pengumpul belum ada perlakukan
khusus, hanya mengeringkan bila produk dari petani kurang kering dan mengemas
dalam karung.

4.1.4. Analisis Usaha Tani dan Pengolahan Gambir di Pakpak Bharat


Analisis usaha katekin gambir di Kabupaten Pakpak Bharat dihitung
dalam beberapa tahap, yaitu : tahap produksi on farm, produksi getah kering dan
tahap produksi tepung katekin.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis usahatani daun Gambir
adalah sebagai berikut :

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 28


Tabel 6. Analisis Usaha Tani Daun Gambir (Ha) Tahun Berjalan 2021
No. Uraian Jumlah Satuan Harga Penerimaan
1. Gambir kering 7.368 kg 1.500 11.052.000
2. Biaya tenaga kerja Upah / jam Total Upah
a. Pembersihan lahan 8 HOK 80.000 640.000
b. Penyemprotan 4 HOK 80.000 320.000
c. Memetik 63 HOK 80.000 5.040.000
Total biaya tenaga kerja 6.000.000
3. Biaya penyusutan peralatan
a. Cangkul 10.991
b. Parang 25.288
c. Garu 4.173
d. Pompa 132.068
e. Gunting 49.970
Total biaya penyusutan peralatan 222.489
4. Biaya bahan habis terpakai
a. Herbisida
Gromosom/Polaris 10 botol 35.000 350.000
Calaris 10 botol 35.000 350.000
c. Insektisida
Alvatox 10 botol 25.000 250.000
Total biaya bahan habis terpakai 950.000
Sewa lahan 1 ha 1.000.000 1.000.000
Total pengeluaran 8.172.489
Keuntungan 2.879.511
Benefit R/C Ratio (Pertahun) 1,35
Sumber : Data diolah

Dari tabel 6 di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi daun gambir
untuk luasan 1 ha di Kabupaten Pakpak Bharat adalah Rp. 8.172.489. dengan
produksi sebanyak 7.368 kg/ha, maka petani bisa mendapatkan hasil penjualan
sebanyak Rp. 11.052.000/tahun dengan pendapatan bersih sekitar Rp.
2.879.511/tahun. Dari hasil tersebut dapat diperoleh bahwa R/C rasio dari
usahatani gambir di kabupaten ini adalah 1,35. Angka ini menunjukkan bahwa
kegiatan usahatani daun gambir di Kabupaten Pakpak Bharat layak secara
ekonomi dan finansial sebagai pendapatan petani berusaha daun gambir dalam
setahun.
Biaya untuk usaha tani on farm tanaman gambir, paling banyak di
operasional tenaga kerja (panen) yang mencapai Rp. 6.000.000,-, dimana biaya ini
tidak dikeluarkan secara tunai, karena tenaga kerjanya bersumber dari anggota

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 29


keluarga. Dan biaya operasional kedua dari sewa lahan mencapai Rp. 1.000.000,-
yang juga tidak dikeluarkan secara tunai.
Dari hasil survei yang dilaksanakan, sebenarnya petani jarang menjual
dalam bentuk daun gambir, tetapi dijual dalam bentuk gambir kering.

Tabel 7. Analisis Usaha Tani Pengolahan Getah Gambir Kering


No. Uraian Jumlah Harga (Rp) Penerimaan
(Rp)
1. Gambir kering (kg) 888 35.000 31.080.000
2. Biaya tenaga kerja HOK (Jam) Upah per jam Total Upah
a. Mengukus 302,18 10.000 3.021.818
b. Mengepres 189,82 10.000 1.898.182
c. Menuai 82,25 10.000 822.545
d. Mencetak 75,27 10.000 752.727
e. Menjemur 74,51 10.000 745.091
Total biaya tenaga kerja 7.240.364
3. Biaya penyusutan peralatan
a. Dandang 2.440.600
b. Dongkrak 17.364
c. Alat pres 403.745
Total biaya penyusutan peralatan 2.861.709
4. Biaya peralatan habis terpakai
a. Goni 4.1091
b. Ember 188.182
c. Kayu bakar 406.364
d. Saringan Fiber 5.455
e. Kain saringan 11.818
Total biaya peralatan habis terpakai 652.909
Total pengeluaran 10.754.981
Keuntungan 20.325.019
Benefit R/C Ratio (Pertahun) 2,89

Dari tabel 7 di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi gambir


kering untuk luasan 1 ha di Kabupaten Pakpak Bharat adalah Rp.10.754.981.
Dengan produksi sebanyak 888 kg setelah diolah dari luasan lahan 1 ha, maka
petani bisa mendapatkan hasil penjualan sebanyak Rp. 31.080.000/tahun dengan
pendapatan bersih sekitar Rp. 20.325.019/tahun. Dari hasil tersebut dapat
diperoleh bahwa R/C rasio dari usahatani gambir adalah 2,89. Angka ini

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 30


menunjukkan bahwa kegiatan usahatani gambir kering di Kabupaten Pakpak
Bharat layak secara ekonomi dan finansial sebagai pendapatan petani berusaha
gambir kering dalam setahun.

4.2. Proses Ekstraksi Gambir Menjadi Katekin


Untuk mendapatkan katekin yang tinggi dapat dilakukan melalui proses
ekstraksi ulang gambir asalan. Teknologi proses dilakukan berdasarkan perbedaan
sifat kelarutan antara katekin dan tanin dalam air. Katekin dalam keadaan murni
sulit larut dalam air dingin, mudah larut dalam air panas, larut dalam alkohol dan
etil asetat (Muchtar et al., 2010; Yeni et al., 2014a). Ekstraksi ulang gambir asalan
menggunakan air dapat menghasilkan kadar katekin sampai 80% (gambir murni)
(Muchtar et al., 2010). Produk ini digunakan untuk sediaan industri pangan,
tekstil, tinta dan penyamak kulit. Industri farmasi dan kosmetik berdasarkan
persyaratan farmakope membutuhkan katekin dengan tingkat kemurnian besar
dari 90%. Untuk menghasilkan katekin dengan kandungan yang tinggi (katekin
terstandar) dapat dilakukan ekstraksi lanjut hasil pencucian ulang dengan air
(gambir murni).
Berdasarkan survei yang dilakukan di Propinsi Sumatera Barat, pada
umumnya petani gambir melakukan pengolahan gambir menjadi katekin
menggunakan metode berdasarkan asal bahan gambir yang digunakan. Ada dua
metode yang umum dilakukan yaitu pengolahan dengan menggunakan bahan baku
gambir asalan dan pengolahan dengan menggunakan bahan baku pasta gambir.
Kedua proses ini dapat dijelaskan di bawah ini.

4.2.1 Pengolahan Gambir menjadi Katekin dengan Bahan Baku Gambir


Asalan
Pengolahan gambir menjadi katekin dengan menggunakan bahan baku
gambir asalan dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi ulang
dengan air. Proses pengolahannya dapat dijelaskan sebagai berikut : gambir asalan
yang telah disiapkan dihaluskan terlebih dahulu, kemudian dilarutkan dengan air
bersih dengan suhu ±70°C (perbandingan antara gambir dan air yaitu 1:5) dan
disaring menggunakan saringan dengan ukuran bertingkat, yaitu 100 dan 200
mesh. Selanjutnya filtrat hasil penyaringan diendapkan selama ± 20-24 jam. Hasil
endapan yang diperoleh dilanjutkan dengan pencucian ulang menggunakan air

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 31


dingin sampai diperoleh larutan berwarna kekuningan. Kemudian endapan yang
diperoleh dipres untuk memisahkan air yang tersisa, lalu dikering anginkan atau
dikeringkan dengan pengering beku (freezer).
Secara ringkas pengolahan gambir menjadi katekin dengan bahan baku
gambir asalan dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Gambar 13. Diagram Pengolahan Gambir menjadi Katekin dengan Bahan Baku
Gambir Asalan

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 32


Gambar 14. Mesin Pengolah Gambir Menjadi Katekin

Gambar 15. Mesin Pengepres Endapan Gambir

Gambar 16. Rak Penjemur Katekin

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 33


4.2.2. Pengolahan Gambir menjadi Katekin dengan Bahan Baku Pasta
Gambir

Berbeda dengan pengolahan gambir dengan bahan baku gambir asalan,


pengolahan gambir dengan bahan baku pasta adalah bahwa bahan yang digunakan
adalah gambir yang langsung dari petani berupa pasta yang akan dicetak dan
belum terpapar dengan sinar matahari.
Proses pencucian gambir dilakukan sebagai berikut : gambir pasta
ditambahkan air mendidih sampai semua bahan larut sempurna; saring kotoran
yang ada dengan menggunakan kain saring. Larutan diendapkan ±24 jam sampai
terpisah cairan dan padatan gambir. Padatan dicuci dengan menggunakan air
dingin sebanyak 3 kali. Endapan gambir dipress untuk mengeluarkan air yang
tersisa dengan menggunakan alat press. Endapan gambir yang terbentuk
dikeringkan dalam ruang yang mempunyai kelembaban yang rendah. Gambir
yang sudah kering dihaluskan dan diayak dengan ukuran 60 mesh.
Secara ringkas pengolahan gambir menjadi katekin dengan bahan baku
pasta gambir dapat dilihat pada diagram dibawah ini.

Gambar 17. Diagram Pengolahan Gambir menjadi Katekin dengan Bahan Pasta
Gambir

Beberapa peralatan yang umum digunakan oleh petani dalam pengolahan


gambir menjadi katekin dengan bahan baku pasta gambir dapat dilihat berikut ini.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 34


Gambar 18. Alat Pengendapan Pasta Gambir

Gambar 19. Rak Penjemuran Katekin Gambir

Gambar 20. Alat Penyaring Tepung Katekin

Gambar 21. Produk Bubuk Katekin

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 35


4.3. Tingkat Kandungan Katekin Gambir di Pakpak Barat
Untuk mengetahui tingkat kandungan katekin dari daun gambir yang
berasal dari Pakpak Bharat, maka dilakukan beberapa perlakuan sesuai dengan
jenis varietas, ketinggian tempat dan metode pengolahan yang sering dilakukan
oleh petani.
Perlakuan pertama adalah perlakuan pada 3 varietas gambir yang umum
dibudidayakan oleh petani yaitu varietas Brakrak, Cina dan Siarang. Perlakuan
kedua adalah mengambil sampel dari 3 ketinggian yang berbeda yaitu >800 m
dpl, 600 m dpl dan 300 m dpl. Perlakuan ketiga adalah untuk mengetahui
jenis/varietas gambir yang produksi dan produktivitasnya tertinggi dilakukan
perlakuan jenis daun, yaitu daun muda dan daun + ranting (kebiasaan petani).
Tujuan dari perlakuan ini untuk melihat perlakuan yang paling berpotensi
memiliki kadar katekin yang tertinggi. Perlakuan keempat adalah berdasarkan
metode pengolahan/pengempaan daun gambir, yaitu sampel dari perasan pertama
dan sampel perasan kedua. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk melihat metode
pemerasan gambir yang mana yang memiliki potensi kadar katekin yang tertinggi.

4.3.1. Tingkat Kandungan Gambir Berdasarkan Varietas


Penelitian ini menggunakan 3 varietas berbeda yang umum dibudidayakan
di Kabupaten Pakpak Bharat yaitu varietas Brakrak, Varietas Cina dan Varietas
Siarang. Berdasarkan data yang diperoleh dari survei pada saat penelitian, lebih
90% luas pertanaman gambir di kabupaten ini menggunakan varietas Brakrak.
Hasil uji analisis gambir berdasarkan varietas gambir yang ada di Kabupaten
Pakpak Bharat yang terdiri dari 3 varietas yaitu varietas Brakrak, varietas Cina
dan varietas Siarang yang dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan
Standardisasi Industri Padang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 36


Tabel 8. Analisa Laboratorium Gambir Pakpak Bharat Berdasarkan Varietas di
Laboratorium Baristan Padang

No Parameter Uji (%) SNI 01-3391-2000 Brakrak Cina Siarang


Mutu I Mutu II I II I II I II
1. Kadar Air, b/b Maks. 14 Maks. 16 18 18 16 16 18 18
2. Kadar Abu, b/b Maks. 5 Maks. 5 1 1 1 1 1 1
3. Kadar Katekin, b/b Min. 60 Min. 50 77 76 78 73 77 73
adbk
4. Kadar Bahan tak
Larut dalam :
- Air b/b adbk Maks. 7 Maks. 10 7.5 14 8 14 8 16
- Alkohol b/b adbk Maks. 12 Maks. 16 7.5 13 14 13 13 14
5. Tanin - - 32.9 17 19.5 15 22 18

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa secara umum kadar katekin ketiga
varietas yang dibudidayakan di Kabupaten Pakpak Bharat hampir memiliki kadar
katekin yang sama dan berada di atas standar SNI yaitu varietas Brakrak berada
pada kisaran 76-77%, varietas Cina sekitar 73-78 dan varietas Siarang kisaran 73-
77 %.

4.3.2 Tingkat Kandungan Gambir Berdasarkan Ketinggian Tempat


Pada penelitian ini perbedaan ketinggian tempat asal daun gambir yang
dijadikan sebagai perlakuan untuk melihat kadar kandungan yang terdapat pada
daun gambir. Varietas yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas Brakrak
karena varietas ini yang umum dan banyak dibudidayakan oleh petani di Pakpak
Bharat. Perlakuan perbedaan ketinggian tempat asal daun gambir yang dilakukan
adalah pada ketinggian >800 m dpl, 600 m dpl dan 300 m dpl.
Hasil uji analisis Gambir berdasarkan ketinggian tempat (m dpl) di
Kabupaten Pakpak Bharat yang terdiri dari 3 lokasi ketinggian yaitu ketinggian
>800 m dpl, ketinggian 600 m dpl dan ketinggian 300 m dpl dapat dilihat pada di
bawah ini.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 37


Tabel 9. Analisa Laboratorium Gambir Pakpak Bharat Berdasarkan Ketinggian
Tempat di Lab. Baristan Padang
No Parameter Uji (%) SNI 01-3391- >700 600 <300
. 2000 mdpl mdpl mdpl

Mutu I Mutu II I II I II I II
1. Kadar Air, b/b Maks. Maks. 18 18 18 18 19 19
14 16
2. Kadar Abu, b/b Maks. 5 Maks. 5 2 2 3 3 2 3
3. Kadar Katekin, b/b adbk Min. 60 Min. 50 80 75 64 60 59 63
4. Kadar Bahan tak Larut
dalam :
- Air b/b adbk Maks. 7 Maks. 8 10 7 14 16 18
10
- Alkohol b/b adbk Maks. Maks. 7 7 14 15 17 16
12 16
5. Tanin - - 20 30 16 34 25 39

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kadar katekin paling tinggi
diperoleh pada gambir yang berasal dari lokasi dengan ketinggian > 800 m dpl
yaitu sebesar 80%, sementara untuk gambir yang berasal dari daerah dengan
ketinggian 600 m dpl dan dibawahnya memiliki kadar katekin yang hampir sama
yaitu kisaran 59-64%. Katekin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder
tanaman yang memiliki banyak gugus fenol. Senyawa polifenol berperan sebagai
antimikroba dan antioksidan (Silvikasari, 2010). Pembentukan metabolit sekunder
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suhu, pH, aktivitas air, dan intensitas
cahaya. Laju reaksi thermal (non fotokimia) peka terhadap suhu dan beberapa laju
reaksi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu 10 C. Ketinggian tempat
berhubungan dengan suhu udara dimana setiap kenaikan 100 m, suhu udara akan
menurun sebesar 0,6 C sehingga jumlah panas yang diterima bumi juga semakin
menurun (Muhsanati, 2012). Hasil penelitian Ferita (2011) mengindikasikan
adanya kecenderungan faktor ketinggian tempat mempengaruhi kadar katekin
yang terkandung dalam tanaman gambir. Di Kabupaten Pakpak Bharat sendiri
sentra penanaman gambir tersebar mulai dari dataran rendah sampai dataran
tinggi.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 38


4.3.3. Tingkat Kandungan Gambir Berdasarkan Metode Pengolahan
Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengolahan gambir untuk
melihat kadar kandungan yang terdapat pada daun gambir. Varietas yang
digunakan adalah varietas Brakrak karena umum dan paling banyak
dibudidayakan oleh petani di kabupaten ini. Adapun metode pengolahan yang
dilakukan pada penelitian ini adalah :

B0 : Perlakuan Petani
B1 : Press 1 kali + Daun Muda
B2 : Press 1 kali + Daun Tua
B3 : Press 2 kali + Daun Muda
B4 : Press 2 kali + Daun Tua

Daun muda yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gambir yang
masih muda, berwarna hijau muda dan berumur kurang dari 3 bulan. Sedangkan
daun tua adalah daun yang sudah tua, berwarna hijau tua dan berumur lebih dari 3
bulan.
Kemudian yang dimaksud dengan perlakuan Press 1 kali adalah air yang
digunakan untuk mengukus daun gambir adalah air bersih, sedangkan Press 2 kali
adalah bahwa air yang digunakan untuk mengukus daun gambir adalah air perasan
daun gambir yang telah diolah sebelumnya.
Hasil uji analisis kandungan gambir berdasarkan beberapa metode
pengolahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 10. Analisa Laboratorium Gambir Pakpak Bharat Berdasarkan Metode


Pengolahan di Laboratorium Baristan Padang
No Parameter Uji (%) SNI 01-3391-2000 B0 B1 B2 B3 B4
Mutu I Mutu II I II I II I II I II I II
1. Kadar Air, b/b Maks.14 Maks. 16 18 18 18 18 17 17 23 25 17 17
2. Kadar Abu, b/b Maks. 5 Maks. 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3. Kadar Katekin, b/b Min. 60 Min. 50 77 76 74 80 69 79 85 76 74 75
adbk
4. Kadar Bahan tak
larut dlm :
- Air b/b adbk Maks. 7 Maks. 10 7.5 14 8.1 12 8.5 15 6 19 6 15
- Alkohol b/b adbk Maks.12 Maks. 16 7.5 13 13 13 12 15 11 13 11 10
5. Tanin - - 32.9 17 17 13 20 14 21 2 29.4 14

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 39


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kadar katekin paling tinggi diperoleh
pada perlakuan B3 (press 2 kali + daun muda) yaitu mencapai 85%. Selanjutnya
disusul kadar katekin pada perlakuan B1 (press 1 kali + daun Muda) yaitu sebesar
80%. Sedangkan pada perlakuan B0, B2 dan B4 berada pada kisaran antara 74 -
79%.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa daun gambir muda memiliki kadar
katekin yang lebih tinggi daripada daun tua dan air yang paling baik untuk
pengukusan daun gambir adalah air yang masih bersih. Sehingga diharapkan
dengan perlakuan ini dapat menghasilkan gambir yang memiliki kadar katekin
yang tinggi yang mencapai di atas 80%.
Pembuatan gambir murni (kadar katekin 80%-90%) dilakukan melalui
proses ekstraksi ulang gambir asalan dan merupakan tahapan awal proses
pembuatan katekin terstandar (kadar katekin > 90%). Ekstraksi ulang gambir
asalan melibatkan proses pemisahan antara senyawa katekin dan tanin yang
keduanya merupakan jenis senyawa polifenol. Pemisahan antara katekin dan tanin
dilakukan berdasarkan perbedaan kelarutan antara katekin dan tanin dalam air
(Muchtar et al., 2010); Yeni et al., 2014a). Perbedaan kelarutan katekin dan tanin
disebabkan perbedaan kepolaran dari masing-masingnya. Katekin memiliki sifat
cenderung semi polar sulit larut dalam air dingin (air bersifat polar). Katekin dapat
larut baik dengan air panas, karena suhu yang tinggi menyebabkan pergerakan
partikel dalam pelarut akan menjadi lebih cepat sehingga tumbukan antara partikel
pelarut dan zat terlarut menjadi lebih banyak (Yeni, 2015).
Melalui proses pengendapan, katekin yang sukar larut dalam air dingin
dapat dipisahkan dengan tanin yang masih terlarut dalam air. Pemisahan antara
katekin yang mengendap dan tanin yang masih terlarut dalam air dilakukan
dengan proses penyaringan. Tanin adalah senyawa organik yang terdiri dari
campuran senyawa polifenol kompleks, dibangun dari unsur C, H dan O serta
sering membentuk molekul besar dengan bobot molekul lebih besar dari 2000.
Tanin memiliki sifat dapat larut dalam air atau alkohol karena tanin banyak
mengandung fenol yang memiliki gugus OH (Pambayun et al., 2007; Irianty dan
Yenti, 2014; Sari et al., 2015). Besarnya kandungan tanin yang terdapat didalam
gambir sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan yang dilakukan. Kandungan

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 40


tanin yang tinggi pada gambir asalan disebabkan oleh proses pengolahan yang
mengggunakan suhu perebusan yang tinggi (diatas 80 C) dan pegeringan yang
langsung terkena oleh sinar matahari.

4.4. Road Map Pengembangan Katekin Gambir di Pakpak Bharat

Tanaman gambir adalah komoditas spesifik yang tumbuh baik di


Kabupaten Pakpak Bharat. Artinya komoditas ini tumbuh dan berkembang secara
baik di daerah ini dan merupakan mata pencaharian pokok yang memegang
peranan penting dalam penerimaan pendapatan masyarakat serta pendapatan
daerah dan negara.
Dalam era persaingan bebas saat ini hanya usaha agribisnis yang berbasis
sumber daya lokal yang didukung oleh informasi dan teknologi yang efisien dan
bersifat spesifik lokasi yang akan bertahan, baik pada tataran pasar bebas di
tingkat lokal, nasional maupun global. Oleh karena itu, hanya komoditas-
komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi dan sosial ekonomi
serta memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang mampu bersaing
secara berkelanjutan dibandingkan dengan komoditas yang sama di daerah lain.
Apalagi dengan dimulainya penerapan otonomisasi dan pemanfaatan kekuatan
domestik melalui penumbuhan partisipasi seluas-luasnya, maka pengembangan
suatu komoditas unggulan daerah atau spesifik lokasi menjadi usaha agribisnis
yang sangat berperan dalam pengembangan wilayah, karena komoditas tersebut
merupakan andalan suatu daerah yang hanya tumbuh dan berkembang dengan
baik berkat dukungan kondisi tanah dan iklim yang spesifik di daerah tersebut,
sehingga produktivitas dan mutu hasilnya tidak dapat dicapai di daerah lain,
dalam hal ini gambir bagi wilayah Kabupaten Pakpak Bharat merupakan
komoditas spesifik yang produktivitas dan mutunya belum mencapai seperti yang
diharapkan. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan kinerja mulai dari sub sistem
agribisnis hulu, sub sistem produksi, sub sistem pengolahan, sub sistem
pemasaran dan sub sistim penunjang.
Permasalahan yang dihadapi agribisnis gambir di Kabupaten Pakpak
Bharat, meliputi teknologi pengolahan, mutu produk gambir yang rendah dan
sangat beragam, pemasaran, pembibitan dan budidaya, pemodalan, serta

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 41


kemampuan sumberdaya manusia. Seluruh permasalahan tersebut berakar dari
lemahnya kelembagaan dalam agribisnis gambir. Dari penelitian ini ditemukan
bahwa, upaya strategis yang harus dilakukan dalam pengembangan agribisnis
gambir di Kabupaten Pakpak Bharat adalah pengembangan agroindustri gambir
yang dapat meningkatkan nilai tambah komoditas gambir.
Selama ini produksi gambir dari Kabupaten Pakpak Bharat masih
mengandalkan produk gambir asalan yang kualitasnya masih beragam, produksi
gambir asalan ini selain harga jualnya relatif rendah juga mengalami fluktuasi
harga. Padahal produk gambir memiliki sangat banyak jenis produk olahan yang
bernilai tinggi seperti yang terlihat pada gambar pohon industri komoditas gambir
(Gambar 21).
Produk gambir yang saat ini memiliki tingkat permintaan pasar yang tinggi
adalah katekin, dimana di pasar internasional katecin (C15H12O6 ) dengan CAS
Number (154-23-4), MW 290.28, RTECS DJ.3450.000, R : 36/37/38, S 26 – 36
dan Spectrum UV- Visible (MeOH) 280.5 nm, dikategorikan sebagai katecin plus
HPLC dan dihargai sebesar 74 euro/10 mg. Katecin (C15H14O6) dengan CAS
Number 7295 – 85 – 4, Mw 290.28, R ( 36 / 37 / 38), S (26 – 36) disebut katecin
biasa dan dihargai 80 euro / 1 g (E.G.Sa’id, 2009).
Untuk dapat menghasilkan produksi gambir yang bernilai tambah yang
tinggi maka perlu dilakukan program peningkatan kualitas produk malalui
pemanfaatan teknologi tepat guna yang lebih baik, karena selama ini pengolahan
gambir di masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan teknologi sederhana
yang telah lama digunakan dan hampir tidak mengalami perubahan yang berarti
selama beberapa generasi. Dengan area kerja, metode kerja dan peralatan proses
yang ada saat ini, gambir yang dihasilkan memiliki tingkat kemurnian yang
rendah dan perlu ditingkatkan. Di antara syarat mutu yang langsung terpengaruh
oleh kondisi proses yang adalah kadar abu dan kadar bahan tidak larut dalam air.
Meskipun sebenarnya eksportir memiliki persyaratan mutu yang harus dipenuhi
untuk ekspor, pada dasarnya eksportir tidak mudah untuk menolak gambir yang
dikirim oleh pengumpul. Kondisi ini diperkirakan karena masih tingginya
permintaan gambir dan kurangnya pasokan gambir ke eksportir. Perbedaan mutu
gambir yang diterima eksportir hanya akan mempengaruhi besarnya potongan

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 42


berat yang berkaitan dengan total harga jual yang akan diterima oleh pedagang
pengumpul. Karena mutu pasokan gambir yang bervariasi, ada kalanya eksportir
melakukan pemrosesan ulang untuk mendapatkan gambir yang sesuai dengan
permintaan pembelinya di luar negeri.

Pohon Gambir

Daun Gambir Ranting Gambir Muda Batang Gambir Tua

Kompos Gambir Asalan Kayu Bakar Pelet Kayu


(dari daun sisa
ekstraksi)

Gambir Antioksidan,
Adhesive Produk Nano
untuk Antimikroorga-
menginang Gambir
nisme

Produk Produk
Senyawa Kimia
Utama Biofarmaka/
Sediaan
Penyamak
Gambir Biofarmaka
murni Pewarna
Alami
Gambir Kosmetika
Anti
terstandarisasi Kerak
Campuran Boiler
Biopestisida
Katekin
Pakan Sapi Pelapis
Pedaging Logam
Tanin
1. Tablet antidiare 7. Gel dan Krim: 10. Sabun transparan Biopestisida
2. Kapsul - anti jerawat 11. Gel luka permukaan
haemorrhoid
3. Tablet hisap - anti ageing 12. Gel luka bakar Peluruh
4. Tablet buih - anti ketombe 13. Gambir aprodisiaka dan Anti
5. Obat kumur 8. Pasta gigi 14. Minuman kesehatan Karat
(katevit) pada
6. Lotion luka bakar 9. Pasta gambir 15. Teh Gambir Logam

Gambar 22. Pohon Industri Gambir

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 43


Dalam upaya meningkatkan manfaat ekonomi gambir, maka perlu
dikembangkan berbagai produk, baik produk antara maupun produk konsumsi
(produk akhir) yang bernilai tambah tinggi. Untuk tujuan itu, aktivitas pengembangan
produk diarahkan kepada penciptaan berbagai macam produk hilir yang potensinya
sebenarnya sangat beragam. Gambir memiliki peluang yang besar untuk
menumbuhkan berbagai industri baru yang mengolah gambir asalan, produk olahan
gambir asalan maupun bahan baku dari tanaman gambir menjadi berbagai produk
yang bermanfaat. Peluang tersebut menjadi semakin terbuka karena kecenderungan
konsumen dunia untuk mengkonsumsi produk-produk alami.
Pada gambar 21 dapat dilihat pemanfaatan daun, ranting gambir muda dan
batang gambir tua untuk berbagai penggunaan. Daun dan ranting muda tanaman
gambir merupakan bahan baku produk gambir yang selama ini dihasilkan masyarakat
(gambir asalan). Gambir asalan tersebut dapat digunakan secara langsung misalnya
sebagai bahan tambahan pengikat partikel pelet kayu, campuran dalam pakan ternak
sapi potong, serta menyirih ataupun diolah kembali menjadi berbagai macam produk
turunan. Lebih lanjut dapat dilihat berbagai produk olahan dari gambir asalan yang
terdiri dari (i) produk utama yaitu gambir murni, gambir terstandarisasi, katekin dan
alkaloid; (ii) adhesive; (iii) produk biofarmaka/sediaan; (iv) berbagai produk dari
nano gambir; (v) berbagai senyawa kimia serta (vi) antioksidan dan anti
mikroorganisme.
Terkait dengan keterbatasan sumberdaya serta kemampuan membangun pasar,
maka perlu ditentukan prioritas produk hilir yang akan dikembangkan lebih dahulu.
Untuk pemilihan produk tersebut, kriteria yang digunakan adalah penguasaan
teknologi, kemungkinan pembangunan pasar serta volume produk gambir masyarakat
yang dapat diserap terkait dengan jumlah petani yang dapat diupayakan peningkatan
kesejahteraan mereka. Dengan pertimbangan tersebut, maka produk yang
diprioritaskan untuk dikembangkan adalah produk antara yang berasal dari gambir
asalan produksi masyarakat. Selanjutnya, mengingat penguasaan dan kemudahan
penyediaan teknologi, maka produk yang berpeluang dikembangkan adalah katekin
dan tanin.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 44


Berdasarkan penelitian Gumbira Said et al. (2010), maka industri katekin dan
tanin yang berasal dari gambir asalan sangat layak dikembangkan. Dengan volume
pasar yang cukup besar, maka industri katekin dan tanin diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah bagi sejumlah besar produk gambir masyarakat
Kabupaten Pakpak Bharat secara signifikan.

4.4.1. Kebutuhan Pengembangan Agroindustri Gambir di Kab. Pakpak Bharat


Berbagai kemungkinan pengembangan agroindustri gambir dilakukan dengan
berbagai tujuan sebagai berikut: (i) peningkatan kapasitas dan efisiensi produksi
gambir di tingkat petani dan pengolah; (ii) peningkatan mutu produk gambir asalan;
(iii) peningkatan harga/nilai tambah gambir dengan peningkatan kualitas produksi
pengolah tradisional dan upaya produksi gambir bernilai tambah; serta (iv) perbaikan
dan penguatan pemasaran gambir domestik dan luar negeri.
Upaya peningkatan produksi dapat ditempuh melalui beberapa langkah antara
lain meliputi penambahan dan perluasan areal kebun gambir untuk peningkatan
kemampuan penyediaan bahan baku, peremajaan tanaman gambir yang telah tua dan
perbaikan teknologi pengolahan. Perbaikan teknologi pengolahan dilakukan pada
teknologi yang digunakan masyarakat, ataupun penggunaan teknologi yang sama
sekali berbeda dengan yang digunakan selama ini. Berbagai teknologi pengolahan
yang digunakan saat ini meliputi teknologi sortasi daun, perebusan/pemasakan,
teknologi ekstraksi, teknologi pengurangan kadar air pasta dan teknologi
pengeringan. Peningkatan teknologi ekstraksi bertujuan untuk meningkatkan
kecepatan produksi ataupun peningkatan efisiensi ekstraksi dan perolehan produk
gambir. Selanjutnya, karena proses pengeringan juga merupakan tahapan proses yang
membutuhkan waktu yang lama, maka peningkatan kecepatan pengeringan dengan
menggunakan peralatan pengering juga akan mampu meningkatkan kapasitas
produksi gambir masyarakat. Perbaikan proses pengeringan dilakukan dengan
penggunaan pengering mekanis misalnya cabinet dryer untuk produksi dengan
teknologi pengolahan gambir yang ada ataupun penggunaan spray dryer untuk
produk gambir berbentuk bubuk. Alternatif perbaikan yang lain adalah penggunaan
teknologi yang sama sekali baru misalnya pada pengolahan daun gambir kering dan

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 45


ekstraksi menggunakan pelarut. Disamping peningkatan kapasitas dan efisiensi
produksi, perlu juga dikaji upaya peningkatan efisiensi penanganan bahan baku dan
penggunaan sumber energi/bahan bakar alternatif.
Selain perbaikan proses yang membangun mutu produk sejak awal, perbaikan
juga mungkin dilakukan melalui pemrosesan ulang produk gambir asalan yang
diperoleh dari petani pengolah yang terbina. Dalam upaya penjaminan mutu, untuk
pembelian produk maka grading mutu yang berkorelasi langsung dengan harga
produk menjadi keharusan. Tanpa insentif harga yang lebih baik untuk produk
dengan mutu yang lebih baik, maka usaha peningkatan mutu akan sia-sia.
Diversifikasi produk dilakukan dengan menggali potensi produk bernilai
tambah tinggi dari pohon industri gambir. Diversifikasi produk ini dilakukan sejalan
dengan pengembangan pasar baru bagi gambir dan berbagai produk turunan gambir.
Pengembangan produk hilir gambir diawali dengan kegiatan produksi katekin dan
tanin. Untuk produksi katekin dan tanin, penerimaan bahan baku dari masyarakat
dapat berupa gambir asalan, pasta gambir ataupun filtrat hasil ekstraksi. Disamping
itu, dapat dilakukan pemanfaatan cairan sisa proses untuk produksi tanin, perekat,
pestisida dan sebagainya.
Upaya peningkatan mutu produk dilakukan melalui perbaikan proses dan
penyiapan sistem jaminan mutu dengan prosedur operasi standar. Untuk itu, perlu
dilakukan pengembangan teknologi dan peralatan proses yang lebih mampu menjaga
konsistensi mutu produk, karena kondisi area produksi dan peralatan proses akan
menjadi pembatas peningkatan mutu produk gambir. Perbaikan mutu tersebut
mengacu pada tuntutan konsumen atas mutu produk gambir. Untuk itu, studi
mengenai keinginan konsumen menjadi hal yang mutlak dilakukan, disamping
pentingnya peningkatan SDM pengolah melalui pelatihan-pelatihan baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun swasta.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 46


Tabel 11. Analisis SWOT Industri Komoditas Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat

KEKUATAN KELEMAHAN
1. Memiliki lahan yang sesuai untuk 1. Teknologi pengolahan gambir pada
perkebunan gambir di Kabupaten Pakpak tingkat petani masih sangat tradisional
Bharat dan tidak efisien
2. Memiliki lahan yang sesuai untuk 2. Mutu gambir asalan rendah dan tidak
pengembagan area baru sama dari setiap petani
3. Memiliki pengalaman yang lama dalam 3. Memiliki ketergantungan yang sangat
pengolahan gambir secara tradisional kuat terhadap pembeli India (pasar India)
FAKTOR INTERNAL 4. Dikenal secara nasional sebagai produsen 4. Akses yang rendah terhadap lembaga
Gambir asalan pembiayaan
FAKTOR EKSTERNAL 5. Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat 5. Nilai tambah gambir sangat rendah
memiliki komitmen yang tinggi untuk 6. Litbang terhadap produk gambir sangat
meningkatkan kualitas dan nilai tambah rendah
produk gambir
PELUANG STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Ekstensifikasi area produksi 1. Ekstensifikasi lahan yang sesuai bagi 1. Memanfaatkan industri dalam negeri
gambir perkebunan gambir untuk meningkatkan sebagai pengguna untuk mengurangi
2. Perbaikan teknologi budidaya total produksi gambir ketergantungan pada pasar India
gambir 2. Intensifikasi transfer teknologi, untuk 2. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan
3. Perbaikan teknologi meningkatkan produktivitas produksi teknologi untuk meningkatkan mutu
pengolahan gambir gambir produk gambir
4. Menciptakan produk bernilai 3. Menciptakan pengolahan produk 3. Meningkatkan mutu manajemen ter-padu
tinggi dari gambir seperti hilir untuk mendiversifikasi produk bagi agri industri gambir
katekin dan tanin gambir ekspor
5. Meningkatkan penggunaan 4. Membangun kerjasama bisnis antara
gambir di dalam negeri untuk petani dengan eksportir gambir dalam

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 47


industri pangan, kesehatan, negeri
kosmetik dan industri lain
HAMBATAN STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Pengembangan produk sub- 1. Peraturan pemerintah terhadap penyiapan 1. Meningkatkan aktivitas litbang agar
stitusi gambir (katekin dan lahan gambir mendapatkan produk gambir baru untuk
tanin dari Acacia catechu dan 2. Transformasi dari ekspor gambir asalan ekspor
lainnya) belum optimal menjadi ekspor katekin dan tanin 2. Meningkatkan mutu gambir untuk
2. Isu lingkungan terkait dengan 3. Memetakan lahan yang sesuai bagi mencari pasar dalam negeri agar sama
kemiringan perkebunan perkebunan gambir baiknya dengan pasar ekspor
gambir harus kurang dari 40% 4. Membuat peraturan yang lebih baik dan 3. Peraturan pemerintah untuk memfasilitasi
3. Konversi lahan gambir adil bagi bisnis gambir dalam negeri akses kepada lembaga pembiayaan
menjadi tanaman lain yang terhadap berinvestasi pada pengolahan
bernilai tinggi seperti kelapa produk hilir
sawit, karet, kakao dan
komoditas pangan dan
hortikultura
4. Bisnis gambir secara penuh
dikuasai oleh pemain luar
negeri, khususnya India

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 48


Berdasarkan pengelompokan strategi ke dalam enam kategori tersebut, maka
dirumuskan alternatif strategi pengembangan agroindustri gambir di Kabupaten
Pakpak Bharat pada masa datang sebagai berikut :
1. Strategi terkait kebijakan pemerintah yang diperlukan untuk pengembangan
agroindustri gambir ke depan.
2. Strategi terkait peningkatan produksi dan perluasan lahan gambir agar pasokan
bahan baku gambir dapat terjamin.
3. Strategi terkait perluasan pasar (domestik dan ekspor) dan jejaring antar pemangku
kepentingan dalam rantai pasok gambir.
4. Strategi terkait peningkatan kualitas gambir yang dihasilkan oleh pengolah
tradisional.
5. Strategi yang terkait dengan pengembangan produk melalui pengolahan ulang
gambir mentah untuk mendapatkan nilai tambah yang tinggi untuk produk gambir.
6. Strategi terkait pengembangan teknologi dan rekayasa proses gambir.
Berdasarkan keenam kategori tersebut, dirumuskan enam alternatif strategi
pengembangan agroindustri gambir Kabupaten Pakpak Bharat ke depan sebagai
berikut : 1) peningkatan rekayasa proses produksi; 2) melibatkan penelitian dan
pengembangan gambir; 3) diversifikasi produk gambir untuk pasar dalam negeri; 4)
peningkatan nilai tambah produk; 5) peningkatan penggunaan gambir domestik; dan
6) perluasan pasar produk gambir ke negara-negara pengimpor baru.

4.4.2. Perbaikan Teknologi Pengolahan Gambir


Dengan mempertimbangkan kepentingan pengolah tradisional, petani, serta
pemerintah, maka pemilihan alternatif metode perbaikan teknologi dilakukan dengan
beberapa kriteria yaitu masalah lapangan kerja untuk pengolah tradisional; manfaat;
biaya; pertimbangan ampas daun gambir sebagai kompos; masyarakat yang dapat
dijangkau; kesinambungan; dan kemungkinan pengembangan bertahap serta
kemungkinan utilisasi. Beberapa alternatif metode introduksi teknologi yang dapat
dipilih adalah perbaikan teknologi pada tiap agroindustri (pengolah tradisional) dan
pendirian pabrik mandiri pengolahan gambir menjadi katekin dan tanin yang dikelola
secara komersial oleh BUMD Kabupaten Pakpak Bharat yang sudah ada saat ini,

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 49


dalam hal ini Perumda PAL atau mengundang investor untuk mendirikan pabrik
pengolahan gambir asalan menjadi katekin.
Pengadaan pabrik gambir secara mandiri menjadi alternatif yang kurang
menguntungkan karena dapat menghilangkan kebutuhan tenaga kerja pengolah
tradisional yang merupakan kriteria terpenting, disamping ampas daun gambir yang
tidak dapat dimanfaatkan kembali oleh petani sebagai pupuk serta kesinambungan
operasi, terkait dengan ketersediaan bahan baku daun gambir. Namun hal ini dapat
disiasati dengan strategi pengolahan gambir sampai produk pasta atau gambir asalan
masih dilakukan oleh petani pengolah atau pengempa, pabrik membeli produk pasta
atau gambir asalan yang diolah kembali menjadi produk akhir baik sebagai katekin,
tanin maupun produk lainnya.
Perbaikan teknologi di tingkat petani pengolah gambir juga perlu ditingkatkan
sehingga produk yang dihasilkan mutunya sesuai dengan permintaan pasar atau
pabrik pengolahan lanjutan. Dengan perbaikan ini diharapkan harga produk gambir
yang dihasilkan oleh petani pengolah akan lebih tinggi. Unit pengolahan gambir di
tingkat petani pengolah seyogianya juga dilengkapi dengan mesin pengendap
(sentrifus) yang akan mempercepat proses pengendapan getah gambir untuk
pencetakan pasta gambir. Selanjutnya, untuk pengeringan gambir, unit pengolahan
tersebut dilengkapi dengan spray dryer (Gumbira-Sa’id, et al., 2009), dengan
kapasitas yang seimbang sehingga hari hujan tidak akan menyebabkan terganggunya
proses pengeringan gambir di samping menurunkan resiko kontaminasi gambir
selama penjemuran. Penggunaan spray dryer untuk pengeringan katekin gambir
mampu memberikan produk dengan warna yang cerah dan ukuran partikel yang
seragam, selain dapat menghasilkan kemurnian katekin sampai di atas 90%
(Gumbira-Sa’id et al., 2009). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Chegini dan
Ghobadian (2007).

4.4.3. Pemasaran

Berbagai aktivitas peningkatan mutu dan pengembangan produk gambir harus


diikuti pengembangan kegiatan pemasaran yang menjadi syarat mutlak keberhasilan

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 50


pengembangan agroindustri gambir di Kabupaten Pakpak Bharat pada masa yang
akan datang. Perbaikan yang hanya menekankan pada berbagai aspek teknis dan
teknologis akan menyebabkan lemahnya petani dalam bisnis gambir. Bahkan
kelemahan dalam pemasaran telah menyebabkan agroindustri mengalami
perkembangan yang lambat sebagaimana terjadi selama ini. Perbaikan pemasaran
gambir perlu dilakukan dengan berbagai langkah.

 Perluasan pasar domestik dan luar negeri


Perluasan pasar baik domestik maupun global dilakukan seiring dengan upaya
diversifikasi produk gambir sehingga mampu menjangkau berbagai segmen pasar.
Diversifikasi produk akan mampu menciptakan pasar-pasar baru yang selama ini
belum terjangkau.

 Kerjasama dalam pemasaran produk gambir


Dalam pengembangan pasar ekspor untuk produk-produk hilir gambir, perlu
dikaji kemungkinan kerja sama pemasaran dengan beberapa perusahaan dalam bisnis
gambir yang telah lama menjalani bisnis gambir. Hal ini perlu dikaji karena tidak
mudah untuk mengalahkan pelaku bisnis yang telah memiliki akses pasar yang luas
dan selama ini Indonesia belum mampu menjangkaunya. Dari sisi kebijakan strategis,
perlu disiapkan model perjanjian kerja yang saling menguntungkan sehingga dengan
kerja sama yang mungkin dilakukan tersebut, perusahan asing tidak harus melakukan
investasi di Indonesia atau sebaliknya menikmati keseluruhan nilai tambah dari
pengembangan produk hilir gambir di negaranya. Kajian-kajian seperti itu perlu
dikembangkan untuk memberikan bahan pertimbangan bagi pemerintah (pusat
maupun daerah) dalam persoalan investasi asing.

 Promosi, Merek dan Pencitraan


Dalam perdagangan gambir selama ini, Indonesia umumnya dan Kabupaten
Pakpak Bharat pada khususnya mengekspor gambir asalan ke berbagai negara tanpa
merek dan promosi. Hal tersebut menyebabkan banyak konsumen produk gambir
terutama setelah gambir diproses menjadi berbagai produk oleh negara pengimpor
tidak mengetahui bahwa yang produk mereka konsumsi tersebut berasal dari

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 51


Kabupaten Pakpak Bharat atau Indonesia. Karena itu, pada masa yang akan datang
sangat diperlukan pemberian merek produk gambir ekspor baik sebagai komoditas
maupun setelah gambir diproses lebih lanjut menjadi porduk bahan baku industri
maupun produk akhir yang dikonsumsi. Adanya pemberian merek, aktivitas promosi
dan pencitraan menuntut perbaikan mutu produk gambir ekspor.

 Perbaikan harga di tingkat petani dan pedagang


Untuk memperbaiki harga di tingkat petani perlu dilakukan standarisasi dan
grading yang teliti untuk peningkatan mutu gambir masyarakat, serta pinalti untuk
gambir bermutu rendah sampai pada tinggat tidak diterima di pasar. Untuk tujuan
tersebut, dibutuhkan metode, peralatan dan bahan analisis yang cepat dan akurat serta
sumberdaya manusia yang mencukupi dan mampu melayani kebutuhan penilaian
mutu gambir masyarakat di tingkat pengumpul.
Dengan berbagai keterbatasan, dari berbagai potensi perbaikan tersebut tidak
seluruhnya harus dilakukan pada waktu yang sama. Sebagian perbaikan harus
dilakukan lebih dahulu dan yang lain dapat dilakukan kemudian. Namun yang
terpenting adalah kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah untuk melakukan
pembinaan kepada petani dan pengolah gambir secara berkelanjutan dalam aspek
budidaya, pengolahan dan cara pengemasan.
Secara ringkas, kerangka perbaikan agroindustri gambir disajikan pada
gambar di bawah ini.

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat 52


Perluasan Pasar Perluasan Pasar
Domestik Ekspor

Pengembangan Diversifikasi
Bahan Antara Produk Akhir
untuk Industri

Penyiapan
Penyediaan Bibit Perbaikan Perbaikan Teknologi untuk Peremajaan
Unggul Teknologi Teknologi Perluasan Lahan
Pengembangan Tanaman Gambir
Budidaya Pengolaha Gambir
Produk yang Sudah Tua
Tanaman n Hilir/Katecin

Peningkatan Penguatan
Peningkatan
Kemampuan Permodalan
Litbang
SDM

Penguatan
Kelembagaan

Gambar 23. Kerangka Pengembangan Agroindustri Gambir dan Katekin di Kabupaten Pakpak Bharat

53

Analisis Produksi Katekin Gambir di Pakpak Bharat


Untuk pengembangan agroindustri gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, maka
upaya strategis yang harus dilakukan pada tahap awal adalah pendirian industri yang
menghasilkan katekin dan tanin sebagai produk antara yang terpenting (Gumbira-
Sa’id, et al., 2009; Gumbira-Sa’id, et al., 2010). Di samping itu, maka sangat
diperlukan perbaikan kelembagaan yang dapat menyiapkan rencana strategis
pengembangan agroindustri gambir, melaksanakan koordinasi dengan berbagai pihak
serta mengembangkan pasar produk gambir, khususnya produk katekin dan tanin.
Pada tahap selanjutnya, perlu dilakukan pengembangan berbagai produk akhir serta
pendirian industrinya secara bertahap. Langkah-langkah tersebut mutlak diperlukan
untuk mendapatkan produk- produk hilir bernilai tambah tinggi yang diharapkan akan
meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan pada akhirnya mampu
menjamin keberlanjutan agroindustri gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.
Persoalannya adalah berapa unit industri hilir yang dibutuhkan untuk
mencapai tingkat konversi ekspor dari produk berupa gambir asalan menjadi produk
dalam bentuk katekin dan tanin yang dikehendaki. Selanjutnya, untuk melayani
kebutuhan bahan baku dan pengiriman produk gambir asalan maupun katekin dan
tanin, harus diputuskan lokasi unit industri penghasil katekin dan tanin yang akan
didirikan, kombinasi moda transportasi serta kebutuhan gudang konsolidasi dalam
jaringan rantai pasok tersebut (Crainic dan Laporte, 1997).
Namun pendirian pabrik olahan gambir katekin akan memberikan manfaat
finansial yang secara langsung dapat diperoleh masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat.
Tanpa pendirian pabrik pengolahan katekin, maka seluruh nilai tambah tersebut
dinikmati India seperti yang terjadi selama ini. Dalam penelitian ini belum dikaji
besarnya multiplier effect dari beredarnya uang dalam jumlah besar di daerah yang
menyebabkan timbuhnya berbagai aktivitas ekonomi masyarakat. Kondisi tersebut
seharusnya mendorong semua pihak yang terkait untuk mengembangkan agroindustri
gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.
Banyaknya pelaku yang terlibat dalam agroindustri gambir dan kompleksnya
permasalahan yang dihadapi, maka diperlukan kelembagaan yang kuat dan dapat
menangani persoalan secara komprehensif. Di sisi lain, kedekatan geografis dan

54
kebutuhan jejaring kerja yang kokoh mendukung untuk pengembangan klaster
agroindustri gambir dalam penyelesaian persoalan kelembagaan tersebut. Agar klaster
industri gambir dapat berkembang dan berkelanjutan, perlu dibentuk manajemen
klaster yang dapat menyiapkan rencana strategis, taktis dan operasional
pengembangan agroindustri gambir, melaksanakan rencana tersebut serta melakukan
pengendalian saat rencana pengembangan agroindustri gambir tersebut dijalankan.
Manajemen klaster tersebut juga bertugas untuk mengkoordinasikan para UMK
gambir dan pengolah tradisional, pedagang, perguruan tinggi dan lembaga penelitian
serta lembaga keuangan. Pada saat yang sama manajemen klaster juga memberikan
masukan kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam penyiapan
berbagai aturan, kebijakan maupun infrastruktur bagi pengembangan agroindustri
gambir pada masa yang akan datang.
Pemerintah perlu menetapkan berbagai kebijakan dan aturan yang akan
memperkuat dukungan bagi pengembangan agroindustri gambir pada masa yang akan
datang seperti ketentuan tentang tata guna lahan yang dapat mencegah konversi lahan
perkebunan gambir ke komoditas lain ataupun penggunaan lain seperti pertambangan,
pemukiman dan sebagainya. Disamping itu, pemerintah perlu melakukan penyiapan
infrastruktur pendukung, serta beberapa kebijakan seperti kebijakan pendanaan bagi
agroindustri gambir khususnya usaha mikro dan kecil, kebijakan investasi asing
untuk pengembangan industri hilir gambir serta pembatasan ekspor gambir asalan.

4.5. Analisis Kelayakan Pendirian Pabrik Katekin di Kab. Pakpak Bharat


Seperti yang sudah dikemukan di atas bahwa pendirian pabrik pengolahan
gambir menjadi katekin di Kabupaten Pakpak Bharat adalah suatu keharusan jika
ingin meningkatkan nilai tambah komoditas gambir, pendirian pabrik ini juga akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus menyerap tenaga kerja di
sektor industri, perdagangan, on farm dan transportasi. Untuk melihat kelayakan
pendirian pabrik pengolahan gambir menjadi katekin, maka dilakukan analisis
kelayakan pendirian pabrik pengolahan katekin berikut ini.

55
Tabel 12. Perincian Kebutuhan Investasi Pendirian Industri Katekin
No Komponen Jumlah Satuan Harga Nilai Total Nilai Sisa
Satuan (Rp) (Rp) (Rp)
1 Tanah dan bangunan
Tanah 2.000 m2 50.000 100.000.000 100.000.000
Bangunan 500 m2 2.000.000 1.000.000.000 500.000.000
Total 1 1.100.000.000 600.000.000
2 Fasilitas Penunjang
Instalasi listrik 1 paket 25.000.000 25.000.000 0
Instalasi air 1 paket 25.000.000 25.000.000 0
Instalasi IPAL 1 paket 75.000.000 75.000.000 0
Total 2 125.000.000 0
3 Mesin dan Peralatan
Mesin Produksi
a. Hammer Mills 1 unit 60.000.000 60.000.000 6.000.000
b. Tangki Pencampuran 1 unit 80.000.000 80.000.000 8.000.000
c. Screener 1 unit 50.000.000 50.000.000 5.000.000
d. Sentrifuse 1 unit 80.000.000 80.000.000 8.000.000
f. Tangki Pencucian 1 unit 80.000.000 80.000.000 8.000.000
g. Spray Dryer 1 unit 80.000.000 80.000.000 8.000.000
h. Boiler 1 unit 150.000.000 150.000.000 15.000.000
i. Pompa 4 unit 7.000.000 28.000.000 2.800.000
j. Pengemas 1 unit 100.000.000 100.000.000 10.000.000
k.Peralatan pengolahan air 1 unit 80.000.000 80.000.000 8.000.000
(demineralisasi)
l. Genset 1 unit 60.000.000 60.000.000 6.000.000
m. Destilator 1 unit 90.000.000 90.000.000 9.000.000
n. Dust colector 2 unit 20.000.000 40.000.000 4.000.000

56
Subtotal 978.000.000 97.800.000
Instalasi peralatan 1 unit 50.000.000 50.000.000 5.000.000
Subtotal 50.000.000 5.000.000
Alat laboratorium 1 paket 50.000.000 50.000.000 5.000.000
Subtotal 50.000.000 5.000.000
Perlengkapan utilitas 1 paket 50.000.000 50.000.000 5.000.000
Subtotal 50.000.000 5.000.000
Total 3 1.128.000.000 112.800.000
Total, 1,2,3 2.353.000.000 712.800.000

57
Tabel 13. Komposisi Biaya Tetap dan Biaya Variabel Industri Katekin.
No. Deskripsi Jumlah Satuan Biaya Biaya satuan per Total (Rp)
satuan(Rp) tahun (Rp)
A Biaya Tetap
1 Biaya Produksi Tetap
a. Listrik (Non Mesin) 1 Per Bulan 800.000 9.600.000 9.600.000
b. BBM 240 Liter/Bulan 1.560.000 18..720.000 18.720.000
c. Maintenance 1 Per Bulan 1.000.000 12.000.000 12.000.000
d. Gaji Manajer Produksi dan 1 Orang/Bulan 4.000.000 52.000.000 52.000.000
QC
Subtotal 92.320.000
2 Biaya Pemasaran Tetap
a. Promosi 1 Per Bulan 1.000.000 12.000.000 12.000.000
b. Gaji Bagian Pema-saran
Manajer Pemasaran 1 Orang/Bulan 3.000.000 36.000.000 36.000.000
Staf Pemasaran 2 Orang/Bulan 1.500.000 18.000.000 36.000.000
Sub total 84.000.000
3 Biaya Produksi
a. Biaya Bahan Baku dan
penunjang
Gambir Asalan 5.000 Kg/Bulan 35.000.000 420.000.000 420.000.000
Air Demineralisasi 10.000 Liter/Bulan 30.000.000 360.000.000 360.000.000
Pelarut Isopropanol 10.000 Liter/Bulan 30.000.000 360.000.000 360.000.000

58
b. Biaya Kemasan 1.000 Unit/Bulan 25.000.000 300.000.000 300.000.000
c. Gaji Tenaga Kerja
Langsung
Operator 9 Orang/Bulan 1.750.000 21.000.000 189.000.000
Laboran 1 Orang/Bulan 2.000.000 24.000.000 24.000.000
Buruh 3 Orang/Bulan 1.200.000 14.400.000 43.200.000
Sub Total 1.696.200.000
Total 1.872.000.000

59
Tabel 14. Penyusutan Tanah, Bangunan, Mesin dan Peralatan

Jenis Nilai Awal Nilai Sisa Umur ekonomis (tahun) Penyusutan / tahun
Tanah 100.000.000 100.000.000 10 0
Bangunan 1.000.000.000 500.000.000 10 50.000.000
Mesin dan eralatan 1.128.000.000 112.800.0000 10 11.280.000
Total 61.280.000

60
Tabel 15. Perhitungan Biaya Operasional Industri Katekin
Komponen Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5
1.Biaya Tetap
Biaya Produksi Tetap 93.320.000 93.320.000 93.320.000 93.320.000 93.320.000
Biaya Pemasaran Tetap 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Penyusutan 61.280.000 61.280.000 61.280.000 61.280.000 61.280.000
Total biaya tetap 238.600.000 238.600.000 238.600.000 238.600.000 238.600.000
2. Biaya Variabel
Biaya Produksi 1.696.200.000 1.781.000.000 1.870.000.000 1.963.563.000 2.061.741.000
Biaya Pemasaran 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000
Total biaya variabel 1.780.200.000 1.865.000.000 1.954.000.000 2.047.563.000 2.145.741.000
Biaya Total 2.018.800.000 2.103.600.000 2.192.600.000 2.286.163.000 2.384.341.000

61
Tabel 16. Rekapitulasi Produksi dan Proyeksi Penerimaan Industri Katekin
Tahun Kapasi tas Produksi Biaya tetap Biaya variabel Harga jual Total
ke- Produksi katekin per (Rp/tahun) (Rp/tahun) katekin (Rp) Penerimaan (Rp)
tahun (kg)
1 50% 2.500 238.600.000 1.780.200.000 1.000.000 2.500.000.000
2 60% 3.000 238.600.000 1.865.000.000 1.000.000 3.000.000.000
3 70% 3.500 238.600.000 1.954.000.000 1.000.000 3.500.000.000
4 90% 4.500 238.600.000 2.047.563.000 1.000.000 4.500.000.000
5 100% 5.000 238.600.000 2.145.741.000 1.000.000 5.000.000.000
6 100% 5.000 238.600.000 2.253.028.000 1.100.000 5.500.000.000
7 100% 5.000 238.600.000 2.253.028.000 1.100.000
5.500.000.000
8 100% 5.000 238.600.000 2.253.028.000 1.100.000
5.500.000.000
9 100% 5.000 238.600.000 2.253.028.000 1.100.000 5.500.000.000
10 100% 5.000 238.600.000 2.253.028.000 1.200.000 6.000.000.000

62
Tabel 17. Proyeksi Laba Rugi Industri Katekin
Tahun ke-
Komponen 1 2 3 4 5
A. Penerimaan
a. Katekin
Harga (Rp) 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000
Volume produksi (Kg) 2.500 3.000 3.500 4.500 5.000
Penjualan katekin (Rp) 2.500.000.000 3.000.000.000 3.500.000.000 4.500.000.000 5.000.000.000
Total Penerimaan 2.500.000.000 3.000.000.000 3.500.000.000 4.500.000.000 5.000.000.000
B. Pengeluaran
Biaya tetap 238.600.000 238.600.000 238.600.000 238.600.000 238.600.000
Biaya variabel 1.780.200.000 1.865.000.000 1.954.000.000 2.047.563.000 2.145.741.000
Total Pengeluaran 2.018.800.000 2.103.600.000 2.192.600.000 2.286.163.000 2.384.341.000
Laba Sebelum Pajak 481.200.000 896.400.000 1.308.000.000 2.213.837.000 2.615.659.000
Pajak penghasilan 72.180.000 134.460.000 196.200.000 332.075.550 393.348.850
Laba setelah pajak 409.020.000 761.940.000 1.111.800.000 1.881.761.450 2.222.310.150

63
BAB V
REKOMENDASI KEBIJAKAN
5.1. Kesimpulan

1. Potensi peningkatan produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat masih bisa


ditingkatkan dengan mempertimbangkan penggunaan bibit yang berkualitas,
pemanfaatan teknologi budidaya secara optimal, dan pengolahan produk yang
efisien dengan menggunakan teknologi tepat guna.
2. Dari hasil analisis laboratorium, kandungan katekin gambir Pakpak Bharat relatif
tinggi, dimana hasil olahan gambir asalan memiliki kadar katekin bervariasi pada
kisaran 59 % - 80 % dengan hasil terbaik adalah hasil olahan daun muda dengan
kadar katekin 80 % - 85 %.
3. Hasil analisis laboratorium kadar katekin 3 varietas gambir yang tumbuh di
Pakpak Bharat relatif sama (73 % - 78 %).
4. Hasil analisis laboratorium kadar katekin gambir dari ketinggian berbeda,
menunjukkan bahwa gambir yang berasal dari daerah ketinggian > 800 mdpl
memiliki kadar katekin yang lebih tinggi (75 % - 80 %), sedangkan dari daerah
ketinggian 600 mdpl dan 300 m dpl kadar katekinnya lebih rendah, yaitu 60 % -
64 % dan 59 % - 63 %.
5. Potensi peningkatan nilai tambah gambir di Kabupaten Pakpak Bharat layak
dilakukan dengan menerapkan teknologi pengolahan gambir menjadi katekin.
6. Keberhasilan pengembangan katekin bergantung kepada optimalisasi
pengembangan produksi gambir, on farm, pengolahan getah kering, pengolahan
katekin dari getah kering dan informasi pasar.

1.2. Rekomendasi
1. Optimalisasi on farm tanaman gambir untuk meningkatkan produksi dan kualitas
gambir.

64
2. Perbaikan teknologi pengolahan gambir yang menghasilkan kadar katekin
tertinggi.
3. Pengembangan industri katekin dengan skala yang menguntungkan secara
ekonomi.
4. Promosi untuk memperluas pasar katekin produksi Kabupaten Pakpak Bharat.

65
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, M.O., 2014. Analisis Komoditas Unggulan Daerah dan Identifikasi


Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi mendukung Penetapan Prioritas
Penelitian dan Pengkajian. Bahan Persentase : Workshop Pengembangan
Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Sumberdaya Lokal di Sentul-Bogor,
14-16 Mei 2014.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat, 2020. Kabupaten Pakpak Bharat
dalam Angka, 2019. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat.
Badan Litbang Pertanian, 2011. Kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan Kabupaten
Pakpak Bharat. http://www.litbang.deptan. go.id/berita/one /1056.
BPTP Sumatera Utara, 2006. Pewilayahan Komoditas Pertanian Skala 1:50.000 di
Kabupaten Pakpak Bharat. Kerjasama Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat
dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara. 71 hal.
Balitri Bogor, 2008. Teknologi Peremajaan Gambir (Uncaria gambir Roxb). Sirkuler
Teknologi Tanaman Rempah dan Industri Vol. 1 (3) : 1-7.
Denian, A., M. Hadad, dan Sri Wahyuni, 2008. Karakteristik Pohon Induk Gambir
(Uncaria gambir Roxb) di Sentra Produksi Sumatera Barat dan Riau. Bull.
Littro XIX(1) : 18-38.
Dhalimi, A., 2006. Permasalahan Gambir (Uncaria gambir) di Sumatera Barat dan
Alternatif Pemecahannya. Perspektif 5 (1): 46-59.
Fauza, H., 2011. Pengembangan Usaha Perkebunan dan Industri Gambir di Sumatera
Barat : Peluang dan Tantangan. Makalah Seminar Nasional : Reformasi
Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan. Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo, 20 Oktober 2011. 10 hal.
Ferry, Y., 2010. Peningkatan Produksi dan Mutu Gambir (Uncaria gambir) Melalui
Pengaturan Umur Panen dan Polatanam. Buletin RISTRI 1(5): 235-244

66
Kailaku, S.I, J. Sumangat dan Hernani, 2012. Formulasi Granul Efervesen Kaya
Antioksidan dari Ekstrak Daun Gambir. J. Pascapanen 9 (1) 2012: 27 – 34.
Harahap, I.Y., T.C. Hidayat, Y. Pangaribuan, G. Simangunsong, E. S. Sutarta, E. Listia
dan S. Rahutomo, 2011. Mucuna 67 ioindust : Pengembangan dan
Pemanfaatannya di Perkebunan Kelapa Sawit. Seri Kelapa Sawit Populer 02,
edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. 44 hal.
Haryono, 2014. Bioindustri Atasi Rendahnya Produktivitas Pertanian. Seminar
Avoiding the Middle Income Trap: Lesson Learn and Strategies for Indonesia
to Growth Equitably and Sustainably.
Hendrayana, R., 2011. M-P3MI dalam Perspektif Percepatan Pembangunan Pertanian
Berawal dari Desa. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian.
Hernani, 2011. Teknologi Pengolahan Gambir. Balai Besar Pascapanen. Badan
Litbangtan
Hilmi, H.L. dan D. Rahayu, 2018. Artikel Tinjauan: Aktivitas Farmakologi Gambir
(Uncaria gambir ROXB). Farmaka Suplemen Vol. 16 (2) : 134-141
Ibrahim T.M., P. Nainggolan, A. Kasril, A. Banurea dan B. Cibro, 2015. Pengkajian
Optimasi Produksi Lahan Gambir melalui Integrasi dengan Sapi Potong
mendukung Swasembada Daging di Sumatera Utara. Laporan Akhir Kegiatan
KP3SL 2015. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara.
Ibrahim T.M., T. Marbun, E. Romjali, A.D. Harahap, A. Batubara, Nieldalina, S.
Simatupang, A.J. Harahap, M.A. Girsang, J. Sianipar, E. Sihite, M. Fadly dan
Karmini. 1999. Sistem Pertanian dan Alternatif Komoditas Pertanian Arahan
Berdasarkan Agroekologi di Sumatera Utara. JPPTP 1(2) : 81-94
Isnawati, A., 2010. Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Katekin dan Kuersetin
pada Tiga Mutu Ekstrak Gambir. Laporan Program Insentif Riset Terapan.
Puslitbang Biomedis & Farmasi. Departemen Kesehatan. 35 Hal.
Malrianti, Y., A. Kasim1, A. Asben dan G. Yeni, 2020. Kenaikan nilai aktivitas
antioksidan nanokatekin dibanding katekin sediaankonvensional dan peluang
aplikasinya padahardcandy. Jurnal Litbang Industri Vol 10 (1): 7-14.

67
Muchtar, H., Yeni, G., Hermianti, W., Diza, Y.H., 2010. Pembuatan konsentrat
polifenol gambir (Uncaria gambir Roxb) sebagai bahan antioksidan pangan. J. Ris.
Ind. 4, 71–82.
Nainggolan, P., dan D. Parhusip, 2012. Tanaman Gambir Komoditas Spesifik Lokasi
di Kabupaten Pakpak Bharat. Prosiding Semnas dan Kongres Sumber Daya
Genetik di Medan, 12-14 Desember 2012. Hal 355-365.
Nainggolan, P., P. Siringoringo, L. Sebayang, dan D. Parhusip, 2012. Model
Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Berbasis
Gambir di Pakpak Bharat. Laporan Hasil Pengkajian. BPTP Sumut. 44 hal.
Noor Roufiq, A., M. Hadad dan A.M. Hasibuan, 2008. Status Teknologi Budidaya
dan Pengolahan Gambir.
PD Pakpak Agro Lestari, 2020. Laporan Hasil Uji Katekin Gambir Pakpak Bharat.
Baristand Padang. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Pusdatin, 2018. Data Ekspor Impor Komoditas Pertanian. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian. Kementerian Pertanian
Risfaheri dan L. Yanti, 1993. Pengaruh Ketuaan dan Penanganan Daun sebelum
Pengempaan terhadap Rendemen dan Mutu Gambir. Bull. Penel. Rempah dan
Obat 8 (1): 46-51
Umrotun, HM. Wahyudi dan M. Sholahuddin. 2018. Peta Potensi dan Analisis
SWOT; Ekonomi Kreatif Berorientasi Eksport di Surakrta. CV. Budi Utama.
Yogyakarta. 169 hal.

68
Lampiran 1. Foto Tanaman Gambir

69
Lampiran 2. Foto Focus Group Discussion

FGD tahap pertama

FGD tahap kedua dan seminar proposal

70
Lampiran 3. Foto Observasi dan Wawancara

Observasi di Kabupaten Pakpak Bharat

Survey Kecamatan STTU Jehe

71
Survey Kecamatan Tinada

Survey Kecamatan PGGS

72
Survey Kecamatan Salak

Survey Kecamatan Kerajaan

73
Lampiran 4. Foto Pengolahan Gambir

Pemanenan daun gambir

Pemisahan daun muda dengan daun tua

74
Pemadatan daun ke dalam jaring sebelum direbus

Perebusan daun gambir

75
Penirisan air rendaman dan rebusan air dengan cara menumbuk sebelum masuk ke
alat pres

Rebusan daun gambir di press untuk memperoleh getah gambir

76
Penyaringan larutan hasil press-an

Menuang larutan getah gambir dari wadah/ember besar ke wadah/ember kecil


untuk proses pendinginan

77
Pembuatan starter/penuai 10 % daun muda dari jumlah massa daun yang direbus
berfungsi untuk mempercepat pengentalan.

Pencampuran larutan gambir yang telah didinginkan ke dalam starter/penuai

78
Larutan yang sudah dicampur dengan starter, dituang lagi ke wadah-wadah kecil
dan diberi label.

Larutan gambir kemudian didiamkan hingga 24 jam.

79
Menuang larutan yang telah matang untuk disaring di dalam goni dan dibiarkan
selama 24 jam.

Proses pengamatan pengolahan getah gambir

80
Larutan gambir yang telah menjadi pasta siap dibentuk/dicetak

B0 yang telah dibentuk lalu dijemur.

81
B1 yang telah dibentuk lalu dijemur.

B2 yang telah dibentuk lalu dijemur.

82
B3 yang telah dibentuk lalu dijemur.

B4 yang telah dibentuk lalu dijemur.

83
S0 yang telah dibentuk lalu dijemur.

Tempat penjemuran getah gambir setelah dibentuk

84
Gambir kering hasil olahan petani grade 1, untuk dimakan dengan daun sirih.

Gambir bentuk parabola biasanya dijual dengan satuan berat kg.

85
Lampiran 5. Foto Pengolahan Katekin

Alat penyaring katekin

Alat penyaring katekin di lokasi industri rumah tangga

86
Ruang penjemuran katekin

Katekin yang dihasilkan ditampung dalam wadah berupa ember

87
Lampiran 6. Foto Seminar Hasil

Narasumber Bapak P. Nainggolan dan M.A. Girsang

Forum dari stake holder terkait

88
Narasumber Tommy Purba bidang pascapanen

Sesi tanya jawab terkait katekin gambir

89
Lampiran 7. Hasil Scan Tanda Daftar Varietas Lokal

90
91
92
93
Lampiran 8. Hasil Scan Hasil Uji Laboratorium Katekin
Gambir Pakpak Bharat

94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
Biodata Editor

Lermansius Haloho menyelesaikan pendidikan S1 bidang


Peternakan (Jurusan Produksi Peternakan) pada tahun 1990 dari
Universitas HKBP Nommensen Medan. Pendidikan S2 (Program
studi Ekonomi Pertanian) diselesaikan di UGM Yogyakarta pada
tahun 2001 dengan meraih gelar Magister Pertanian (M.P).
Karir sebagai aparatur sipil negara, diawali tahun 1993 sebagai
peneliti pada Sub Balai Penelitian Ternak Sungei Putih Galang, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor, dan sekarang
sebagai Peneliti Ahli Madya (IV/ B) di BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), lingkup
Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat
(ORTKPEKM), dengan Pusat Riset-nya : Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan.
Jenjang fungsional Asisten Peneliti Muda (III/ A) pada tahun 1997; selanjutnya Peneliti
Muda (III/ D) tahun 2007 dan Peneliti Ahli Madya (IV/ B) dicapai Tahun 2017.
Selain itu juga aktif mempublikasikan karya ilmiah dan hasil penelitian sekitar 70 makalah
dalam bahasa Indonesia, baik sebagai penulis tunggal maupuan co-author yang diterbitkan
dalam jurnal ilmiah, majalah, semi ilmiah, surat kabar, prosiding dan Buku.
Telah mengikuti pelatihan/ kursus : Lokakarya Participatory Rural Appraisal (PRA) di
Medan, Lokakarya Logical Frame Work di Medan, Lokakarya Farming System Research and
Development di Medan, Lokakarya Sosialisasi dan Inkoorporasi SAGA di Medan, Pelatihan
Metodologi Penelitian Berperspektif Gender dalam bidang Pertanian di Pusat Studi Wanita
UGM Yogyakarta, Pelatihan Metodologi Penelitian Pertanian Analisis Statistik Program
Studi Ekonomi Pertanian UGM Yogyakarta, Capacity Building Workshop on Agricultural
Policy Analysis for Food Security and Poverty Reduction, Bogor Indonesia. UN-ESCAP:
Centre for Alleviation of Poverty through Sustainable Agriculture, Pelatihan "Peningkatan
Kapasitas Sumberdaya Peneliti Sosial Ekonomi Dalam Penelitian Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian" di (PSEKP) Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP)
Bogor.

114
Biodata Penulis

Palmarum Nainggolan, dilahirkan di Humbahas pada tanggal 18


April 1956. Gelar sarjana diperoleh dari Universitas Sumatra Utara
jurusan Pengelolaan Tanah tahun 1981. Gelar Magister Sains (MS)
diperoleh dari Institut Pertanian Bogor tahun 1989. Bekerja tahun
1983 di Sub Balithorti Brastagi. Mengawali karir sebagai peneliti di
BPTP Sumut (Kementerian Pertanian) pada tahun 1998, dan saat ini
berstatus sebagai Peneliti Ahli Utama bidang budidaya dan produksi
tanaman Hortikultura dan Perkebunan di BRIN (Badan Research dan Inovasi Nasional).
Telah banyak melakukan berbagai penelitian dan diseminasi tentang produksi benih serta
pendampingan teknologi budidaya komoditas hortikultura dan perkebunan di Sumatra Utara.

Moral Abadi Girsang, dilahirkan di Karo pada tanggal 18


Desember 1967. Gelar sarjana diperoleh dari Universitas Sam
Ratulangi, prodi Manajemen Sumber Daya Perairan pada tahun 1992.
Gelar magister diperoleh dari University of the Philippines Los
Banos. Saat ini bekerja sebagai peneliti di BRIN (Badan Riset dan
Inovasi Nasional), lingkup Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan
Ekonomi Kerakyatan, yang bernaung di bawah Organisasi Riset Tata
Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat.

Tommy Purba, Lahir di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1980. Gelar


sarjana prodi Teknologi Pertanian diperoleh dari Universitas
Sumatera Utara pada tahun 2003, dan gelar magister prodi Agribisnis
diperoleh dari Universitas Sumatera Utara pada tahun 2021. Saat ini
bekerja sebagai peneliti di BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional),
lingkup Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan,
yang bernaung di bawah Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan,
Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat.

115
Sarman Paul Lumbantobing, Lahir di Sidikalang pada tanggal 09
Februari 1984. Gelar sarjana prodi Sosial Ekonomi Pertanian
diperoleh dari Universitas HKBP Nommensen pada tahun 200. Saat
ini bekerja sebagai peneliti di BRIN (Badan Riset dan Inovasi
Nasional), lingkup Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi
Kerakyatan, yang bernaung di bawah Organisasi Riset Tata Kelola
Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat.

Shabil Hidayat. Lahir di Pematang Siantar, Simalungun pada 10 Mei


1975. Gelar sarjana dan magister bidang sistem informasi diperoleh
dari Universitas Gunadarma, masing-masing pada tahun 2002 dan
2013 dengan bidang kepakaran Sistem Informasi Bisnis. Saat ini
bekerja sebagai peneliti di BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional),
lingkup Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan,
yang bernaung di bawah Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan,
Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat. Dan saat ini juga sebagai tenaga pengajar di tingkat
sarjana (S-1) prodi Sistem Informasi di Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara
(UNUSU), dan juga aktif berorganisasi di pengurusan Kelompok Tani Nelayan Andalan
(KTNA) Kota Medan, sebagai Kepala Bidang Pertanian dan Hortikultura.

116
PERIANIIAN KERJASAMA
050/46/BAPPE DA/VIILI 202t
: R-qsz/Kt tlfitH D Ttov)n)l
vv/
-v--

ATTTARA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PEI{GEMBANGAN DAERAH


KABUPATEN PAKPAK BHARAT
DAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BAIAT PENGJAKIAN TEKNOLOGI PERTANU\N SUMATERA UTARA

TENTANG

PENYUSUNAN PENELMAN ANALISIS PRODUKSI KATEKIN GAHBIR


DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Pada hari ini Selasa, tanggal bulan Agustus tahun Dua Ribu Dua Puluh Satu (5 Agustus 202L),
yang bertancia tangan di bawah ini :

1. Nama JALAN BERUTU, S.Pd., MM


NIP 19581231 199301 1 002
Jabatan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan
Pengembangan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat
Selaku Pejabat Pengguna Anggaran Badan Perencanaan Pernbangunan,
Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun
Anggaran 202L, yang diangkat berdasarkan Keputusan Bupati Pakpak
Bharat Nomor Lg9.45lL2.t5l30n3/2021, tanggal 10 Pebruari 2021
tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Nomor
L88.45 I 12.t5 | 2123 12020 tentang Kepala Organisasi Perangkat Daerah
Selaku Pengguna Anggaran di lingkungan Kabupaten Pakpak Bharat.
Alamat Kantor Komplek Perkantoran Panorama Indah Sindeka - Salak
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAI,IA.
2. Nama DR. Khadijah EL Ramija, S.PI, MP
NIP 19690228 199603 2402
'lrlrrfrn
JUUqLUt I Kepala Balai Pengkajian Teknologi Peftanian (BPTP) Sumatera Utara
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian No.
05/KPTS/KU.010/01/2018 tanggal 2 Januari 2018 tentang
Pengangkatan sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Utara
Alamat Kantor Jln. lend. Besar Abdul Haris Nasution Nomor 1A, Medan
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai PARA PIHAK.
PARA PIHAK tetap bertindak sebagaimana tersebut di atas dengan ini menerangkan terlebih
dahulu hal-hal sebagai berikut :

PIHAK PERTAMA berdasarkan Program Kerja Badan Perencanaan Pembangunan,


Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara
untuk Tahun Anggaran 202L, merencanakan Penyusunan Penelitian Analisis Produksi Katekin
Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat dengan PIHAK KEDUA.
PIHAK KEDUA adalah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara yang
memiliki kompetensi dalam Penyusunan Penyusunan Penelitian Analisis Produksi Katekin
Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat sefta bertanggung jawab dalam penyelesaiannya untuk
mewakili Balai Pengkajian Teknologi Peftanian (BPTP) Sumatera Utara.
3. PIHAK PERTAMA berdasarkan kesanggupan PIHAK KEDUA menetapkan PIHAK KEDUA
sebagai Pelaksana Swakelola Ttpe iI.
4. Bahwa PARA PIHAK dalam hal ini bermaksud melakukan kerjasama pelaksanaan kegiatan
swakelola Tipe II tentang belanja jasa konsultansi berorientasi layanan-jasa studi penelitian
dan bantuan teknik dalam Penyusunan Penelitian Analisis Produksi Katekin Gambir di
Kabupaten Pakpak Bharat.

Atas dasar pertimbangan yang diuraikan tersebut di atas, PARA PIHAK selanjutnya menerangkan
dengan ini telah sepakat dan setuju untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama yang saling
menguntungkan dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :

PASAL 1
Perjanjian Kerjasama ini adalah sebagai langkah awal dalam rangka usaha kerjasama yang saling
irenguntuRgkan dengan memanfaatkan potensi, keahlian dan fasiiitas yang dimiliki masing-masing
pihak dalam rangka belanja jasa konsultansi berorientasi layanan-jasa studi penelitian dan bantuan
teknik dalam Penyusunan Penelitian Analisis Produksi Katekin Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.

PASAL 2

Ruang lingkup pekerjaan yang disepakati dalam Perjanjian Kerjasama ini adalah pelaksanaan
Peneiitian yaitu beianja jasa konsuitansi berorientasi layanan-jasa stuoi penelitian cjan bantuan
teknik dalam Penyusunan Penelitian Analisis Produksi Katekin Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.

PASAL 3

Untuk melaksanakan satuan pekerjaan pada Pasal 2 di atas, PARA PIHAK akan menindaklanjuti
dengan Kontrak Kerja yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dari PIHAK PERTAMA
dengan Ketua Tm Pelaksana dari PIHAK KEDUA, yang memuat hak dan kewajiban, kedudukan,
tugas sefta peran dan fungsi dari PPK Penanggung jawab Anggaran dan Ketua Tlm Pelaksana dari
PIHAK KEDUA,
PASAL 4

1. Harga/biaya pembangunan dan implementasi belanja jasa konsultansi berorientasi layanan-


jasa studi penelitian dan bantuan teknik dalam Penyusunan Penelitian Analisis Produksi Katekin
Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. sesuai dengan Pasal 2 Perjanjian Kerjasama ini adalah
sesuai dengan. Rencana Anggaran Biaya (RAB).

Total HargalBiaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sudah termasuk Pajak.
PASAL 5

1. Perjanjian Kerjasama ini berlaku sampai dengan tanggal 23 Desember 2021, terhitung mulai
sejak Perjanjian Kerjasama ini ditandatangani dan dapat diperpanjang untuk iangka waktu
tertentu yang disepakati oleh PARA PIHAK, sebelum atau setelah Perjanjian Kerjasama ini
berakhir.
2. Apabila ketentuan mengenai jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas tidak segera
ditindaklanjuti sebagaimana pelaksanaan ketentuan Pasal 3 dalam Perjanjian Kerjasama ini,
maka dengan sendirinya Perjanjian Kerjasama saling menguntungkan ini batal dan/atau
berakhir.

Demikian Perjanjian Kerjasama ini dibuat rangkap 2 (dua), disepakati dan ditandatangani oleh
PARA PIHAK dalam keadaan sadar, sehat jasmani dan rohani, tanpa ada tekanan, pengaruh,
paksaan dari pihak nnanapun, dengan berm.eterai cukup, dan berlaku sejak ditanda-tangani-

PIHAK PERTAMA,

T
Jalan Berutu, S.Pd.. MM
NrP. 19681231 199301 1 002 NrP. 19690228 199603 2002
PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN DAERAH
(BAPPELITBANGDA)
Kompleks Panorama Indah Sindeka - Salak Kode Pos 22272
e-mail : bappedapakpakbharat@pakpakbharatkab.go.id

KEPUTUSAN
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
KABUPATEN PAKPAK BHARAT

NOMOR : 51 Tahun 2021

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM PERENCANA DAN TIM PELAKSANA


STUDI ANALISIS TINGKAT KADAR KATEKIN GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TAHUN 2021

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH


KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Menimbang : a. bahwa untuk melakukan penelitian, penyelidikan, nventarisasi dan


identifikasi produksi katekin gambir Pakpak Bharat meliputi kadar
katekin gambir Pakpak Bharat, proses ekstraksi gambir kering
menjadi katekin dan potensi produksi katekin gambir Pakpak Bharat;
b. bahwa untuk memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Perencana
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten
Pakpak Bharat tentang Tim Studi Analisis Tingkat Kadar Katekin
Gambir Pakpak Bharat di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2021.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten
Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4272);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terkahir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang
/ Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 33) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021, Perubahan
Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang / Jasa Pemerintah;
6. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2021 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun
Anggaran 2021;
7. Peraturan Bupati Nomor 2 Tahun 2021 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Pakpak Bharat.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT TENTANG
PEMBENTUKAN TIM STUDI ANALISIS TINGKAT KADAR KATEKIN GAMBIR
DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN 2021.

Kesatu : Menetapkan Tim Studi Analisis Tingkat Kadar Katekin Gambir Di Kabupaten
Pakpak Bharat Tahun 2021 dengan susunan tim sebagaimana tercantum
pada lampiran keputusan ini.
Kedua : Tim Perencana dan Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud pada diktum
Kesatu masing-masing mempunyai tugas, sebagai berikut :
 Tim Perencana :
1. Menyusun jadwal rencana kegiatan penelitian;
2. Menyusun dan menyiapkan administrasi pelaksanaan penelitian;
3. Memfasilitisasi pelaksanaan penelitian.
 Tim Pelaksana :
1. Menjadi tenaga ahli peneliti;
2. Melaksanakan seluruh rangkaian penelitian sesuai dengan rencana kerja
yang telah ditetapkan;
3. Menjadi narasumber dalam setiap rapat-rapat penelitian;
4. Melakukan survei lapangan / pengambilan sampel penelitian;
5. Membuat dokumen laporan hasil penelitian.
Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pakpak Bharat
Tahun 2021.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Salak
Pada tanggal : 01 September 2021

Anda mungkin juga menyukai