Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN EKSKURSI KE SOLO

ARSITEKTUR LINGKUNGAN

DE TJOLOMADOE

Dikerjakan oleh :
Rania Nur Azizah - 21020118140100

Pengampu Mata Kuliah


Prof. Ir. Edy Darmawan, M.Eng

Departemen Arsitektur FT Undip


Semester Gasal 2019
1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
I. PENDAHULUAN...................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................4
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...........................................................................................4
1.4 Peserta Ekskursi.....................................................................................................................4
II. PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
2.1 Sejarah Objek...............................................................................................................................5
2.2 Kondisi Fisik Bangunan................................................................................................................6
2.3 Aspek Green Building pada Bangunan.........................................................................................7
2.4 Keadaan Bangunan terhadap Lingkungan dan Masyarakat.........................................................9
III. KESIMPULAN.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

2
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangunan sebagai pelengkap manusia untuk menjalankan aktivitasnya memberi peran


yang besar dalam hal pengaruh terhadap lingkungan. Yahya, K. & Boussabaine, AH (2004)
menyatakan bahwa limbah yang dihasilkan dari pembangunan dan pembongkaran memiliki
dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Mereka juga menyatakan, industri konstruksi
adalah salah satu pencemar lingkungan terbesar. Maka upaya melakukan pengukuran dan
menganalisis dampak lingkungan dari limbah yang dihasilkan dari kegiatan lokasi konstruksi
menjadi sangat urgen.
Green building adalah bangunan yang sejak perencanaan, pembangunan dalam masa
konstruksi dan dalam pengoperasian dan pemeliharaan selama masa pemanfaatannya
menggunakan sumberdaya alam seminimal mungkin, pemanfaatan lahan dengan bijak,
mengurangi dampak lingkungan serta menciptakan kualitas udara di dalam ruangan yang
sehat dan nyaman, dinyatakan oleh Ir. Rana Yusuf Nasir sebagai founder GBCI atau Green
Building Community Indonesia, sebuah komunitas non-government yang bergerak di ranah
bangunan hijau.
Terdapat 7 fitur yang menyatakan sebuah bangunan termasuk bangunan hijau. Fitur-
fitur tersebut adalah penggunaan sumber daya alami yang efisien (seperti air), penggunaan
energi terbarukan, reduksi polusi dan limah, sirkulasi udara alami yang baik, penggunaan
material yang non-toxic, etis, dan sustainable, pertimbangan lingkungan dan pengguna
bangunan dalam perancangan, konstruksi, dan operasi, serta rancangan yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan yang berubah-ubah.
Sebagai mahasiswa arsitek yang memiliki tanggungan moral mendesain sebuah
bangunan yang memberi manfaat optimal pada masyarakat, dibutuhkan adanya suatu
pembelajaran tentang green building yang harapannya dapat diaplikasikan pada
perancangan bangunan yang ramah lingkungan dan dapat memberi pengaruh positif baik
mulai pembangunan sampai maintenance-nya.
Ekskursi tentang Keraton Surakarta Hadiningrat dilakukan untuk mempelajari aspek-
aspek pada bangunan hijau yang terdapat padanya. Diharapkan, dengan melihat langsung
dan mempelajari itu, mahasiswa dapat menangkap ilmu terkait bangunan hijau dan

3
memberi pertimbangan pada perancangan untuk menciptakan bangunan yang ramah
lingkungan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari ekskursi ini adalah sebagai berikut.


a. Mempelajari secara langsung tentang bangunan hijau
b. Melihat langsung aspek-aspek bangunan hijau pada Keraton Surakarta Hadiningrat
c. Memberi pertimbangan terhadap perancangan bangunan dari pemahaman tentang
bangunan hijau

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu dan tempat dari ekskursi ini adalah sebagai berikut.


a. Waktu : Sabtu, 5 Oktober 2019
b. Tempat : Keraton Surakarta Hadiningrat
Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57144

1.4 Peserta Ekskursi

Peserta ekskursi ini adalah mahasiswa kelas B Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro yang mengambil mata kuliah Arsitektur dan Lingkungan.

4
II. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Objek

Keraton Surakarta merupakan salah satu tempat yang sangat bersejarah yang ada di
Kota Solo. Keraton ini yang juga sering di sebut dengan Keraton Surakarta Hadiningrat. Hal
itu karena dari dulu sampai sekarang Keraton Surakarta merupakan tempat tinggal bagi
sunan dan keluarga istana yang masih melestarikan adat istiadat dan budaya kerajaan.

Gambar 1: Tampak Keraton Surakarta dari gerbang masuk.

Karaton Kasunanan juga disebut Keraton Surakarta Hadiningrat, dibangun pada tahun
1745 oleh Raja Paku Buwono ke II. Ini merupakan pokok kraton Surakarta, dan dibangun
pada waktu bersamaan dengan kota ini ditemukan. Kota itu dihiasi dengan patung batu
pualam, rangka batu dan relief kuno. Di dalam istana atau kraton, dapat ditemukan galeri
seni yang menawan dan museum dengan pusaka-pusaka kerajaan yang menawan, tempat
kereta dan kusir-kusirnya, senjata kuno dan keris, serta barang-barang antik. Di halaman
istana didominasi oleh sebuah menara bernama Panggung Sanggabuwono, menara yang
misterius tempat bertemu antara Raja dengan Kanjeng Ratu Kidul yaitu Penguasa Laut
Selatan. Tidak ada tempat yang lain di Indonesia dapat ditemukan sebuah monumen yang
bermartabat dan penuh kedamaian, untuk tradisi, seni dan budaya kerajaan klasik Jawa.
Keraton Surakarta ini merupakan bagian dari sejarah perjanjian giyanti. Perjanjian
tersebut adalah perjanjian antara Sunan Pakubuwana III dan Pangeran Magkubumi yang
bersengketa di Kasultanan Mataram dan membentuk perjanjian dengan Pemerintah Hindu

5
Belanda atau VOC bahwa Kasultanan Mataram di bagi menjadi dua yaitu Surakarta dan
Yogyakarta.
Namun sejak perjanjian tersebut, Keraton Surakarta tidak dianggap sebagai pengganti
dari Kasultanan Mataram. Walaupun rajanya masih memiliki darah keturunan Kerajaan
Mataram. Keraton Surakartapun menjadi sebuah kerajaan sendiri. Setiap Raja dari
Kasunanan Surakarta pun mendapat gelar Sunan. Seperti halnya Raja yang ada di Kasultanan
Yogyakarta yang mendapat gelar Sultan.
Keraton Surakarta Hadiningrat saat ini dijadikan museum dengan properti-properti
jaman dahulu yang diletakkan di berbagai ruangan.

2.2 Kondisi Fisik Bangunan

Bangunan Keraton Surakarta Hadiningrat terletak di Blawuran, Kota Surakarta, di dekat


Pasar Kliwon. Letaknya yang berdekatan dengan pasar membuat bangunan ini terlihat
kumuh terlepas dari fungsinya pada jaman dahulu yang sebagai tempat tinggal para raja.

Gambar 2: Tangkapan layar yang menunjukkan letak keraton dengan Pasar Kliwon

Kesan yang didapat dari bangunan yang berfungsi sebagai museum ini adalah kesan
jaman dahulu yang diberikan dari penggunaan lantai berdimensi kecil, bentuk atap, serta
ornament-ornamen seperti lampu. Kesan tersebut muncul juga karena banyaknya properti
untuk keperluan fungsi museum yang diletakkan di ruangan-ruangan dalam keraton ini.

6
Gambar 3: Tampak luar bangunan

Gambar 4: Warna pada keraton yang didominasi biru

2.3 Aspek Green Building pada Bangunan

Aspek bangunan hijau yang teramati terdapat pada bangunan ini di antaranya adalah
sirkulasi udara alami yang baik, penggunaan sumber daya alam yang efisien, serta
penggunaan material yang non-toxic, etis, dan sustainable.
Sirkulasi udara alami yang baik pada bangunan ini ditunjukkan dengan adanya ruang
kosong yang besar pada bagian tengah bangunan. Bangunan yang berbentuk huruf
‘U’dengan ruang kosong di tengah memungkinkan angin dapat masuk ke ruangan-ruangan
di sekelilingnya dan memberikan efek sejuk kepada pengunjungnya.

7
Gambar 5: Ruang kosong yang besar di tengah bangunan memungkinkan terjadi sirkulasi udara yang baik

Penggunaan sumber daya alam yang efisien berupa sinar matahari yang dapat masuk ke
ruangan lewat pintu yang menghadap ke ruang kosong di tengah bangunan. Namun aspek
ini memang tidak banyak memberikan pengaruh tentang bangunan hijau pada bangunan
keraton ini karena apabila pintu ditutup, maka tidak banyak cahaya matahari yang dapat
masuk ke ruangan sehingga ruangan membutuhkan cahaya tambahan buatan.

Gambar 6: Pencahayaan alami berupa cahaya matahari yang masuk ruangan dari
dinding berlawanan dari ruang kosong yang sedikit mengakibatkan
dibutuhkannya pencahayaan buatan tambahan

Penggunaan material yang non-toxic, etis, dan sustainable ditunjukkan dengan


digunakannya material-material pada rumah tinggal yang umum pada bangunan, seperti
keramik, dinding batu bata, serta kusen kayu.
Bangunan ini pun baru dilakukan pemugaran pada 2016 atau 2 abad lebih setelah
didirikannya (Isnanto, 2016). Artinya, material yang digunakan pada bangunan ini adalah

8
tahan lama. Pemugaran yang dilakukan berfokus pada penggantian material kayu jati pada
atap dengan asbes beton yang dirasa lebih tahan lama.

2.4 Keadaan Bangunan terhadap Lingkungan dan Masyarakat

Bangunan keraton yang terletak di dekat Pasar Kliwon membuat kawasan di sekitarnya
menjadi terasa kumuh. Dari pengamatan pada ekskursi yang dilakukan, masyarakat di
sekitar sana menjadikan bangunan keraton yang berfungsi menjadi museum sebagai tempat
mencari nafkah, antara lain menjajakan dagangan atau menawarkan jasa becak.
Bangunan keraton yang harusnya eksklusif karena menjadi tempat tinggal para raja pada
jaman dahulu menjadi tidak seperti itu karena masyarakat dapat hadir serta di dalamnya.
Pasar Kliwon yang menjadi tempat berkumpulnya banyak orang memberikan efek tersebut
pada bangunan keraton. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa bangunan keraton
meningkatkan perekonomian di daerah itu.

Gambar 7: Pemberi jasa becak yang mencari nafkah di sekitar keraton

III. KESIMPULAN

Dengan adanya 3 dari 7 aspek bangunan hijau pada Keraton Surakarta Hadiningrat, dapat
dikatakan bahwa bangunan ini belum termasuk bangunan hijau. Namun, dengan pertimbangan
kaitannya dengan lingkungan masyarakat sekitar dalam aspek sosial, bangunan ini dapat
memberikan dampak positif dalam aspek sosial yaitu untuk meningkatkan perekonomian.

9
DAFTAR PUSTAKA

Firmawan, Ferry. (2019). Karakteristik dan Komposisi Limbah (Construction Waste) pada
Pembangunan Proyek Konstruksi. Diakses dari Universitas Islam Sultan Agung, situs
web perpustakaan
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/63
Persatuan Insinyur Indonesia. (2016). Sekilas tentang Green Building. Diakses 13 Oktober
2019, dari https://pii.or.id/sekilas-tentang-green-building
World GBC. (2016). About Green Building. Diakses 13 Oktober 2019, dari
https://www.worldgbc.org/what-green-building
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. (2016). Sejarah Singkat Surakarta Hadiningrat.

Diakses 13 Oktober 2019, dari https://keraton.perpusnas.go.id/node/75


Kota Surakarta. (2018, 22 Maret). Sejarah Keraton Surakarta (Solo) beserta dengan silsilah
Keraton Surakarta Lengkap. Tulisan pada https://www.surakarta.pro/keraton-solo/
Isnanto, Bayu A. (2016, 8 Juni). Renovasi Keraton Surakarta Menghabiskan Dana APBN Rp
6,3 Miliar. Tribun Solo. Diakses dari https://solo.tribunnews.com

10

Anda mungkin juga menyukai