Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
ABSTRAKS................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................3
1.5 Metode Penulisan .....................................................................................4
BAB II KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN ...................................5
2.1 Definisi Arsitektur Berkelanjutan............................................................. 5
2.2 Konsep Dasar Arsitektur Berkelanjutan ...................................................6
AB III STUDI KASUS BANGUNAN WISATA KOMERSIAL ....................... 8
3.1 The Royal Pita Maha Resort ....................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................10
4.1 Efisiensi Energi di The Royal Pita Maha Resort ...................................10
4.2 Efisiensi Lahan di The Royal Pita Maha Resort ....................................12
4.3 Efisiensi Penggunaan Material di The Royal Pita Maha Resort ............13
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 16
5.1 Simpulan .................................................................................................16
5.2 Saran .......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena
atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
“Arsitektur Berkelanjutan (Sustainable Architecture) Studi Kasus: Bangunan
Wisata Komersial (The Royal Pita Maha Resort)”, tepat pada waktunya.
Penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah meluangkan waktunya, oleh karena itu melalui kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Widiastuti, MT selaku dosen koordinator mata kuliah Ekologi
Arsitektur yang telah memberikan pengarhan atas materi makalah ini.
2. Bapak I Nyoman Susanta, ST, MErg selaku dosen pembimbing materi
”Arsitektur Berkelanjutan” atas materi dan pengarahannya.
3. Ibu Ni Made Swanendri, ST, MT selaku tim dosen yang telah memberikan
beberapa materi mengenai arsitektur berkelanjutan.
4. Teman-teman yang sudah bersedia sharing ilmu untuk membantu
pengerjaan makalah ini
Serta pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis
menyadari bahwa karya tulis yang disajikan jauh dari sempurna. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi sempurnanya karya tulis ini
ke depan. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati semoga karya tulis ini dengan
segala upaya semaksimal mungkin, dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
iii
ABSTRAK
Disusun olen:
Gede Angga Iswara, I Kadek Andy Prabawa, Gedhe Nugraha
Kata kunci: Arsitektur berkelanjutan, The Royal Pita Maha Resort, Ekologi
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
obyek fisik, lingkungan binaan, dan fasilitas pelayanannya yang mematuhi
prinsipprinsip sosial, ekonomi dan ekologi. Ketiga prinsip desain berkelanjutan
(sustainable design) tersebut dalam konsep kota berkelanjutan (sustainable city)
berkembang lebih jauh lagi yaitu tidak sekadar terpaku pada konsep awal yang lebih
terfokus pada pemikiran kelestarian dan keseimbangan lingkungan semata-mata.
Dewasa ini masalah keberlanjutan (sustainability issues) merambah di semua
bidang kehidupan manusia, isu sustainable development diawali dari pernyataan
pentingnya kesadaran segenap pihak tentang berbagai isu lingkungan global. Pada
dasarnya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan
pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa
mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka,
sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumberdaya, arah investasi,
orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan
secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (Brundtland dalam Budihardjo & Sujarto,
1999). Publikasi ini kemudian memicu lahirnya agenda baru mengenai konsep
pembangunan ekonomi dan keterkaitannya dengan lingkungan dalam konteks
pembangunan yang berkelanjutan. Agenda ini sekaligus menjadi tantangan konsep
pembangunan ekonomi neo-klasikal yang merupakan konsep pembangunan
konvensional yang selama ini dikenal, yang menyatakan bahwa: “sustainable
development is one that meets the needs of the present without comprimising the ability
of the future generations to meet their own need” atau pembangunan berkelanjutan
adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan generasi yang akan datang.
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam aktivitasnya
memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan pada dasarnya juga merupakan
upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami (sumberdaya alam hayati
dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya manusia dan buatan), sehingga
2
sifat interaksi maupun interdependensi antar keduanya tetap dalam keserasian yang
seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun eksploitasi komponen-komponen
sumberdaya alam untuk pembangunan, harus seimbang dengan hasil/produk bahan
alam dan pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip pemeliharaan
keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan atau
perubahan untuk mencapai kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam
semesta.
3
2. Memberikan wawasan pengetahuan mengenai bangunan berkelanjutan.
3. Sebagai bahan referensi pada pembelajaran Ekologi
Arsitektur selanjutnya.
4
BAB II KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
5
b. Makrokosmos, yang diwujudkan dalam bentuk bangunan, kota dan fisik
permukaan bumi.
Bentuk inilah yang dapat diterapkan dibidang arsitektur, arsitektur lansekap,
desain urban, perencanaan kota, teknik, desain grafis, desain industri, desain interior
dan fashion design.
6
5) Memanfaatkan radiasi matahari secara tidak langsung untuk
menerangi ruang dalam bangunan.
6) Mengoptimalkan ventilasi silang untuk bangunan non-AC.
7) Hindari pemanasan permukaan tanah sekitar bangunan.
7
terhadap desain ruang-ruang, berapa banyak potensi cahaya dan
penghawaan alami yang dapat digunakan.
c. Efisiensi Penggunaan Material
1) Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam
pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu
sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
2) Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama
yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
3) Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang
ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang
semakin jarang seperti kayu.
8
Gambar 1. Peta Lokasi The Royal Pita Maha Risort
Pemilik dari The Royal Pita Maha Resort adalah seorang yang sangat terkenal di
daerah Gianyar, beliau adalah Tjokorda Gede Agung Sukawati dan Tjokorda Oka
Artha Ardhana Sukawati. Dalam mendesain The Royal Pita Maha Resort, beliau
dibantu oleh adik beliau yang bernama Cokde Sukawati, adik beliau tersebut yang
9
memiliki andil besar dalam mendesain seluruh ruangan di penginapan tersebut
khususnya pada desain interior penginapan.
The Royal Pita Maha Resort diresmikan tahun 2004, dan untuk sekarang The
Royal Pita Maha Resort sudah resmi berdiri sekitar 9 tahun. Luas lahan dari The Royal
Pita Maha Resort adalah 14 Hektar yang terdiri dari 52 kamar dan 24 privat villa,
masing-masing kamar tersebut dapat dihuni oleh 2 orang yaitu suami istri.
Ekologi Arsitektur - 10
Bangunan
Utama
Ekologi Arsitektur - 11
Gambar 4. Sungai Buatan yang Terletak pada The Royal Pita Maha Resort
Sistem pengolahan air bekas dan air hujan pada masing-masing bangunan
memanfaatkan tanaman enceng gondok yang berada pada kolam di areal pinggir villa,
dimana tanaman enceng gondok ini berfungsi untuk mengolah air bekas dan air hujan
karena sifat alami enceng gondok ini mampu menyerap zat kimia yang mencemari air,
sehingga air yang sudah diolah dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman dan
sisanya dialirkan ke sungai Ayung. Penerapan sistem seperti ini sangat efektif karena
tidak membutuhkan biaya yang besar apalagi tanaman enceng gondok sangat mudah
ditemukan dan pertumbuhannya sangat cepat.
Ekologi Arsitektur - 12
are. Teknik cut and fill yang diaplikasikan sebenernya berlebihan dalam sistem
pengolahan site. Karena galian dan pengurugan sudah terlalu dalam sehingga potensi
site tidak sepenuhnya masih utuh dalam keadaan alami.
Menurut Narasumber di lapangan, tanah hasil galian kadang dibuang di pinggiran
tebing. Ketika tanah tersebut lebih dari yang diperlukan untuk keperluan pengurugan
maka tanah sisa tersebut akan dibuang. Dengan pengaplikasian teknik yang sedemikian
sebenernya site berpotensi rusak dan potensi site tidak dapat difungsikan secara
optimal. Sehingga dalam The Royal Pita Maha Resort bangunan berdiri di lahan dengan
keadaan kontur site yang tidak sepenuhnya alami.
Jadi, pada efisiensi lahan pada The Royal Pita Maha Resort tidak menggunakan
konsep Sustainable Architecture secara menyeluruh meski terdapat beberapa tanaman-
tanaman yang menghiasi site, namun semua tanaman merupakan tanaman buatan dan
tidak alami tumbuh pada site.
Ekologi Arsitektur - 13
Gambar 6.Sirkulasi Utama The Royal Pita Maha Resort
Untuk transportasi mekanis di The Royal Pita Maha Resort terdapat Lift, lift
pertama terletak di daerah setelah melewati lobby, terdapat dua buah lift yang saling
berhadapan di daerah ini, pada eksteriornya lift ini menggunakan gaya arsitektur Bali
dengan detail-detail ornamen.
Untuk lift lainnya terletak di bawah restaurant, lift ini menghubungkan antara
lantai 1 (daerah restaurant paling dasar) dan lantai 2 (daerah bangunan / The Royal Pita
Maha Resort bagian bawah). Lift ini dapat menampung maksimal 8 orang dalam sekali
pengangkutan.
Ekologi Arsitektur - 14
Gambar 7. Material Paras pada Eksterior Lift
Tipologi bangunan di The Royal Pita Maha Resort memiliki ciri khas bangunan
Arsitektur Bali. Dimana yang paling menonjol adalah penggunaan atap alang-alang dan
batu Paras Taro yang kini diperkirakan sudah langka.
Dari segi struktur atap, bangunan dan unit-unit villa cenderung menggunakan
Struktur Rangka Bidang dengan ditopang oleh kolom-kolom khas Bali atau yang
disebut saka. Rangka struktur berbahan kayu dan bambu yang menopang penutup atap
alang-alang agar setiap unit bangunan di dalam resort memiliki kesan alami dan
menyatu dengan alam.
Ekologi Arsitektur - 15
Gambar 8. Struktur Atap pada The Royal Pita Maha Resort
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Adapun simpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan sirkulasi udara dimaksimalkan dengan banyak menggunakan
bukaan dan pada sekeliling site dikelilingi tanaman dan pohon-pohon
unutuk meminimalkan panas dari matahari yang langsung masuk ke dalam
bangunan selan itu juga terdapat sungai buatan yang difungsikan untuk
menetralkan suhu panas yang diberikan oleh sinar matahari langsung.
2. The Royal Pita Maha Resort lebih banyak menggunakan teknik cut and fill
dalam setiap penempatan masa bangunannya. Cut and fill yang dipakai
terlalu banyak dan dalam.
3. Tipologi bangunan di The Royal Pita Maha Resort memiliki ciri khas
bangunan Arsitektur Bali. Dimana yang paling menonjol adalah
Ekologi Arsitektur - 16
penggunaan atap alang-alang dan batu Paras Taro yang kini diperkirakan
sudah langka. Dari segi struktur atap, bangunan dan unit-unit villa
cenderung menggunakan Struktur Rangka
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan, yakni sebagai berikut:
1. Bangunan yang Sustainable merupakan bangunan yang ramah lingkungan
dan sangat memperhatikan lingkungan, diharapkan bagi pembaca untuk
terus berinovasi dalam keberlangsungan lingkungan, khususnya dalam
arsitekur.
2. Penggunaan Cut and Fill sebaikanya diminamilir dengan menggunakan
desai bangunan panggung untuk tetap menjaga lahan alami dibawah
bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Eko & Sujarto, Djoko, 1999, Kota Berkelanjutan, Penerbit Alumni,
Bandung.
Kurniasih, Sri. 2013. Evaluasi Tentang Penerapan Prinsip ArsitekturBerkelanjutan
(Sustainable Architecture). E-Jurnal. Jurusan Arsitektur, Universitas Budi Luhur.
Prayoga, Iwan. 2013. Desain Berkelanjutan (Sustainable Design). E-Jurnal. Jurusan
Arsitektur, Universitas Pandanaran.
WCED. 1987. Our Common Future: Report of the World Commission on Environment
and Development, Chapter 2, Towards Sustainable Development, sumber:
www.un-documents.net
Wikipedia. 2014. Sustainable Design. Terseda pada: http://wikipedia.org
/wiki/Sustainable_design. Diakses pada 9 Oktober 2014.
Ekologi Arsitektur - 17