Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

UTILITAS RUMAH TINGGAL


STUDI KASUS: RUMAH TINGGAL 3 LANTAI

Dosen Pengampu:
Ir. Nurhayati Aritonang

Disusun Oleh:
Rayna Nura Maliha
21050724077

PRODI S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ir. Nurhayati Aritonang sebagai dosen
pengampu mata kuliah Utilitas Rumah Tinggal yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

29 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Batasan Masalah .................................................................................................... 2
D. Luaran/ Output ....................................................................................................... 2
E. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
F. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................. 3
A. Pengertian dan Indikator Rumah Layak Huni ....................................................... 3
B. Sistem Jaringan Air Bersih .................................................................................... 3
C. Sistem Jaringan Air Kotor ..................................................................................... 6
D. Instalasi Listrik ...................................................................................................... 7
E. Instalasi Air Conditioner ....................................................................................... 8
BAB III STUDI KASUS ................................................................................................ 10
A. Instalasi Air Bersih Bangunan Rumah Tinggal 3 Lantai ..................................... 10
B. Instalasi Air Kotor Bangunan Rumah Tinggal 3 Lantai .......................................11
C. Instalasi Listrik Bangunan Rumah Tinggal 3 Lantai ........................................... 12
D. Instalasi Air Conditioner Bangunan Rumah Tinggal 3 Lantai ............................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia di samping kebutuhan
makanan dan pakaian. Rumah dapat didefinisikan sebagai sebuah tempat untuk
berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya, baik hujan, panas matahari,
maupun gangguan binatang liar, serta tempat untuk beristirahat setelah melakukan
kegiatan sehari-hari. Menurut Undang-undang RI No. 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana lingkungan. Sejak jaman dahulu, rumah telah menjadi kebutuhan pokok
bagi manusia dimulai dari kehidupan nomaden hingga menemukan gua, pembuatan
rumah dengan memanfaatkan pepohonan, hingga akhirnya saat ini telah terbangun
rumah-rumah yang lebih modern.
Dewasa ini dengan perkembangan perekonomian perkotaan yang berimplikasi
pada naiknya angka urbanisasi semakin meningkatkan kebutuhan akan lahan
perumahan. Dengan sempitnya lahan kosong dan tingginya harga tanah, mulailah
bermunculan kawasan-kawasan perumahan dan permukiman liar dan kumuh yang
sebagian besar berada pada kawasan sempadan sungai karena ketersediaan lahan yang
cukup besar dan cukup murah. Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi wajah kota
tersebut karena dengan keberadaan permukiman kumuh ini akan menimbulkan
banyak dampak negatif, seperti masalah kesehatan, bencana banjir, dan lain
sebagainya.
Komisi Kesehatan dan Lingkungan Badan Kesehatan Dunia, WHO, yang
menyebutkan bahwa rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, di mana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu. Rumah juga
merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria
kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat
bekerja dengan produktif (Arifin, 2009).
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa suatu rumah haruslah memenuhi
beberapa kriteria sehingga layak untuk dihuni guna memenuhi fungsi dari keberadaan
rumah itu sendiri. Dalam Peraturan Pemerintah No. 8 tentang Kawasan Siap Bangun
dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri, rumah layak huni adalah rumah yang
memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan dan kenyamanan. Sedangkan menurut
Silas (1998), rumah disebut layak bila memenuhi aspek sehat, aman, terjamin, dapat
dicapai dan mampu dibayar, termasuk kebutuhan dasar, bebas dikriminasi, dan
kepastian kepemilikannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, oleh karena itu makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui sistem utilitas suatu rumah tinggal 3 lantai.

1
B. Rumusan Masalah
Objek pengamatan dari penulisan makalah ini adalah denah utilitas rumah 3 lantai.
Dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem air bersih pada bangunan rumah tinggal 3 lantai?
2. Bagaimana sistem air kotor pada bangunan rumah tinggal 3 lantai?
3. Bagaimana instalasi listrik pada bangunan rumah tinggal 3 lantai?
4. Bagaimana instalasi air conditioner pada bangunan rumah tinggal 3 lantai?
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penulisan ini adalah penelitian kualitatif (studi kasus) dengan analisis sistem
utilitas rumah tinggal 3 lantai
2. Utilitas rumah tinggal terdiri dari sistem air bersih, sistem air kotor, instalasi
listrik, instalasi air conditioner.
D. Luaran/ Output
Dengan terlaksananya penelitian serta penulisan makalah ini diharapkan dapat
memberikan wawasan baru serta manfaat bagi masyarakat bahwasanya sebuah rumah
tinggal memerlukan sistem utilitas yang aman dan memadai.
E. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan sistem utilitas bangunan rumah
tinggal 3 lantai. Dengan rincian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sistem air bersih pada bangunan rumah tinggal 3 lantai.
2. Untuk mengetahui sistem air kotor pada bangunan rumah tinggal 3 lantai.
3. Untuk mengetahui instalasi listrik pada bangunan rumah tinggal 3 lantai.
4. Untuk mengetahui instalasi air conditioner pada bangunan rumah tinggal 3 lantai.
F. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa:
Dapat memahami wawasan dan penerapan sistem utilitas bangunan rumah tinggal
serta melatih mahasiswa untuk berpikir kritis mengenai kondisi lingkungan
sekitar.
2. Bagi Akademisi:
Dapat memberikan referensi penelitian dan pengembangan penerapan mengenai
sistem utilitas bangunan rumah tinggal.
3. Bagi Masyarakat:
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penerapan sistem utilitas
rumah tinggal dan menjadi sarana referensi apabila akan dilakukan pembangunan
rumah tinggal, serta memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya
menjaga lingkungan.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan Indikator Rumah Layak Huni


Menurut Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik
Indonesia No. 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Perumahan 4 Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, rumah layak
huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan
kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan bagi penghuninya.
Persyaratan keselamatan bangunan dapat meliputi beberapa hal antara lain
kekuatan struktur bawah (pondasi), struktur tengah/kolom dan balak (beam), dan
struktur atas. Sedangkan penjaminan kesehatan ditunjukkan dengan pencahayaan,
penghawaan, dan sanitasi yang memadai. Kriteria kecukupan luas ditetapkan
dengan luas minimum per orangnya antara 7,2 m2 sampai dengan 12 m2.

Sebuah perumahan atau permukiman yang layak dapat didefinisikan


sebagai suatu tempat tinggal keluarga dan masyarakat dengan dukungan fasilitas
lingkungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia mulai dari air
bersih, penerangan, sanitasi (saluran pembuangan limbah), serta aman bagi
aktivitas penghuniannya untuk meraih produktivitas. Sedangkan indikator layak
huni diantaranya dibedakan menjadi 3 indikator yaitu indikator filosofis,
sosiologis, dan legalitas.

a. Filosofis, rumah merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup selain


kebutuhan pakaian dan makanan yang berfungsi sebagai tempat
berlindung dan menjaga eksistensi penghuninya.
b. Sosiologis, rumah selain sebagai tempat berlindung juga berfungsi untuk
menjadi tempat bagi penghuninya dalam beraktifitas dan menjalani
berbagai fungsi sosial sehingga menjadi produktif.
c. Legalitas, rumah harus memiliki jaminan kepastian hukum dalam
pendiriannya sebagai tempat tinggal sehingga penghuninya tidak akan
merasa khawatir apabila sewaktu-waktu akan digusur.

Secara fisik, terdapat 2 segi dalam pembangunan rumah yang layak huni
yaitu segi energi dan segi kesehatan (Angreliany, 2014). Segi energi dapat
didefinisikan sebagai suatu rumah yang hemat energi sehingga dapat menghindari
pembengkakan biaya dalam operasional rumah. Penghematan energi dapat
dilakukan dengan desain pencahayaan dan penghawaan alami sehingga dapat
lebih menekan biaya untuk lampu dan pendingin ruangan.
B. Sistem Jaringan Air Bersih
Air merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan makhluk hidup
terutama sebagai air minum, memasak makanan, mencuci dan mandi. Dalam UU
RI No. 7 Tahun 2004 dan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002,
disebutkan berbagai pengertian air, beberapa pengertian air yaitu:

3
➢ Sumber daya air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di
dalamnya.
➢ Air bersih atau clean water adalah air yang memenuhi syarat secara fisik
dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
➢ Air minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa prosespengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
lansung diminum.
➢ Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah
➢ Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah.
Sumber air bersih dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu:
1. Air Hujan
Air hujan dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum dan rumah
tangga, umumnyapenampungan air hujan ditempatkan di dalam sumur atau
tangki air. Sumber dari airhujan adalah penguapan air laut yang berubah
menjadi awan. Lalu awan tersebut akanterbawa angina dan menumpuk maka
akan jatuh berupa titik-titik air hujan, setelah itu airhujan akan meresap ke
dalam tanah dan tersimpan dalam kandungan air tanah yang
akandimanfaatkan menjadi air sumur, bendungan dan tendon air.
2. Air Danau
Air danau digunakan untuk memenuhi kebutuhan irigasi di lahan
pertanian. Air danau ini melalui proses treatment lalu dibendung untuk
menjadi sumber air dalam musim kemarau atau musim kering.
3. Air Sungai
Air sungai di Indoesia cukup jarang yang dapat langsung dimanfaatkan,
sehingga memerlukan proses treatment yaitu river water treatment. Proses
ini menyesuaikan dengan kualitas air baku, sumber air baku tersebut dapat
berasal dari air sungai, air tanah, atau air pegunungan.

Terdapat 2 cara memperoleh air bersih, yaitu:

1. Air PAM (Perusahaan Air Minum)


Sumber air PAM biasanya diperoleh dari air danau, air sungai atau mata air
yang diolehdengan pengolahan secara fisika dan kimiawi. Proses pengolahan
fisika dilakukan tanpa adanya penambahan bahan kimia seperti tahapan
pengendapat, filtrasi, absorbs dan lain-lain sedangan pengolahan secara
kimiawi terdapat penambahan bahan kimia seperti klor, tawas dan lain-lain.

2. Sumur Air
Sumur air merupakan sumber air bagi rumah atau bangunan yang tidak
mendapatkansumber air dari PAM atau sebagai cadangan air. Terdapat 2 cara
pemakaian sumur yaitusumur gali dan sumur bor. Sumur gali merupakan
sumur yang diambil dengan cara menggunakan ember atau timba sehingga

4
kebersihannya dan konstruksi sumur tersebutperlu diperhatikan sedangkan
sumur bor dengan cara pengambilan airnya menggunakan pompa.
Sistem distribusi air bersih di dalam bangunan (rumah tinggal), yaitu:
Pada bangunan perlu memperhatikan peletakan komponen pelengkap
plumbing denganmenyesuaikan besar site, apabila site cukup besar maka
peletakan komponen plumbing dapandiletakkan di site, namun apabila site kecil
maka peletakan komponen plumbing diletakan didalam bangunan dan dapat
diletakan di basement atau lantai dasar menyesuaikan denganrancangan
desain. Komponen-komponen plumbing diantaranya:
➢ Reservoir atas dan tower
➢ Reservoir bawah
➢ Jaringan pemipaan
➢ Pompa
➢ Shaft
Komponen ini perlu dirancangan dengan baik karena komponen tersebut
memiliki nilai yangkecil dalam unsur estetika. Sistem distribusi yang ada antara
lain:
1. Sistem distribusi air bersih di dalam bangunan
Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem distribusi air bersih did alam site
adalah letak reservoir bawah harung dipersiapkan di dalam bangunan atau di
site dan jarak antara sumber air dengan reservoir air.

2. Sistem distribusi air bersih di dalam bangunan rendah dan middle rise
Terdapat 2 sistem dalam distribusi yang ada dalam bangunan rendah dan
middle rise, yaitu:
a. Sistem Down Feed
Sistem ini merupakan sistem yang menggunakan reservoir
bawah untuk menampung debit air yang diberikan oleh PDAM dan
akan dipompa ke reservoir atas lalu didistribusikan dengan pompa
booster.
b. Sistem Up Feed
Sistem ini merupakan sistem yang tidak menggunakan sistem
reservoir bawah sehingga aliran air dari PDAM akan langsung naik ke
reservoiratas sebagai penampung debit air yang diberikan oleh
PDAM dan akan didistribusikan menggunakan pompa booster.
3. Sistem distribusi air bersih di dalam bangunan high rise
Pada bangunan high rise distribusi air menggunakan sistem pemipaan secara
vertikal, pia-pipa tersebut ditempatkan di dalam sebuah ruangan yang kecil
disebut shaft. Shaft ini merupakan ruangan yang berfungsi untuk memelihara
instalasi utilitas secara vertikal dari atas sampai ke bawah dan shaft juga
berfungsi untuk memudahkan pemeliharaan pengelolaan gedung. Dalam
pemeliharaan ini terdapat bermacam-macam pipa dan kabel, yaitu:

5
➢ Pipa air hujan untuk menyalurkan air hujan ke sistem pembuangan air
hujan atau ke sumur resapan.
➢ Pipa air kotor untuk mendistribusikan buangan air kotor ke septic tank.
Pipa ventilasi udara yang berfungsi untuk menyalurkan udara dari
kloset kamarmandi.
➢ Pipa air buangan untuk grey water (air bekas mencuci piring dll).
➢ Pipa air jaringan kebakaran untuk pengamanan sistem kebakaran.
➢ Pipa Air Conditioner.
➢ Pipa air bersih yang dibagi menjadi pipa air bersih dingin dan pipa air
bersih hangat.
Pada pendistribusian air di bangunan high rise menggunakan sistem down feed
yang skemanya sama dengan down feed pada bangunan multi lantai.
C. Sistem Jaringan Air Kotor
Air buangan atau air kotor air bekas pakai yang dibuang. Air kotor dapat
dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunannya:
➢ Air bekas buangan: air yang digunakan untuk mencuci, mandi, dan
bermacam-macam lain penggunaanya.
➢ Air limbah: air untuk membersihkan limbah/ kotoran.
➢ Air hujan: air yang jatuh ke atas permukaan tanah atau bangunan.
➢ Air limbah khusus: air bekas cucian kotoran-kotoran dan alat-alat
tertentu seperti air bekas rumah sakit, laboratorium, restoran dan
pabrik.
Untuk membuang dan mengalirkan air kotor ini, ada yang dapat digabung
pembuanannya supaya tidak terjadi perembesan yang berakibat mencemarkan
lingkungan. Selain itu pipa-pipa dibuang/ dipasang dalam ukuran yang besar
mulai dari diameter 3” sampai dengan 6” dengan kemiringan tertentu untuk
memudahkan pengaliran air kotor trsebut.
Saluran air limbah di tanah/ di dasar bangunan dialirkan pada jarak
sependekmungkin dan tidak diperbolehkan membuat belokan-beloka tegak lurus,
dialirkan dengan kemiringan 0,5-1% ke dalam bak penampungan yang disebut
septic tank. Bak penampungan air limbah tidak diperbolehka bercampur dengan
air bekas buangan apalagi yang megandung sabun.
Untuk bangunan rumah tinggal, satu atau dua titik buangan cukup
diperluka septic tank dengan volume 1-1.5 m3 dengan dibuat perembesan. Untuk
bngunan-bangunan yang banyak penghuninya, penampung air limbah harus
menggunakan septic tank berukuran besar yang sering disebut sebagai pengolah
limbah (sewage treatment). Sewage Treatment Plant (STP) adalah tempat
pengolahan limbah yang jumlah kotorannya cukup banyak.
Limbah yang terkumpul, diolah secara mekanis, diaduk, diberi udara
supaya bakteri-bakteri yang ikut mengolah limbah dapat hidup dengan baik
sehingga dapat segera memproses kotoran-kotoran/ limbah tersebut. Hasil

6
pengolaha limbah diberi zat pembersih sehingga air bekas pengolahan limbah
dapat dipompa keluar untuk dibuang melalui saluran-saluran kota atau
mendinginkan alat pendingin (air condition).
Sewage treatment dapat diletakkan di luar gedung/ halaman atau dapat
juga dibuat di bagian lantai yang paling bawah/ lebih rendah dari toilet yang
rendah. Di dalam ruangan sewage tersebut, orang harus dapat masuk untuk
mengontrol sehingga diperlukan penerangan dan ventilasi (exhaust van).
Air limbah khusus adalah air bekas buangan dari kebutuhan-kebutuhan
khusus, seperti restoran-restoran besar, pabrik-pabrik/ industry kimia, bengkel,
rumah sakit, da laboratorium. Air limbah khusus ini harus ditampunng di tempat
tertentu, dengan treatment tersendiri lalu dapat dibuag bersama-sama dengan air
bekas biasa. Sebagai cotoh, restoran besar yang membuang air limbah khusus/air
buangan yang mengandung lemak, sedangkan lemak tidak dapat hancur/ menyatu
dengan air bekas buangan. Oleh karena itu, perlu diadakan treatment terlebih
dahulu. Alat ini disebut grease trap atau perangkap lemak.
D. Instalasi Listrik
Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang
terpasang baik di dalam maupun di luar bangunan untuk menyalurkan arus listrik.
Rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL 2000 dan peraturan
yang terkait dalam dokumen seperti UU NO 18 Tahun 1999 tentang jasa
konstruksi, Peraturan Pemerintah NO 51 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang
Tenaga Listrik dan peraturan lainnya.
Rancangan suatu sistem instalasi listrik harus memenuhi ketentuan
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) dan peraturan lain seperti:
a. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselematan kerja, Beserta
Peraturan Pelaksanaanya.
b. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan
Hidup.
c. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan.
Dalam perancangan sistem instalasi listrik harus diperhatikan tentang
keselamatan manusia, makhluk hidup lain dan keamanan harta benda dari bahaya
dan kerusakanyang bias ditimbulkan oleh penggunaan instalasi listrik. Selain itu,
berfungsinya instalasi listrik harus dalam keadaan baik dan sesuai dengan maksud
penggunaannya.
Beberapa prinsip instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada
pemasangan suatu instalasi listrik dimaksudkan agar instalasi yang dipasang dapat
digunakan secara optimum, efektif dan efisien. Adapun prinsip dasar tersebut
ialah sebagai berikut:

7
1. Keandalan
Artinya, seluruh peralatan yang dipakai pada instalasi tersebut
haruslah handal dan baik secara mekanik maupun kelistrikannya.
Keandalan juga berkaitan dengan sesuai tidaknya pemakaian
pengaman jika terjadi gangguan, contohnya bila terjadi suatu
kerusakan atau gangguan harus mudah dan cepat diatasi dan diperbaiki
agar gangguan yang terjadi dapat diatasi.
2. Ketercapaian
Artinya, dalam pemasangan peralatan instalasi liktrik yang relative
mudah dijangkau oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan
tata letak komponen listrik tidak susah untuk dioperasikan, sebagai
contoh pemasangan sakelar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.
3. Ketersediaan
Artinya, kesiapan suatu instalasi listrik dalam melayani kebutuhan
baik berupa daya, peralatan maupun kemungkinan perluasan instalasi.
Apabila ada perluasan instalasi tidak mengganggu sistem instalasi
yang sudah ada, tetapi kita hanya menghubungkan pada sumber
cadangan (spare) yang telah diberi pengaman.
4. Keindahan
Artinya, dalam pemasangan komponen suatu peralatan instalasi listrik
harus ditata sedemikian rupa, sehingga dapat terlihat rapih dan indah
serta tidak menyalahi peraturan yang berlaku.
5. Keamanan
Artinya, harus mempertimbangkan factor keamanan dari suatu
instalasi listrik, baik keamanan terhadap manusia, bangunan atau harta
benda, makhluk hidup lain dan peralatan itu sendiri.
6. Ekonomis
Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi listrik
harus diperhitungkan dengan teliti dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu sehingga biaya yang dikeluarkan dapat sehemat
mungkin tanpa harus mengesampingkan hal-hal di atas.
E. Instalasi Air Conditioner
Air Conditioner (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi
pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan
untuk memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan
bagi tubuh. Untuk daerah beriklim tropis yang terdiri dari musim hujan dan panas,
pada saat musim panas suhu ruangan tinggi sehingga penghuni tidak nyaman
sehingga dibutuhkan alat pendingin didalam ruangan. Di lingkungan tempat
kerja atau dalam tempat tinggal AC juga dimanfaatkan sebagai salah satu alat
dalam upaya peningkatan produktivitas kerja, karena dalam beberapa hal
manusia membutuhkan lingkungan udara yang nyaman untuk dapat beraktivitas
dengan nyaman didalam ruangan. Pengkondisian suhu udara pada ruangan baik
yang berukuran kecil maupun besar pada umumnya dimaksudkan untuk
kenyamanan penghuni yang ada di dalamnya, sehubungan dengan hal tersebut,

8
untuk mencapai kenyamanan bagi penghuninya, kesehatan dan kesegaran hidup
dalam rumah tinggal atau bangunan-bangunan bertingkat maka, diperlukan
usaha untuk mendapatkan udara segar, baik udara segar dari alam dan udara segar
buatan. Cara memperoleh udara segar dari alam adalah dengan cara memberikan
bukaan pada daerah yang diinginkan dan memberikan ventilasi udara sedangkan
udara segar buatan adalah dengan menambahkan Air Conditioner (AC) pada
ruangan yangdiinginkan sehingga akan memberikan suhu udara yang
diinginkan, yaitu udara panas yang ada dalam suatu ruangan diserap oleh
AC, udara panas tersebut dikeluarkan ke ruang bebas/terbuka, kemudian udara
dinginkan dikeluarkan ke dalam ruangan. Proses tersebut berjalan berulang-
ulang menjadi satu siklus yang disebut siklus pendinginan. Untuk dapat
menghasilkan udara dengan kondisi yang diinginkan, maka peralatan yang akan
dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban pendingin
yang dimiliki ruangan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan
perencanaan/perancangan untuk menentukan besarnya beban pendingin dan
perencanaan untuk instalasinya. Perencanaan instalasi listrik merupakan salah
satu bagian yang sangat penting dalam setiap bangunan baik bangunan gedung,
maupun perumahan untuk melindungi keselamatan manusia yang berada di
daerah sekitar sehingga aman dari sengatan listrik. Perencanaan instalasi sebuah
bangunan juga harus mempertimbangkan fungsi utama dari bangunan
tersebut serta memperhitungkan kemungkinan adanya renovasi pada masa
mendatang, sehingga instalasi jaringan tersebut dapat disesuaikan dengan
kebutuhannya.

9
BAB III
STUDI KASUS

A. Instalasi Air Bersih Bangunan Rumah Tinggal 3 Lantai

Sistem instalasi air bersih yang digunakan pada rumah tersebut adalah
sistem down feed tanpa pembagian zona distribusi karena bangunan berjumlah 2
lantai (< 10) lantai. Alasan menggunakan sistem instalasi pipa ini adalah karena
jumlah lantai pada bangunan tersebut hanya 3 lantai (< 10) dan instalasi sistem
down feed cukup mudah dan sederhana untuk bangunan rumah tinggal 3 lantai.
Cara kerja sistem ini pada bangunan rumah tinggal 3 lantai tersebut air dari GWT
atau deepwell dipompa ke tandon air, lalu di distribusikan langsung ke pengguna
(keran air). Spesifikasi instalasi pipa (merk disesuikan dengan kebutuhan
pengguna) yang digunakan adalah:
1. Pipa dari pompa menuju tandon air: menggunakan pipa ø1”
2. Pipa distribusi dari tandon air: menggunakan pipa ø1”

10
3. Pipa distribusi air bersih menuju pengguna: menggunakan pipa ø3/4”
B. Instalasi Air Kotor Bangunan Rumah Tinggal 3 Lantai

Sistem instalasi air kotor yang digunakan pada rumah tersebut adalah
sistem dua pipa karena pipa air terdapat dua pipa yang mengalirkan 2 jenis limbah
air kotor. Alasan menggunakan sistem instalasi dua pipa karena cara kerja yang
sederhana dan sistematis untuk digunakan pada bangunan rumah 3 lantai dan tidak
memerlukan Waste Water Treatment Plant (WWTP). Cara kerja sistem ini pada
bangunan rumah tinggal 3 lantai tersebut air limbah WC/closet dipisahkan dari
limbah kamar mandi, cuci, dan dapur. Selanjutnya limbah WC disalurkan ke
septictank dan bersama-sama limbah air mandi, cuci, dan dapur dibuang ke
peresapan air kotor atau saluran limbah kota. Spesifikasi instalasi pipa (merk
disesuikan dengan kebutuhan pengguna) yang digunakan adalah:
1. Pipa air kotor kamar mandi, cuci, wastafel: menggunakan pipa ø3”
2. Pipa air kotor WC/closet: menggunakan pipa ø4”

11
C. Instalasi Listrik Bangunan Rumah Tinggal 3 Lantai

Sistem instalasi listrik yang digunakan pada rumah tersebut dibuat tertata
dan sederhana untuk mecegah terjadinya konsleting listrik. Spesifikasi instalasi
listrik (merk disesuikan dengan kebutuhan pengguna) yang digunakan adalah:
1. Lampu XL 18 W
2. Stop kontak
3. Saklar ganda
4. Saklar tunggal
5. Panel MCB

12
D. Instalasi Air Conditioner Bangunan Rumah Tinggal 3 Lantai

Sistem instalasi AC yang digunakan pada rumah tersebut adalah jenis AC


Split Wall. Alasan menggunakan jenis AC ini karena bangunan rumah tinggal
memiliki produktifitas kecil dan sistem ventilasi udara yang bagus dan lancar,
sehingga penggunaan AC dapat dikurangi. Cara kerja sistem ini AC split wall
terbagi menjadi dua bagian dan ditempatkan di indoor serta oudoor. Bagian yang
mengeluarkan hawa dingin pada AC ini berada di dalam ruangan. Sementara,
outdoor AC sebagai mesin utama berada di luar rumah. Outdoor AC berada di luar
karena mengeluarkan hawa panas dan suara yang bising. Spesifikasi AC
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

13

Anda mungkin juga menyukai