Disusun Oleh :
61.17.0212
2
BAB III. TINJAUAN SITE ..............................................................................34
2.1 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta....................................................34
2.2 Ring Road Menjadi Batasan Pemilihan Site........................................... 34
2.3 Sungai Menjadi Target Pemilihan Site....................................................35
2.4 Alternatif Site.......................................................................................... 36
2.5 Pedoman Pemilihan Site..........................................................................37
BAB IV. ANALISIS........................................................................................... 38
4.1 Pemilihan Site......................................................................................... 38
4.2 Site Terpilih.............................................................................................41
A. Mata Pencaharian Masyarakat merupakan Peternanak Babi......... 42
B. Timbunan Sampah dan sisa Material bangunan mengurangi
volume kali Winongo.....................................................................42
C. Berternak Ayam dalam skala Rumahan menjadi Usaha
sampingan masyarakat................................................................... 43
4.3 Kesimpulan Preseden ............................................................................. 44
4.3 Ide Desain................................................................................................47
A. Penerapan Floating Structure/ Struktur Apung.............................. 47
B. Penerapan Modular Architercture................................................. 48
C. Penerapan Ecological Arcihtecture .............................................. 50
D. Penataan Layout pada Site............................................................ 50
BAB V. KESIMPULAN.................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................54
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
mempelajari ilmu mengenai hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dan lingkungannya
(Resosoedarmo dkk (1985)
f. Arsitektur Modular :Pendekatan Arsitektur dimana adanya system
yang mengatur semua komponen bangunan
berdasarkan modul modul atau dimensi unit
yang sama dan saling berhubungan (Sutisna
dan Purnama, 1983)
Fenomena terbatasnya lahan hijau di tengah kota, maka “biru sebagai hijau
yang baru” merupakan suatu potensi bagi pembangunan di ruang kota, dengan
penerapan Urban Floating Farm atau peternakan apung di area sungai. Dengan
diterapkannya pendekatan Arsitektur Eko-modular, perancangan ini mampu menjadi
projek bangunan peternakan yang yang ramah lingkungan dengan memperhatikan
system pengolahan limbah dan meminimalisir polusi bau yang disebabkan oleh
hewan ternak itu sendri. Perancangan berupa modul diterapkan dengan tujuan
fungsional yaitu pencegahan penyakit melalui visus, pengkasifikasian area
peternkaan berdasarkan umur ayam, dan acuan jumlah ayam dalam meter persegi.
Selain itu konsep modular diharapkan dapat ikut andil dalam mencegah wajah kota
dari pencemaran visual oleh karena ketidak teraturan.
5
1.2 Latar Belakang
1.2.1 Fenomena Ekonomi
A. Penguranagan Tenaga kerja di masa Pandemic Covid -19
6
ini semua pekerjaan lingkup kota didominasi oleh dunia digital yang mengharuskan
seorang pekerja menguasai program-program digital. Dan itu berdampak kepada
banyak masyarakat yang ingin bekerja di sektor formal namun terkendala oleh
persyaratan teknis tertentu. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih untuk
berdiam diri di rumah dan menunggu masa pandemic ini segera berakhir.
Grafik di atas merupakan Survey Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh
Bank Indonesia untuk melihat seberapa besar dampak Covid-19 terhadap tiap sektor
usaha. Penurunan terjadi pada beberapa sektor ekonomi diantaranya adalah industri
7
pengolahan, perdagangan, restoran, perhotelan, pertambangan, penganngkutan,dan
Konstruksi. Tetapi dissat banyak sektor yang mengalami penururnan atau
perlamabatan, sektor pertanian, perkebuanan dan peternakan juustru mengalami
peningkatan, kegiatan ini meningkat 0,40% dari sebelumnya yang berada pada -
2,03%
Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor usaha dalam bidang
pertanian, perkebunan dan peternakan dapat menjadi potensi besar bagi masyarakat
milenial yang melirik usaha yang memiliki peluang besar. Sektor ini memiliki
dampak yang sangat besar bagi kesejahteraan pangan bagi masyarakat
8
Dari grafik diatas dapat telihat bahwa bidang peternakan memiliki nilai yang
sangat tinggi dalam kebutuhan pangan. Dengan adanya usaha Mandiri di bidang
peternakan maka masyarakat milenial, dapat memulai usaha yang bersifat
sustainable dalam jangka waktu yang lama, dikarenakan kebutuhan protein dan
kalori ini akan selalu meningkat oleh karena daging merupakan bahan pokok pangan
masyrakat.
Melalui data hasil survei yang dilakukan oleh Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) pada tahun 2019 terlihat bahwa dari Sabang sampai Merauke,
Konsumsi daging ayam jauh lebih jika dibandingkan dengan daging sapi. Hal itu
dimungkinkan oleh harga dari daging itu sendiri yaitu daging sapi dengan harga
120.000/kg sedangkan daging ayam dengan harga 35000/kg. (29/12/2020).
1. Ayam Pedaging merupakan ternak penghasil daging yang relatif lebih cepat
dibandingkan dengan ternak potong lainnya (Fitrah,2013)
9
2. Keunggulan Ayam Broiler adalah siklus produksi yang singkat yaitu dalam
waktu 4-6 minggu ayam Broiler sudah dapat dipanen dengan bobot badan 1,5-
1,56 kg/ekor (Yemima,2014)
3. Daging Ayam digemari oleh masyarakat karena harganya relative murah, dapat
dijangkau oleh lapisan menegah ke bawah serta mudah diperoleh
(Mutidjo,2003)
4. Adanya tren makanan cepat siap saji berupa Ayam Geprek yang digemari oleh
masyarakat kota sehingga meningkatkan minat daya jual Ayam di Yogyakarta
baik pada rumah makan hingga restaurant
5. Maraknya Outlet Ayam Goreng siap saji di Yogyakarta menjadi salah satu
sumber dari peningkatan penjualan daging Ayam,
10
Ayam Pedaging
Tabel 1 Tabel Asumsi Modal dan pendapatan usaha peterak ayam pedaging
sumber: Metta, 2020
Ayam Petelur
Berikut merupakan asumsi dari modal usaha dan juga pendapatan bersih
dari ayam petelur
Pembuatan kandang yaitu sebesar Rp. 6000.000
Harga ayam petelur Rp. 52000/ekor x 200
Harga pakan untuk 200 ayam adalah Rp 64000/hari
11
200 ekor petelur mampu menghasilkan kurang lebih 12kg telur/hari
Maka Modal awal dari usaha yaitu pembuatan kandang, Ayam petelur dan
makanan, yaitu sebesar 6000.000 + (52000 x 200) + (64000 x 30 hari) maka
modal awal yang perlu di siapkan adalah Rp.18.320.000
Sedangkan untuk pendapatan bersih perbulan adalah jumlah telur selama 30
hari yang dikalikan dengan harga telur dan dikurangi dengan pengeluaran
berupa makanan ayam, yaitu sebesar (12 kg x 30 hri x Rp.21000) – (64000 x
30) maka modal bersih yang akan didapatkan adalah Rp.5.640.000/ panen
Dengan adanya Analisa asumsi peluang modal dan pendapatan di atas, dapat
dilihat bahwa peluang usaha Ayam merupakan usaha yang berpotensi akan balik
modal dengan waktu yang tidak terlalu lama. Dan hal ini sesuai dengan tujuan kaum
milenial untuk mulai turun pada dunia bisnis.
12
c. Permasalahan pencemaran peternakan ayam terhadap lingkungan kerap
menjadi perdebatan
Ayam mudah sekali terserang penyakit dan juga stress, hal ini meneyebabkan
ayam mudah mati, dan tantangan terbesar dari pemeliharan ayam dengan skala besar
yaitu Virus. Virus menyebar bisa melalui berbagai media, mulai dari udara, makanan,
minuman, saluran – saluran, dll oleh karena itu Kandang ayam harus selalu Steril
dan terhindar dari penyakit
13
Potensi adanya virus ini akan berimbas sangat besar oleh karena penularan
yang cepat, dan merugikan dalm segi bisnis. Studi kasus pada wabah penyakit pada
2003 yang di alami oleh peternak di Indonesia, yang kerugiannya ditaksir mencapai
Rp.7,7 triliun, meliputi kematian kurang lebih 7,4 juta ekor ayam, yang oleh karena
itu menimbulkan dampak lain, seperti lahan pekerjaan berkurang, menurunnya
industry pakan,dlsb (Tarmudji,2005) oleh karena itu dibutuhkan perancangan yang
mampu mengatasi masalah ini.
1. Membagi masa menjadi satuan yang terpisah untuk menghindari penularan virus
pada satu modul ke modul lainnya
2. Pemisahan area lebih terjamin kesehatannya oleh karena saluran dibedakan
berdasarkan modulnya
3. Kerugian terhadap kematian oleh karena virus di dalam modul tidak
membengkak jika dibandingkan dengan pemeliharaan pada satu area penuh
4. Pembagian area peternakan dalam modul memudahkan pengontrolan pada
operasional peternakan
5. Pembagian Modul dapat didasrakan oleh umur ayam sehingga mudah dalam
menentukan masa panen
6. Pembagian area secara modul dapat mendukung fungsinya sebagai Urban Farm
yang dikelola oleh satu orang per satu modul.
14
Menurut hasil dari wawancara kepada Bapak Lintang selaku pekerja di bidang
peternakan ayam, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
No Pertanyaan Jawaban
1 Prasarana lahan seperti Jauh dari Keramaian oleh karena suara
apa yang harus ramai membuat ayam tidak tenang yang
dipersiapkan untuk mulai berimbas pada masa bertelurnya
melakukan usaha di Dekat dengan sarana pemasaran Telur dan
bidang peternakan ayam? Daging Ayam untuk kemudahan bisnis dan
mengurangi biaya kirim
Dekat dengan Sumber Air guna
mempermudah kebutuhan air di peternakan
2 Strategi apa yang harus Peternakan ayam dengan metode Close
dilakukan untuk House lebih menguntungkan oleh karena
membangun sebuah dapat mengurangi permasalahan lingkungan
peternakan ayam yang ada seperti perubahan iklim,dlsb
Arah hadap peternakan yaitu membujur
dari barat ke timur agar sinar matari tidak
mengenai satu sisi dinding peternakan
saja,yang membuat panas dalam ruang tidak
rata
Peternakan sebaiknya dirancang dengan
otomatis dengan sensor suhu untuk
memastikan peternakan selalu sesuai dengan
suhu nyaman ayam
Gunakan strategi otomatis untuk pemberian
makan dan minum untuk meminimalisir
kesalahan kinerja manusia dan mengurangi
pengluaran biaya tenaga kerja
15
Pastikan aliran air, saluran limbah, udara
dan penghantar lain tidak menimbulkan
penyakit
Atap sebaiknya menggunakan material
yang dapat menghantarkan panas utuk
menjaga kehangatan suhu dalam ruang saat
cuaca ektrim.
3 Apa kendala utama dalam Bau sebagai pencemaran kadang membuat
prasarana peternakan lingkungan sekitar tidak setuju dengan adanya
yang dialami, Ketika peternakan ayam di lingkungan tinggal
ingin memulai berbisnis mereka
Peternakan Ayam? Pembuangan Limbah peternakan
cenderung manjadi pencemaran
lingkungan
4 Mengapa bisa terjadi Peluang usaha peternakan ayam memiliki
kerugian saat keuntungan yang besar, dan hal tersebut
menjalankan usaha membuat banyak orang berbondong-
peternakan ayam bagi bondong menjalankan usaha peternakan
pemula? Ayam tanpa tahu cara pemeliharan Ayam
5 Apa yang membuat Dengan lahan yang besar maka keuntungan juga
banyak orang yang ingin akan semakin meningkat, terbatasnya lahan di
menjalankan usaha kota mengahruskan mereka membangun
peternakan Ayam justru peternakan yang jauh dari kota dan jauh
mundur? dari target pasar, kerugian akan dihadapi
akibat mahalnya pengluaran pada
trasnsportasi pengiriman
16
Dari kesimpulan wawancara kepada bapak Lintang, maka didapatkan beberapa
permasalahan dalam perencanaan peternakan Ayam. Yaitu strategi perancangan
bangunan sangat berpengaruh terhadap pola hidup ayam yang dipengaruhi oleh iklim,
suhu, dll. Pengetahuan dalam pemeliharaan ayam juga harus dimiliki oleh peternak
mengegnai pola hidup ayam. Tak terkecuali dengan lahan yang juga turut andil
dalam perencanaan peternakan yang ternyata banyak orang ingin berbisnis ayam
namun terkenadala oleh sempitnya lahan di area kotam sehingga masyrakat enggan
untuk terjun di dunia peternakan ayam.
Gambar 1. Tata Guna Lahan Yogyakarta Gambar 1.1 Harga Ruang usaha tengah kota
Sumber: Perda Kota Yogyakarta/RTRW kota Sumber: rumah.com
Yogyakarta
Terlihat dari tatanan guna Lahan, di DIY sudah terlalu padat untuk dapat
didirikannya fasilitas publik, sedangkan penggantian lahan dari lahan rumah tinggal
menjadi fasilitas public kerap menjadi pertikaian yang mengundang kericuhan di
masyarakat. Sedangkan harga sewa untuk ruang usaha yang berpotensi juga menjadi
suatu halangan bagi masyarakat membuka usahanya secara mandiri.
17
B. Fenomena “Melihat Biru sebagai Hijau yang baru”
1.4 Tujuan
Merancang sebuah bangunan peternakan ayam dan pusat edukasi
pemeliharaan ayam terapung untuk mewadahi kebutuhan masyarakat dalam
menaikan perekonomian dengan usaha mandiri di di bidang peternakan ayam
yang mudah dijangkau oleh masyrakat kota.
18
1.5 Sasaran
Adapun sasaran perancangan penyewaan peternakan ayam dan pusat edukasi
di bidang peternakan ayam ini, yaitu:
1. Sistem struktur respon air yang akan terapung Ketika terjadi luapan air sungai,
2. Bentuk modular pada setiap satu area lahan sewa untuk memutus penularan
virus pada ayam
3. Penggunaan otomasis desain untuk memudahkan penglolaan peternakan pada
pemeliharaan ayam (pengaturan suhu, pengaturan cahaya, pemberian makan,
pembersihan area, pengumpulan telur),
4. Penerapan desain dalam mengatasi pencemaran bau dengan double skin fasad,
layer kedua adalah Green fasad berupa tumbuhan penetralisir bau yang tidak
mengeluarkan bau harum yang menyengat, oleh karena dapat berimbas pada
ketidak nyamanan ayam, diantaranya yaitu tanaman suji, sansevieria, dan
Geranium.
5. Penerapan ramah lingkungan pada peternakan terhadap lingkungan sekitar
dengan adanya pengolahan limbah kotoran ayam yang akan diolah Kembali
sehingga tidak mencemari sungai maupun bangunan di sekitarnya. Dengan
mengolah limbah menjadi pupuk tanaman dengan metode pre treatment untuk
menjadi energi biogas.
1.6 Metode Pengumpulan data
1.6.1 Data Primer
A. Wawancara, dengan metode tanya jawab kepada narasumber yang ada di
bidanngnya, seperti pengusaha peternakan ayam, pekerja peternakan
ayam, dan juga narasumber yang memiliki peran penting dalam rencana
lokasi perancangan, seperi pihak kelurahan dan juga warga sekitar site.
19
B. Studi kasus, dengan melakukan analisis terhadap sungai menegenai periode
waktu mulai naik dan turunya air sungai, dan juga permasalahan yang sering
terjadi di sungai itu pada saat musim tertentu
C. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap usaha peternakan
ayam dan juga meninjau site secata langsung
D. Dokumentasi, yaitu metode pengambilan data dengan cara
mmendokumentasikan suatu objek dalam media berupa foto
20
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
21
2.1.2 Tinjauan mengenai peternakan Ayam
22
3. Menurut tipe dinding
a. Dinding terbuka, biasa digunakan oleh usaha peternakan ayam kecil
karena biayanya lebih efektif
23
Tempat Pemusnahan/ pembakaran bangkai ayam
5. Sedangakan luasan yang dibutuhkan untuk ayam mulai dari bibit ayam hingga
siap panen adalah
6. Suhu dan kelembaban dari ruang hidup ayam mempengaruhi hidup ayam yang
dapat memberikan dampak kepada ayam berupa heat stress akibat suhu yang
tidak terkontrol. Berikut merupakan suhu efektif bagi kenyamanan ayam.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa suhu efektif ayam ditentukan dari
umurnya yaitu sebagai contoh adalah ayam pedaging pada umur 3 hari
membutuhkan suhu 30-27 o C dengan kelembaban 60-70%, maka kontrol yang
harus dilakukan yaitu menikan suhu kandang menjadi 36o C saat kelembabannya
adalah 40%. Dan semakin menua umur ayam maka suhu yang dibutuhkan
semakin rendah.
24
2.1.3 Tinjauan mengenai Pusat Edukasi Interaktif
A. Definisi pusat
a. Pusat atau sentral yang memiliki arti terpenting dalam sebuah kegiatan
b. Tempat aktifitas utama dari sebuah kepentingan
c. Suatu tempat yang dapat menarik aktifitas banyak pengguna
B. Definisi Edukatif
A. Definisi Interaktif
Berasal dari kata interaksi, yang diartikan sebagai aksi, yaitu komunikasi dua
arah yang secara langsung melakukan hubungan timbal balik yang aktif.
Bangunan Apung berfokus pada struktur yang dapat mengapung di atas air
atau biasa disebut Floating Structure. Bangunan apung terispirasi dari kapal yang
dapat mengapung di air. Rumah apung sudah banyak digunakan sebagai pemukiman
di daerah pesisir pantai. Terdapat dua tipe, yaitu
25
Pengerjaannya pun cukup lebih mudah oleh karena tidak harus dibangun
di site
Membuat bangunan apung tidak hanya membuat bangunan hanya dapat
mengapung, namum ada beberapa konsekuensi, diantaranya yaitu keseimbangan,
berat beban bangunan dan beban hidup lain, serta ketahanan akan adanya gesekan
terhadap air sehingga mempengaruhi masa pakai dari bangunan tersebut
Terdapat struktur apung berbahan dasar plastik atau HDPE yang bernama
Floaton, struktur apung ini memiliki keunggulan, yaitu, bahannya ringan, namun
kuat, tahan lama, tahan terhadap minyak,cairan asam, es, air laut, korosi, bahan
kimia, dan sinar matahari.
dalam arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standart
atau ukuran yang baku, namun tetap berhubungan dengan keselaras antara manusia
dan alam. Adapun prinsip dari Arsitektur Ekologi, yaitu:
26
NO Asas Penerapan
1 Menggunakan bahan Meminimalisir penggunaan bahan baku
baku alam tidak lebih Mengutamakan bahan baku terbarukan dan
cepat daripada alam bahan yang dapat digunakan Kembali
mampu membentuk Meningkatkan efisiensi terhadap bahan
penggantinya material
2 Mennggunakan system Penggunaan Energi Surya
dengan energi Mengurangi ketergantungan terhadap pusat
terbarukan energi (listrik,air,dsb)
3 Mengolah limbah Menjadikan limbah menjadi kompos
menjadi bahan yang Mengolah limbah organik makhluk hidup
dapat dimanfaatkan menjadi biogas
4 Meningkatkan Melestarikan dan meningkatkan
penyesuai fungsional keanekaragaman biologis
dan keakekaragam Merespon persoalan lingkungan melalui
biologis roses rancangan bangunan
Tabel 3. Tabel prinsip Arsitektur ekologi
Sumber: Frick,H. (2007).Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta
27
2.2 Studi Preseden
Di daerah Maasbommel, ketinggian air saat banjir lebih dari 7 meter dan
terjadi setiap 12 tahun sekali.
28
Gambar 8. Masterplan Floating Homes
Sumber: Project review: Floating Homes 'De Gouden
Kust', diolah
29
2.2.2 Floating Farm Dairy
Karena mengapung diatas air, Program ruang, sistem struktur dan material
yang digunakan dipadukan untuk meningkatkan daya apung dan stabilitas.
Perpaduan ini kemudian menghasilkan bangunan dengan tiga lantai yang
menempatkan semua komponen bangnunan dengan struktur yang berat dan tertutup
terendam di dalam air. Sedangkan semua fungsi yang ringan dan transparan
mengapung diatas permukaan air. Fasad bangunan menggunakan 2 material, lantai 1
yang terendam didalam air menggunakan material dari beton agar tidak tembus air,
30
lantai 2 yang terapung menggunakan polycarbonate dan lantai 3 dibiarkan terbuka
sepenuhnya.
Floating Farm Dairy adalah bangunan dengan masa tunggal yang didalamnya
terdapat ruang untuk menyimpan memproses dan memproduksi hasil ternak. Ketiga
fungsi tersebut di program sekompak mungkin kedalam satu massa bangunan dengan
system struktur yang logis dan ringkas.
Sumber: Archdaily
31
Cow Garden mampu menanmpung 40 ekor sapi dan dilengkapi dengan robot pembersih,
pupuk kendang dan robot pemerah susu dan berbagai fasilitas untuk menunjang Kesehatan
hewan ternak termasuk ‘Kolom hijau’ yang berfungsi untuk
Gambar 15. Denah lt. 1 Gambar 16. Denah lt. 2 Gambar 17. Denah lt. 3
Sumber: Archdaily Sumber: Archdaily Sumber: Archdaily
32
2.2.3 EcoARK Pavilion
Sumber: Archdaily
Gambar 21. Fasad Polli-brick, EcoARK Gambar 22. Fasad Polli-brick, EcoARK
33
Gambar 23. Polli-brick Gambar 24. Detail Konstruksi Polli-brick
Sumber: Archdaily Sumber: Archdaily
34
BAB III
TINJAUAN SITE
Ring Road adalah jalur lingkar yang merupakan jalan Arteri pada jaringan
jalan primer Yogyakarta yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota
kabupaten/ jalan kota . dengan adanya Ring Road Yogyakarta. Ring road Yogyakarta
35
menggabungkan lintas lima kabupaten di Yogyakarta, yaitu Kabupaten Bantul,
Kabupaten Sleman, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten
Guning Kidul. Ring Road memberikan dampak besar pada sekitarnya, seperti
mulai tumbuhnya masyarakat dengan terlihat banyak bangunan mulai bermunculan
mulai dari bangunan hunian maupun bangunan komersil seperti Hotel, Pabrik,
Gudang dlsb.
Dengan adanya jalur Ring Road yang memutari wilayah yogyakarta hal
tersebut membuat presepsi baru mengenai, daerah yang dapat dijangkau tanpa
melewati garis Ring Road cenderung “dekat”.
36
musim hujan dan ± 2 m saat kemarau
3. Sungai Kali Winongo
Memiliki Luas Daerah ± 88,12 km2 dengan panjang ± 43,75 km.
2.4 Alternatif Site
Terdapat Tiga Alternatif Site yang akan diberi penilaian, pemilihan alternatif
site didasarkan oleh adanya site yang bersinggungan langsung dengan sungai utnuk
dapat memanfaatkan sungai sebagai strategi mengurangi lahan terbangun untuk
perancangan Urban Poultry Floating Farm atau Peternakan ayam urban terapung.
37
2.5 Pedoman Pemilihan Site
38
BAB IV
ANALISIS
4.1 Pemilihan Site
No Aspek Site A Site B Site C
Pertimbangan Kec Wirobrajan Kec Tegalrejo Kec Kota
Gede
1 Jarak Site Merupakan Lahan Merupakan Lahan Merupakan
terhadap yang lokasinya yang lokasinya Lahan yang
pemukiman memiliki hunian tepi memiliki hunian tepi lokasinya
sungai di bagian sungai di bagian memiliki
selatan, namun Timur namun hunian tepi
berjarak dengan berjarak dengan sungai di
adanya sungai, adanya sungai, bagian Barat
sedangkan bagian sedangkan bagian namun
Utara terdapat lahan barat terdapat lahan berjarak
yang tidak yang tidak dengan
difungsikan difungsikan adanya
Poin: 3 Poin: 3 sungai,,
sedangkan
bagian
utara,selatan
dan timur
dikelilingi
oleh hunian
dan komersil
Poin: 1
2 Aksesibilitas Berjarak 400 m dari Langsung berhadapan Berjarak 250
Jaringan jalan arteri yaitu dengan jalan primer m dari jalan
39
jalan jl.Magelang yaitu jalan Hos arter Gajah
Poin : 2 Cokrominoto wong
Poin : 3 Poin : 3
3 Intervensi Area site dikelilingi Jalan menuju site Jalan menuju
Akses oleh pemukiman langsung dan tidak site
warga sehingga jalan terhalang merupakan
menuju site Poin : 3 jalan
merupakan jalan pemukiman
perkampungan teratur
dengan lebar ± 3m dengan lebar
Poin :1 ±4m
Poin : 2
4 Tata Guna Diperbolehkan,namun Diperbolehkan,namun Diperbolehka
Lahan tetap sesuai dengan tetap sesuai dengan n,namun
peraturan menurut peraturan menurut tetap sesuai
Permentan tentang Permentan tentang dengan
Prasarana dan sarana Prasarana dan sarana peraturan
peternakan ayam peternakan ayam menurut
Poin : 2 didukung dengan Permentan
mata pencaharian tentang
masyarakat di sekitar Prasarana
merupakan peternak dan sarana
babi peternakan
Poin : 3 ayam
Poin : 2
5 Eksisting Site Merupakan aliran Merupakan aliran kali Merupakan
sungai winongo yang winongo yang aliran kali
memiliki lebar ± 8m berpotensi banjir oleh Gadjah
40
dan memiliki potensi karena adanya Wong yang
membawa smpah jika timbunan sampah di memiliki
curah hujan tinggi pinggiran kali lebar ± 20m.
Poin : 3 sehingga mengurangi curah hujan
volume kali yang tinggi
Poin: 3 sering
menyebabka
n tanggul
pada kali
Gadjah
Wong jebol
Poin: 3
41
yang
menggerakan
kepedulian
sungai
Gadjah
Wong untuk
tetap bersih
Poin: 3
TOTAL 13 18 14
Site B memiliki total poin sebanyak delapan belas poin, yang berarti site B yang
terletak di kecamatan Tegalrejo lebih berpotensi untuk rancangan sebuah peternakan
ayam urban terapung / Urban Poultry Floating farm.
42
A. Mata Pencaharian Masyarakat merupakan Peternak Babi
Adanya kandang babi di tengah kota Yogyakarta yang mayoritas warganya
merupakan umat muslim, merupakan suatu keunikan pada site ini
Setelah melakukan wawancara pada salah satu warga Tegalrejo yaitu Ibu Narni
yang berprofesi sebagai pemulung ini didapatkan informasi bawasanya terdapat 12
pengusaha peternakan babi yang mendirikan kandang babi di area Sudagaran, hal
tersebut tidak dinilai positif oleh pemerintah kota Yogyakarta, oleh karena itu akan
dilakukan program pemberdayaan masyarakat berbasis kampung yang dilakukan
oleh BAZNAS Kota Yogyakarta dalam meniadakan peternakan Babi dan mengganti
mata pencaharian tersebut ke peternakan yang lain, seperti sapi, kambing, ayam, dan
atau hewan ternak lainnya.
43
Adanya timbunan sampah yang berada pada sekitar bantaran kali mengurangi
volume kali yang berpotensi melupanya kali karena terbawanya sampah oleh aliran
sungai yeng menyebabkan tersumbatnya bagian hilir dengan sampah. Sampah
bertumpuk hingga hampir menutupi retaining wall dan memiliki lebar ± 2 m dari
dinding.
Gambar 28. Kondisi sampah di sungai Gambar 29. Ibu Narni, pemulung di desa
Winongo Sudagaran
Sumber: Metta, 2021 Sumber: Metta, 2021
44
4.3 Kesimpulan Preseden
45
4 Materiala. Baja, Polikarbonat, Beton yang
a. Beton, Baja, Polli-
dimanfaatkan sebagai pemberat bricks.
sehingga bangunan tetap stabil
b. Material baja
terapung. digunakan sebagai
b. Material polikarbonat untuk rangka untun
memaksimalkan pencahayaan menempelkan
alami dan mengurangi beban material polli-bricks
bangunan. c. Material polli-bricks
digunakan sebagai
material daur ulang
dan untuk
memaksimalkan
pencahayaan alami.
d. Solar cell sebagai
alternatif sumber
energi.
5 Struktura. Struktur yang solid pada lantai
a. Menggunakan system
dasar sebagai pemberat, struktur rangka dan bentang
rangka dengan pelingkup yang lebar untuk
transparan pada lantai 2 dan menciptakan ruang
struktur rangka dan bentang bebas kolom sebagai
lebar yang sepenuhnya terbuka ruang pameran.
pada lantai 3.
46
6 Energia. Bangunan tranparan dan terbuka
a. Menggunakan
dapat menghemat energi listrik material yang
untuk pencahayaan. transparan untuk
memaksimalkan
pencahayaan alami.
47
4.5 Ide Awal
Perancangan Peternakan Ayam Terapung ini berfokus pada mengidentifikasi
peningkatan perekonomian dan juga permasalahan lingkungan menganai
keterbatasan lahan dan juga peningkatan sampah di bantaran sungai di Yogyakarta,
dengan demikian ditarik beberapa metode penyelesaian masalah melalui rancangan
arsitektural yang menjadi ide desain.
Gambar 31. Pergerakan saat kondisi sungai stabil dan saat kondisi meluap
Sumber: Analisis pribadi, 2021
48
B. Penerapan Modular Architecture pada bangunan untuk jenis ayam
pedaging/Broiler
Antisipasi terhadap penyakit menular (virus) pada ayam yang kerap terjadi
merupakan factor utama dalam mengelompokan ruang peternakan berdasarkan
modul- modul agar dapat memustus rantai penularan virus melalui udara, saluran –
saluran, dan juga bidang/objek.
Arsitektur Modular berfokus pada arsitektur yang mengutamakan
fungsi, maka dari itu Gubahan masa dimaksudkan untuk mengutamakan
bangunan menurut fungsinya terhadap kebutuhan ayam. bentuk Segitiga
dipilih untuk merespon luas permukaan yang dibutuhkan ayam, oleh
karena pertumbuhan umur ayam mempengaruhi luas kebutuhan ayam/m2
(semakin bertambahnya umur ayam, maka sertambah pula ukuran ayam,
maka kebutuhan luas juga bertambah)
Satu modul terdapat tiga lantai berdasarkan umur ayam yang dibagi
menjadi 3 kategori, 1 hari-1 minggu, 2 minggu, dan lebih dari 2 minggu.
Penempatan lantai dikategorikan berdasarkan umur ayam dan kemudahan
operasioal
a. Lantai 3 -> diperuntukan untuk ayam dengan umur 1 hari-1 minggu
oleh karena anak ayam membutuhkan ruang yang dominan hangat.
“udara panas cenderung naik ke atas” dan juga di lantai 3 berhadapan
dengan material atap yang dapat menghangatkan ruang.
b. Lantai 2 -> diperuntukan untuk ayam dengan umur 2 minggu
c. Lantai 1 -> diperuntukan untuk ayam dengan umur <2 minggu agar
dapat mudah dalam pemanenan oleh karena berada pada lantai dasar.
49
Pengelompokan Modul berdasarkan jumlah muatan ayam dalam jumlah
ayam/m2
50
C. Penerapan Ecological Architecture
Pemanfaatan sungai sebagai lahan didirikannya Poulry Urban Floating Farm
atau peternakan ayam urban terapung tidak terlepas dari limbah dan dampak
negatifnya, ditambah dengan adanya timbunan sampah di kali Winongo juga
menjadi suatu permasalahan terhadap lingkungan. Maka dibutuhkan suatu
perancangan yang mampu merespon kondisi tersebut
Pengolahan Limbah peternakan
Limbah peternakan akan dibedakan menurut jenisnya dan diolah
a. Sisa sekam yang sudah tidak dipakai akan dijadikan pupuk
kompos untuk dijual kembali
b. Adanya system filtrasi air sebelum limbah air dialirkan menuju
sungai
Double skin fasad sebagai penetralisasian bau
Bau yang bisa berdampak pada pencemaran udara yang merugikan
pendduduk sekitar disiasati dengan double skin fasade dengan layer
kedua merupakan green fasad dengan tumbuhan yang dapat menuerat
bai seperti tanaman suji, sansevieria, dan Geranium.
Pengolahan limbah sampah di sungai sebagai fasad bangunan
Pengolahan sampah menjadi fasad bangunan pada layer pertama
menjadi strategi dalam mengurangi timbunan sampah di Kali Winongo.
Pengolahan sampah diterapkan dengan Menyusun botol plastik secara
horizontal, penggunan material dinding berupa plastik sangat dapat
diguanakan pada modul peternakan ayam terapung oleh karena
memiliki masa yang ringan.
D. Penataan Layout pada site
Penataan Layout berdasarkan zonasi fungsi ruang, sedangkan orientasi bangunan
menghadap pada dua arah, yaitu Barat dan Timur, Barat menhadap pada area jalan
51
Hos Cokroaminoto, sedangkan Timur pada Kali Winongo, bangunan didasarkan
menjadi dua, yaitu bangunan edukasi (publik) dan peternakan ayam (Semi privat)
52
BAB V
KESIMPULAN
53
belajar langsung bagaimana memelihara ayam sehingga menghasilkan keuntungan
yang besar.
54
DAFTAR PUSTAKA
Archdaily. (2019, Juni 14) Dipetik Januari 7, 2021, dari Kota Rotterdam:
https://www.archdaily.com/919542/floating-farm-dairy-goldsmith-company
https://www.archdaily.mx/mx/02-290580/ecoark-en-taiwan-una-mega-
estructura-construida-con-botellas-de-plastico-recicladas
Climate Adapt. (2016, April,29) Dipetik Januari 8, 2021 dari desa Maasbommel,
Belanda https://climate-adapt.eea.europa.eu/metadata/case-
studies/amphibious-housing-in-maasbommel-the-netherlands
55
Perda Kota Yogyakarta/RTRW kota Yogyakarta(2014). Tata Guna Lahan Kota
Yogyakarta tahun 2014.Yogyakarta
56
DAFTAR PENDUKUNG
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Asumsi Modal dan pendapatan usaha peterak ayam pedaging ........ 11
Tabel 2. Ukuran kandang Yayam Broiler berdasrakan umurnya ................... 24
Tabel 3. Tabel prinsip Arsitektur ekologi ......................................................26
Tabel 4. Aspek pertimbangan pemilihan Site .................................................37
Tabel 5. Analsisis Aspek pemilihan Site ....................................................... 41
DAFTAR DIAGRAM
Digram 1. Luas Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta ...................................34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tata Guna Lahan Yogyakarta ...................................................... 17
Gambar 2. Dimensi kandang ayam tipe sangkar ........................................... 22
Gambar 3. Peternakan ayam dinding terbuka.................................................23
Gambar 4. Peternakan ayam dinding tertutup/ close house............................23
Gambar 5. Sistem Close House ..................................................................... 23
Gambar 6. Struktur Floaton............................................................................ 25
Gambar 7. Perspektif Floating Homes........................................................... 27
Gambar 8. Masterplan Floating Homes..........................................................28
57
Gambar 9. Amfibi Homes Section................................................................... 28
Gambar 10. Amfibi Homes Section................................................................. 28
Gambar 11. Perspktif Floating Farm Dairy................................................ 29
Gambar 12. Sistem Struktur Floating Farm Dairy.........................................30
Gambar 13. Sistem Utilitas Floating Farm Dairy..........................................30
Gambar 14. Skematik Program Ruang Floating Farm Dairy........................ 30
Gambar 15. Denah lt. 1................................................................................... 31
Gambar 16. Denah lt. 2...................................................................................31
Gambar 17. Denah lt. 3...................................................................................31
Gambar 18. Potongan 1.................................................................................. 31
Gambar 19. Potongan 2.................................................................................. 31
Gambar 20. Perspektif Eco ARK.....................................................................32
Gambar 21. Fasad Polli-brick, EcoARK........................................................ 32
Gambar 22. Fasad Polli-brick, EcoARK........................................................ 32
Gambar 23. Polli-brick................................................................................... 33
Gambar 24. Detail Konstruksi Polli-brick...................................................... 33
Gambar 25. Peta jalan lingkar / Ring Road yogyakarta................................. 35
Gambar 26. Lokasi altrnatif Site.....................................................................36
Gambar 27. Peternakan Babi Kampung Sudagalan, Tegalrejo...................... 42
Gambar 28. Kondisi sampah di sungai Winongo........................................... 43
Gambar 29. Ibu Narni, pemulung di desa Sudagaran .................................... 43
Gambar 30. Salah satu kandang ayam warga desa Sudagaran ...................... 43
Gambar 31. Pergerakan saat kondisi sungai stabil dan saat kondisi meluap..47
Gambar 32. Analsisis Metode Alur pergantian lantai sesuai umur .............. 48
Gambar 33. Analsisis Ukuran Muatan Ayam pada modul............................ 49
Gambar 34. Analisis penataan Layout pada Site............................................ 51
58