Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TAFSIR MAUDHU’I IBADAH

AQIQAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Maudhu’i Ibadah
Dosen Pembimbing : Ansor Bahary, MA

Disusun oleh :

Fajar Hanapie Hasibuan


Cipta Fauzan Adima

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
Jl. Batan I, No. 63 Pasar Jum’at, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta
Selatan 12440

TAHUN 2021 M-1443 H

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah subhanahu
wa ta’ala Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Solawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
alam, baginda kita Nabi Muhammad SAW. yang telah menunjukkan dan
membimbing umatnya kepada jalan islam yang damai serta mengajarkan cara
untuk mengenal Allah subhanahu wa ta’ala.

Alhamdulillah ‘ala kuli hal Makalah dengan judul “(AQIQAH)” dapat


kami selesaikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Maudhu’i
Ibadah dan didiskusikan bersama dengan tujuan agar dapat berbagi manfa’at
khususnya bagi kami dan umumnya bagi yang lainnya.

Kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dan juga kami minta maaf
apabila pembaca menemukan kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan
makalah ini, karena kami masih dalam tahap belajar sama seperti teman-
teman lainnya.

Villa inti Persada, 15 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
.........................................................................................................................
I

DAFTAR ISI
.........................................................................................................................
II

BAB 1 PENDAHULUAN
.........................................................................................................................
1

A. Latar Belakang
.............................................................................................................
1
B. Rumusan masalah
.............................................................................................................
2
C. Tujuan
.............................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN
.........................................................................................................................
3

A. Pengertian Aqiqah
.............................................................................................................
3

iii
B. Ayat dan Hadits tentang Aqiqah
.............................................................................................................
4
C. Manfaat / Hikmahnya
.............................................................................................................
8

BAB III PENUTUP


.........................................................................................................................
9

A. Kesimpulan
.............................................................................................................
9

DAFTAR PUSTAKA
.........................................................................................................................
10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqiqah adalah suatu rangkaian kegiatan merayakan kelahiran anak
dengan menyembelih binatang yang dilakukan pada hari ketujuh, lalu
dagingnya disedekahkan pada fakir miskin bersamaan dengan mencukur

iv
rambut kepala anak serta memberikan nama anak. Aqiqah cukup populer
ditengah-tengah masyarakat Indonesia.
Anak merupakan amanah yang diberikan Allah SWT kepada orang tua
untuk dijaga dirawat, dilindungi dan dididik. Setiap orang tua mendambakan
anak yang shaleh, berbakti dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua
orangtuanya. Aqiqah merupakan salah satu ajaran Islam yang dicontohkan
Rasulullah SAW. Aqiqah hukumnya sunnah muakad (mendekati wajib).
Aqiqah adalah bentuk rasa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah
SWT kepada hambanya dalam bentuk rizki seorang anak. Dengan
mendapatkan nikmat tersebukt seseorang yang melaksanakan ibadah aqiqah
diharapkan dapat berbagi kegembiraan kepada para kerabat, tetangga, dan
teman dekat sehingga menumbuhkan ikatan rasa cinta kasih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aqiqah ?
2. Sebutkan Ayat dan Hadis tentang Aqiqah?
3. Apa Manfaat / Hikmahnya ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Aqiqah

5
2. Mengetahui Ayat dan hadis tentang Aqiqah
3. Mengetahui Manfaat / Hikmahnya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqiqah
Menurut bahasa aqiqah berarti bulu atau rambut anak yang baru lahir.
Sedangkan dalam makna istilah artinya menyembelih hewan untuk kelahiran
anak laki-laki atau anak perempuan ketika masih berusia 7 (tujuh) hari atau 14
(empat belas) hari atau 21 (dua puluh satu) hari. Bahkan juga dilaksananakan

6
cukur rambut dan diberikan nama kepada anak yang baru lahir. Menurut para
ulama, pengertian aqiqah secara etimologis ialah rambut kepala bayi yang
tumbuh semenjak lahirnya.
Aqiqah sendiri memiliki makna penyembelihan hewan yang dilakukan
karena kelahiran anak dan dilakukan pada hari ketujuh kelahiran. Secara
etimologis, aqiqah berarti rambut yang ada di kepala bayi yang baru lahir.
Orang-orang Arab lantas menamakan aktivitas penyembelihan hewan ketika
melaku kan pengguntingan rambut si bayi itu dengan aqiqah, sesuai dengan
kebiasaan mereka me namakan sesuatu dengan hal yang menjadi penyebabnya
atau yang berkaitan langsung dengannya.1
Imam Ibnu Qudamah berkata, "Aqiqah adalah hewan yang disembelih
untuk bayi yang baru lahir. Ada yang berpendapat adalah makanan yang
dibuat untuk tamu yang diundang dalam rangka kelahiran bayi."2 Aqiqah
hukumnya sunnah mu'akkadah (sunnah yang ditekankan).
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, (XIII: 392), ia berkata, "Abu 'Ubaid
berkata, 'Pada dasar nya makna aqiqah adalah rambut pada bayi yang baru
lahir. Bentuk jamaknya 'aqaiq. Kemudian orang Arab menyebut hewan yang
disembelih ketika pen cukuran rambut sebagai 'aqiqah, sesuai kebiasaan
mereka menamakan sesuatu dengan nama faktor penyebabnya atau sesuatu
yang mengiringinya. Kemudian istilah ini masyhur hingga menjadi istilah
populer, dan makna 'rambut di kepala bayi yang baru lahir' tenggelam di dalam
makna ini. Sehingga ketika kata 'aqiqah disebutkan secara mutlak, maka yang
dipahami adalah hewan yang disembe lih. Ibnu Abdil Barr berkata, "Ahmad

1
Wahbah azzuhaili, Fiqul islam wa adillatuha; ter. Abdul Hayyie al-khattani, dkk
(Damaskus: Darul Fikr, 2007), cet x, hal 295
2
Sa'id bin Ali bin Wahi Al-Qahthani, Tarbiyatul Aulad; ter. Muhammad Muhtadi, (Solo:
Zamzam, 2015), cet II, hal 87

7
mengingkari penafsiran ini, ia berkata, "Kata 'aqiqah tidak lain bermakna
penyembelihan hewan."
Imam Ibnu Qayyim mengatakan bahwa: Imam Jauhari berkata: Aqiqah
ialah menyembelih hewan pada hari ketujuh dan mencukur rambutnya.
Selanjutnya Ibnu Qayyim berkata: "Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah
itu disebut demikian karena mengandung dua unsur diatas dan ini lebih
utama".
Pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari lahir, ini
berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: "Setiap
anak itu tergadai dengan hewan akikahnya, disembelih darinya pada hari ke
tujuh, dan beliau dicukur, dan diberi nama." (HR. Imam Ahmad dan
Ashhabus Sunan, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi).

B. Ayat dan hadis tentang Aqiqah


1. Surah Al Haji ayat 34

ِ ِ ِ َِّ ‫ولِ ُك ِل أ َُّم ٍة جعلْنَا منْس ًكا لِي ْذ ُكروا اسم‬


ُ‫يم ِة األنْ َع ِام فَِإ ََلُ ُك ْم إِلَهٌ َواح ٌد فَ لَه‬
َ ‫اَّلل َعلَى َما َرَزقَ ُه ْم م ْن ََب‬ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ِّ َ
‫ي‬ ِِّ َ‫َسلِ ُموا َوب‬
َ ِ‫ش ِر ال ُْم ْخبِت‬ ْ‫أ‬

Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah kami syariatkan


penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap

8
binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka
Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu
kepada-Nya, dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang tunduk
(patuh) pada Allah.”

Kosakata:

1. Mansakan ‫س ًكا‬
َ ‫ ( َم ْن‬al-Ḥajj/22: 34)
Kata mansak adalah bentuk maşdar (kata jadian) dari kata
nasaka-yansuku-nusukan-mansakan, yang berarti beribadah. Bentuk
jamaknya adalah manasik. Darinya terambil kata nasikah yang berarti
ibadah, atau hewan kurban yang harus disembelih saat seseorang
melanggar suatu larangan di dalam haji. Bentuk jamaknya adalah
nusuk sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah Ta'ala,
"Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu
ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu berpuasa atau
bersedekah atau berkorban." (al-Baqarah/2: 196) Tetapi, menurut
Sa'lab kata ini terambil dari kalimat nasaka al-fiddah yang berarti ia
melebur perak hingga hilang kotorannya. Seorang ahli ibadah disebut
näsik karena ia membersihkan dirinya dari kotoran dosa. Kata
mansakan di dalam ayat yang sedang dibahas ini memiliki makna
penyembelihan kurban. Jadi, maksud ayat ini adalah bahwa Allah
menetapkan setiap umat untuk taqarub kepada Allah dengan cara
menyembelih hewan kurban.3

2. Bahimatul-an'am ‫يم ِة األنْ َع ِام‬ِ


َ ‫( ََب‬al-Hajj/22: 34)

3
Kementerian Agama, al-Qur’an dan tafsirnya; (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Kementerian Agama, 2009), cet v, hal 402

9
Kata bahimah terambil dari kalimat abhama al-kalam yang
berarti ia menyamarkan ucapannya. Binatang disebut demikian karena
ia tidak berbahasa dan suaranya tidak bisa dimengerti. Pendapat lain
mengatakan bahwa kata bahimah berarti setiap hewan yang tidak
menalar. Bentuk jamaknya adalah bahä'im. Darinya terambil kata
kalām mubham yang berarti ucapan yang samar. Kalimat darabahu
fawaga'a mubhaman berarti ia memukulnya sehingga jatuh pingsan
tanpa bisa bicara dan berpikir sehat. Darinya juga diambil kata lailun
bahim yang berarti malam yang gelap tanpa ada cahaya hingga subuh.
Kata al-an'am adalah jamak dari kata na'imah. Kata ini
terbentuk dari kata ni'mah yang berarti anugerah. Masyarakat Arab
menyebut binatang ternak dengan kata na'imah karena ia merupakan
anugerah yang sangat. berharga bagi mereka, hampir semua bagian
dari binatang ternak bisa dimanfaatkan. Pada mulanya kata ini
digunakan untuk menyebut unta, kemudian berkembang dan
mencakup sapi dan kambing. Penyandaran kata bahīmah pada kata al-
an 'am itu sama kategorinya dengan penyandaran kata šaub (pakaian)
pada kata khuzzin (sutera), maksudnya pakaian sutera.

َ ِ‫ ال ُْم ْخبِت‬Mukhbit (al-Hajj/22: 34)


3. kata ‫ي‬

َ ِ‫ )ال ُْم ْخبِت‬al-mukhbitin terambil dari kata al-khabt yaitu


Kata (‫ي‬

dataran rendah yang siap diolah guna berbagai manfaat. Patton kata
yang digunakan ayat ini bermakna orang yang berjalan di dataran
rendah. Kata tersebut secara majāzi bermakna orang yang rendah hati,
tidak angkuh, tulus, tidak pamrih, serta selalu siap melakukan hal-hal
yang bermanfaat.4

4
Shihab, M. Quraisy, pesan, kesan dan kelestarian Al-Qur’an; (Jakarta : Lantera Hati, 2022),
cet II, hal 54

10
Munasabah :

Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa siapa yang


menghormati syi'ar-syi'ar Allah, memilih binatang kurban yang baik,
gemuk, sehat dan tidak cacat, maka sesungguhnya perbuatan yang
demikian adalah perbuatan orang yang benar-benar takwa kepada
Allah. Pada ayat-ayat ini dijelaskan cara-cara berkurban, yaitu dengan
menyebut nama Allah dan mengucapkan takbir waktu
menyembelihnya.

Asbabun Nuzul :

Asbabun Nuzul Surat al-Hajj berisi tentang bagaimana


dijelaskannya ibadah haji, kurban, beserta tata caranya. Tetapi selain
itu surat al-Hajj mempunnyai kandungan yang lainnya seperti
bertaqwa, menerangkan tentang hari akhir, berperang dan yang
lainnya. Surat ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu sebagian
ayatnya turun di Mekkah sebagian lagi di Madinnah. Jika kita
membahas turuNnya ayat al-Qur'an tentulah kita tidak bisa terlepas
dari asbabun nuzul (sebab-sebab turunya ayat) tetapi pada ayat 34 ini
tidak diketemukan asbabun
nuzul dari ayat tersebut.Menurut Tungku Muhammad Hasbi ash-
Shiddiegy ayat-ayat al-Qur an dibagi menjadi dua yaitu "ayat ayat
yang ada sebab nuzulnya dan ayat-ayat yang tidak ada sebab nuzulnya.
19) Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat ayat-ayat al-Qur'an yang
diturunkan tanpa di dahulul oleh sebab dan ada ayat yang diturunkan
di dahului oleh suatu sebab. Sebagaimana dalam surat al-Hajj ayat 34

11
yang pemakalah kaji, di turunkan tanpa di dahului oleh sebab dengan
kata lain surat al-Hajj ayat 34 tidak mempunyai asbabun nuzul.5

1. Hadis tentang aqiqah

Aqiqah Berdasarkan informasi Mu'jam al-Mufahras li al-fazh al Hadits


an Nabawi, dengan menggunakan kata kunci maka diperoleh informasi
bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh tiga orang mukharrij. yaitu Abu
daud, Addarimi dan Ahmad bin Hanbal. Dalam kajian ini penulis memilih
satu diantara tiga kitab yang disebutkan tersebut yaitu hadits yang terdapat
dalam kitab Sunan Abil Daud. Adapun Teks haditsnya sebagai berikut:

ِِ ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ
ُ‫ُك ُّل غُالٍَم َرهينَةٌ بِ َعقي َقته تُ ْذبَ ُح َعنْهُ يَ ْوَم َسابِعه َوُُْيلَ ُق َويُ َس َّمي ُك ُّل غُالٍَم َرهينَةٌ بِ َعقي َقته تَ ْذ بَ ُح َعنْه‬
‫يَ ْوَم َسابِعِ ِه َوُُْيلَ ُق َويُ َس َّمى‬

Artinya : “setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, disembelih untuknya


pada hari ketujuh dicukur rambutnya dan diberi nama”

Kosakata:

1. Kata ٍ‫غالَم‬
ُ (Ghulam) berarti seorang anak yang baru lahir, sampai ia
menjadi dewasa.
2. Kata ‫ع ِقيقَه‬
َ (aqiqah) diturunkan dari kata al-'aqqu, yang berarti
memotong. Asal kata al-'aqqu adalah asy syaqqu (membelah) dan al-
'aqqu (memotong). Binatang yang disembelih disebut 'aqiqah, karena
kerongkongannya dipotong. Rambut yang keluar di kepala bayi yang
baru lahir dari perut ibunya disebut 'aqiqah, karena rambut itu dicukur.
Zamakhsyari menyatakan bahwa penggunaan asli kata 'aqiqah' adalah

5
Kementerian Agama, al-Qur’an dan tafssirnya; (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur’an
Kementerian Agama, 2009), cet v, hal 403

12
untuk rambut yang dicukur, sedangkan penggunaan untuk hewan yang
disembelih adalah turunan darinya.6
Dalam pengertian lain juga dijelaskan bahwa (Aqiqah) berasal
dari kata 'Aqqa yang berarti mencukur. Atau menyembelihkan
kambing. Makna Hadits "Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya,
maksudnya adalah bahwa ayahnya terhalangi mendapat syafa'at dari
anaknya yang belum diaqiqahkan. Sedangkan Makna Asli aqiqah
adalah rambut yang ada di kepala bayi yang baru lahir.
3. Kata "‫( "رهينة‬Rahinah): Imam Ibnul Atsir berkata, "Sabda Rasulullah,
'Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya.” Kata rahinah berasal dari
kata rahn, huruf ha' untuk menunjukkan makna lebih, sama seperti
kata syatimah dan syatm. Kemudian keduanya digunakan untuk makna
morhun (yang digadai). Sehingga muncul ungkapan, 'Huwa rahn
bikadza wa rahinah bikadza (la digadai dengan nominal sekian).
Makna sabda beliau, Tergadai dengan aqiqahnya, bahwa aqiqah harus
dilakukan, tidak bisa ditinggalkan. Beliau menyerupakan keharusan
aqiqah dan tidak terlepasnya ia dari tanggungan dengan barang gadai
yang berada di tangan penerima gadai.7
Al-Khaththabi berkata, "Orang-orang membahas masalah
aqiqah ini. Pendapat terbaik disampaikan oleh Ahmad bin Hanbal, ia
berkata, Manfaatnya terlihat pada momentum pemberian syafaat.
Maksudnya, jika seorang bayi tidak diaqiqahi lalu meninggal selagi
kecil, ia tidak dapat memberi syafaat kepada kedua orang tuanya. Ada
yang berpendapat, maknanya adalah ia tergadai dengan penyakit yang
ada pada rambutnya. Mereka mengambil dalil dari sabda beliau, 'Maka
singkirkanlah kotoran darinya." Kotoran ini disebabkan darah rahim
yang melekat padanya sebagaimana maksud hadits dalam Shahih
Bukhari :
‫ فاريقوا عنه الدم وأميطوا عنه األذى‬،‫الغالم مرهتن بعقيقته‬

6
Sa'id bin Ali bin Wahi Al-Qahthani, Tarbiyatul Aulad; ter. Muhammad Muhtadi, (Solo:
Zamzam, 2015), cet II, hal 86
7
Sa'id bin Ali bin Wahi Al-Qahthani, Tarbiyatul Aulad; ter. Muhammad Muhtadi, (Solo:
Zamzam, 2015), cet II, hal 87

13
Artinya: "Seorang bayi tergadai dengan aqiqahnya, maka alirkan
darah (sembelihan aqiqah) untuknya dan singkirkan kotoran
(cukurlah rambut) darinya.

4. Kata “ ‫ ” يحلق‬berasal dari kata halaqa yang bermakna: Mencukur


rambut. Dalam sebuah hadits, disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari,
Rasulullah SAW berdo'a:

‫ي‬ ِِ
َ ‫اللهم اغفر ال ُْم َحلِّق‬
Artinya: "Ya Allah ampunilah orang orang yang mencukur."
Maksud hadits ini adalah orang yang mencukur rambut dalam
Ibadah Haji dan Umrah. Jadi makna yuhlaqu adalah dicukur
rambutnya, karena fi'il (kata kerja) nya dalam bentuk pasif (Fi'll
Majhul).8

C. Hikmah atau Manfaat dari Aqiqah

Adapun beberapa Manfaat / Hikmahnya dari Aqiqah diantaranya :

• Sebagai sarana untuk menghidupkan sunnah dari Nabi Muhammad


SAW dalam meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim AS ketika
menebus putra tercintanya yaitu Nabi Ismail AS.
• Aqiqah merupakan suatu tebusan bagi sang anak agar bisa memberikan
syafaat untuk kedua orang tuanya kelak di hari kiamat. Seperti
penuturan Imam Ahmad, “Dia tergadai dari memberikan syafaat bagi
kedua orangtuanya (dengan aqiqahnya).”

8
Jurnal Al -hikmah Vol. 12, no 2. Oktober 2015 ISSN 1412-5382

14
• Dalam pelaksanaan aqiqah terdapat unsur perlindungan dari gangguan
setan pada anak yang baru lahir, sesuai dengan maksud dari hadist yang
artinya “Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya”.
• Aqiqah sebagai sarana untuk menampakkan rasa gembira dan syukur
dalam melaksanaan syariat Islam serta bertambahnya keturunan
mukmin yang semakin memperbanyak jumlah umat Rasulullah di hari
kiamat kelak.
• Aqiqah merupakan sebuah bentuk pendekatan diri dan wujud rasa
syukur kepada Allah atas karunia yang diberikan dengan kelahiran
anak.
• Dengan pelaksanaan aqiqah bisa semakin mempererat ukhuwah
(persaudaraan) diantara warga sekitar dan kerabat.
• Aqiqah sebagai salah satu sarana untuk menghapuskan gejala
kemiskinan dan merealisasikan prinsip keadilan sosial di dalam
masyarakat dengan adanya pemberian masakan aqiqah kepada fakir
miskin dan dhuafa.9

Selain beberapa hikmah pelaksanaan aqiqah diatas, aqiqah juga


mempunyai tujuan untuk mendidik seorang anak agar menjadi hamba
yang dekat dan taat kepada Allah SWT dikarenakan aqiqah adalah
tindakan berkurban.

Namun tujuan dan manfaat aqiqah secara khusus adalah sebagai wujud
rasa syukur dari orang tua sang bayi atas rahmat dan anugerah yang
diberikan Allah dalam bentuk kelahiran anak. Semua tujuan dan manfaat
dari aqiqah akan tercapai apabila pelaksanaan aqiqah dilakukan dengan
niat tulus ikhlas serta mengikuti adab aqiqah yang sudah ditetapkan dalam
syariat Islam.

9
Sa'id bin Ali bin Wahi Al-Qahthani, Tarbiyatul Aulad; ter. Muhammad Muhtadi, (Solo:
Zamzam, 2015), cet II, hal 87

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut bahasa aqiqah berarti bulu atau rambut anak yang baru
lahir. Sedangkan dalam makna istilah artinya menyembelih hewan untuk
kelahiran anak laki-laki atau anak perempuan ketika masih berusia 7
(tujuh) hari atau 14 (empat belas) hari atau 21 (dua puluh satu) hari.
Bahkan juga dilaksananakan cukur rambut dan diberikan nama kepada
anak yang baru lahir. Menurut para ulama, pengertian aqiqah secara

16
etimologis ialah rambut kepala bayi yang tumbuh semenjak lahirnya.
Sebagai wujud rasa syukur dari orang tua sang bayi atas rahmat dan
anugerah yang diberikan Allah dalam bentuk kelahiran anak.
Hukum Aqiqah adalah sunnah muakkad. Perintah Nabi tentang
penyembelihan aqiqah ini sudah disepakati oleh seluruh madzhab sebagai
anjuran (amar-linnadab) bukan (amar-liwujub) atau perintah wajib.
Ulama juga berpendapat bahwa semua hewan yang dijadikan hewan
kurban, yaitu: unta, sapi, kerbau, kambing, domba, dapat dijadikan hewan
aqiqah.
Ada dua hadis yang dijelaskan tentang jumlah binatang aqiqah yang
disembelih untuk seorang anak. Hadist yang pertama, dijelaskan bahwa
Rasulullah saw mengaqiqahkan cucu laki-laki beliau, masing-masing
dengan seekor kambing sedangkan hadis yang kedua dijelaskan bahwa
seorang anak laki-laki diaqiqahkan dengan dua ekor kambing, sedang
anak perempuan diaqiqahkan dengan seekor kambing.

DAFTAR PUSTAKA

• Wahbah azzuhaili, Fiqul islam wa adillatuha; ter. Abdul Hayyie al-


khattani, dkk (Damaskus: Darul Fikr, 2007), cet x
• Sa'id bin Ali bin Wahi Al-Qahthani, Tarbiyatul Aulad; ter. Muhammad
Muhtadi, (Solo: Zamzam, 2015), cet II.
• Kementerian Agama, al-Qur’an dan tafssirnya; (Jakarta: Lembaga
Percetakan Al-Qur’an Kementerian Agama, 2009), cet v.
• Shihab, M. Quraisy, pesan, kesan dan kelestarian Al-Qur’an; (Jakarta
: Lantera Hati, 2022), cet II.
• M. Khair Al-Kusyairi, Jurnal Al -hikmah Vol. 12, no 2. Oktober 2015
ISSN 1412-5382 (alkhusyiri@gmail.com)

17
18

Anda mungkin juga menyukai