Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN ASET

“DAUR ULANG ASET”

Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Manajemen Aset


Dosen Pengampu : Purnama Ramadhani Silalahi,MEI

Disusun Oleh Kelompok 11 :

Azizah Anisah (0506213108)


Eka Fadhila (0506213157)
Salsabilla (0506211021)

PROGAM STUDI MANAJEMEN V-D


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inanyah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul "DAUR ULANG ASET". Tugas ini kami
buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen Aset.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Purnama Ramadhani Silalahi,
MEI selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Aset. Program Studi
Manajemen yang telah memberikan arahan dalam menyusun tugas makalah ini.
Semoga tugas ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami dalam mata
kuliah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang bersifat
memotivasi sangat kami harapkan untuk memperbaiki kesalahan yang ada. Serta
kami berharap makalah dengan Judul just in time ini mampu memberikan
pemahaman bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 02 Desember 2023

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 1
A. Pengertian Daur Ulang Aset................................................................. 1
B. Konsep Daur Ulang Aset ..................................................................... 2
C. Manfaat Daur Ulang Aset .................................................................... 2
D. Pertimbangan Dalam Penerapan Skema Daur Ulang Aset .................. 3
E. Langkah – Langkah Wajib Dalam Implementasi ................................ 5
F. Hambatan Saat Program Daur Ulang Aset .......................................... 6
G. Risiko Yang Muncul Saat Program Daur Ulang Aset.......................... 7
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

iii
PEMBAHASAN

A. Pengertian Daur Ulang Aset


Daur ulang aset adalah metode penggalangan dana untuk proyek infrastruktur
dengan membuka nilai aset yang ada (Winahyu et al., 2013). Hal ini melibatkan
penarikan investasi dari entitas sektor swasta seperti dana pensiun, dana kekayaan
negara, dan dana investasi swasta pada proyek-proyek infrastruktur inti.
Tujuannya adalah untuk menjembatani kesenjangan infrastruktur dan
mempercepat pengembangan aset infrastruktur baru. Siklus daur ulang aset dapat
diulang, dengan aset yang dikembangkan melalui inisiatif daur ulang sebelumnya
dimonetisasi dan digunakan untuk mendanai proyek berikutnya. Program daur
ulang aset telah mendapat perhatian di Amerika Serikat sebagai cara untuk
meningkatkan pemeliharaan aset dan memaksimalkan nilai infrastruktur publik .
Selain itu, sistem pelacakan aset dapat membantu perusahaan menentukan
kapan aset dibuat dan digunakan kembali, sehingga memungkinkan penggunaan
sumber daya yang lebih efisien dan pengakuan atas nilai pekerjaan.
Daur ulang aset memungkinkan pemerintah menghadirkan inovasi, investasi,
dan efisiensi sektor swasta pada suatu aset tanpa menyerahkan kepemilikan aset
tersebut kepada sektor swasta (Damanik et al., 2022). Pada dasarnya adalah
kemitraan antara sektor publik dan swasta untuk mengelola, memelihara, dan
mengoperasikan suatu aset untuk jangka waktu tertentu. Pemerintah tetap
memegang kendali atas konstruksi, desain, dan keluaran - sambil tetap
memanfaatkan metodologi dan inovasi sektor swasta untuk meningkatkan dan
mengoperasikan aset-aset tersebut secara efisien dalam jangka waktu tertentu.
Daur ulang aset memungkinkan pemerintah melepaskan nilai aset mereka
yang ada dengan meningkatkan pendapatan di masa depan. Ketika hasilnya
diinvestasikan kembali ke infrastruktur baru yang lebih efisien dan berkelanjutan,
maka lingkaran penciptaan akan tercipta.

1
B. Konsep Daur Ulang Aset
Konsep daur ulang aset terdiri dari dua komponen utama:
1. Memonetisasi aset infrastruktur yang ada melalui penjualan atau
penyewaan kepada sektor swasta.
2. Berinvestasi pada infrastruktur baru menggunakan dana yang diterima dari
monetisasi aset.
Daur ulang aset memberikan kemungkinan untuk menyediakan infrastruktur
baru tanpa menambah utang publik, sekaligus mempertahankan atau berpotensi
meningkatkan penyediaan layanan infrastruktur yang ada.

C. Manfaat Daur Ulang Aset


Daur ulang asset memiliki sejumlah manfaat yang signifikan, antara lain:
1) Konservasi Sumber Daya Alam: Daur ulang asset membantu mengurangi
tekanan terhadap sumber daya alam dengan memanfaatkan kembali
material yang sudah ada, mengurangi eksploitasi terhadap alam.
2) Pengurangan Limbah: Proses daur ulang mengurangi volume limbah yang
masuk ke tempat pembuangan akhir, membantu mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
3) Efisiensi Energi: Produksi ulang dari asset yang sudah ada cenderung
memerlukan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan produksi dari
bahan baku baru, berkontribusi pada penghematan energi global.
4) Penciptaan Lapangan Kerja: Industri daur ulang memberikan peluang
pekerjaan baru, mulai dari pengumpulan hingga pengolahan material daur
ulang, menciptakan ekonomi lokal.
5) Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca: Dengan mengurangi kebutuhan untuk
produksi material baru, daur ulang membantu mengurangi emisi gas
rumah kaca yang terkait dengan proses manufaktur.
6) Pengembangan Teknologi Inovatif: Daur ulang mendorong pengembangan
teknologi inovatif dalam pemrosesan material daur ulang, membuka
peluang untuk penemuan baru dalam pengelolaan sumber daya.

2
7) Peningkatan Kesadaran Lingkungan: Praktik daur ulang dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
lingkungan, membentuk perilaku yang lebih berkelanjutan.
8) Pengurangan Biaya Produksi: Daur ulang dapat mengurangi biaya
produksi bagi perusahaan dengan menggunakan kembali material,
memberikan insentif ekonomi untuk praktik berkelanjutan.
9) Peningkatan Ketahanan Lingkungan: Daur ulang dapat membantu
mengurangi kerentanan lingkungan terhadap perubahan iklim dan polusi,
memberikan ketahanan lingkungan jangka panjang.
Dengan demikian, praktik daur ulang asset bukan hanya mendukung
keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap
ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan.

D. Pertimbangan Dalam Penerapan Skema Daur Ulang Aset


Hal-hal yang harus diperhitungkan oleh pemerintah dalam
mengimplementasikan daur ulang aset adalah sebagai berikut.
a) Dalam skema daur ulang aset sewa guna, pemerintah harus memperjelas
klausul mengenai batasan konsesi yang diberikan kepada pihak ketiga
pengelola aset, yaitu apakah daur ulang aset yang dilakukan dalam konteks
tanahnya atau bangunannya. Daur ulang aset dalam konteks bangunannya
berarti bahwa pihak ketiga yang mengusahakan tidak diperkenankan
mengubah struktur atau kerangka bangunan. Namun, jika daur ulang aset
dalam konteks tanahnya, artinya pihak ketiga diperkenankan untuk
mengubah struktur bahkan demolish bangunan tersebut.
b) Dalam skema daur ulang aset sewa guna, pemerintah perlu
mempertimbangkan kemungkinan dilakukannya demolish atas bangunan
gedung yang didaur ulang meskipun gedung dimaksud bukanlah gedung
tua. Pertimbangan mengenai perlunya dilakukan demolish antara lain yaitu
struktur dan desain bangunan yang tidak efisien dan berpengaruh pada
produktivitas bangunan gedung serta desain fasad bangunan yang tidak
murketabel, Demolish akan semakin perlu dilakukan jika terdapat faktor

3
pendukung lainnya yaitu jangka waktu konsesi yang cukup lama dan
gedung terletak di lokasi strategis yang memungkinkan produktivitas
optimal.
c) Pemerintah perlu mempertimbangkan bahwa aset bersejarah (historical
asset) atau aset cagar budaya (heritage asset) tidak menutup kemungkinan
untuk dapat didaur ulang. Daur ulang terhadap aset bersejarah dapat
dilakukan dengan refurbish, misalnya desain bagian depan atau
eksteriornya tetap dipertahankan, tetapi desain interiornya diubah dan
dibangun kembali menyesuaikan dengan fungsi gedung.
d) Pemerintah perlu mempertimbangkan daur ulang aset dengan skema sewa
guna sebagai salah satu pilihan pemanfaatan BMN(Barang Milik Negara)
yang ditawarkan kepada pihak swasta. Artinya, apabila aset tersebut
termasuk ke dalam kategori atau daftar aset yang didaur ulang, tetapi
belum ada investor yang sanggup atau bersedia mengusahakannya dengan
skema daur ulang aset, pemerintah mempersilakan aset dimaksud
diusahakan dengan skema pemanfaatan lainnya selain daur ulang aset.
e) Dalam skema daur ulang aset sewa guna, pemerintah harus
mempertimbangkan untuk memberikan jangka waktu konsesi yang cukup
lama kepada pihak ketiga yang mengusahakan aset. Jangka waktu konsesi
yang diberikan harus lebih dari 10 tahun dan dapat diperpanjang.
f) Pemerintah perlu mempertimbangkan bahwa lokasi aset dan kondisi pasar
properti adalah hal yang sangat dipertimbangkan oleh pihak swasta
(investor) dalam menilai prospek gedung BMN (Barang Milik Negara)
yang akan didaur ulang. Di sisi lain, pihak swasta (investor) juga
bergantung pada skema pemanfaatan yang ditawarkan oleh pemerintah
karena berkaitan dengan biaya investasi yang harus disediakan. Skema
upfront payment dapat cukup berat bagi investor dan perbandingannya
adalah dengan prospek lokal BMN (Barang Milik Negara) yang
ditawarkan.

4
E. Langkah – Langkah Wajib Dalam Implementasi
Langkah-langkah yang bersifat wajib (mandatory) harus dilakukan oleh
pemerintah untuk dapat menerapkan skema daur ulang aset.
Pertama, pemerintah perlu menetapkan kebijakan perhitungan upfront
payment (pembayaran di muka) yang dalam SPI 2018 disebut dengan penilaian
properti dengan pendekatan pendapatan. Upfront payment pada skema asset
recycling dihitung dengan mendiskontokan arus kas yang dihasilkan dari operasi
aset. Dalam kebijakan upfront payment, pemerintah perlu mempertimbangkan
kembali term of payment-nya, terutama dalam kondisi-kondisi khusus misalnya
kondisi ekonomi dan pasar properti yang lemah.
Contohnya:
a. memberikan grace period selama 5 tahun hingga aset beroperasi;
b. sistem pembayaran kredit selama 3-5 tahun;
c. 50% dari upfront payment dibayar dalam 3 tahun, sementara sisanya
dibayar dalam 10 tahun.
Kedua, pemerintah perlu menunjuk dan memberikan kewenangan kepada
suatu entitas untuk mengelola program daur ulang aset. Entitas ini nantinya akan
menjalankan dan mengkoordinasi pelaksanaan daur ulang aset, mengelola BMN
yang di-recycle, serta mengelola fund hasil dari pembayaran upfront payment
yang merupakan proceeds dari daur ulang aset. Jika merujuk pada peraturan
perundang-undangan yang telah ada yaitu Perpres. Nomor 32 Tahun 2020, entitas
tersebut berupa Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di bawah Kementerian
Keuangan. Namun, pada saat penelitian dilakukan, BLU dimaksud belum ditunjuk
atau dibentuk..
Ketiga, pemerintah perlu memberikan landasan hukum bagi skema daur ulang
aset. Konsep daur ulang aset harus dijabarkan dalam sebuah peraturan perundang-
undangan yang jelas dan lengkap dengan skema serta prosedurnya, baik skema
pendanaannya, earmark PNBP dalam sistem anggaran, mekanisme kontrak,
maupun jangka waktu. Selain itu, diperlukan pula peraturan teknis atau petunjuk

5
teknis pelaksanaannya sebagai payung hukum implementasi skema daur ulang
aset.

F. Hambatan Saat Program Daur Ulang Aset


Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi dalam program daur ulang aset
meliputi:
1. Kesadaran dan Pendidikan: Kurangnya kesadaran masyarakat atau
karyawan tentang pentingnya daur ulang dan dampak positifnya terhadap
lingkungan.
2. Infrastruktur Daur Ulang yang Terbatas: Tidak adanya infrastruktur daur
ulang yang memadai dapat menjadi hambatan, terutama di daerah yang
tidak memiliki fasilitas daur ulang yang memadai.
3. Biaya Implementasi: Biaya awal untuk membangun dan mengelola
program daur ulang dapat menjadi hambatan, terutama untuk organisasi
atau komunitas dengan anggaran terbatas.
4. Kebijakan dan Regulasi: Kurangnya dukungan atau ketidakjelasan dalam
kebijakan dan regulasi daur ulang dapat menghambat implementasi
program.
5. Ketersediaan Pasar Daur Ulang: Jika tidak ada pasar yang kuat untuk
barang-barang daur ulang, mungkin sulit untuk memotivasi orang untuk
mendaur ulang.
6. Resistensi Perubahan: Beberapa individu atau organisasi mungkin resisten
terhadap perubahan ke kebiasaan baru, termasuk praktik daur ulang.
7. Kondisi Ekonomi: Saat kondisi ekonomi sulit, organisasi atau individu
mungkin lebih fokus pada kebutuhan dasar daripada pada inisiatif daur
ulang.
8. Kualitas Daur Ulang: Jika kualitas hasil daur ulang rendah, hal ini dapat
mempengaruhi kepercayaan masyarakat pada program daur ulang.

6
Dengan mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan ini, program
daur ulang aset dapat menjadi lebih berhasil dan berkelanjutan dalam jangka
panjang.

G. Risiko Yang Muncul Saat Program Daur Ulang Aset


Beberapa risiko yang mungkin muncul saat daur ulang aset melibatkan aspek
ekonomi, lingkungan, dan sosial. Beberapa di antaranya termasuk:
1. Risiko Ekonomi: Fluktuasi harga bahan daur ulang dapat mempengaruhi
ekonomi program daur ulang. Jika harga turun, program tersebut mungkin
mengalami kesulitan finansial.
2. Dampak Lingkungan yang Tidak Diinginkan: Proses daur ulang tertentu
atau pengelolaan limbah dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan
jika tidak dilakukan dengan benar. Misalnya, pengolahan kimia yang tidak
ramah lingkungan.
3. Ketersediaan Sumber Daya Daur Ulang: Ketersediaan sumber daya daur
ulang, seperti teknologi dan fasilitas pengolahan, dapat menjadi risiko jika
tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan daur ulang.
4. Risiko Kesehatan dan Keselamatan: Pekerja yang terlibat dalam proses
daur ulang dapat terpapar bahan berbahaya, sehingga perlu memperhatikan
standar kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Perubahan Kebijakan dan Regulasi: Perubahan dalam kebijakan atau
regulasi pemerintah terkait daur ulang bisa mempengaruhi operasional dan
keberlanjutan program.
6. Penerimaan Masyarakat: Masyarakat mungkin tidak selalu menerima
program daur ulang, terutama jika dampaknya terhadap kehidupan sehari-
hari tidak jelas atau jika ada ketidakpastian tentang keberlanjutannya.
7. Risiko Kualitas Produk Daur Ulang: Produk daur ulang yang kurang
berkualitas atau tidak memenuhi standar tertentu dapat merugikan reputasi
program daur ulang.

7
8. Kesulitan Pengumpulan Aset: Jika pengumpulan aset tidak efektif,
program daur ulang mungkin kesulitan mendapatkan pasokan yang cukup
untuk diolah.
Manajemen risiko yang baik, pengawasan yang ketat, dan keterlibatan aktif
dari pihak terkait dapat membantu mengurangi dampak risiko-risiko ini dan
meningkatkan keberhasilan program daur ulang aset.

8
DAFTAR PUSTAKA

Andriansyah, Pratiwi, A., & Hapsari, F. (Desember 2017). Innovative Financing


For Development And Growth: Infrastructure Asset Securitization of
Airports, Seaports, and Electricity in Focus. Badan Kebijakan Fiskal.
Casady, C. B., & Geddes, R. R. (2020). Asset Recycling for Social Infrastructure
in the United States. Public Works Management & Policy, 25(3), 281–297.
ISSN 1087-724X, 1552-7549. https://doi.org/10.1177/1087724X20911652
Damanik, D., Manik, Y. M., Malau, N. A., Falashifah, F., Nugroho, S. B. M.,
Widiana, I. N. W., Ekopriyono, A., Hayati, T. P. T. N., & Jumiyati, S.
(2022). Ekonomi Pembangunan. Get Press.
Winahyu, D., Hartoyo, S., & Syaukat, Y. (2013). Strategi pengelolaan sampah
pada tempat pembuangan akhir Bantargebang, Bekasi. Jurnal Manajemen
Pembangunan Daerah, 5(2).

Anda mungkin juga menyukai