Anda di halaman 1dari 11

KAIDAH DESAIN DAN PEMBANGUNAN RUMAH DALAM FIKIH ARSITEKTUR

sehingga layak dikatakan bangunan atau perumahan islam

Dosen Pengampu :

Yulianto,M.P.d.I

Disusun Oleh :

Arifki Maulidy (200606110084)

Tugas : UAS

KELAS STUDI FIQIH C

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas Rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul KAIDAH DESAIN DAN PEMBANGUNAN RUMAH
DALAM FIKIH ARSITEKTUR sehingga layak dikatakan bangunan atau perumahan islam
dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas UAS dari mata kuliah Studi Fiqih di
kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu, saya juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Yulianto,M.P.d.I.


selaku dosen mata kuliah Studi Fiqih. Saya juga mengucapkan terimakasih pada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 24 Desember 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................

1.3 TUJUAN......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................

2.1 PENGERTIAN RUMAH DALAM ISLAM……………………………

2.2 DESAIN RUMAH DALAM PANDANGAN FIKIH ARSITEKTUR……….

BAB III PENUTUP....................................................................................................

3.1 KESIMPULAN..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah tinggal adalah sesuatu yang sangat diperlukan untuk menegakkan agama
Islam dalam rangka wadah untuk membina keluarga sakinah, mawadah warahmah. Hal
ini perlu mendapatkan perhatian dari para arsitek muslim agar dapat menghasilkan
suatu acuan dasar bagi berkembangnya rumah islami yang diridhoi Allah swt.
Pengamalan Iman, Islam dan Ihsan dalam setiap pribadi muslim akan berpengaruh pada
perilaku akhlaq yang akan berpengaruh pada karakter pewadahan ruang. Rumah
tinggal muslim dan bukan muslim akan terlihat berbeda dilihat dari karakteristik nilai
dan aktivitas yang mendasarinya. Sebagai dasar semua aktivitas muslim adalah untuk
mencari ridho Allah, jadi semua aktivitas yang ditujukan untuk keridhoan Allah dinilai
sebagai ibadah. Ibadah terdapat dalam semua hubungan antara manusia dengan Allah
(hablum minallah), antar sesama manusia (hablum minannas) dan antara manusia
dengan alam semesta (hablum minal alamin). Pada kenyataannya nilai-nilai Islami
belum sepenuhnya diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan, terlihat pada wujud fisik
rumah tinggal yang dalam kenyataannya sangat beragam, tergantung pada pemahaman,
pemaknaan dan perilaku akhlaq yang diekspresikan secara terbuka maupun
tersembunyi oleh pemilik rumah. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan kata
akhlaq yang mempunyai pengertian perilaku yang didasari iman, kemudian
menghasilkan amal shaleh yang berwujud akhlaq mulia, sedangkan inti dari seni islam
adalah seni berlandaskan tauhid dan peradaban islam adalah peradaban tauhid. [1]

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian rumah dalam pandangan islam?


2. Bagaiamana kaidah desain rumah dalam pandangan fikih arsitektur?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui rumah dalam pandangan islam


2. Mengetahui kaidah desain rumah tinggal dalam pandangan fikih arsitektur

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RUMAH DALAM ISLAM

Hal tentang rumah tinggal telah disinggung dalam Al Qur’an dan Hadits. Diantaranya
ditemukan tentang hakekat rumah tinggal adalah untuk mendapatkan perlindunganNya
dibumi. Seperti dikatakan dalam al quran surat An-nahl ayat 80 yang berbunyi :

ْ َ‫َوهّٰللا ُ َج َع َل َل ُك ْم م ِّۢنْ ُبي ُْو ِت ُك ْم َس َك ًنا وَّ َج َع َل لَ ُك ْم مِّنْ جُلُ ْو ِد ااْل َ ْن َع ِام ُبي ُْو ًت ا َت ْس َت ِخ ُّف ْو َن َها َي ْو َم َظعْ ِن ُك ْم َو َي ْو َم ِا َق ا َم ِت ُك ْم ۙ َومِنْ ا‬
‫ص َوافِ َها‬
‫ار َهٓا اَ َث ًاثا َّو َم َتاعً ا ا ِٰلى ِحيْن‬
ِ ‫ار َها َواَ ْش َع‬ ِ ‫َواَ ْو َب‬
Artinya : Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal dan Dia
menjadikan bagimu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit hewan ternak yang kamu
merasa ringan (membawa)nya pada waktu kamu bepergian dan pada waktu kamu
bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-
alat rumah tangga dan kesenangan sampai waktu (tertentu)

.‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل َت ْد ُخلُ ْوا ُبي ُْو ًتا َغي َْر ُبي ُْو ِت ُك ْم َح ٰ ّتى َتسْ َتْأ ِنس ُْوا َو ُت َسلِّم ُْوا َع ٰ ٓلى اَهْ لِ َه ۗا ٰذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. dan rumah tinggal berfungsi
untuk mewadahi aktifitas ketaatan pada Allah/taqwa (Hadits). Pengertian rumah
tinggal islami pada uraian diatas mengandung unsur makna fisik berupa wujud rumah
tinggal islami dan mengandung makna spiritual berupa nilai prinsip islami berdasar Al
Qur’an dan Hadist[2]

2.2 DESAIN RUMAH DALAM PANDANGAN FIKIH ARSITEKTUR

- Penempatan bak air untuk bersuci

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hakim, dan Ibnu Hibban
menyebutkan bahwa Apabila air itu telah mencapai dua qulla, maka ia tidak
menanggung kotoran (dalam lafazh lain: “tidak najis”)[3]. Angka dua qulla ini sebagai
angka minimal volume air tersebut dapat dipakai untuk bersuci. Jika dihitung dengan
satuan liter 2 qulla menurut al Nawawi, setara dengan 174,580 liter, menurut al Rafi'i
setara dengan 176,245 liter; sedangkan menurut Imam al Bagdadi, 2 qulla setara

4
dengan 245,325 liter. Maka konnsekuensi standar minimal volume ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam merancang tempat penampungan air, di mana minimal
ukuran yang memenuhi persyaratan suci dan tidak najis adalah panjang x lebar x tinggi
yang berukuran 60 cm x 60 cm x 70 cm = 252.000 cm2 atau 252 liter. [4]

- Penempatan Posisi Toilet/kakus

Dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Muttafaq Alaihi (dan lafadznya milik
Muslim), Rasulullah SAW telah bersabda “Janganlah sekali-kali salah seorang kamu
menyentuh kemaluannya dengan tangan kanannya saat sedang kencing, jangan pula
membersihkan bekas kotorannya dengan tangan kanan, dan juga jangan bernafas dalam
tempat air”[5]. Hadits tersebut secara jelas memberikan panduan bagi seorang muslim
dalam aktivitas membersihkan diri (istinja). Adapun salah satu impikasi disainnya
adalah terkait penataan peletakan posisi toilet/kakus terhadap sumber air untuk
membersihkan hadas. Dengan meletakkan wadah air untuk bersuci di sebelah kanan
dari toilet / kakus (secara tidak langsung membentuk pola aktivitas tertentu (tangan
kanan mengambil air, tangan kiri membersihkan kotoran). Selain itu setting tersebut
juga diharapkan dapat mengurangi risiko timbulnya cedera otot. Untuk aspek
ergonomis, ketinggian lantai toilet dapat lebih ditinggikan sekitar 15-20 cm dari
ketinggian lantai kamar mandi.
Selain itu berdasarkan HR Bukhari dan Muslim yang berbunyi “Janganlah menghadap
atau membelakangi kiblat ketika buang air besar atau buang air kecil”[6], maka
orientasi arah hadap toilet / kakus / urinoir menjadi elemen penting yang harus
diperhatikan oleh perancang. Di Indonesia yang arah kiblatnya berorientasi ke arah
barat, maka sebisa mungkin arah hadap toilet / kakus / urinoir dibuat menghadap ke
arah utara dan/ataupun ke selatan.

- Fasilitas tempat wudhu

Wudhu merupakan sebuah aktifitas rutin yang dilakukan oleh kaum muslim. Setiap
sebelum sholat seseorang harus mempunyai wudhu karena itu syarat sah sholat.
Aktifitas wudhu ini melibatkan unsur air dalam praktiknya. Oleh karenanya
Menyediakan area wudhu yang aman, nyaman dan sehat bagi pengguna rumah
memerlukan usaha perancangan yang sangat mendetail. Saat mendesain tempat wudhu
kita harus menenentukan lokasi area wudhu di dalam rumah, menciptakan akses yang
baik dan aman antara area wudhu dengan ruang shalat, penerapan konsep privasi
terkait perbedaan gender penggunanya. [7]

- Fasilitas musholla di rumah tinggal

Musholla sejatinya menjadi salah satu bagian terpenting dan utama dalam perancangan
hunian umat muslim. Karna jika terdapat musholla para penghuni cenderung sholat
berjamaah. Merubah mindset terkait peran musholla di hunian menjadi prasyarat
penting dalam perancangannnya. Musholla haruslah dipandang sebagai ruang inti
didalam hunian, bukan hanya sekedar fasilitas yang didesain seadanya. Musholla

5
dengan arah kiblatnya, menjadi acuan utama orientasi peletakan ruang-ruang lain di
dalam rumah tinggal / bangunan. Musholla juga tidak hanya dipandang sebagai sarana
penunjang untuk beribadah, tapi juga sebagai wadah kajian keislaman pada level
keluarga. Oleh karenanya musholla perlu didesain dengan mengedepankan aspek
syari’ah, fungsi dan estetika. Terkait fungsi musholla sebagai tempat melaksanakan
shalat, sebuah Hadits Riwayat Ibnu Majah Al-Qozwini menyebutkan “Barang siapa yang
menutupi suatu celah (dalam shaf), niscaya Allah akan mengangkat derajatnya
karenanya dan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga”.[8]

- Privasi dalam Hunian

Privasi dalam Islam dipahami sebagai perlindungan terhadap gangguan, baik gangguan
pandangan (visual), suara, maupun gangguan dalam bentuk lain dimana seseorang
diwajibkan meminta ijin apabila akan melakukan sesuatu disekitar tempat seseorang
berada / tinggal. Gangguan terhadap privasi melalui pandangan juga diatur dengan
tegas dalam Islam, sehingga Islam menerapkan aturan.pemakaian hijab atau tabir sekat
terutama untuk istri-istri nabi (QS 33 : 35), meskipun hal ini tidak diwajubkan bagi
umat nabi tapi dalam prakteknya hal ini kemudian ditiru oleh kaum muslim sebagai
sunah. Dalil ini memberi gagasan territorial yang jelas bahkan bersifat fisik dan tangible
dengan adanya hijab.[9] Aplikasi penataan ruang yang menjaga hijab penghuninya,
terutama perempuan, adalah dengan pemisahan zona/wilayah publik dan private.
Selain itu pemakaian dan pemilihan jenis elemen pembatas juga sebagai unsur yang
menentukan ruang tersebut menjadi privasi atau tidak. Seperti contoh ruang kamar itu
merupakan privasi. [10]

- Pola Denah Bangunan

dimulai dari meletakkan zone plan secara benar. Lalu Pisahkan ruang pembantu dan
service agar mudah pergerakan manusia di dalamnya. Juga pembantu akan merasa
dihormati karena diberikan ruang khusus yang bahkan bila ada keluarganya datang ia
bisa menerimanya dengan leluasa di areal privasinya. Letak kamar mandi dengan dapur
jangan berdekatan karena menghindari bau tak sedap jika sedang makan. Ruang kamar
tidur tidak boleh di area ruang tamu karena untuk melindungi privasi pemilik kamar.
Segala aktivitas di dalam rumah dan isinya di batasi dengan partisi supaya tetap terjaga
privasi nya terhadap tamu yang datang

- Ruang tamu

Ruang tamu adalah ujung tombak silaturrahim dengan orang diluar keluarga inti yang
nonmuhrim. Menurut aturan Islam dikenal adab bertamu dan menerima tamu dengan
memperhatikan aturan berhijab bagi laki-laki nonmuhrim. Pada prinsipnya rumah
adalah aurat, sehingga tidak dinampakkan pada orang luar, terkait dengan privasi
penghuni rumah, karena Islam sangat memperhatikan privasi masing-masing anggota
keluarga. Hijab adalah tabir pemisah yang digunakan untuk menghalangi pandangan

6
untuk menjaga kesucian pandangan antar nonmuhrim, dapat berupa hijab permanen
maupun non permanen.

Di anjurkan kalau bisa ruang tamu juga terpisah dari ruang privasi. Hingga saat orang
masuk di hall ruang makan dan ruang keluarga yang menyatu, akan merasa nyaman.
Dalam hadist riwayat Muslim dan Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫هلل َو ْال َي ْو ِم ْاألخ ِِر َف ْلي ُْك ِر ْم‬


ْ‫ضي‬ َ ‫َمنْ َك‬
ِ ‫ان يُْؤ مِنُ ِبا‬

Artinya : “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia memuliakan
tamunya.”

Hadist ini memberikan penjelasan bahwa ada kaitan antara iman seseorang dan
memuliakan tamu. Islam memandang memuliakan tamu tidak hanya sebagai faktor
penting dalam membangun kehidupan manusia, tetapi juga menjadi ukuran keimanan
seseorang.
- menambah taman di dalam rumah supaya lebih refresh dan udara tambah sejuk. Hal
ini penting. Karena manusia bukan robot. Secara fitrah ia senang yang alami dan aliran
hawa yang sejuk. Seperti firman Allah dalam al-quran

ْ‫ض رً ا ُن ْخ ِر ُج ِم ْن ُه َح ًّب ا ُم َت َرا ِك ًب ا َوم َِن ال َّن ْخ ِل مِن‬ ِ ‫ات ُك ِّل َشيْ ٍء َفَأ ْخ َرجْ َنا ِم ْن ُه َخ‬َ ‫َوه َُو الَّذِي َأ ْن َز َل م َِن ال َّس َما ِء َما ًء َفَأ ْخ َرجْ َنا ِب ِه َن َب‬
‫ظ رُوا ِإلَ ٰى َث َم ِر ِه ِإ َذا َأ ْث َم َر َو َي ْن ِع ِه ۚ ِإنَّ فِي‬
ُ ‫َّان ُم ْش َت ِبهًا َو َغ ْي َر ُم َت َش ِاب ٍه ۗ ا ْن‬ َ ‫الز ْي ُت‬
َ ‫ون َوالرُّ م‬ َّ ‫ب َو‬ ٍ ‫ت مِنْ َأعْ َنا‬ ٍ ‫َط ْل ِع َها قِ ْن َوانٌ دَا ِن َي ٌة َو َج َّنا‬
ٍ ‫َذلِ ُك ْم آَل َيا‬ٰ
َ ‫ت لِ َق ْو ٍم يُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬

Artinya : Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau
itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai,
dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa
dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.( surat Al-an'am :99) [11]

- Pembagian zona antar ruang

1) zona publik, terdiri dari : akses jalan utama; halaman dan terras depan; ruang tamu;
2) zona semi privat, terdiri dari: ruang keluarga, ruang makan; 3). zona privat, terdiri
dari: ruang tidur utama dan anak; 4) zona servis, terdiri dari: ruang dapur; gudang;
kamar mandi dan wc. Disamping itu ada yang dinamakan ruang sakral yaitu ruang
untuk sholat. Teritori yang dapat diakses oleh tamu nonmuhrim hanya sampai dengan
ruang publik saja. Keberadaan ruang tamu ini hendaknya terhijab (baik permanen
maupun non permanen) dari ruang-ruang lain dalam rumah, sehingga tamu nonmuhrim
yang berkunjung tidak dapat melihat ruangan untuk kegiatan privat dalam rumah. Ini

7
dimaksudkan agar privasi tuan rumah terjaga, jika pemilik rumah adalah seorang
perempuan, maka dia bebas melepas jilbabnya dengan melakukan aktivitas apapun
dalam rumah tanpa kuatir kalau tamu yang datang bisa melihatnya. Ruang keluarga ini
bisa berfungsi juga sebagai ruang makan. Ruangan ini sebagai tempat bercengkrama
anggota keluarga, bermusyawarah atau mendiskusikan sesuatu, dapat dijadikan sarana
antar anggota keluarga supaya merasa dekat dan akrab satu dengan yang lainnya dalam
lingkup keluarga tingkat kedua dan keluarga inti yang semuanya dalam kategori
muhrim. [12]

- Ruang makan

Ruang makan didesain sesuai dengan tata cara adab makan sesuai dengan tuntunan
Rasul, yaitu makan dalam posisi duduk (dalam kondisi normal), bukan dalam posisi
berdiri. Hal itu berimplikasi pada penyediaan sarana perabotan untuk makan dalam
posisi duduk, dalam arti posisi duduk di kursi, menggunakan meja kursi atau dengan
posisi duduk di bawah, menggunakan alas tikar, atau karpet. Pada prinsipnya aturan
Islam tentang makan minum dapat diterapkan.
- Ruang multi fungsi

Ruang multi fungsi dikenal, terutama karena semakin terbatasnya lahan atau untuk
menampung aktivitas yang beragam dalam satu ruang dengan penjadwalan waktu yang
berbeda, yaitu memakainya dalam waktu yang bergantian. Ruang tersebut biasanya
bukan untuk ruang yang bersifat privat. Sebagai contoh ruang makan, digunakan pada
saat makan, tetapi sesedah makan selesai digunakan untuk bersantai sambil bergurau
dengan keluarga sambil menonton tv, maka ruang tersebut digunakan juga untuk ruang
keluarga. Ruang multi fungsi yaitu satu ruang yang mewadahi berbagai fungsi, berbagai
kegiatan, biasanya disebabkan karena terbatasnya ruang dan lahan. Penghuni
diharapkan masih dapat bersyukur, karena masih dapat memanfaatkan apa yang ada
walaupun serba terbatas.

- Seni hias Islami

adalah seni hias yang bertujuan untuk menambah keimanan,mendekatkan diri pada
Allah dan sebagai pengingat kebesaran Allah. Seni Islami bersifat sebagai hiasan estetis
yang bernuansa Islam, yaitu hiasan dengan tidak menggunakan makhluk bernyawa di
dalam hiasannya, sebagai penambah estetika ruang interior maupun eksterior, berupa
hiasan floris, hiasan geometris dan hiasan kaligrafis. Pada intinya segala hiasan yang
dipajang dimaksudkan agar dengan melihat hiasan tersebut, maka penghuninya atau
yang melihatnya akan merasa lebih dekat kepada Allah. Keindahan yang terlihat adalah
sebagian keindahan milik Allah. Segala hiasan estetis ditujukan untuk lebih mengingat
pada kebesaran Allah.

- Ruang luar dan sanitasi

pada dasarnya adalah memberikan keseimbangan pada bangunan, di imbangi dengan


ruang luar yang berupa taman, agar rumah menjadi sejuk dan perlu diperhatikan juga
8
agar siklus air tetap terjaga, pada saat hujan air dapat sebagian meresap kembali ke
dalam tanah di halaman kita. Hal tersebut merupakan salah satu contoh hubungan
antara manusia dengan alam (hablum minal alamin). Fungsi taman disamping
menyejukkan pandangan, juga berfungsi mengurangi polusi udara, ramah lingkungan,
meghasilkan udara segar dan ikut melestarikan siklus alam. Dalam hal ini ajaran Islam
bersifat Rahmatan lil alami, yaitu memberi manfaat pada diri sendiri, keluarga dan
lingkungan sekitarnya.[13]

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembangunan rumah umat islam sudah seharusnya mengikuti anjuran dalam


pandangan fikih arsitektur agar terhindar dari perbuatan yang dapat melanggar dalam
islam dan juga agar membantu penghuni rumah untuk menjalankan syariat islam
dengan mudah

DAFTAR PUSTAKA

[1] Al Faruqi, Ismail Raji, 1999, ”Seni Tauhid, Esensi dan Ekspresi Estetika Islam”,
Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta

[2] Rasdi, Mohd , Mohd Tajuddin, 2003, Traditional Moslem Architecture in Malaysia,
Monograph Kalam Volume 2, Fakulti Alam Bina, University Teknologi Malaysia

[3] Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Lengkap Bulughul Maram (Akbar Media,
2007).

[4] Agung Sedayu, “Kamar Mandi Sebagai Tempat Bersuci (Thaharah),” El-Harakah 13,
no. 1 (2011).

[5] Al-Asqalani, Terjemah Lengkap Bulughul M

[6] Johar Arifin, “Pendekatan Ulama Hadis Dan Ulama Fiqh Dalam Menelaah
Kontroversial Hadis,” Jurnal Ushuluddin 22, no. 2 (2014): 145–154.

[7] Ahmed Mokhtar, “Challenges of Designing Ablution Spaces in Mosques,” Journal of


Architectural Engineering 9, no. 2 (2003): 55–61.

[8] Abu Muawiah, “Wajibnya Merapatkan Dan Meluruskan Shaf,” Al-Atsariyyah.Com,


2008, accessed October 19,

9
[9] Burhanuddin Burhanuddin, “Konsep Teritori Dan Privasi Sebagai Landasan
Perancangan Dalam Islam,” JURNAL ARSITEKTUR 2, no. 2 (May 31, 2012): 1–7.
[10] Sukmayati Rahmah, “Pengaruh Hijab Perempuan Pada Tata Ruang Rumah Tinggal
Muslim,” Egalita 7, no. 1 (October 11, 2012): 117–131.

[11] Anan Nadriasta (2008): arsitek@eramuslim.com. tertanggal 10 Januari 2008, yang


berjudul: Perumahan Islami dengan Konsep Andalusia

[12] Mortada, Hisham. 2003. Traditional Islamic Principles of Built Environment.


Routledge Corzon: London, p 34-35

[13] Nurjayanti, W, 2011, “Islamic Housing Pattern in Kauman Surakarta”, Prosiding


Seminar Internasional Intregrating Islam and Knowledge: Social Sciences and
Technology, UMS, Surakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai