Manajemen Aset
Manajemen Aset
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 11
ii
DAFTAR ISI
iii
PEMBAHASAN
1
B. Konsep Daur Ulang Aset
Konsep daur ulang aset terdiri dari dua komponen utama:
1. Memonetisasi aset infrastruktur yang ada melalui penjualan atau
penyewaan kepada sektor swasta.
2. Berinvestasi pada infrastruktur baru menggunakan dana yang diterima dari
monetisasi aset.
Daur ulang aset memberikan kemungkinan untuk menyediakan infrastruktur
baru tanpa menambah utang publik, sekaligus mempertahankan atau berpotensi
meningkatkan penyediaan layanan infrastruktur yang ada.
2
7) Peningkatan Kesadaran Lingkungan: Praktik daur ulang dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
lingkungan, membentuk perilaku yang lebih berkelanjutan.
8) Pengurangan Biaya Produksi: Daur ulang dapat mengurangi biaya
produksi bagi perusahaan dengan menggunakan kembali material,
memberikan insentif ekonomi untuk praktik berkelanjutan.
9) Peningkatan Ketahanan Lingkungan: Daur ulang dapat membantu
mengurangi kerentanan lingkungan terhadap perubahan iklim dan polusi,
memberikan ketahanan lingkungan jangka panjang.
Dengan demikian, praktik daur ulang asset bukan hanya mendukung
keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap
ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan.
3
pendukung lainnya yaitu jangka waktu konsesi yang cukup lama dan
gedung terletak di lokasi strategis yang memungkinkan produktivitas
optimal.
c) Pemerintah perlu mempertimbangkan bahwa aset bersejarah (historical
asset) atau aset cagar budaya (heritage asset) tidak menutup kemungkinan
untuk dapat didaur ulang. Daur ulang terhadap aset bersejarah dapat
dilakukan dengan refurbish, misalnya desain bagian depan atau
eksteriornya tetap dipertahankan, tetapi desain interiornya diubah dan
dibangun kembali menyesuaikan dengan fungsi gedung.
d) Pemerintah perlu mempertimbangkan daur ulang aset dengan skema sewa
guna sebagai salah satu pilihan pemanfaatan BMN(Barang Milik Negara)
yang ditawarkan kepada pihak swasta. Artinya, apabila aset tersebut
termasuk ke dalam kategori atau daftar aset yang didaur ulang, tetapi
belum ada investor yang sanggup atau bersedia mengusahakannya dengan
skema daur ulang aset, pemerintah mempersilakan aset dimaksud
diusahakan dengan skema pemanfaatan lainnya selain daur ulang aset.
e) Dalam skema daur ulang aset sewa guna, pemerintah harus
mempertimbangkan untuk memberikan jangka waktu konsesi yang cukup
lama kepada pihak ketiga yang mengusahakan aset. Jangka waktu konsesi
yang diberikan harus lebih dari 10 tahun dan dapat diperpanjang.
f) Pemerintah perlu mempertimbangkan bahwa lokasi aset dan kondisi pasar
properti adalah hal yang sangat dipertimbangkan oleh pihak swasta
(investor) dalam menilai prospek gedung BMN (Barang Milik Negara)
yang akan didaur ulang. Di sisi lain, pihak swasta (investor) juga
bergantung pada skema pemanfaatan yang ditawarkan oleh pemerintah
karena berkaitan dengan biaya investasi yang harus disediakan. Skema
upfront payment dapat cukup berat bagi investor dan perbandingannya
adalah dengan prospek lokal BMN (Barang Milik Negara) yang
ditawarkan.
4
E. Langkah – Langkah Wajib Dalam Implementasi
Langkah-langkah yang bersifat wajib (mandatory) harus dilakukan oleh
pemerintah untuk dapat menerapkan skema daur ulang aset.
Pertama, pemerintah perlu menetapkan kebijakan perhitungan upfront
payment (pembayaran di muka) yang dalam SPI 2018 disebut dengan penilaian
properti dengan pendekatan pendapatan. Upfront payment pada skema asset
recycling dihitung dengan mendiskontokan arus kas yang dihasilkan dari operasi
aset. Dalam kebijakan upfront payment, pemerintah perlu mempertimbangkan
kembali term of payment-nya, terutama dalam kondisi-kondisi khusus misalnya
kondisi ekonomi dan pasar properti yang lemah.
Contohnya:
a. memberikan grace period selama 5 tahun hingga aset beroperasi;
b. sistem pembayaran kredit selama 3-5 tahun;
c. 50% dari upfront payment dibayar dalam 3 tahun, sementara sisanya
dibayar dalam 10 tahun.
Kedua, pemerintah perlu menunjuk dan memberikan kewenangan kepada
suatu entitas untuk mengelola program daur ulang aset. Entitas ini nantinya akan
menjalankan dan mengkoordinasi pelaksanaan daur ulang aset, mengelola BMN
yang di-recycle, serta mengelola fund hasil dari pembayaran upfront payment
yang merupakan proceeds dari daur ulang aset. Jika merujuk pada peraturan
perundang-undangan yang telah ada yaitu Perpres. Nomor 32 Tahun 2020, entitas
tersebut berupa Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di bawah Kementerian
Keuangan. Namun, pada saat penelitian dilakukan, BLU dimaksud belum ditunjuk
atau dibentuk..
Ketiga, pemerintah perlu memberikan landasan hukum bagi skema daur ulang
aset. Konsep daur ulang aset harus dijabarkan dalam sebuah peraturan perundang-
undangan yang jelas dan lengkap dengan skema serta prosedurnya, baik skema
pendanaannya, earmark PNBP dalam sistem anggaran, mekanisme kontrak,
maupun jangka waktu. Selain itu, diperlukan pula peraturan teknis atau petunjuk
5
teknis pelaksanaannya sebagai payung hukum implementasi skema daur ulang
aset.
6
Dengan mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan ini, program
daur ulang aset dapat menjadi lebih berhasil dan berkelanjutan dalam jangka
panjang.
7
8. Kesulitan Pengumpulan Aset: Jika pengumpulan aset tidak efektif,
program daur ulang mungkin kesulitan mendapatkan pasokan yang cukup
untuk diolah.
Manajemen risiko yang baik, pengawasan yang ketat, dan keterlibatan aktif
dari pihak terkait dapat membantu mengurangi dampak risiko-risiko ini dan
meningkatkan keberhasilan program daur ulang aset.
8
DAFTAR PUSTAKA