Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MEWUJUDKAN HUNIAN MODERN TROPIS SESUAI DENGAN


KARAKTERISTIK OWNER DAN BANGUNAN.

DISUSUN OLEH:
DWI AYU WAHYUNI
F 221 21 033

UNIVERSITAS TADULAKO
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalam’mualaikum wr.wb

Segala puji kehadirat Allah SWT akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini.Tugas ini

merupakan suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa arsitektur Universitas Tadulako yang telah

mengambil mata kuliah Pengantar Arsitektur. Dalam kesempatan ini sebagai mahasiswa

menyampaikan banyak terima kasih. Dengan disusunnya tugas ini saya menyadari masih banyak

kekurangan dan kesalahan-kesalahan, dikarenakan keterbatasan saya. Akhir kata semoga tugas

ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Wassalam’mualaikum wr.wb

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI.............................................................................................................................3
2.1 Rumah Tinggal..............................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Rumah Tinggal............................................................................................................3
2.1.2 Fungsi Rumah Tinggal.............................................................................................................4
2.1.3 Tipe Rumah Tinggal.................................................................................................................4
2.2 Rumah Hemat Energi....................................................................................................................6
2.3. Konsep Tata Ruang....................................................................................................................10
2.3.1. Orientasi Bangunan...............................................................................................................13
2.3.2. Konsep Bentuk Bangunan (Fasad).......................................................................................15
2.3.3. Konsep Tata Letak.................................................................................................................16
BAB 3 METODE..........................................................................................................................................18
3.1. Metode......................................................................................................................................18
3.2. Cara Penelitian...........................................................................................................................18
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................................19
4.1. Hasil...........................................................................................................................................19
4.2. Pembahasan.......................................................................................................................................20
4.2.1. Tema.......................................................................................................................................20
4.2.2. Konstruksi...............................................................................................................................21
4.2.3. Vegetasi..................................................................................................................................21
4.2.4. Pemrograman Ruang..............................................................................................................21
BAB 5 PENUTUP........................................................................................................................................26
5.1. Kesimpulan................................................................................................................................26
5.2. Saran.........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................28

iii
iv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar dan mempunyai peranan penting bagi

kehidupan manusia. Rumah dianggap sebagai salah satu kebutuhan dasar karena rumah

merupakan salah satu kebutuhan fisik yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hierarki

Kebutuhan Maslow dalam Kotler dan Keller (2008: 227) bahwa kebutuhan manusia

tersusun dalam suatu hierarki, dari yang paling mendesak sampai yang paling kurang

mendesak.

Berdasarkan urutan tingkat kepentingannya, kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah

kebutuhan fisik (makanan, minuman, tempat tinggal), kebutuhan keamanan (keamanan,

perlindungan), kebutuhan sosial (perasaan diterima sebagai angota kelompok, dicintai),

kebutuhan penghargaan (harga diri, pengakuan, status), dan kebutuhan aktualisasi diri

(pemahaman dan pengembangan diri). Dengan demikian, berdasarkan teori Maslow

tersebut, maka kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar

yang harus dipenuhi oleh manusia karena bersifat sangat mendesak.

Masyarakat saat ini berpandangan bahwa rumah tidaklah hanya sebagai tempat

berteduh saja, tetapi sudah mulai berfikir untuk memiliki rumah yang dapat memenuhi

persyaratan kenyamanan, keindahan, lingkungan yang baik dan nyaman , harga yang

terjangkau, serta bangunan yang bagus dan kokoh.

Berdasarkan pada latar belakang maka peneliti mengambil judul: “Mewujudkan

Hunian Modern Tropis Sesuai dengan Karakteristik Owner dan Bangunan”.

1
1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana karakteristik owner yang akan menempati hunian hemat energi tersebut ?

b. Konsep hunian seperti apa yang cocok untuk karakteristik owner ?

c. Bagaimana penataan ruang yang baik dan bagaimana karakteristik bangunan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui karakteristik owner yang akan menempati hunian hemat energi

tersebut.

b. Untuk mengetahui konsep hunian seperti apa yang dibutuhkan dan sesuai dengan

karakteristik owner.

c. Untuk mengetahui bagaimana penataan ruang yang baik dan bagaimana karakteristik

bangunan tersebut.

2
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Rumah Tinggal

2.1.1 Definisi Rumah Tinggal

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan keluarga (Undang-Undang No.4 Tahun 1992). Dalam pengertian

yang luas, rumah tinggal bukan hanya sebuah bangunan (struktural), melainkan juga

tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari

berbagai segi kehidupan masyarakat (Frick dan Muliani, 2006). Berdasarkan

pengertian tersebut rumah tinggal dapat diartikan sebagai tempat tinggal yang

memiliki berbagai fungsi untuk tempat hidup manusia yang layak.

Rumah Tinggal adalah salah satu kebutuhan pokok manusia untuk berlempat

tinggal dan melindungi seseorang dari pengaruh lingkungan fisik yang berhubungan

secara langsung, misalnya hujan, panas matahari, angin, dan lain-lain Sedangkan

rumah sehat adalah rumah yang memenuhi persyaratan teknis konstruksi, juga harus

diperhatikan persyaratan kesehatan, yang secara teknis disebut Hygiene Bangunan

agar memenuhi kebutuhan akan kondisi tempat tinggal yang sehat dan menyenangkan

(Gunawan, 1982).

Dalam pandangan masyarakat umum, rumah memiliki arti sebagai bangunan yang

dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu oleh makhluk hidup. Namun

secara garis besar menurut teori fungsi dan utilitas, rumah memiliki kriteria-kriteria

umum (Doxiadis dalam Dian, 2009) yaitu :

a. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.

b. Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia.

3
c. Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.

d. Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar yang mungkin terjadi.

e. Rumah merupakan mediasi antara manusia dan dunia luar.

f. Rumah merupakan tempat manusia mendapatkan kekuatan / semangat kembali.

g. Rumah harus menunjukan unsur tempat tinggal.

2.1.2 Fungsi Rumah Tinggal

Secara garis besar, rumah memiliki empat fungsi pokok sebagai tempat tinggal

yang layak dan sehat bagi setiap manusia, yaitu:

 Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok jasmani manusia.

 Rumah harus memenuhi kebutuhan pokok rohani manusia.

 Rumah harus melindungi manusia dari penularan penyakit.

 Rumah harus melindungi manusia dari gangguan luar.

2.1.3 Tipe Rumah Tinggal

Menurut Suparno (2006), dalam perumahan, jenis rumah diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Rumah Sederhana

Rumah sederhana merupakan rumah bertipe kecil, yang mempunyai

keterbatasan dalam perencanaan ruangnya. Rumah tipe ini sangat cocok

untuk keluarga kecil dan masyarakat yang berdaya beli rendah. Rumah

sederhana merupakan bagian dari program subsidi rumah dari pemerintah

untuk menyediakan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat

4
berpenghasilan atau berdaya beli rendah. Pada umumnya, rumah sederhana

mempunyai luas rumah 22 m² s/d 36 m², dengan luas tanah 60 m² s/d 75 m².

b. Rumah Menengah

Rumah menengah merupakan rumah bertipe sedang. Pada tipe ini, cukup

banyak kebutuhan ruang yang dapat direncanakan dan perencanaan

ruangnya lebih leluasa dibandingkan pada rumah sederhana. Pada

umumnya, rumah menengah ini mempunyai luas rumah 45 m² s/d 120 m²,

dengan luas tanah 80 m² s/d 200 m².

c. Rumah Mewah

Rumah mewah merupakan rumah bertipe besar, biasanya dimiliki oleh

masyarakat berpenghasilan dan berdaya beli tinggi. Perencanaan ruang pada

rumah tipe ini lebih kompleks karena kebutuhan ruang yang dapat

direncanakan dalam rumah ini banyak dan disesuaikan dengan kebutuhan

pemiliknya. Rumah tipe besar ini umumnya tidak hanya sekedar digunakan

untuk tempat tinggal tetapi juga sebagai simbol status, simbol kepribadian

dan karakter pemilik rumah, ataupun simbol prestise (kebanggaan). Pada

umumnya, rumah mewah ini biasanya mempunyai luas rumah lebih dari 120

m² dengan luasan tanah lebih dari 200 m².

5
2.2 Rumah Hemat Energi

Efisiensi energi dapat dicapai melalui desain bangunan yang peduli pada

penghematan energi tetapi tetap memperhatikan tingkat kenyamanan penggunan

ruang. Desain bangunan hemat energi, memaksimalkan pemanfaatan energi secara

alami.

Pada hakekatnya telah diketahui bahwa efisiensi energi merupakan bagian dari

konservasi energi. Dalam kebijakan energi nasional disebutkan bahwa konservasi

energi merupakan upaya yang sistematis terencana dan terpadu guna melestarikan

sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.

Penggunaan energi pada bangunan khususnya perkantoran adalah relatif besar

yang difungsikan sebagai sumber pencahayaan, pengkondisian udara, peralatan dan

lainnya. Distribusi pemakaian energi pada bangunan gedung adalah untuk

pengondisian udara yaitu 50-70 %, untuk penerangan 10-25% dan elevator hanya 2-

10% (Sugijanto,1998). Walaupun penggunaan energi untuk pencahayaan buatan lebih

kecil dibandingkan dengan pengkondisian udara tetapi dengan meminimalkan

6
penggunaan energi untuk pencahayaan, berarti konsumsi energi dalam bangunan

dapat berkurang sehingga sistem tata cahaya harus menjadi perhatian khusus pada

tahap awal perencanaan untuk menciptakan bangunan hemat energi yang memenuhi

persyaratan kenyamanan visual ruang.

Kenyamanan visual pada ruang kerja kantor, tercipta jika pengguna ruang dapat

melakukan aktivitas dengan baik dan dapat merasakan kenyamanan dalam

beraktivitas. Aktivitas yang dilakukan pada ruang kerja kantor sangat terkait dengan

tingkat penerangan (ilumination). Pada umumnya, perancang mendesain pencahayaan

berdasarkan tingkat iluminasi yang telah direkomendasikan oleh SNI 03-6575-2001

tentang tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung dan

standar tingkat iluminasi yang direkomendasikan pada ruang kerja kantor adalah 350

lux.

Menurut Kaufman (2004), penetapan rekomendasi standar tingkat iluminasi oleh

IES ditentukan berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan visual performance.

Standar tingkat iluminasi merupakan panduan dalam merencanakan pencahayaan

ruang. Dalam hal ini, rekomendasi standar iluminasi untuk ruang kerja kantor

mengacu pada nilai-nilai yang direkomendasikan oleh CIE (Commision International

de I’Eclaire) dan IES (Illuminating Enginers Society) yang merupakan standar

Nasional dan International untuk perancangan pencahayaan (UNEP, 2006). Standar

iluminasi sangat terkait dengan penelitian visual performance.

Beberapa peneliti terdahulu meneliti tentang visual performance sebagai acuan

untuk menentukan rekomendasi standar iluminasi, khususnya pada ruang kerja

kantor. Pendekatan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurul (2001) menunjukkan

7
bahwa desain pencahayaan ruang baca Gedung Perpustakaan Pusat Universitas

Hasanuddin tidak sesuai dengan standar iluminasi yang direkomendasikan SNI 03-

6575-2001 yaitu 250 lux, namun pengunjung masih dapat beraktivitas dengan baik.

Penelitian berjudul “Studi pencahayaaan ruang kuliah jurusan teknik arsitektur dan

perencanaan UGM” (Nurul, 2010) menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar

ruang kuliah tidak memenuhi rekomendasi standar iluminasi, mahasisiwa dapat

beraktivitas dengan baik. Penelitian lain yang telah dilakukan adalah tinjauan gedung

Graha Pena (Esti, 2007) menyimpulkan bahwa pada ruang kantor terbuka yang

mempunyai nilai iluminasi rendah dan tidak bersifat merata, namun pengguna ruang

merasa cukup puas melakukan aktifitas di dalam ruang kerjanya.

Penelitian visual performance (Nurul, 2013) menganalisis tingkat iluminasi pada

ruang kerja kantor dengan mendesain beberapa setting pencahayaan pada ruang

eksperimen. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat iluminasi

terhadap kinerja dan pengguna ruang dapat beraktifitas dengan baik pada tingkat

iluminasi 150 lux. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas,

dapat disimpulkan bahwa aktivitas masih dapat berjalan dengan baik, meskipun

desain pencahayaannya tidak sesuai standar tingkat iluminasi yang direkomendasikan

oleh SNI tahun 2001.

8
Penelitian ini, menganalisis penggunaan energi pada ruang kerja kantor di

bangunan perkantoran Wisma Kalla dimana area perkantoran terletak pada lantai

tipikal. Area perkantoran juga terdapat pada lantai 3 namun tidak secara keseluruhan

lantai ini di fungsikan sebagi perkantoran namun hanya sebagian. Berdasarkan hal ini,

maka pada penelitian ini hanya menganalisis ruang kerja kantor pada lantai tipikal

untuk mengetahui konsumsi energi listrik sebagai pencahayaan buatan.

9
2.3. Konsep Tata Ruang

Penataan Ruang adalah adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang

dan pengendalian pemanfaatan ruang.Sesuai Uundang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 Tata Ruang diatur lewat struktur dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan

pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi

sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis

memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam

suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan

ruang untuk fungsi budi daya.

Dalam penataan ruang di dalam rumah tinggal yang paling penting diingat adalah

unsur kesatuan dan fungsi ruang-ruang tersebut. Untuk menata ruang-ruang yang ada

pada bangunan rumah tinggal, harus memperhatikan sifat serta fungsi masing-masing

ruang. Pada bagian terdahulu telah diuraikan bahwa sebenarnya ruang-ruang dalam

10
rumah tinggal dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu : (1) daerah bising, (2)

daerah isolasi, dan (3) daerah tenang.

Apabila ruang-ruang yang ada pada rumah tinggal tersebut tidak diletakkan sesuai

kelompoknya masing-masing, maka akan menimbulkan kesenjangan fungsi ruang

dalam rumah tinggal tersebut. Dampak lain yang akan ditimbulkan adalah timbulnya

rasa tidak tenang dan nyaman bahkan kebisingan. Hal ini akan berpengaruh pada

perubahan kejiwaan penghuni rumah tinggal tersebut , dan ini adalah kondisi yang

tidak menguntungkan. Bila dilihat dari sudut pandang fungsi serta sifatnya,

sebetulnya jenis ruang di dalam rumah adalah berbeda, meskipun ada juga yang

mempunyai fungsi dan sifat atau karakter yang sama.

Sebagai contoh, misalnya ruang keluarga mempunyai fungsi dan sifat yang sama

dengan ruang santai dan home theatre. Sedangkan ruang kerja mempunyai fungsi dan

sifat yang mirip dengan ruang belajar, serta ruang studio. Sifat dan kerakter masing-

masing ruang tersebut, berbeda beda. Untuk itu meletakkan atau menata ruang

sedemikian rupa membutuhkan konsep yang mempertimbangkan aspek estetis,

kenyamanan, kejiwaan, dan kearifan lokal, sehingga menimbulkan suatu tatanan yang

serasi dan terpadu menjadi satu kesatuan yang melahirkan suasana yang nyaman dan

menyenangkan.

Untuk melakukan penataan ruang-ruang yang mempunyai fungsi dan sifat yang

berbeda-beda, namun menjadi satu kesatuan yang harmonis serta merata akses

pencapaiannya, dapat dilakukan beberapa cara sebagai berikut:

11
1. Meletakkan ruang (space) pengikat berupa ruang keluarga ruang makan,

maupun ruang santai di antara rung-ruang lainnya.

2. Meletakkan ruang-ruang dengan fungsi dan sifat mirip dalam satu daerah (zona

yang sama) , misalnya teras, ruang tamu, dan garasi yang diletakkan pada daerah

publik atau zona bising.

3. Meletakkan ruang makan, ruang keluarga, ruang santai atau home theatre pada

daerah semi publik.

4. Meletakkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan, seperti ruang tidur

utama, ruang tidur anak, kamar mandi dan WC, ruang tidur pembantu, tempat cuci,

ruang jemur, ruang strika, gudang, ruang kerja, dan dapur pada daerah tenang.

5. Menyediakan ruang untuk sirkulasi yang cukup dan layak, agar tidak terjadi

tabrakan atau crossing antara anggota keluarga atau orang lain.

6. Apabila bentuk site mencukupi luasnya serta terletak di tepi jalan, maka

usahakan ruang tamu terletak di tempat yang mudah dijangkau dari jalan.

7. Apabila rumah tinggal akan dijadikan sebagai tempat usaha juga, maka

tempatkan ruang kerja pada bagian yang mudah di jangkau dari jalan.

8. Tempatkan ruang tidur utama, ruang tidur anak, ruang tidur pembantu, kamar

mandi dan WC, maupun tempat jemuran, gudang di daerah yang tenang.

12
9. Ruang-ruang pelayanan seperti dapur, ruang strika, gudang dan lain sebagainya

ditempatkan pada daerah yang tidak berhubungan langsung dengan ruang tamu,

karena akan menimbulkan ganguan bunyi dan bau pada saat ada tamu.

10. Apabila ingin menciptakan suasana makan dan isterahat yang nyaman dan

tenang, maka dapat menempatkan teras pada bagian samping atau belakang rumah,

persis di depan ruang makan dan ruang keluarga, agar pada saat makan tidak

terganggu oleh bunyi-bunyian dan udara yang kotor.

11. Jika rumah bertingkat, sebaiknya tangga diletakkan pada tempat yang mudah

dijangkau serta terlihat dari segala arah.

12. Apabila menghendaki adanya rung tidur tamu, lengkap dengan kamar mandi

dan WC, maka sebaiknya diletakkan tidak jauh dari ruang tamu dan ruang makan.

Hal ini dimaksudkan agar sisrkulasi anggota keluarga tidak terganggu dan tamu juga

dapat melakukan aktivitas, seperti makan dan isterahat, serta bercengraman dengan

pemilik rumah pada ruang makan dan ruang keluarga tersebut dengan nyaman dan

santai.

2.3.1. Orientasi Bangunan

Untuk menentukan orientasi bangunan (arah hadapah bangunan), maka hal yang

perlu diperhatikan adalah: (a) peredaran sinar mata hari, (b) penentuan letak dan besar

pembukaan ruang pada bangunan, (c) penentuan bentuk atau tampak, (d) bahan atap

yang digunakan, dan (e) lokasi atau sisi persil tanah yang terdapat jalan (Supartono

Sastra, 2006). Konsep Perancangan Rumah Tinggal 21

13
1. Arah peredaran sinar matahari, untuk menghindari terjadinya penyinaran sinar

matahari secara penuh pada saat yang tidak diinginkan yang mengakibatkan ruangan

dalam rumah terasa panas dan silau, maka bangunan rumah tinggal tidak menghadap

tepat ke arah timur atau ke barat. Akan tetapi bilamana kondisi sistemnya memang

sudah menghadap ke timur atau kebarat, maka harus diupayakan agar sinar natahari

tidak masuk secara langsung ke dalam rumah. Hal ini dapat ditempuh dengan

memasang aksesioris atau penghalang sinar matahari di atas jendela atau pintu berupa

kanopi. Cara ini akan mengurangi dan menghalangi sinar matahari langsung masuk

ke dalam rumah.

2. Penentuan letak dan besar bukaan ruang, apabila akan membuat desain pintu

dan jendela, maka hendaknya dipertimbangkan terlebih dahulu bentuk (desain),

ukuran, letak, dan bahan yang akan digunakan. Desain hendaknya disesuaikan dengan

fungsinya (form follow fungction). Ukuran pintu, jendela serta ventilasi lainnya juga

harus ditentukan berdasarkan kebutuhan cahaya yang akan dimasukkan ke dalam

bangunan (luas bukang ruang harus proporsional dengan luasan ruang). Sebagai

contoh, pemasangan jendela yang besar dan panjang pada ruang tamu akan lebih

sesuai. Hal itu dikarenakan ruang tamu merupakan ruang umum yang membutuhkan

lebih banyak sinar serta aliran udara yang masuk. Akan tetapi, pemasangan tersebut

tidak sesuai untuk ruang tidur, karena ruang tidur akan terasa kurang nyaman apabila

terlalu terang dan silau.

3. Penentuan bentuk dan bahan atap , arah dan orientasi bangunan turut

dipengaruhi oleh bentuk atap. Bentuk atap tersebut dapat mempertegas arah hadap

bangunan. Di samping itu bentuk dan bahan atap juga akan sangat mempengaruhi

14
kenyamanan dan keindahan (estetis) bangunan tersebut. Dalam menentukan bahan

dan bentuk atap, harus mempertimbangkan arah hadap bangunan yang utama maupun

kenyamanan dan keindahan serta metode perawatan (maintenance) yang mudah.

2.3.2. Konsep Bentuk Bangunan (Fasad)

Hal utama yang harus diperhatikan untuk menentukan bentuk atau model

rumah adalah kesesuaian bentuk dan nuangsa arsitektur rumah terhadap lingkungan

sekitar. Hal ini sangat perlu karena apabila kehadiran bangunan rumah pada

lingkungan tidak sesuai, akan timbul hal-hal negatif. Hal itu antara lain kesenjangan

sosial, karena kahadiran rumah yang dibangun bisa dianggap sebagi saingan (rival)

terhadap bangunan-bangunan yang sudah ada sebelumnya di lingkungan tersebut.

Apabila akan membeli rumah jadi pada sebuah lokasi perumahan, sebaiknya diteliti

terlebih dahulu secara cermat, baik ukuran (tipe) maupun bentuk bangunan (desain),

fasilitas ruang serta jenis struktur yang dipakainya.

Perhatikan baik-baik kesesuaian hal-hak seperti yang telah dikemukakan

terdahulu dengan keinginan dan kebutuhan. Akan tetapi apabila akan membangun

rumah pada lingkungan bukan perumahan, maka bentuk dan desain sebaiknya

sesuaikan dengan fungsi, kegiatan atau aktivitas yang akan berlangsung serta estetika

maupun keadaan dan kondisi lingkungannya.

Bilamana indikator-indikator tersebut diperhatiakan dengan baik dalam

membangun rumah tinggal, maka penghuni rumah akan tinggal dengan betah dan

nyaman pada rumah tersebut. Bentuk-bentuk rumah yang sesuai dengan keadaan dan

iklim dinegara kita Indonesia Ini, adalah bentuk-bentuk rumah dengan gaya arsitektur

tropis, seperti gaya Country, Mediterania, maupun bentuk-bentuk bergaya minimalis

15
modern yang didominasi oleh pembukaan ruang. Gaya arsitektur semacam ini

membuat rumah akan terasa nyaman, tenang, dan sejuk dikarenakan tingkat

kelembaban yang cukup tinggi.

2.3.3. Konsep Tata Letak

Persil yang tersedia sangat menentukan posisi hadap bangunan rumah tinggal

yang akan dibangun. Walaupun desainnya sudah bagus dilihat dari tiga daerah, yakni

daerah publik atau umum, daeah semi publik atau daerah isolasi, dan daerah privat

atau pribadi. Oleh karena itu untuk menentukan posisi bangunan terhadap bentuk

dan organisasi persil yang tersedia diperlukan beberapa pertimbangan yang matang.

Pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kesesuain ukuran, bentuk dan arah bangunan terhadap karakteristik site

atau persil (kondisi existing). Dalam memahami karakteristik site, terdapat beberapa

pertimbangan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pertimbangan yang dimaksud

adalah, agar di kemudian hari bangunan tidak mengalami gangguan-gangguan, baik

dari sisi perawatan maupun segala yang berkaitan dengan peraturan dan syarat-syarat

pendirian bangunan (building codes). Adapun hal utama yang perlu diperhatikan

dalam pengelolaan karakteristik site/lahan menurut Edwar, T. White (1989) adalah

sebagai berikut: (a) Data keras (haed data), yaitu kondisi yang tidak mungkin diubah,

misalnya perbatasan tapak, building codes, iklim , dan lokasi utilitas, (b) Data lunak

(soft data), yaitu kondisi yang dapat dimodifikasi, misalnya Konsep Perancangan

Rumah Tinggal 23 vegitasi (tumbuh-tumbuhan dan taman), pemandangan (view),

lingkungan, kegiatan di atas tapak, kebisingan, serta kontur (topografi).

16
2. Buatlah muka bangunan sesuai sisi site yang menghadap ke jalan tersebut

agar memudahkan dalam penentuan bentuk bangunan (desain).

3. Aksesibilitas (pencapaian). Untuk menentukan letak pintu masuk ke site

dan keluar dari bangunan, maka harus melihat arah sirkulasi lalulintas yang berada di

sekitar site, sehingga memudahkan keluar masuknya kendaraan yang akan memasuki

bangunan tersebut (memudahkan aksesibilitas).

4. View (orientasi bangunan). Untuk memperoleh pemandangan yang baik

dan nyaman, maka perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan rumah

tersebut. Misalnya jika rumah terletak di persimpangan jalan, maka sebaiknya rumah

didesain menghadap ke kedua sisi jalan tersebut, dengan tetap mempertimbangkan

pembangian zoning pada penataan ruangnya.

17
BAB 3 METODE

3.1. Metode

Dalam penelitian atau penulisan makalah ini, peneliti menggunakan metode

penelitian literatur, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan

penelitian.

Untuk mendapatkan gambaran ‘idiografis’ pola tata ruang dalam rumah

tinggal serta kaitan-kaitannya digunakan pendekatan ‘Kualitatif Naturalistik’ guna

mengungkap fenomena ‘alamiah’ pada area kajian.

3.2. Cara Penelitian

Dalam penelitian ini manusia sebagai peneliti merupakan instrumen utama,

dimana pengumpulan data khusus untuk mengetahui karakteristik owner

seharusnya dilakukan melalui wawancara, pengamatan, time budget, pengukuran,

dokumen dan studi literatur. Namun kali ini data yang diambil hanya berasal dari

literatur yang ada.

18
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil yang didapat dari metode yang digunakan, yaitu metode literatur. Bahwa

ada beberapa ruang-ruang yang akan sangat menunjang aktivitas keseharian

owner. Ruang-ruang yang ada di dalam rumah tinggal tersebut harus bisa

disesuaikan dengan karakteristik bangunan dan karakteristik owner.

19
4.2. Pembahasan

4.2.1. Tema

Membangun sebuah hunian yang berada di daerah tropis memerlukan

bukaan bukaan lebar untuk aliran udara. Oleh karena itu arsitek memilih tema

Modern Tropis pada bangunan rumah tinggal ini. Pemilihan tema ini

ditujukan untuk menunjang kesejukan dan kenyamanan bangunan dengan

menyesuaikan kondisi lahan dan klimatologinya.

Kondisi curah hujan yang cukup besar, dan lintasan matahari menjadi

beberapa acuan dan pertimbangan dalam menentukan ruang-ruang maupun

bukaan pada dinding bangunan. Pemilihan warna-warna maupun material juga

menjadi permasalahan dalam membentuk hunian ini, warna dark dan abu akan

mendominasi bagian eksterior sedangkan interior akan dipilih warna-warna

soft sebagai unsur penenang dalam bangunan.

20
4.2.2. Konstruksi

Pada elemen dinding unsur konstruksi yang penting pada bangunan ini

adalah Bata, sedangkan untuk elemen kusen dan Pintu menggunakan

konstruksi kayu. Untuk rangka atap material konstruksi yang digunakan

adalah baja ringan. Kaca juga digunakan sebagai bukaan pada jendela maupun

beberapa pintu, untuk lantai dipilih material Granite dan laminated. Pemilihan

bahan-bahan material ini merujuk kepada konsep rumah Modern Tropis yang

berfasade sederhana namun berkesan mewah.

4.2.3. Vegetasi

Dengan rutinitas sehari-hari yang cukup melelahkan, maka kondisi harus

rumahnya dapat menjadi penyemangat saat owner istirahat dari berantai

aktifitas pekerjaannya. Oleh karena itu lebih baiknya harus ada tanaman yang

meneduhkan, berwarna dan bervariasi dari segi ukuran untuk berada pada

halaman depan maupun halaman belakang rumah dan tanaman yang mudah

untuk dirawat.

4.2.4. Pemrograman Ruang

1. Ruang Mayor

Dalam merencanakan sebuah hunian rumah tinggal, beberapa ruang utama

akan dikategorikan sebagai ruang mayor. Pada umumnya ruangan ini akan

menjadi tempat aktifitas utama bagi penghuni rumah. Dalam kasus

perencanaan ini ruang mayornya adalah : (1) Ruang Tamu, (2) Ruang

Keluarga, (3) Ruang Tidur Utama, (4) Ruang Tidur Anak.

1) Ruang Tamu

21
Ruang tamu adalah tempat pertama energi atau flow fengshui bisa

masuk dari pintu utama, lalu masuk ke ruang tamu. Jadi

pendistribusian pertama berada di ruang tamu. Jangan sampai dari

ruang tamu bisa terlihat sampai belakang rumah. Jadi harus ada

sekatan atau pisah antara ruang tamu dengan ruangan berikutnya.

2) Ruang Keleuarga

Ruang keluarga adalah ruangan yang damai. Memiliki ruang

keluarga yang seimbang sangat penting. Sebab, banyak kegiatan di

rumah yang dilakukan di ruangan ini. Ruang keluarga adalah area

untuk bersosialisasi dan bersantai bersama keluarga. pencahayaan

sangat penting di ruang keluarga. Semakin banyak pencahayaan,

semakin baik. Cahaya memungkinkan kita memiliki suasana hati yang

baik. Sebaliknya, ruang gelap dapat memicu depresi, menurunkan

getaran energi, serta terasa kurang mengundang.

3) Ruang Tidur Utama

Tak hanya sekadar meletakkan tempat tidur saja, namun ternyata

arah dan peletakkan tempat tidur di kamar tidur utama penting karena

berpengaruh pada kualitas tidur dan kesehatan. Dilansir dari Homify,

Rabu (10/2/2021), desainer interior Vastu Chandra menyarankan untuk

menempatkan kepala seseorang saat tidur di kamar tidur utama adalah

ke selatan atau barat. Tempat tidur harus ditempatkan dengan kepala

tempat tidur menempel pada dinding di selatan atau barat sehingga

kaki owner mengarah ke utara atau timur saat owner berbaring.

22
4) Ruang Tidur Anak

Saat menata kamar tidur anak, gunakan perspektif anak dengan

cara melihat dari jarak pandang anak. Misalnya, jika gagang lemari

anak terlalu tinggi, maka orang tua harus memikirkan konsep lemari

yang bisa digeser.

Sama halnya dengan perabot lain seperti kursi anak atau meja

anak, pilih yang masih bisa digunakan secara leluasa dengan anak

namun punya fleksibilitas yang tinggi untuk dipakai secara jangka

panjang. Kamar tidur anak harus memiliki ventilasi udara yang baik

seperti jendela atau lubang angin. Usahakan agar kamar tidur anak

punya sistem sirkulasi udara yang baik agar kesehatannya selalu

terjaga dengan baik.

Pemilihan cat dinding kamar, wallpaper, dan bahan utama kamar

tidur anak harus diperhatikan. Pilihlah bahan-bahan non-toxic, aman,

dan mudah dibersihkan.

Terakhir adalah dari segi penerangan ruangan. menghindari

pemilihan bohlam lampu yang memiliki daya pijar terlalu terang dan

tidak nyaman di mata. Penerangan yang memadai dengan akses yang

mudah dijangkau oleh anak.

2. Ruang Minor

Pada hunian ini, kondisi ruang minor yang dimaksudkan adalah sebuah

ruang yang tidak dijadikan tempat beraktifitas utama namun hanya sebagai

ruang penunjang. Beberapa ruang mayor pada bangunan ini adalah :

23
(1) Toilet, (2) Carport, (3) Teras.

1) Toilet

Berhubungan dengan toilet, peletakan toilet harus berada disektor

yang baik. Toilet diberikan ventilasi udara dan penerangan sebaik

mungkin. Selain itu, toilet sakan diberi cat dengan warna yang

sedikit lebih terang agar tidak menimbulkan kesan ruang yang

sempit.

2) Carport

Carport sendiri akan dibuat dengan ukuran standar dan dengan

desain yang selaras dengan desain rumah tinggal nanti.

3) Teras

Untuk teras sendiri, disini kita akan mengusung desain minimalis.

Tidak lupa ditambahkan tanaman hias agar memberikan kesan

hijau dan memanjakan mata.

3. Ruang Servis

Sebuah Hunian pastinya membutuhkan ruang-ruang yang dijadikan

sebagai sarana dalam menunjang berbagai aktifitas sehari-hari. Dalam

perencanaan bangunan ini ruang servis adalah : (1) Ruang Makan,

(2)Dapur.

1) Ruang Makan

Ruang makan yang kita terapkan tidak terlalu luas, karena itu

kita akan menggunakan meja dan kursi yang minimalis namun

24
tetap nyaman untuk digunakan. Pada dinding ruang makan akan

diberikan cermin, untuk menambah kesan terbuka ataupun luas.

2) Dapur

Dapur di desain secara minimalis, Dapur minimalis ini

didominasi furnitur serba putih dengan warna abu-abu pada bagian

cabinet atas dan bawah. Selain memberikan sedikit aksen pada

dapur, warna abu-abu dapat menciptakan kesan modern dan tidak

gampang kotor.

25
BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan kajian pustaka dan metode yang dilakukan, kita dapat menarik

kesimpulan bahwa karakteristik bangunan dengan tipe 36 yang bisa dibilang

minimalis, dapat tercipta sebuah rancangan bangunan yang sesuai dengan karakter

ataupun aktivitas keseharian owner. Tema yang diusung yaitu modern tropis,

untuk kondisi cuaca yang kita tahu curah hujan di Indonesia sangat tinggi maka,

ada beberapa pertimbangan untuk menentukan ruang-ruang dan bukaan pada

dinding banguanan.

Pemilihan tema ini ditujukan untuk menunjang kesejukan dan kenyamanan

bangunan dengan menyesuaikan kondisi lahan dan klimatologinya. Adapun

pemilihan warna pada material akan menjadi sesuatu yang penting, warna dark

dan abu akan mendominasi warna eksterior sedangkan interior akan dipilih

warna-warna soft sebagai unsur penenang dalam bangunan.

5.2. Saran

Hasil perancangan berbasis penelitian ini menunjukan adanya keterhubungan

yang kuat antara proses perancangan dengan proses penelitian. Dalam hal ini,

pengkajian mendalam dari pendekatan yang dipilih telah melahirkan kriteria

perancangan yang sesuai dengan apa yang dibubtuhkan oleh kasus perancangan

tersebut. Diharapkan karya tulis ini memberikan masukan kepada para arsitek

untuk dapat membenahi pola perancangan rumah tinggal yang memiliki

kecenderungan besar untuk mengalami perubahan di dalamnya. Dengan demikian

26
akan mewujudkan suatu karya arsitektur yang berkualitas dan mampu mengikuti

perkembangan zaman.

27
DAFTAR PUSTAKA

Widjayanti, Widjayanti (2007) PROFIL KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA

HUNIAN RUMAH TINGGAL Studi Kasus Rumah Desain Minimalis Ditinjau Dari Aspek

Pencahayaan Buatan. ENCLOSURE, 6 (2).

http://eprints.undip.ac.id/18660/

Zulfikar, Alya (2021) 7 Ide Denah Rumah Minimalis 3 Kamar Tidur Type 36 Terfavorit

2021, 99.co.

https://www.99.co/blog/indonesia/ide-denah-rumah-minimalis-3-kamar-tidur-type-36/

Muh. Fachri B.Z, (2021) Metode Perancangan Rumah Tinggal ( Perancangan Rumah

Tinggal Konsultan Perpajakan), academia.edu.

https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiAr67H-8_zAhU-

gtgFHQ5FBp0QFnoECAIQAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu

%2F13182610%2FMetode_Perancangan_Rumah_Tinggal_Perancangan_Rumah_Tinggal_Kons

ultan_Perpajakan_&usg=AOvVaw0jaxcf1bHde8ythUNd_SgV

28
29

Anda mungkin juga menyukai