Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENERAPAN AKUNTANSI
DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI

Oleh :
DHIYAH AYU KHUSNUL KHOTIMAH, S.Pd
NIP. 19940619 201903 2 109
SMA NEGERI 1 KOKOP
Dinas Pendidikan Jawa Timur Wilayah Cabang Dinas
Kabupaten Bangkalan
2023
i
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah dengan Judul “Penerapan Akuntansi Dalam Kehidupan Sehari - hari” Disahkan
dan dinyatakan layak untuk diletakkan di perpustakaan SMA Negeri 1 Kokop.

Bangkalan, 19 Juni 2023


Mengetahui, Menyetujui,
Kepala SMA Negeri 1 Kokop Kepala Perputakaan SMA Negeri 1 Kokop

Mohammad Jari, S.Pd., M.M.Pd Uyunur Rohmatil Fitriah, S.Pd


NIP. 19690928 199707 1 002 NIP. ----------------------------

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penerapan Akuntansi dalam Kehidupan Sehari -
hari”. Makalah disusun untuk memenuhi tugas sebagai ASN di lingkungan Dinas Pendidikan
Provinsi Jatim Cabang Kabupaten Bangkalan yang telah tertuang dalam Sasaran Kinerja Pegawai
(SKP) bulan Juni. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manfaat
penerapan akuntansi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua yang berkenan membaca makalah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ……………………………………………………………………………. i


HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………. 2
C. Manfaat dan Tujuan ………………………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Budaya Akuntansi pada Masyarakat …………………………………………………………. 3
B. Manfaat Akuntansi …………………………………………………………………………… 5
C. Laba atau Keuntungan pada Prespektif Kehidupan Masyarakat …………………………….. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………... 8
B. Hasil ………………………………………………………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………… 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akuntansi ada di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Akuntansi merupakan bagian
penting dari kehidupan. Di seluruh bagian dunia ini manusia menggunakan teknik akuntansi
untuk memecahkan masalah keuangan seperti memeriksa jumlah uang yang dimiliki di
kantong saku kita atau di rekening bank milik kita, atau berapa jumlah uang yang telah
dihabiskan untuk membeli produk atau jasa. Bahkan, teknik akuntansi yang lebih canggih
digunakan dalam bisnis untuk transaksi skala besar. Namun banyak dari kita belum menyadari
bahwa akuntansi hadir di kehidupan sehari-hari1.
Hal itu terjadi karena konsep pemikiran kita mengenai akuntansi merupakan ilmu yang
penerapannya hanya untuk perusahaan bisnis. Pada kenyataannya dia selalu hadir di sekitar
kita. Jeacle (2009) mengatakan akuntansi tidak harus dipandang serius. Akuntansi sebenarnya
tidak serumit seperti praktiknya dalam perspektif bisnis yang telah berevolusi begitu pesat
dengan perkembangan teknologi. Akuntansi tidak seserius yang dipikirkan. Penulisan yang
dilakukan oleh Jeacle (2009) menyebutkan ada tiga pengalaman umum di kehidupan sehari-
hari yaitu belanja, rumah dan hiburan. Akuntansi ada dan terjadi pada kehidupan sehari-hari
seperti yang dikatakan Hopwood (1994) kebanyakan penulisan akuntansi dinyatakan valid
ketika dikaitkan dengan benteng bisnis tetapi hal tersebut mengesampingkan bisnis yang hadir
dalam kehidupan sehari-hari kita. Sehingga melupakan pandangan bahwa akuntansi memang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat dari de Certeau (1985) yang menyebutkan
ritual sehari-hari seperti makan, minum dan rekreasi juga terlibat. Hal tersebut terkait dengan
fenomena budaya pop dan gaya hidup masyarakat khususnya anak muda terfokus pada siswa
SMAN 1 Kokop, seperti ngafe, ngemall, ngegym, berekreasi dan berbelanja online melalui
market place. Sebagai kegiatan belanja dan mencari hiburan yang dilakukan oleh masyarakat.
Namun banyak sekali siswa SMAN 1 Kokop yang masih tidak menerapkan akuntansi dalam
kehidupan sehari – harinya atau bahkan masih asing mengenai akuntansi sendiri, mengingat
betapa pentingnya akuntansi terhadap menejemen keuangan mereka yang notabene masih
terbatas pada pemberian orang tua dan beberapa yang sudah bekerja.

1
Hopwood (1994) mengatakan bahwa akuntansi yang terjalin di dalam keseharian: “akuntansi menjadi
lebih berpengaruh dalam urusan sehari-hari, penting bagi kita untuk memiliki wawasan yang lebih luas
melalui berbagai macam proses yang dilalui sehingga pengaruh tersebut dibentuk dan dipertahankan”.

1
Terlebih keadaan saat ini pasca pandemi covid 19 dimana keadaan ekonomi masyarakat
ditekan dan diharuskan untuk terus berkembang dan pulih oleh pemerintah, yang mana hal ini
menjadi tantangan masyarakat dimana keadaan ekonomi masyarakat tidak sedikit yang baru
memulai kembali kegiatan ekonominya terutama para UMKM dan masyarakat non PNS,
namun disisi lain disebutkan bahwa mulai dari pandemic covid sampai dengan saat ini e-
commerce berkembang dengan pesat, dimana peran akuntansi sangat dibutuhkan untuk
memenejemen keuangan disaat riskan seperti ini. Sesuai dengan paparan latar belakang
masalah di atas, maka disusun makalah ini dengan judul: “Penerapan Akuntansi dalam
Kehidupan Sehari-hari”.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari paparan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan akuntanasi dapat menjadi budaya pada masyarakat saat ini?
2. Bagaimana manfaat akuntansi dapat dirasakan secara optimal pada masyarakat terutama
anak muda ?

C. MANFAAT DAN TUJUAN MAKALAH


Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah referensi dalam dunia
Pendidikan Ekonomi serta membantu pembaca untuk mengetahui dan memahami pentingnya
akuntansi dalam kehidupan masyarakat modern saat ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. BUDAYA AKUNTANSI PADA MASYARAKAT


Budaya akuntansi di Indonesia dapat dikelompokkan berdasar level keluarga, level
masyarakat dan level bisnis. Level keluarga berkaitan dengan aktivitas antar keluarga yang
memiliki ciri akuntansi dan berkembang di masyarakat. Level masyarakat merupakan budaya
akuntansi berkaitan dengan aktivitas organisasi informal masyarakat, dan level bisnis
berkaitan dengan aktivitas yang memiliki ciri komersial yaitu profit.
1. Budaya Akuntansi Level Keluarga
Akuntansi Rumah Tangga Akuntasi di dalam rumah tangga berperan penting untuk
membantu menghindari masalah keuangan. Manurung & Sinton (2013); Hancock (1979)
mengungkapkan bahwa ketidakmampuan dalam mengendalikan uang akan berdampak
terhadap kesulitan, kecemasan dan penyakit. Pentingnya pengelolaan keuangan bagi
individu juga terbukti dari upaya Pemerintah melalui OJK menggalakkan program literasi
keuangan. Program ini bertujuan untuk memberikan pendidikan dan penyadaran kepada
masyarakat tentang pentingnya melek literasi keuangan. Menurut Kusumaningtut yang
dikutip dalam kompas.com edisi 4/5/2017, ada dua fokus utama yang ingin dicapai OJK
dari edukasi dan program literasi keuangan ini. Pertama, menumbuhkan kemampuan
perencanaan keuangan masyarakat serta kebiasaan menabung. Kedua, menumbuhkan
kebiasaan masyarakat untuk mencocokan investasi yang tepat untuk dirinya, serta memilih
lembaga keuangan dan investasi yang sesuai.

2. Budaya Akuntansi level Masyarakat


Praktik budaya akuntansi juga terdapat pada level masyarakat seperti perkumpulan
warga Rukun Tetangga (RT) dan Rukun warga (RW) diberbagai daerah Indonesia. Dalam
organisasi tersebut anggota mengumpulkan iuran tiap bulan untuk kepentingan warga
seperti membayar tukang pengangkut sampah dan iuran sosial. Maka ketua RT atau RW
dan pengurusnya memerlukan akuntansi sebagai media untuk mempertanggungjawabkan
(akuntabilitas) keuangan kepada anggota, tetapi tidak mementingkan bukti transaksi dan
format laporan sessuai standar akuntansi. Menurut mereka, ketua RT atau RW dan
pengurusnya diyakini Amanah sehingga anggota percaya dengan informasi keuangan yang
disampaikan dalam forum rapat warga. Dengan demikian budaya akuntansi RT dan RW
lebih dimaknai sebagai akuntabilitas kepada anggota dengan menerapkan proses akuntansi
yang sangat sederhana tanpa mengacu kaidah-kaidah umum akuntansi. Selain di RT dan
RW, budaya akuntansi juga terdapat pada praktik akuntansi dari jerih payah usaha
3
masyarakat. Usaha masyarakat ini dapat menciptakan nilai solidaritas yang biasa disebut
dengan budaya gotong royong. Budaya akuntansi pada budaya gotong royong muncul
karena terdapat transaksi social responsibility

3. Budaya Akuntansi Level Bisnis


Akuntansi Kerapan Sapi Madura Madura merupakan salah satu wilayah dari Propinsi
Jawa Timur, memiliki budaya yang unik, berbeda dengan daerah lainnya. Salah satu
budaya yang terkenal yaitu Kesenian Sapi Kerapan. Kesenian Sapi Kerapan merupakan
perlombaan pacuan sapi yang dikendalikan oleh Joki yang disebut penompak. Atraksi ini
ada sejak jaman Raja Aryawiraraja pada Abad ke-12. Perlombaan ini memperebutkan Piala
Gubernur dan dilaksanakan setiap tahun mulai bulan September sampai Oktober
dilaksanakan di tiga tempat yaitu: Bangkalan, Sampang dan finalnya di Pamekasan. Sapi
untuk Kerapan haruslah sapi yang sehat kuat sehingga dapat memenangkan lomba. Untuk
itu perlu dipelihara dengan baik, diberikan makanan dan vitamin sehingga menjadi sapi
yang unggul. Biaya untuk merawat sapi kerapan sangat besar dimulai dari pemilihan bibit
sapi yang unggul dan biaya pemeliharaan sapi, biaya untuk melatih dan agar pasangan sapi
kompak dan serasi saat bertanding.
Pemeliharaan Sapi Kerap kurang lebih memerlukan waktu selama tiga tahun. Dari
perspektif akuntansi, biaya untuk pemeliharaan Sapi Kerap menjadi bagian penting untuk
dicatat dan dilaporkan menjadi sebuah informasi bagi pengguna. Berdasar wawancara
dengan Bapak Noer dan Bapak Junaidi pengusaha Sapi Kerapan di Pamekasan, dijelaskan
bahwa pengelolaan keuangan Sapi Kerap diberi nama ”Door to Door” dan “Klengkeng
Balap”. Yaitu pengeluaran biaya setiap hari sampai menjelang perlombaan yang dapat
memberikan nilai tambah ekonomis bagi pemilik Sapi Kerapan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa istilah pencakup atau atribut komponen tersebut dapat diberi istilah”Budaya Sumber
Ekonomi” karena pemilik merawat dan mengeluarkan biaya sehingga harga tawaran sapi
lebih tinggi dari harga beli sebelumnya (Rizal & Latifah, 2020). Dapat dikatakan bahwa
budaya akuntansi kerapan Sapi Madura merupakan praktik akuntansi manajemen berkaitan
dengan perencaan dan pengendalian biaya pemeliharaan sapi kerap yang meliputi bahan
dan jasa. Karena melibatkan pihak pemilik dan pemelihara sapi sehingga ada kesepakatan
berapa biaya jasa untuk pemelihara sapi.
Akuntansi Nelayan Suku Osing
Merupakan suku asli dan hanya ada di Banyuwangi dengan mayoritas tempat tinggalnya
di pesisir pantai dan sebagaian besar mata pencahariannya ialah nelayan. Nelayan memiliki
kebiasaan sebagaimana masyarakat pada umumnya, mereka bekerja untuk memenuhi
kebutuhannya. Nelayan suku Osing memiliki standar yang diwariskan secara turun
temurun.
4
B. MANFAAT AKUNTANSI
Menurut ilmu ekonomi manfaat akuntansi adalah sebagai berikut :
1. Sebagai informasi keuangan kepada pihak yang membutuhkan
2. Sebagai bahan evaluasi keuangan
3. Sebagai bukti keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan
4. Membantu pencatatan ekonomi keluarga
Dari manfaat akuntasi diatas maka dapat ditarik lebih luas mengenai manfaat akuntansi itu
sendiri bagi pihak-pihak yang berkepentingan seceara singkat sebagai berikut :
1. Manfaat Akuntansi Bagi Perusahaan
Adanya sumber informasi yang jelas dapat menjadi dasar pertimbangan langkah lanjutan
perusahaan, untuk memudahkan perusahaan dalam merencanakan, mengawasi, dan
mengontrol produksi barang. Dengan adanya laporan akuntansi, perencanaan produksi
barang dapat dilakukan dengan matang, baik untuk perencanaan bulanan maupun tahunan.
Kemudian sebagai kontrol semua pengeluaran dalam perusahaan, baik pengeluaran
internal hingga eksternal serta sebagai bahan evaluasi perusahaan.
2. Manfaat Akuntandi Bagi Pemerintah
a. Memberikan Laporan Keuangan baik ABPN maupun APBD
b. Memberikan Pertimbangan Atas Kebijakan yang Diambil
c. Memberikan Informasi Sebagai Dasar Penetapan Pajak
d. Sebagai Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik
e. Memberikan Informasi Kepada Lembaga Pemerintah
f. Sebagai Acuan Bidang Akuntansi Perpajakan
g. Memberikan Informasi Bagi Akuntan Pemerintah
3. Manfaat Akuntasi Bagi Masyarakat (Kehidupan Sehari – hari)
Manfaat dengan adanya akuntansi dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengetahui
apa saja penerimaan dan pengeluaran dari uang kita. Serta dapat juga mengawasi,
mengontrol, merencanakan keuangan kita. Dengan menerapkan kegiatan akuntansi ini
setiap harinya maka akan sangat membantu mengendalikan keuangan kita.

C. LABA ATAU KEUNTUNGAN PADA PRESPEKTIF KEHIDUPAN MASYARAKAT


Budaya pop modern saat ini yang mengikuti keseharian mereka membuat praktik-praktik
akuntansinya menjadi unik dan berbeda dengan akuntansi dalam perspektif bisnis. Budaya
pop yang ditandai dengan hiburan-hiburan dan kesenangan dalam menikmati waktu luang
seperti ngafe, ngegym, shopping dan lainnya yang saat ini telah membudaya ditengah
masyarakat kita. Bahkan kegiatan-kegiatan tersebut dijadikan gaya hidup bagi mereka dan
digunakan untuk pencitraan dan aktualisasi diri. Kehidupan sehari-hari mengajarkan hal-hal
yang berbeda dari apa yang diajarkan di dunia akademis termasuk akuntansi.
5
Praktik-praktik akuntansi dalam keseharian mereka dapat berbentuk tulisan berupa
pencatatan yang sederhana dan jauh dari kata sempurna atau hanya sebatas ingatan saja dan
tanpa disadari mereka telah melakukan praktik-praktik akuntansi sederhana untuk kehidupan
sehari-hari.
Banyak hal yang ditemukan oleh penulis selama penulisan berlangsung seperti makna
unik dari utang-piutang antar teman, berhemat dengan berpuasa, pengeluaran biaya untuk
mengikuti budaya pop dan berbagai macam cara agar dana yang dimilki cukup untuk satu
bulan. Tentunya hal-hal tersebut tidak dijelaskan secara gamblang. Penulisan ini bersifat
multidisipliner sehingga akuntansi dikaitkan dengan studi lain seperti ekonomi, sosiologi dan
psikologi. Dalam pemikiran mereka, akuntansi hanya ada dalam bentuk perspektif bisnis saja.
Padahal akuntansi juga dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut terkait dengan
akuntansi mental yang dikemukan oleh Thaler (1999) yang menyebutkan bahwa akuntansi
mental merupakan seperangkat
Operasi kognitif yang digunakan oleh individu dan rumah tangga untuk mengatur,
mengevaluasi, dan melacak kegiatan keuangan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat
Phung (2014) dalam halaman situs internet Investopedia yang mengatakan mental akuntansi
mengacu pada kecenderungan orang untuk memisahkan uang mereka ke dalam rekening
terpisah berdasarkan berbagai kriteria subjektif, seperti sumber uang dan tujuan untuk setiap
akun. Refleksi dari penulisan ini yaitu derngan mencoba membuat persamaan akuntansi
menurut perspektif kehidupan mereka karena ternyata di kehidupan sehari-hari makna-makna
akuntansi yang diajarkan dalam perkuliahan menjadi unik dan memiliki ciri khas yang
berbeda.

Laba = Penerimaan Lookis – Pengeluaran


Hedonis
Urusan tampangisme atau wajahisme (Lookism/Faceism) menjadi perburuan yang
diminati oleh mahasiswa dalam kehidupan kesehariannya. Lookism tidak sekedar dalam
urusan wajah saja, tapi termasuk tubuh secara keseluruhan dan juga penampilan (cara
berpakaian) dan tentunya gaya bisa dinikmati oleh semua kalangan termasuk mahasiswa. Lalu
mengapa menjadi penerimaan lookis? Penulis mengaitkannya dengan akuntansi dimana
penerimaan lookis sebagai penerimaan yang diterima oleh para informan baik dari domain-
domain dalam istilah pencakup pemasukan antara lain ATM, piutang, utang, uang tambahan,
kerja sampingan, jual barang-barang dan tabungan. Penerimaan tersebut akan mencitrakan
gaya mereka karena dengan semakin banyak penerimaan lookis yang diterima maka semakin
besar citra untuk lookis mereka. Jika dikaitkan dengan teori Lookism maka semakin banyak
penerimaannya maka semakin besar kesuksesan dan pencitraan dalam tampilan mereka.
Dari persamaan tersebut menghasilkan laba menurut versi mereka berupa uang yang
dapat disisihkan dari uang kiriman dari orang tuanya yaitu tabungan. Bahkan ketika uang
6
kiriman periode bulan ini habis bertepatan dengan uang kiriman periode bulan berikutnya
bisa dikatakaan laba karena mereka tidak berhutang dengan temannya untuk mencukupi
kebutuhannya. Namun ketika pengeluaran hedonis melebihi penerimaan lookis maka mereka
akan mengalami rugi dimana rugi menurut versi mereka ketika mereka berhutang dengan
teman-temannya karena penerimaan lookis sudah habis dalam periode bulan tersebut. Bahkan
ada sumber di luar informan penulisan yang rela menggadaikan laptop atau perhiasannya
untuk menutupi keperluan sehari-harinya. Dalam mengikuti budaya pop tentunya ada banyak
praktik-praktik akuntansi yang terjadi tanpa mereka sadari karena manusia memiliki berbagai
macam kebutuhan dan keinginan. Shopping di mata mahasiswa sudah dianggap sebagai
kebutuhan dimana semua informan melakukan kegiatan shopping untuk memerhatikan
penampilannya
Dalam upaya optimalisasi laba atau keuntungan manfaat akuntansi terhadap prespektif
kehidupan masyarakat OJK memiliki program Program literasi keuangan. Program yang
tengah digarap oleh OJK ini menjadi sebuah bukti pentingnya masyarakat melek masalah
keuangan. Meskipun tujuan yang ingin dicapai oleh OJK dari program ini adalah untuk
membuat masyarakat melek akan keberadaan berbagai instrumen keuangan dan mempunyai
pengetahuan untuk memanfaatkan berbagai produk tersebut, kemunculan literasi keuangan ini
semakin meyakinkan penulis bahwa pengelolaan keuangan individu adalah penting dan
dengan demikian sudah saatnya para penulis akuntansi menaruh perhatian terhadap isu
akuntansi rumah tangga. Menarik untuk dipelajari hubungan akuntansi dengan rumah tangga
dan pengaruhnya terhadap kehidupan yang lebih luas. Ramlugun et al. (2016) menambahkan
bahwa rumah dapat dianggap sebagai suatu bentuk perusahaan kecil karena di dalam rumah
juga terjadi aktivitas produksi dan konsumsi seperti halnya perusahaan. Tidak hanya tempat
berkumpulnya anggota keluarga, rumah juga menjadi tempat dimana kesederhanaan hidup
berdampingan dengan kepraktisan generasi dan distribusi sumber daya dalam memenuhi
kebutuhan dan berurusan dengan hubungan sosial antara anggota keluarga (Walker &
Llewellyn, 2000).
Penerapan praktik akuntansi rumah tangga mendorong seseorang untuk menciptakan
sebuah standar gaya hidup (Ramlugun et al., 2016). Akuntansi sebagai salah satu disiplin ilmu
yang sarat dengan nilai dapat dijadikan sebuah upaya untuk mengokohkan institusi
masyarakat dalam rangka pengelolaan keluarga/rumah tangga untuk mewujudkan
akuntabilitas individu dalam kehidupan sehari-hari (Paranoan, 2015). Banyak faktor yang
memotivasi pelaksanaan akuntansi dalam suatu rumah tangga. Namun ketiadaan standar
dalam penyusunan akuntansi rumah tangga membuat penerapan akuntansi rumah tangga
dalam setiap keluarga beragam karena didasarkan pada kesadaran dan fleksibilitas tergantung
kondisi keluarga (Raharjo & Kamayanti, 2014).

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akuntansi merupakan salah satu cara untuk memanajemen keuangan untuk meningkatkan
keadaan keuangan masyarakat, dimana pada kehidupan masyarakat praktik akuntansi masih perlu
dibudayakan mengingat pentingnya peran akuntansi dalam kehidupan sehari – hari dan masih minimnya
kesadaran masyarakat. Dimana pemerintah juga masih terus menggenjot program-program melalui OJK
untuk meningkatkan kesadaran akan akuntansi dan keuangan, dimana diharapkan masyarakat akan
mendapatkan laba atau keuntungan lebih disaat budaya pop saat ini.

B. HASIL
Perlu kita sadari bersama bahwa akuntansi memegang peranan penting dalam kesuksesan
perkembangan ekonomi baik keluarga, masyarakat perusahaan maupun pemerintah melalui
menejemen keuangan. Besar harapan penulis agar dapat memantau menerapan akuntansi terkhusus
siswa dan sekitar SMA Negeri 1 Kokop, baik melalui penugasan ataupun menggunakan cara lain
yang mempunyai landasan teoritis yang dapat dipertanggungjawabkan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chaney, David. 2004. Lifestyles: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta &
Bandung: Jalasutra.
de Certeau, M. (1985). The Practice of Everyday Life. Berkeley, CA: University of California
Press.
Frake, Charles O. 1964a. “Notes on Queries in Ethnography”. American Anthropologist 66(3),
Bagian 2: 132-145.
Hopwood, A. 1994, “Accounting and everyday life: an introduction”, Accounting,
Organizations and Society, Vol. 19 No. 3, 299-301.
Ibrahim, Idi Subandy. 2007. Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan
Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: JalasutraY65UJ
Jeacle, I. 2009. "Accounting and everyday life: towards a cultural context for accounting
research". Qualitative Research in Accounting & Management. Volume 6 Edisi ke-3;
120 – 136.
Jeacle, I. 2012. Accounting and popular culture: framing a research agenda. Accounting,
Auditing & Accountability Journal. Volume 25; 580–601.
Killen, Stephanee. 2013. Buddha Breaking Up: A Guide to Healing from Heartache & Liberating
Your Awesomeness. Ohio: Parham Press.
Lury, Celia. 1996. Budaya Konsumen. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Phung, A. 2014. Behavioral Finance: Key Concepts - Mental Accounting.
http://www.investopedia.com/university/behavioral_finance/
Spradley, P. James. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Thaler, H. Richard. 1999. Mental Accounting Matters. Journal of Behavioral Decision Making
J. Behav. Dec. Making. Volume 12; 183- 206
Prayanthi, I., Maramis, J. B., E Saerang, D. P., H Dotulong, L. O., Soepeno, D., Prayanthi, I.,
Barens Maramis, J., Paul Elia Saerang, D., Otto Herman Dotulong, L., & Soepeno, D.
(2022). Phenomenology: Meaning of financial management family version of
accounting academic. Jurnal EMBA, 10(2), 1050–1059.
Rachmi, N. H., & Sawarjuwono, T. (2020). Malem songolikur: Menyingkap makna harga di
balik tradisi lelang bandeng di Gresik. E-Jurnal Akuntansi, 30(5), 1297.
https://doi.org/10.24843/eja.2020.v30.i05.p18
Raharjo, A. P., & Kamayanti, A. (2014). Household accounting values and implementation: An
interpretive study. Simposium Nasional Akuntansi.

9
Rahayu Yudi, S. (2015). Uang Nai’: Antara cinta dan gengsi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL, 6(2), 224–236. http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2015.08.6018
Ramlugun, V. G., Ramdhony, D., & Poornima, B. (2016). An evaluation of household accounting
in Mauritius. International Journal of Accounting and Financial Reporting, 6(2), 62.
https://doi.org/10.5296/ijafr.v6i2.9840
Ratna, S., & Damayanti, A. (2015). Story of bride price: Sebuah kritik atas fenomena uang panaik
suku Makassar. Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL, 6(1), 79–98.
http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2015.04.6007

10

Anda mungkin juga menyukai