PAPER
disusun oleh:
Kelompok 1
Nadiyah Hasna Afifah (2010631200063)
Renzqya Yossindra Kendiza (2010631200072)
Syufa Lafifauzi (2010631200084)
Kelas : 7C Agribisnis
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Manajemen Proyek” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Drs. Slamet Abadi, M.Si. pada mata kuliah Operasional Riset. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang manajemen pada proyek dan jaringan kerja
proyek bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Slamet Abadi, M.Si. selaku dosen
mata kuliah Operasional Riset yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini
sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi yang sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Ucapan terima kasih tidak lupa juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membagi pengetahuannya dan membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami meminta maaf apabila ada kesalahan penulisan dan kami menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu, kami menerima kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Proyek merupakan suatu kegiatan yang bersifat sementara yang dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan dan menghasilkan manfaat yang diinginkan. Proyek dimulai
untuk menciptakan hasil yang sudah diprediksikan dan kemudian ditutup saat hasil berhasil
direalisasikan. Perkembangan zaman dan kemajuan peradaban manusia menyebabkan semakin
kompleksnya proyek yang dikerjakan sehingga melibatkan pengguna sumberdaya seperti
manusia, material, dan dana dalam jumlah yang besar. Selain itu, semakin ketatnya kompetisi
penyelenggaraan proyek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menyebabkan dibutuhkannya
manajemen proyek yang di dalamnya terdapat cara pengelolaan, metode, serta teknik yang
paling baik sehingga penggunaan sumberdaya dapat lebih efektif dan efisien.
Analisa jaringan kerja merupakan suatu perpaduan pemikiran yang logis, digambarkan
dengan suatu jaringan yang berisi lintasan-lintasan kegiatan dan memungkinkan pengolahan
secara analitis. Suatu Analisa jaringan kerja memungkinkan suatu perencanaan yang efektif
dari suatu rangkaian yang mempunyai interaktivitas. Analisa jaringan kerja merupakan suatu
istilah umum yang digunakan untuk semua aspek jaringan kerja dalam perencanaan dan
pengawasan proyek.
Tujuan dari manajemen proyek adalah untuk merencanakan dan mengelola proyek agar
dapat diselesaikan dengan baik sehingga dapat tercapai tujuan atau hasil yang diinginkan.
Adapun manfaat dari manajemen proyek adalah dapat membantu meningkatkan kolaborasi tim
karena rencana yang jelas dan tertata, meningkatkan efektivitas dan efisiensi proyek, proses
dalam pelaksanaan proyek dapat tetap selaras dan fokus.
1
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah :
Manfaat yang diperoleh adalah memperoleh informasi mengenai manajemen proyek, jaringan
kerja, dan sebagainya yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat diterapkan
dalam pelaksanaan suatu proyek.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan secara
spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan yang khusus, terutama aspek
perencanaan dan pengendalian.
d. Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horizontal (fokus pada kemampuan dan teknik
spesifik atau cara terbaik untuk mencapai tujuan) disamping hierarki vertikal (manajemen
berjenjang atau dilakukan sesuai aturan dan tahapan).
3
terlaksana jika tidak benar orang yang memainkan perencanaan, pengorganisasian dan
menggerakkan para pekerja serta memainkan pengontrolan dalam pembangunannya. Dan
sejarah pun mencatat bahwa bangsa Indonesia juga mempunyai catatan gemilang dalam
Manajemen Proyek, salah satunya adalah Borobudur yang dibangun pada kurun waktu selang
760 dan 830 AD pada ketika puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah.
Pada tahun 1900 an Manajemen Proyek dengan bagian sistematiknya diterapkan pada
proyek rekayasa yang kompleks. Dua tokoh yang fenomenal dari manajemen proyek adalah
Henry Gantt yang terkenal dengan penggunaan Gantt chart untuk peralatan manajemen proyek
dan Henry Fayol dengan ciptaannya yaitu fungsi manajemen yang membentuk dasar dari tubuh
pengetahuan yang terkait dengan proyek dan manajemen program.
Sebelum tahun 1950-an secara garis besar, proyek diurus dengan menggunakan grafik
Gantt, untuk suatu peralatan dan teknik informal. Pada saat itu, dua model penjadwalan proyek
dengan model matematis sedang dikembangkan. Yang pertama adalah “Cara Jalur Kritis” atau
Critical Path Method (CPM) yang dikembangkan pada proyek DuPont Corporation dan
Remington Rand Corporation untuk mengelola proyek-proyek pemeliharaan tanaman.
Kemudian yang kedua adalah "Evaluasi Program dan Tinjauan Teknik" atau Program
Evaluation and Review Technique (PERT) yang dikembangkan oleh Booz Allen Hamilton
yaitu seorang anggota dari Angkatan Laut Amerika Serikat (dalam hubungannya dengan
Lockheed Corporation) dalam pengembangan program rudal kapal selam. Aturan teknik
matematis ini cepat menyebar ke perusahaan-perusahaan swasta untuk diterapkan. Dalam
waktu yang sama, model penjadwalan proyek, teknik menghitung biaya proyek, manajemen
biaya, dan ekonomi teknik terus dikembangkan.
Pada tahun 1969, Project Management Institute (PMI) dibentuk di Amerika Serikat. PMI
menerbitkan buku Panduan yang sering disebut dengan PMBOK Guide (Project Management
Body of Knowledge Guide), yang menggambarkan praktek manajemen proyek yang umum
untuk hampir semua proyek dan hampir semua waktu. Di Indonesia sendiri Manajemen Proyek
mengembang pada era tahun 1970-1990 an diawali dengan proyek infrastruktur yang banyak
memerlukan profesional di aspek Manajemen Proyek. Salah satu organisasi yang berdiri
pertama kali adalah Project Management Institute Chapter Jakarta (yang sekarang dinamakan
PMI-Indonesia) yang didirikan pada tahun 1996 dan merupakan organisasi yang didedikasikan
untuk meningkatkan, konsolidasi dan penyaluran manajemen proyek Indonesia dan bertugas
untuk pengembangan pengetahuan dan keahlian untuk kepentingan semua stakeholder.
Kemudian pada tanggal 16 Juli 1999 didirikan Ikatan Pandai Manajemen Proyek Indonesia
(IAMPI) yang merupakan asosiasi dari para Pandai Manajemen Proyek Indonesia yang
4
didirikan di Jakarta, lembaga IAMPI ini juga menawarakan sertifikasi yang bertaraf nasional
di Indonesia. Dan terakhir adalah lembaga ITAPPI (Ikatan Tenaga Pandai Pengendali Proyek
Indonesia) yang dibentuk pada tahun 2008 dan merupakan organisasi profesional dengan aspek
pengendali proyek (Project Control).
5
Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi disebabkan oleh pemilik (owner) atau wakil
pemilik seperti tidak lengkapnya gambar maupun spesifikasinya, respon yang tidak tepat
waktu oleh pemilik terhadap permintaan informasi mengenai desain maupun perubahan
desain dan material oleh pemilik serta adanya gangguan atau perubahan urutan pekerjaan
oleh pemilik. Hal-hal tersebut menyebabkan kontraktor berhak untuk mendapatkan
penambahan waktu dan biaya.
3) Keterlambatan yang terjadi bersamaan (concurrent delays)
Keterlambatan seperti ini terjadi apabila dalam satu waktu terjadi beberapa faktor yang
menyebabkan keterlambatan sehingga dalam penyelesaiannya kan menjadi lebih
kompleks.
2.2 Jaringan
Jaringan atau Network planning adalah alat manajemen yang digunakan dalam
perencanaan dan pengawasan suatu proyek secara luas dan lengkap (Rani, 2016). Network
planning secara prinsipnya adalah suatu hubungan ketergantungan antara masing-masing
pekerjaan yang digambarkan dalam sebuah bentuk network diagram, sehingga dapat diketahui
masing-masing pekerjaan mana yang harus didahulukan dan pekerjaan mana yang harus
menunggu selesainya pekerjaan yang lain (Soeharto, 1997). Proses menyusun jaringan kerja
dilakukan secara berulang-ulang sebelum akhirnya sampai pada suatu perencanaan atau jadwal
yang dianggap cukup realistis untuk dapat digunakan. Dalam menyusun network planning
menurut Rani (2016) ada dua tahapan yaitu :
1. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang terdapat diproyek serta logika ketergantungan
antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya.
2. Memperkirakan durasi waktu setiap pekerjaan, hal ini dapat dari pengalaman, teori
maupun dari hitungan. Kemudian dilakukan perhitungan waktu kejadian dari awal
pekerjaan proyek hingga pekerjaan akhir proyek sesuai dengan network yang telah
dibuat. Dalam analisis tersebut terdapat satu atau lebih lintasan yang panjang durasinya
seperti durasi total proyek yaitu yang disebut lintasan kritis.
Metode jaringan kerja (network diagram) memungkinkan penerapan konsep management
by exception, karena pada metode tersebut dengan jelas mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan
yang bersifat kritis bagi proyek, terutama pada aspek jadwal dan perencanaan. Secara umum
kegiatan kritis tidak boleh lebih dari 20% dari total kegiatan proyek, dan dengan telah
diketahuinya bagian ini maka pengelola dapat memberikan prioritas perhatian pada kegiatan-
kegiatan kritis tersebut (Soeharto, 1997).
6
2.2.1 Sejarah Jaringan
Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses
penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat dan
kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi. Proses pengambilan keputusan dan
penetapan kebijakan serta proses penyelenggaraan merupakan sistem operasi pada
perencanaan proyek. Bila perencanaan proyek merupakan sebuah total sistem, maka
penyelenggaraan proyek tersebut terdiri dari dua sub sistem, yaitu sub sistem operasi dan sub
sistem informasi. Sub sistem operasi menjawab pertanyaan “bagaimana cara melaksanakan
kegiatan” sedangkan sub sistem informasi menjawab pertanyaan “kegiatan apa saja yang
sudah, sedang dan akan dilaksanakan”. Network planning merupakan sub sistem informasinya.
Konsep jaringan ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz,
Allen dan Hamilton (1957) yang berada dibawah naungan perusahaan pesawat terbang
Lockheed. Kebutuhan penyusunan network atau jaringan ini dirasakan perlu karena adanya
koordinasi dan pengurutan kegitan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan
dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan
kegiatan dapat dilakukan secara sistematis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja.
Adanya network ini menjadikan sistem manajemen dapat menyusun perencanaan
penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Di samping itu, network juga
dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk menyelesaikan proyek
tersebut. Diagram network merupakan kerangka penyelesaian proyek secara keseluruhan,
ataupun masing-masing pekerjaan yang menjadi bagian daripada penyelesaian proyek secara
keseluruhan. Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencanaan penyelesaian berbagai
macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin
sulit dan rumit.
1. Langkah Pertama
Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan atau memecahkannya
menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek.
2. Langkah Kedua
Menyusun kembali komponen-komponen tersebut pada butir 1, menjadi mata rantai
dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantungan. Urutan ini dapat berbentuk seri
dan/atau paralel.
7
3. Langkah Ketiga
Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari
penguraian lingkup proyek, seperti tersebut pada langkah pertama. Terdapat perbedaan
pokok dalam memperkirakan kurun waktu kegiatan antara CPM dengan PERT. Yang
pertama menggunakan angka perkiraan tunggal atau deterministik sedangkan yang kedua
memakai tiga angka perkiraan atau probabilistik.
4. Langkah Keempat
Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan float pada jaringan kerja. Jalur kritis
ialah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup proyek, yang bila terlambat
akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Kegiatan yang berada pada
jalur ini dinamakan kegiatan kritis. Sedangkan float adalah "tenggang waktu" suatu
kegiatan tertentu yang nonkritis dari proyek.
5. Langkah Kelima
Bila semua langkah-langkah di atas telah diselesaikan, dilanjutkan dengan usaha-usaha
meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya, yang meliputi kegiatan
sebagai berikut:
a. Menentukan jadwal yang paling ekonomis.
b. Meminimalkan fluktuasi pemakaian sumber daya.
Butir a ditujukan untuk memilih berbagai alternatif jadwal dilihat dari segi biaya.
Sedangkan butir b berusaha meningkatkan efisiensi pengelolaan proyek, dengan jalan
sejauh mungkin mencegah terjadinya naik turun yang terlalu tajam dalam waktu yang
relatif singkat terhadap keperluan sumber daya, misalnya keperluan tenaga kerja.
8
b. Tidak boleh ada 2 atau lebih aktivitas yang dimulai dan diakhiri pada titik yang sama (lihat
gambar 1). Kasus ini timbul jika ada 2 aktivitas yang dapat dimulai serentak. Untuk
menghindari kondisi seperti itu, maka dibuat suatu aktivitas dummy dengan waktu
pelaksanaan = 0 (gambar 2).
Kegunaan jalur kritis adalah untuk mengetahui aktivitas yang memiliki kepekaan sangat
tinggi atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Apabila terjadi aktivitas keterlambatan
9
proyek, maka akan memperlambat penyelesaian proyek secara keseluruhan meskipun aktivitas
lain tidak mengalami keterlambatan. Dalam jaringan proyek, ada beberapa aktivitas yang
pelaksanaannya dapat ditunda dan ada beberapa aktivitas lain yang penyelesaiannya tidak dapat
ditunda lagi.
10
e) LS (latest activity start time) : Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai tanpa
memperlambat proyek secara keseluruhan.
f) LF (latest activity finish time) : Waktu paling lambat kegiatan diselesaikan tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.
g) t (activity duration time) : Kurun waktu yang diperlukan untuk suatu kegiatan (hari,
minggu, bulan).
Adapun cara perhitungan dalam menentukan waktu penyelesaian terdiri dari dua tahap,
yaitu perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward
computation).
1) Hitungan Maju Dimulai dari Start (initial event) menuju Finish (terminal event) untuk
menghitung waktu penyelesaian tercepat suatu kegiatan (EF), waktu tercepat terjadinya
kegiatan (ES) dan saat paling cepat dimulainya suatu peristiwa (E)
2) Hitungan Mundur Dimulai dari Finish menuju Start untuk mengidentifikasi saat paling
lambat terjadinya suatu kegiatan (LF), waktu paling lambat terjadinya suatu kegiatan
(LS) dan saat paling lambat suatu peristiwa terjadi (L).
Apabila kedua perhitungan tersebut telah selesai maka dapat diperoleh nilai Slack atau
Float yang merupakan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas dalam sebuah jaringan
kerja. Untuk melakukan perhitungan maju dan mundur maka lingkaran atau event dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
Keterangan:
b = ruang untuk menunjukkan waktu paling cepat terjadinya event (E) dan kegiatan (ES) yang
merupakan hasil perhitungan maju
c = ruang untuk menunjukkan waktu paling lambat terjadinya event (L) dan kegiatan yang
merupakan hasil perhitungan mundur
11
Langkah-langkah dalam mengerjakan analisis Critical Path Method (CPM) adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Dimulai dengan menguraikan proyek menjadi kegiatan-kegiatan. Perkiraan waktu untuk
kegiatan-kegiatan tersebut kemudian ditentukan dengan diagram jaringan kerja (network)
yang dinyatakan dengan gambar anak panah. Keseluruhan diagram anak panah
memberikan suatu representasi grafis mengenai keterkaitan antara berbagai kegiatan suatu
proyek.
2. Penjadwalan
12
Jadwal harus mampu menunjukkan kegiatan-kegiatan yang kritis dilihat dari segi waktu
yang memerlukan perhatian khusus jika proyek harus selesai tepat pada waktunya. Jadwal
harus menunjukkan banyaknya waktu yang mengambang (slack/float time) yang dapat
digunakan ketika kegiatan tertunda atau jika sumberdaya yang terbatas digunakan secara
efektif (mencapai sasaran/tujuan yang diinginkan).
3. Pengontrolan/pengawasan
Pengawasan dan pengontrolan termasuk di dalamnya penggunaan diagram anak panah dan
grafik waktu (time chart) untuk membuat laporan kemajuan secara periodik. Jaringan kerja
(network) perlu diperbarui dan dianalisis dan kalau perlu suatu jadwal baru ditentukan
untuk sisa bagian proyek yang belum selesai.
Menurut Soeharto (1995) prosedur dalam mempersingkat waktu pada proyek adalah
sebagai berikut:
1. Menghitung waktu penyelesaian proyek, identifikasi float dan tentukan lintasan kritis.
2. Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.
3. Menentukan biaya dipercepat masing-masing kegiatan.
4. Menghitung cost slope masing-masing komponen kegiatan.
5. Mempersingkat kurun waktu kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis yang mempunyai
cost slope biaya terendah.
6. Setiap kali selesai mempercepat kegiatan, teliti kemungkinan adanya float yang
mungkin dapat dipakai untuk mengulur waktu kegiatan yang bersangkutan untuk
memperkecil biaya.
13
7. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru, maka percepat
kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi cost slope terendah.
8. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai titik proyek dipersingkat (TPD).
9. Buat tabulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan hubungan titik normal
(biaya dan waktu normal), titik yang terbentuk tiap kali mempersingkat kegiatan,
sampai titik TPD (titik proyek dipersingkat).
10. Hitung biaya langsung dan biaya tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik.
11. Jumlahkan biaya tak langsung untuk mencari biaya total sebelum kurun waktu yang
diinginkan.
12. Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimum yaitu kurun waktu
penyelesaian proyek dengan biaya terendah.
14
BAB III
PEMBAHASAN
Penyelesaian
15
Data dalam Tabel 1. di atas dapat digambarkan dalam diagram jaringan kerja seperti pada
Gambar 4.
G. Mempersiapkan
Petunjuk Operasi C 5
H. Memilih Operator D, G 8
I. Memasang
E, F 4
Generator
J. Mendapatkan
L, H 6
Lisensi
16
Penyelesaian
1. Mendefinisikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja (diketahui dalam soal
tabel)
2. Membangun hubungan antar kegiatan. Memustuskan kegiatan mana yang harus lebih
dahulu mana yang harus mengikuti yang lain (diketahui dalam soal tabel).
17
Gambar 6. Proses Penetapan Perkiraan Waktu pada Proyek
5. Menentukan jalur kritis dengan menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan
Menggunakan rumus : TF (i, j) = LT (j) – ET (i) – tij
Tabel 3. Total Float
Kegiatan Total Float
A TF (1, 2) = 12-0-12= 0
B TF (2, 3) = 22-12-8= 2
C TF (2, 4) = 16-12-4= 0
D TF (2, 5) = 30-12-3= 15
E TF (3, 6) = 34-20-12= 2
F TF (4,6) = 34-16-18= 0
18
G TF (4, 5) = 30-16-5= 9
H TF (5, 7) = 38-21-8= 9
I TF (6, 7) = 38-34-4= 0
J TF (7, 8) = 44-38-6= 0
Jadi, jalur kritis yaitu 1-2-4-6-7-8 (A-C-F-I-J) dengan waktu penyelesaian selama 44 bulan.
Pemilihan jalur kritis dilakukan pada jalur yang memiliki nilai paling besar karena dengan
nilai paling besar menggambarkan waktu paling tepat dan layak yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu jalur dimana pada jalur tersebut terdapat beberapa stasiun-stasiun. Pada
waktu terlama yang digunakan untuk menyelesaikan satu jalur menyatakan bahwa seluruh
metode yang ada telah ter-cover. Sehingga apabila pada suatu jalur yang memiliki waktu
tercepat telah dapat ter-cover juga. Apabila dipilih jalur kritis yang memiliki waktu tercepat
maka tidak semua kegiatan yang ada dapat ter-cover oleh waktu yang tersedia.
19
Penyelesaian
𝐶𝐶 𝐶𝐶 − 𝑁𝐶
=
𝑊𝑒𝑒𝑘 𝑁𝑇 − 𝐶𝑇
Keterangan :
CC= Crash Cost
NC= Normal Cost
NT= Normal Time
CT= Crash Time
Berdasarkan informasi, proyek mengeluarkan biaya langsung sebesar 3.050M dan biaya
tidak langsung sebanyak 2.860M. Selanjutnya akan dicari jalur kritis dengan analisis CPM
sebagai berikut:
20
Gambar 7. Diagram Total Waktu Trade Off
Berdasarkan yang telah di dapatkan dari analisis CPM, proyek dapat diselesaikan selama 22
minggu. Lalu, didapatkan jalur kritis sebagai berikut.
21
B 400
C 500
D 540
E 500
F 150
G 150
H 600
21
130 Kode Biaya Biaya Biaya Tidak Total
Kegiatan Normal Langsung Langsung
A 210 3100 2730 5830
B 400
C 550
D 540
E 500
F 150
G 150
H 600
22
Tabel 7. Percepatan Proyek dengan Perubahan Jalur Kritis
20
130 Kode Biaya Biaya Biaya Tidak Total
Kegiatan Normal Langsung Langsung
A 210 3150 2600 5750
B 400
C 500
D 540
E 500
F 150
G 150
H 600
19
130 Kode Biaya Biaya Biaya Tidak Total
Kegiatan Normal Langsung Langsung
A 210 3270 2470 5740
B 400
C 550
D 540
E 500
F 150
G 150
H 600
18
130 Kode Biaya Biaya Biaya Tidak Total
Kegiatan Normal Langsung Langsung
A 210 3420 2340 5760
B 400
C 600
D 570
E 500
F 150
23
G 150
H 750
17
130 Kode Biaya Biaya Biaya Tidak Total
Kegiatan Normal Langsung Langsung
A 280 3570 2210 5780
B 480
C 600
D 570
E 500
F 240
G 150
H 750
Catatan : Lakukan hingga tidak ada lagi yang dapat dipercepat
Hasil Akhir
Tabel. 8 Hasil Waktu dan Biaya Optimal
Durasi Crash Activity Cost Total Cost
DC IC
22 3.050 2.860 5.9102
21 C 3.100 2.730 5.830
20 C 3.150 2.600 5.750
19 D, F 3.2702 2.470 5.740
18 H 3.420 2.340 5.760
17 A, B 3.570 2.210 5.780
Jadi, kegiatan dapat dipercepat sampai 19 minggu dengan biaya optimal sebesar 5.740 M.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manajemen proyek merupakan suatu tata cara mengorganisir dan mengelola sumber
penghasilan yang penting dalam menyelesaikan proyek dari awal hingga selesainya proyek
tersebut. Perencanaan pekerjaan biasanya memerlukan analisis yang cukup lama agar
pekerjaan tersebut selesai. Akan tetapi, untuk merencanakan suatu proyek biasanya lebih sulit
sehingga diperlukan analisis jaringan kerja yang mampu merencanakan suatu pekerjaan dengan
menggunakan diagram sehingga lebih mudah dipahami, jelas, dan sistematis.
4.2 Saran
Dengan adanya manajemen proyek yang didalamnya terdapat analisis jaringan kerja,
pelaksanaan proyek dapat berjalan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, disarankan kepada mahasiswa untuk dapat mempelajari dan memahami manajemen
proyek agar mampu menganalisis jaringan kerja dan merealisasikan ke dalam bentuk proyek
yang bermanfaat bagi masyarakat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Dannyanti, Eka. (2010). Optimalisasi Pelaksanaan Proyek dengan Metode Pert dan Cpm (Studi
Kasus Twin Tower Building Pasca Sarjana Undip). Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.
Hamdan Dimyati dan Kadar Nurjaman. 2014. Manajemen Proyek. Bandung : Pustaka Setia.
Ir. Iman, S. (1999). Manajemen Proyek Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Muhammad, A.A., dan R. Indriyani. (2015). Analisa Time Cost Trade Off pada Proyek Pasar
Sentral Gadang Malang. Jurnal Teknik ITS. 4(1).
Rani, H. A. (2016). Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi 1 Cetakan 1. Yogyakarta:
Deepublish.
Saragi, T. E., dan Situmorang, R.U.A. (2022). Optimasi Waktu dan Biaya Percepatan Proyek
Menggunakan Metode Time Cost Trade Off dengan Alternatif Penambahan Tenaga
Kerja dan Jam Kerja (Studi Kasus : Pembangunan Gedung Convention Hall Kab. Deli
Serdang). Jurnal Teknik Sipil. 1(2) : 53-69.
Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Jakarta:
Erlangga.
Taylor, B.W. (2013). Introduction to Management Science Ed. III. Pearson Education, Inc.
ISBN-13: 978-0-13-275191-9.
26