Anda di halaman 1dari 66

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG UNIT TRANSFUSI DARAH (UTD)


PALANG MERAH INDONESIA (PMI) PROVINSI NTT

OLEH:

NAMA : ATRIANA IKIS

NIM : 2943/TS-ATK/19

KELAS/SEMESTER : A(PAGI)

TEKNIK SIPIL
AKADEMIK TEKNIK KUPANG
Jln.Jendral Soeharto no.72 Telp.821551

KUPANG-NTT
2021
KATA
PENGANTAR

Puji dan syukur atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa karna hanya atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek pada “PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG UNIT TRANSFUSI DARAH (UTD) PALANG MERAH
INDONESIA (PMI) PROVINSI NTT” yang berlokasi di Jln. Veteran Kelurahan Fatululi
Kecamatan Oebobo Propinsi Nusa Tenggara Timur. Isi laporan kerja praktek ini
berdasarkan hasil pengamatan pada saat penulis melaksanakan kerja praktek pada
proyek tersebut.
Laporan kerja praktek ini dibuat untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat
dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Keberhasilan yang penulis peroleh dalam
menyusun laporan kerja praktek ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik tidak
terlepas dari bantuan berbagai bentuk oleh semua pihak yang terlibat.
harapkan demi penyempurnaan laporan kerja praktek ini dengan harapan kiranya
laporan kerja praktek yang sederhana ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca di
kemudian harinya.
Semoga kita sekalian selalu diberi perlindungan dan berkat yang berlimpah dalam
segala aktifitas setiap harinya.

Kupang,26 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1
1.2 Maksud Dan Tujuan Kerja Praktek.........................................................................
1
1.3 Informasi Proyek...............................................................................................
2
BAB II Administrasi Dan Organisasi Proyek..........................................................
3
2.1 Umum........................................................................................................................
3
2.2 Defenisi Menajamen................................................................................................
3
2.3 Struktur Organisasi Pelaksana (Kontaktor).......................................................
9
BAB III Sistem Pengendalian Proyek.......................................................................
13
3.1 Umum.......................................................................................................................
13
3.2 Sistem Pengendalian...............................................................................................
16
3.3 Sistem Pengendalian Waktu...................................................................................
17

ii
3.4 Sistem Pengendalian Material................................................................................
18
3.5 Sistem Pengendalian Peralatan..............................................................................
21
3.6 Sistem Pengendalian Tenaga Kerja...................................................................

23

BAB IV Tinjauan Umum Konstruksi..........................................................................


25
4.1 Umum.......................................................................................................................
25
4.2 Pekerjaan Pondasi Foot Plat...................................................................................
25
4.3 Pekerjaan sloof (Tie Beam).....................................................................................
34
4.4 Pekerjaan Kolom......................................................................................................
39
4.5 Pekerjaan Balok Dan Plat Lantai............................................................................
45
4.6 Pekerjaan Tangga....................................................................................................
51
4.7 Pekerjaan Atap.........................................................................................................
56
BAB V Penutup..........................................................................................................
58
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................
58
5.2 Saran........................................................................................................................
58

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Palang merah indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di
Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. Pembangunan gedung unit
transfusi darah 2020 ini, memberi manfaat bagi masyarakat luas khususnya, masyarakat
Kota Kupang akan kebutuhan stok darah. Dengan adanya bangunan ini , mempermudah
masyarakat untuk melakukan pendonoran darah, serta menambah ruangan kerja Unit
Transfusi Darah, supaya mempermudah pekerja dalam bekerja. Pembangunan gedung ini
menggunakan anggaran BKD, dan dirikan dilokasi yang sama dengan bangunan dengan
demikian mempermudah dan mendukung kemajuan dari kegiatan transfusi darah yang
dikerjakan pada banguna lama.

1.2 Maksud dan tujuan kerja praktek


1.2.1 Maksud kerja praktek
Maksud dari kerja praktek ini adalah untuk pengembangan kapasitas implementasi
teori mahasiswa melalui kegiatan di lapangan dan agar mahasiswa bisa melihat secara
langsung setiap tahapan pada pembangunan tersebut dan sebagai bahan perbandingan
dalam mengatasi masalah yang terjadi di lapangan.

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari kerja praktek ini agar mahasiswa :
1. Mempelajari cara-cara yang dapat di lakukan untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi di lapangan.
2. Menambah wawasan dan pola pikir bagi mahasiswa.
3. Meninjau, mengamati memahami kegiatan yang ada di lapangan.
4. Mengaplikasikan dan mengbandingkan ilmu yang dapat perkuliahan dengan
kegiatan-kegiatan yang ada di lapangan.

1
1.3 Informasi Proyek
1.3.1 Data-Data Proyek
a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Unit Transfusi Darah(UTD) Palang Merah
Indonesia(PMI) Nusa Tenggara Timur
b. Lokasi Proyek : Jln.Veteran No 71A Kel. Oebobo, Kec. Kelapa Lima,Kota Kupang.
c. Pemilik Proyek : Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur Badan Keuangan
Daerah d. Perencana Arsitektur : PT. SIARPLAN UTAMA KONSULTAN
d. Perencana Struktur : PT. SIARPLAN UTAMA KONSULTAN f. Pelaksana : PT.
ELSA GRAHA MULTIKARYA g.konsultan pengawasan : CV. Saba consult.
1.3.2 Lokasi Proyek
Lokasi proyek tepat berada di Jln. Veteran No 71A ,Kel. Oebobo Kec. Kelapa
Lima, Kota Kupang. Dapat dilihat pada sketsa lokasi di bawah ini.

Gambar 1.1 Lokasi Proyek


Sumber : google eart
BAB II

2
ADMINISTRASI DAN ORGANISASI PROYEK

2.1 Umum

2.2 Definisi Manajemen


Manajemen adalah proses kegiatan dari seorang pimpinan yang dilakukan dengan
menggunakan cara pemikiran ilmiah maupun praktis untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan melalui kerja sama dengan orang lain sebagai sumber tenaga, serta
memanfaatkan sumber-sumber lainnya dan waktu yang tersedia dengan cara yang
setepat-tepatnya.
Konsep

INPUT PROSES TRANSFORMASI OUTPUT

KENDALI

Gambar 2.1. Konsep Manajemen


Penjelasan
Input : sumberdaya yang akan digunakan, terdiri dari

Tenaga kerja,material,peralatan, uang dan waktu.

Proses transformasi : proses kegiatan dalam mengelolah input menjadi


output dengan cara yang efektif dan efisien.
Output : tujuan yang telah ditetapkan.
Kendali :oleh seorang pemimpin melalui cara-cara pemikiran
yang ilmiah dan praktis.
Rangkaian kegiatan manajemen yang sederhana :
a. Perencanaan (planning) : suatu proses kegiatan pemikiran, dugaan dan
penentuan yang harus dilakukan secara umum sebelum pelaksanaan tindakan
yang benar dalam rangka mengarahkan tujuan dan sasaran organisasi dan

3
juga memaparkan tentang kebutuhan penggunaan tenaga kerja, biaya, waktu,
dan sumber-sumber lainnya.
b. Pengorganisasian (organizing) : proses penyusunan pembagian kerja ke dalam
unit-unit kerja dan fungsi serta penetapan yang menyangkut hubungan
wewenang dan tanggung jawab dalam suatu pekerjaan.
c. Pendorong (actuating/motivating) : proses kegiatan yang harus dilakukan untuk
membina dan mendorong semangat kerja serta kerelaan kerja para karyawan,
misalnya kenaikan pangkat, pendidikan, pengembangan karier, penambahan
pengalaman, system upah dan gaji yang wajar, tunjangan, perumahan,
kendaraan, jaminan kesehatan, cuti dan lain-lain.
d. Pengendalian (controlling) : rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk
mengadakan pengawasan, penyempurnaan dan penilaian (evaluasi) untuk
menjamin bahwa tujuan dapat tercapai.

2.2.1 Definisi Proyek


Proyek adalah suatu kegiatan yang terencana yang melibatkan berbagai pihak
dalam menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan dengan batas waktu
yang telah ditentukan. Suatu proyek dapat dengan sukses apabila:
a. Tepat waktu ;
Berdasarkan waktu yang telah ditetapkan oleh pemilik proyek, kontraktor dapat
menyusun rencana kerja termasuk target produksi sehingga dapat disusun
rencana peralatan yang meliputi jumlah dan jadwal peralatan yang digunakan,
rencana penggunaan tenaga kerja dan material.
Manfaat tepat waktu bagi pemilik proyek :
1. Proyek dapat dimanfaatkan sesuai rencana.
2. Mempercepat pengembalian investasi.
3. Rencana selanjutnya dapat dilaksanakan dengan baik.
Manfaat tepat waktu bagi kontraktor :
1. Rencana pengeluaran untuk overhead sesuai dengan rencana sehingga
mengurangi profit.
2. Mendapat nama baik (performance) sehingga akan memperoleh
kepercayaan untuk pekerjaan selanjutnya.

4
3. Investasi yang dikeluarkan untuk peralatan dan lain-lain dapat
dijadwalkan sesuai rencana.
4. Tenaga kerja dan peralatan dapat digunakan untuk pekerjaan lain
sehingga memperoleh pemasukan
b. Tepat Kualitas
Kualitas pekerjaan harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam
dokumen kontrak (spesifikasi atau rencana kerja dan syarat -syarat).
Manfaat tepat kualitas :
1. Umur rencana pekerjaan dapat dipenuhi.
2. Mempengaruhi performance perusahaan.
3. Keuntungan bagi pemakai karena biaya pemeliharaan tidak terlalu besar.
c. Tepat Kuantitas
Tepat kuantitas hasil akhir pekerjaan tidak jauh berbeda dari total kuantitas yang telah
direncanakan.
Manfaat tepat kuantitas :
1. Pekerjaan dapat diselesaikan dengan biaya yang sudah direncanakan.
2. Aman dari pemeriksaan pihak eksternal.
3. Tidak ada yang dirugikan karena biaya total proyek dapat dikendalikan.
d. Tertib administrasi
Seluruh hasil akhir pekerjaan dapat didukung oleh administrasi yang lengkap seperti
surat menyurat, laporan harian, mingguan, bulanan, berita acara, bukti-bukti
pembayaran dan lain-lain.
Manfaat tertib administrasi :
1. Seluruh pekerjaan fisik dapat didukung oleh laporan administrasi yang
lengkap.
2. Memudahkan pemeriksaan baik yang bersifat ekstern maupun intern.
3. Menghindari kebocoran biaya.
e. Memperoleh profit atau keuntungan yang wajar
Organisasi komersil selalu mengutamakan profit atau keuntungan dalam
melaksanakan kegiatan. Maksud memperoleh profit atau keuntungan yang wajar
adalah perusahaan boleh mendapatkan keuntungn tanpa mengesampingkan
tujuan penyelenggaraan proyek yaitu : tepat waktu, tepat kualitas, tepat kuantitas
dan tertib administrasi.
5
Manfaat dari keuntungan :
1. Agar perusahaan dapat berkembang
2. Untuk ekspansi
3. Untuk investasi
4. Memuaskan pemilik perusahaan atau pemegang saham
Jadi manajemen proyek adalah kegiatan mengatur pelaksanaan suatu
pekerjaan secara terencana dan terorganisir dengan melibatkan sumber daya yang ada
dan dalam batas waktu tertentu untuk keberhasilan suatu pekerjaan.
Manajemen biaya proyek dalam industri konstruksi dimulai dengan penerimaan
gagasan atau suatu bangunan atau proyek rekayasa oleh pemilik proyek. Gagasan ini
mungkin berdasarkan keinginan pribadi pemilik proyek atau untuk kepentingan politik
maupun sosial. Dalam kasus keinginan pribadi pemilik proyek, hasrat membangun
didorong oleh kepentingannya untuk mendapatkan keuntungan sebagai hasil akhir,
sedangkan bagi pihak pemerintah ada alasan mendasar lainnya yang menghendaki agar
proyek tersebut dibangun dan kelayakan keuangan akan diperkirakan dengan kriteria
yang sesuai.

2.2.2 Unsur-Unsur Pelaksanaan Proyek


Unsur pelaksanaan suatu proyek merupakan faktor utama dalam merealisasikan
kegiatan-kegiatan pembangunan yang ada disuatu proyek. Orang/badan yang
membiayai,merencanakan dan melaksanaankan bangunan tersebut disebut unsur-unsur
pelaksanaan proyek konstruksi. Unsur-unsur pelaksanaan bangunan yang terlibat dalam
kegiatan pembangunan yaitu: owner, konsultan perencanaan ( struktur dan arsitek),
kontraktor /pemborong, dan konsultas pengawas. Setiap unsur yang terlibat harus mampu
berinteraksi dengan baik dan saling menunjang antara satu dengan yang lainnya sesuai
dengan wewenang dan fungsinya masing-masing agar sasaran pelaksanaan dapat
tercapai sebagaimana diharapkan.

2.2.3 Pemilik proyek (owner)


Pemberi tugas (Pemilik proyek) adalah seorangan atau hukum atau instansi yang
memiliki proyek dan memberikan kepada pihak lain yang mampu melaksanaan yang
sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Pemilik proyek pada proyek pembangunan gedung unit
transfusi darah (UTD).

6
Untuk merealisasi proyek , pemilik proyek mempunyai kewajiban pokok yaitu
menyediakan dana untuk membiayai proyek. Tugas dan wewenang pemilik proyek pada
proyek pembangunan gedung unit transfusi darah ( UTD) adalah sebagai berikut:
a. Tugas pemilik proyek atau owner
1. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek
2. Mengadakan kegiatan administrasi proyek
3. Memberikan tugas kepada kontraktor atau melaksanakan pekerjaan proyek
konstruksi (MK).
4. Menerima proyek yang sudah diselesaikan oleh kontraktor.
b. Wewenang pemilik proyek
1. Membuat surat perintah kerja (SPK)
2. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan
3. Meminta pertanggung jawaban kepada para pelaksanaan proyek atas hasil
pekerjaan konstruksi.
4. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksanaan proyek yang tidak
dapat melaksanaan pekerjaannya sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak.
Misalnya pelaksanaan pembangunan dengan bentuk dan material yang tidak
sesuai dengan (RKS).

2.2.4 Konsultan Perencana


Konsultan perencana adalah perseorangan yang berbadan hukum atau badan
yang membuat perencanaan lengkap dari suatu pekerjaan konstruksi.
Konsultan perencana berhak dan berkewajiban untuk :
1. Membuat sketsa gagasan atau gambar rencana.
2. Membuat pra rencana.
3. Membuat rencana pelaksanaan.
4. Membuat gambar-gambar detail petunjuk kerja, lengkap dengan penjelasannya
dan perhitungan struktur.
5. Membuat peraturan dan spesifikasi kerja.
6. Membuat rancangan anggaran biaya.
7. Menyelenggarakan pelelangan apabila diperlukan, dengan terjadi perencanaan
maka adanya perubahan dilelangan

7
2.2.5 Konsultan Pengawsas
Konsultan Pengawas adalah perseorangan atau lembaga yang berbadan hukum,
yang ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk mengawasi, menjalankan fungsi kontrol, dan
mengarahkan pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan oleh perencana. Konsultan pengawas pada proyek pembangunan gedung unit
transfusi darah (UTD) adalah CV.SABA CONSULT.
a. Tugas konsultan pengawas
1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.
2. Melakukan pengawas secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.
3. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik
proyek.
4. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktrok dalam pelaksanaan pekerjaan.
5. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor
sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.
6. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang diusulkan
oleh kontrak kerja konstuksi yang sudah dibuat sebelumnya.
b. Wewenang konsultan pengawas
1. Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi
penyimpangan terhadap kontrak kerja.
2. Menghentikan pelaksanaan pekerja jika pelaksanaan proyek tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan.
3. Memberikan tangapan atas usul pihak pelaksana proyek serta berhak
memeriksa gambar shop drawing pelaksana proyek.
4. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (site
instruktion).
5. Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan
kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.

2.2.6 Kontraktor/Pelaksana
Kontraktor (Pelaksana) adalah suatu badan hukum yang bergerak di bidang jasa
konstruksi dan bertugas untuk melaksanakan serta mewujudkan gagasan / rencana
proyek dari pemberi tugas yang masih berupa gambar-gambar kerja ke dalam bentuk

8
nyata berdasarkan peraturan-peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Kontrak
pada proyek pembangunan gedung unit transfusi darah (UTD) palang merah indonesia
(pmi) adalah PT. ELSA GRAHA MUTLIKARYA.

a) Tugas dan Kewajiban dari kontraktor berdasarkan pengamatan di lapanga


1. Melaksanakan pekerjaan berdasarkan gambar-gambar rencana atau gambar-
gambar bestek tetapi ada pula pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan tidak
sesuai dengan gambar rencana karena harus disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya terjadi di lapangan.
2. Melaksanakan keputusan- keputusan yang diberikan jika ada kekeliruan maupun
kelalaian dan hal-hal yang berlawanan antara gambar yang satu dengan gambar
yang lain atau gambar rencana dengan keadaan yang terjadi sebenarnya di
lapangan.
3. Menyerahkan pekerjaan apabila pekerjaan tersebut telah selesai secara
keseluruhan.
4. Bertanggung jawab penuh atas kelancaran dan keamanan pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukannya.
5. Melaksanakan dan melangsungkan pekerjaan dengan baik dan benar serta tepat
waktu termasuk pengawasan material dan lain-lain, baik secara temporer maupun
permanen untuk pelaksanaan dan kelangsungan pekerjaan.
6. Bertanggung jawab untuk memberitahu pengawas mengenai segala kekurangan
dan ketidaklayakan didalam desain atau gambar rencana.
7. Mengganti semua kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan selama
pelaksanaan pekerjaan, serta menyediakan perlengkapan wajib pertolongan
pertama pada kecelakaan.

2.3 Struktur Organisasi Pelaksana (kontraktor)


Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang
melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara bersama-sama dengan kemampuan
dan keahliannya masin-masing untuk mencapai suatu tujuan yang direncanakan. Dengan
adanya organisasi kerja yang baik diharapkan akan memberikan hasil efisien, tepat waktu
serta dengan kualitas tinggi.

9
Dalam hal pelaksanaan proyek perlu dibuat susunan organisasi yang bertujuan
untukmengangkatpejabat dan personil dengan fungsi dan wewenang serta uraian tugas
masing-masing.
PT.ELSA GRAHA MULTIKARYA

Di Rector

Riko Pati Teme

Kepala Pelaksanaan PELAKSANA STRUKTUR PELAKSANA ARSITEKTUR

GUSTAF ,ST Antonius Narendra SS,ST Ir . Astia Mutiara

PETUGASK3 KONSTRUKSI LOGISTIK ADMINISTRASI

Ramli Abdurachim Abdul Arif Rossi Agustin

Gambar 2.2 Struktur Organisasi

Uraian Tugas:
1. Direktur ( Director)
Tugas Direktur:
1) Memimpin, merencanakan, mengorganisir, mengendalikan dan mengawasi
pelaksanaan pekerjaan proyek.
2) Menerima laporan dari masing-masing bagian.
3) Menilai presentase kerja dari tiap-tiap bagian pekerjaan.
4) Menetapkan upah kerja karyawan yang mengacu pada UMR setempat.
2. Kepala Proyek (PM)
Tugas Kepala Proyek:

10
1) Pemimpin pelaksanaan kegiatan pekerjaan di proyek secara optimal dan memenui
syarat Biaya, Mutu dan waktu.
2) Melakukan Perencanaan dan pengendalian pelaksanaan di lapangan agar tercapai
hasil yang efisien dan produktif.
3) Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan kerja di banding dengan
rencana pelaksanaan proyek
4) Mengahdiri rapat koordinasi proyek antara pemberi kerja, pengawas proyek dan
mitra usaha.
5) Memberikan keputusan terhadap masalah di proyek dan solusinya
6) Penandatangan laporan bulanan, S-Curve, MC proyek
7) Koordinasi dengan pihak-pihak eksternal proyek terkait
8) Mempertanggung jawabkan perhitungan rugi laba serta metoda penyelesaian
proyek.
3. Administrasi dan Keuangan (Admin)
Tugas tenaga Administrasi dan Keuangan :
1) Menyusun arus kas proyek (Cash flow).
2) Menyelenggarakan tata usaha surat menyurat dan tata usaha pimpinan.
3) Menyiapkan berita acara angsuran pembayaran harga kontrak.
4) Melakukan pengendalian likuiditas proyek dengan mengusahakan sumber
dana dan mengendalikan penggunaan dana proyek.
5) Menyelenggarakan verifikasi bukti pembayaran dan melakukan pembayaran
kepada pihak yang terkait.
5. Logistik
1. Melakukan survey dan memberi informasi kepada kepala proyek tentang jenis dan
jumlah peralatan yang dibutuhkan di lapangan.
2. Bersama bagian teknik administrasi kontrak membuat jadwal pengadaan bahan
dan peralatan di proyek.
3. Menyelenggarakan pembelian bahan yang telah diputuskan oleh Kepala Proyek
sesuai dengan hasil pengetesan Material Engineer.
4. Melaksanakan administrasi pergudangan tentang penerimaan, penyimpanan dan
pemakaian bahan.
5. Melaksanakan mobilisasi dan demobilisasi peralatan sesuai jadwal penggunaan
alat.

11
6. Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan alat dan perlengkapannya sehingga
selalu dalam keadaan siap pakai.
7. Melaksanakan inventarisasi dan pemeliharaan alat, termasuk kendaraan
pengangkut barang, perlengkapan kerja dan bengkel.
8. Membantu peningkatan efisiensi pemakaian bahan dan produktifitas alat.
9. Membuat laporan tentang penggunaan alat, persediaan dan pemakaian bahan.

12
BAB III
SISTEM PENGENDALIAN PROYEK
3.1 Umum
Suatu proyek dapat terealisi dengan seefisien mungkin apabila administrasi dan
organisasi pelaksanaannya dilakukan secara sistematik dan teratur. Dalam hal ini
diperlukan suatu manajemen proyek untuk mengorganisir dan mengendalikan kegiatan
yang berlangsung. Oleh karena itu dalam melaksanakan suatu proyek perlu adanya
hubungan kerja yang terkoordinir dan terjalin dengan baik antara unsur-unsur terkait
dalam organisasi proyek tersebut seperti pemilik proyek, konsultan dan pelaksana atau
kontraktor.
Melihat begitu pentingnya administrasi dan organisasi dalam sebuah
penyelenggaraan suatu proyek maka pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai
sistem pengendalian proyek, pada proyek pembangunan gedung unit transfusi darah
(UTD) Palang merah indonesia (PMI) nusa tenggara timur.
Evaluasi ini didasarkan pada pembahasan sebelumnya pada Bab II yakni
mengenai hubungan kerja yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
pembangunan gedung ini baik sebelum pelaksanaan maupun saat pelaksanaan proyek
tersebut.

Pemilik
proyek

Proyek
Proyek

Konsultan Kontraktor

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pelaksana Proyek

13
Keterangan :
= Garis Komando
= Garis Konsultasi

3.1.1. Hubungan Kerja antara Pemilik Proyek dan Perencana


Hubungan kerja yang dilakukan antara kedua pihak merupakan ikatan berdasarkan
kontrak yang dituangkan dalam surat perjanjian pekerjaan perencanaan dimana konsultan
perencana dapat memberikan layanan konsultasi terhadap produksi yang dihasilkan
berupa gambar-gambar rencana, rencana kerja, peraturan dan syarat-syarat dan rencana
anggaran biaya, sedangkan pemilik proyek akan memberikan biaya jasa atas konsultasi
yang diberikan oleh konsultan perencana. Seperti diketahui bahwa hubungan kerja antara
kedua belah pihak diawali dengan proses pelelangan dengan tender dan dikontrak dalam
masa pekerjaannya, sehingga dalam pekerjaannya pihak penyedia jasa merasa
bertanggung jawab atas keputusan tersebut. Melihat dari uraian diatas, hubungan kerja
sangat penting dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, maka sebaiknya dalam masa
pelaksanaan pekerjaan tersebut semua pihak harus ikut terlibat mulai dari awal pekerjaan
sampai pada akhir selesainya pekerjaan.
3.1.2. Hubungan Kerja antara Pemilik Proyek dan Pengawas
Hubungan kerja antara kedua belah pihak merupakan ikatan berdasarkan kontrak
dimana pemilik proyek merekrut pengawas dan mengutusnya sebagai perwakilan untuk
membimbing dan mengarahkan jalannya pekerjaan agar sesuai dengan gambar
perencanaan. Hubungan kerja tersebut dituangkan dalam suatu kontrak atau surat
perjanjian pekerjaan pengawasan. Selain itu pengawas juga mempunyai kewajiban untuk
menjaga agar proses pembangunan proyek dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan agar tercapai hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas,
serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan. Atas segala pekerjaan tersebut maka
pengawas berhak mendapatkan imbalan sesuai tata cara pembayaran yang telah
ditetapkan dari pihak pemilik proyek.
3.1.3 Hubungan Kerja antara Pemilik Proyek dan Kontraktor (Pelaksana)
Hubungan kerja antara kedua pihak merupakan ikatan berdasarkan kontrak.
Hubungan tersebut juga dituangkan dalam sebuah surat perjanjian kontrak. Surat
perjanjian tersebut ditandatangani oleh kedua pihak dan melakukan kesepakatan untuk

14
menerima tugas dan tanggung jawab sepenuhnya. Dalam hubungan tersebut kontraktor
memberikan layanan jasa berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik
proyek yang telah dituangkan dalam gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat
oleh pihak perencana, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional
kontraktor.
Pihak kontraktor merupakan pelaksana fisik dan mempunyai peranan dan
tanggung jawab besar atas pekerjaan yang diterima sehingga di lapangan dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya harus secara sungguh-sungguh dan apabila terjadi
kesalahan dalam mengelola pekerjaan tersebut, maka pihak kontraktor harus bertanggung
jawab atas sanksi yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.
3.1.4 Hubungan kerja antara pemilik proyek dan konsultan pengawas
a. Pemilik proyek terhadap konsultan pengawas
1. Memberikan surat keputusan kepada konsultan pengawas
untuk melaksanakan pengawasan terhadap proyek yang dimaksud.
2. Membayar pengawasan setelah selesai melaksanakan
tugasnya.
b. Konsultan pengawas terhadap pemilik proyek
1. Konsultan mengawasi pekerjaan sesuai dengan permintaan pemilik proyek.
2. Konsultan mengadakan pengawasan terhadap proyek yang dimaksud.
3. Memberikan hasil pengawasan terhadap pemilik proyek.
3.1.5 Hubungan kerja Antara Pemilik Proyek Dan Kontraktor Pelaksana
a. Pemilik proyek terhadap kontraktor pelaksana
1. Memberikan surat keputusan kepada kontraktor pelaksana untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai rencana kerja dan syarat -syarat.
2. Membayar jasa kontraktor pelaksana.
b. Kontraktor pelaksana terhadap pemilik proyek.
1. Kontraktor melaksanakan pekerjaan fisik sesuai dengan rencana kerja yang
diberikan.
2. Kontraktor menyerahkan hasil pekerjaan, setelah pekerjaan tersebut
dilaksanakan.
3.1.6 Hubungan kerja antara konsultan pengawas dan kontraktor pelaksana:

15
a. Konsultan terhadap kontraktor pelaksana Melakukan pengawasan terhadap
kontraktor pelaksana agar pekerjaan berjalan sesuai perencanaan.
b. Kontraktor pelaksana terhadap konsultan
1. Kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuai rencana kerja dan syarat-syarat
yang diberikan.
2. Kontraktor harus mematuhi teguran dan saran dari konsultan pengawas di
lapangan.
3.1.7 Hubungan Kerja Antara Kontraktor Pelaksana Dan Mandor
a. Kontraktor Pelaksana terhadap mandor
1. Melakukan pengawasan terhadap mandor agar pekerjaan sesuai rencana.
2. Memberikan pengarahan kepada mandor
3. Membayar upah kepada mandor sesuai dengan perjanjian yang disetujui.
b. Mandor terhadap Kontraktor Pelaksana
1. Mengerahkan tenaga kerja dan menempatkannya sesuai dengan keahlian
mereka.
2. Melaksanakan proyek dan menyerahkan hasilnya kepada kontraktor.

3.2 SISTEM PENGENDALIAN


Pengendalian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk
mengadakan pengawasan, penyempurnaan dan penilaian (evaluasi) untuk menjamin
bahwa tujuan dapat dicapai sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
Kegiataan ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pekerjaan telah dilaksanakan.
Dengan demikian maka pelaksanaan suatu proyek memerlukan sistem manajemen
sebagai pengatur semua sumber daya yang ada.
Secara umum tujuan pengendalian adalah sebagai berikut :
1. Mengecahkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan-
kesalahan pelaksanaan kegiatan.
2. Untuk mengupayakan pelaksanaan tugas dan pekerjaan agar dapat berjalan
sesuai dengan yang direncanakan dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Untuk mengetahui letak kelemahan-kelemahan, sebab terjadinya
penyimpangan, dampaknya serta siapa yang bertanggungjawab atas

16
kesalahan tersebut dan bagaimana cara memperbaikinya pada masa yang
akan datang.
4. Untuk mencegah atau memperkecil pemborosan atau inefisiensi.
Berdasarkan tujuan diatas dari pengendalian diatas,maka hal-hal yang perlu dikendalikan
dalam pelaksanaan suatu proyek:
a. Pengendalian Waktu
b. Pengendalian material
c. Pengendalian Alat
d. Pengendalian Tenaga kerja

3.3 Sistem Pengendalian Waktu


Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan proyek ini menggunakan
time schedule yaitu 150 hari kalender. Untuk menwujudkan tujuan tersebut maka
pelaksanaan atau pemborongan membuat pembagian waktu kerja mulai dari hari Senin
sampai dengan hari minggu.
Pembagian waktu kerja tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pkl. 08.00-12.00 WITA : waktu kerja
b) Pkl. 12.00-13.00 WITA : waktu makan siang dan istirahat
c) Pkl. 13.00-18.00 WITA : waktu kerja
Pembagian waktu kerja ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari pekerjaan
itu sendiri. Selain pembagian waktu kerja tersebut, berdasarkan pengamatan ada waktu
tambahan untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Penambahan waktu kerja atau yang biasa
dikenal dengan lembur ini berdasarkan kesepakatan bersama antara pemborong dan para
pekerja dimana para pemborong bersedia menambah upah harian dari kerja lembur
tersebut.

3.3.1 Tujuan Sistem Pengendalian Waktu


1. Menghemat biaya (tenaga kerja,peralatan,) dan juga uang lembur karena
pekerjaan cepat selesai.
2. Tenaga ahli dapat dialihkan ke proyek lain yang sedang membutuhkan.

3.3.2 Objek Yang Dikendalikan

1. Memperhatikan jam kerja efektif agar proyek yang dilaksanakan selesai pada

17
waktu yang ditetapkan.
2. Kedisiplinan setiap tenaga kerja maupun operator harus lebih ditingkatkan demi
tercapainya hasil kerja proyek yang maksimal.
3.3.3 Permasalahan Yang Terjadi Dari Sistem Ini

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan untuk sistem pengendalian waktu


dirasa sudah cukup baik tetapi terdapat sedikit permasalahan yaitu pada saat pekerjaan
pengecoran seperti adukan semen yang sering terlambat karena didatangkan dari
surabaya,hal ini disebabkan karena campuran beton tersebut dicampur menggunakan
concrete mixer karena lahannya sempit, sedangkan untuk pekerjaan yang lain tidak
terdapat permasalahan yang berkaitan dengan waktu.

Gambar 3.3 pengecoran pelat dan balok

3.4. Sistem Pegendalian Material


Material atau bahan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek ini adalah
material lokal dan non-lokal. Bahan lokal adalah bahan yang diambil disekitar Kupang
seperti, batu karang, agregat kasar (kerikil), agregat halus (pasir), untuk pengecoran

18
struktur, sirtu, serta air kerja. Bahan lokal berupa pasir yang dipakai berasal Takari,
tanah urug/sirtu diambil dari jalur 40, sedangkan kayu, tripleks dan bahan yang lainnya
dapat diperoleh dari toko-toko bangunan yang ada. Sedangkan untuk material non-lokal
yang didatangkan dari luar daerah misalkan besi tulangan, keramik, bata ringan, semen
untuk pasangan bata dan plesteran dinding, multiplek, dan lain-lain.

Untuk setiap item pekerjaan mulai dari pekerjaan pondasi, kolom sampai pada
pekerjaan balok dan pelat pada dasarnya menggunakan jenis bahan yang sama
sehingga bahan-bahan tersebut didatangkan secara bertahap untuk menghindari
penumpukan material dalam lokasi proyek. Bahan-bahan berupa tripleks dan material
lain yang dapat berakibat buruk terhadap cuaca disimpan didalam gudang penyimpanan,
sementara bahan yang langsung dapat dipakai dan tidak berakibat buruk terhadap cuaca
disimpan pada daerah terbuka untuk mempermudah proses pengangkutan jika akan
dipergunakan. Contohnya seperti kerikil, batu pecah dan juga besi tulangan ditempatkan
langsung pada lokasi proyek sehingga lebih memudahkan pekerjaan.

Keseluruhan bahan-bahan yang dipergunakan untuk pekerjaan proyek ini


merupakan milik dari pelaksana, sehingga kelancaran dan kesuksesan dari semua
pekerjaan ini sangat tergantung pada ketersediaan bahan-bahan yang didatangkan oleh
pelaksana atau kontraktor. Kebutuhan bahan atau material untuk keperluan pelaksanaan
proyek ini sangat lancar, hal ini disebabkan karena staf logistik yang bertugas untuk
mengontrol penggunaan dan ketersediaan bahan bangunan bekerja secara maksimal
yaitu dengan mencatat ketersedian bahan bangunan di lapangan dan terlebih dahulu
mempertimbangkan apakah bahan tersebut mampu mencukupi pekerjaan yang akan
dilakukan pada hari tersebut.

3.4.1 Tujuan Sistem Pengendalian Material

1. Menghindari kesalahan dalam penerimaan material.


2. Mengontrol kerusakan material yang diterima.
3. Mencegah adanya kehilangan material.
4. mengontrol penggunaan material.
5. Mengontrol ketersediaan material

3.4.2 Objek Yang Dikendalikan

19
Mencakup ketentuan bahan baku (misalnya batu,pasir,dll) maupun bahan
olahan (misalnya agregat) dan tata cara penanganan material (handling). Tata cara
penanganan mencakup 3 hal, yaitu:

1. Pengadaan material.
Pengadaan material dilakukan secara bertahap dilihat dari penggunaannya. Jika
material yang digunakan hampir habis maka pengadaan material akan di lakukan,
baik untuk material lokal maupun non-lokal. Material lokal seperti yang telah
dijelaskan di atas bahwa di ambil dari lokasi sekitar kota kupang,sedangkan untuk
material non-lokal hampir dilakukan setiap hari seperti besi tulangan, bata ringan,
semen karena cuacu baik, begitu banyak jumlah yang dibutuhkan sehingga
pengadaannya dilakukan setiap hari mengingat daya muat kapal yang tidak bisa
memuat satu kali dalam jumlah yang banyak.
2. Penimbunan atau Penyimpanan.
Pada umumnya bahan-bahan seperti pasir, kerikil, kayu, dan batu karang
ditempatkan secara terpisah pada tempat yang terbuka pada lokasi proyek,
sedangkan bahan-bahan seperti semen, besi tulangan dan tripleks di simpan di
tempat penyimpanan bahan sehingga memudahkan pekerjaan. Untuk semen, besi
tulangan, dan tripleks didatangkan sebelum pekerjaan dilakukan.
3. Penggunaan Material.
Semua bahan yang di angkat dari tempat penyimpanannya untuk digunakan
dalam pekerjaan harus dilaporkan kepada petugas gudang agar di catat berapa
banyak jumlah yang di angkat dan penggunaannya untuk apa. Sehingga petugas
gudang dapat melaporkannya kepada site engineernya. Hal ini di lakukan agar
volume kebutuhan material yang di gunakan setiap harinya dapat di ketahui dengan
baik agar tidak terjadi penyimpangan dengan yang telah direncanakan. Walaupun
terjadi sedikit penyimpangan tetapi sedapat mungkin di ketahui apa penyebabnya.

3.4.3 Kelebihan Yang Diperoleh Dari Sistem Ini


1. Ketersediaan material selalu di ketahui jumlahnya sehingga sesegera mungkin
akan di lakukan pengadaan jika material akan habis.
2. Tidak terdapat penumpukkan material di lapangan yang dapat menghambat
jalannya pekerjaan akibat lokasi pekerjaan lahan sempit.
3. Dapat mengetahui volume material yang digunakan setiap hari kerjanya.

20
3.4.4 Langkah-Langkah pengendalian material
1. meninjau kembali volume pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. Banyaknya pengadaan material yang dibutuhkan sesuai dari hasil perhitungan
sehingga material yang dibutuhkan tersebut pas pengadaan.
3. Mendata volume material yang digunakan setiap hari.
4. Menghitung jarak angkut dan cuaca sehingga tidak menghambatkan pengadaan
material.

3.4.5 Evaluasi Berdasakan Kondisi Rill Dilapangan


Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pengendalian material
yang telah di lakukan telah berjalan dengan baik karena tidak terlihat hal-hal yang
berkaitan dengan pengadaan material yang sampai menghambat jalan proses pekerjaan.
Bahan yang di gunakan adalah bahan lokal yang di ambil dari sekitaran kota Kupang
sedangkan untuk bahan non-lokal pengiriman menggunakan kapal.

3.5. Sistem Pengendalian Peralatan


Peralatan yang dimaksud adalah peralatan yang digunakan oleh kontraktor dalam
mendukung penyelesaian proyek. Alat-alat tersebut ada yang merupakan milik kontraktor
dan ada juga yang disewa oleh kontraktor.
a. Alat angkut atau transportasi
Jenis alat yang dimaksud adalah Dump truck yang berfungsi untuk mengangkut
material berupa agregat dari lokasi pengambilan ke lokasi proyek. Material yang
di angkut yaitu ; pasir, batu pecah, batu kali,urugan dan lain sebagainya.
b. Alat berat atau kendaran berat
Jenis alat yang di maksud adalah kendaraan-kendaraan berat yang berfungsi
untuk melakukan penggalian, penimbunan, pengerukan, penghamparan dan
pemadatan. Jenis alat berat yang digunakan dalam proyek ini diantaranya
adalah excavator (untuk mengeruk dan menimbun),vibrator roller (untuk
memadatkan beton).
c. Alat ukur
Alat ukur digunakan untuk mengukur elevasi bangunan dan luas bangunan,. Alat
ukur yang digunakan dalam proyek ini adalah meter roll dan water pass dan
thedolite.

21
d. Alat bantu
Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan untuk mendukung pekerjaan
secara efisien, misalnya, skop, gerobak,Vibrator roller. Alat-alat tersebut
walaupun merupakan alat bantu namun mempunyai peranan yang penting
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan kata lain bahwa, alat-alat utama
tersebut di atas akan berfungsi secara maksimal jika digunakan bersama- sama
dengan alat bantu. Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa
penyediaan alat-alat bantu di lokasi proyek cukup memadai sehinggga pekerjaan
pun tidak molor.

3.5.1 Tujuan Sistem Pengendalian Peralatan


1. Menghindari kesalahan menghitung jam kerja alat atau kesalahan dalam
menghitung barang yang habis dipakai.
2. Menghindari kesalahan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan oleh alat.
3. Menghindari pekerjaan ulang yang dilaksanakan oleh alat.

3.5.2 Kelebihan Yang Diperoleh


1. Meningkatkan dan meratakan mutu pekerjaan.
2. Mengurangi biaya pelaksanaan.
3. Mengurangi waktu pelaksanaan.
4. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.

3.5.3 Objek Yang Dikendalikan

1. Alat seperti waterpas dimiliki oleh tim surveyor.


2. Alat-alat bantu yang seperti dijelaskan diatas sediakan oleh kontraktor dalam
jumlah yang cukup untuk di gunakan.
3. Semua pekerja memiliki alat-alat seperti:meteran, gergaji dan pemukul
sehingga tidak terjadi saling menunggu antara yang satu dengan lainnya.

3.5.4 Langkah-Langkah Upaya Pengendalian

a) Menghitung produktivitas alat per harinya, dengan demikian dapat diperoleh


berepa banyak volume yang dapat diperoleh per harinya.
b) Meninjau kembali tanggal jatuh tempo proyek sehingga penggadaan alat dalam
pelaksanaan proyek, tidak mengalami kelebihan alat yang mengakibatkan

22
beberapa alat nganggur, juga kekerungan alat yang menyebabkan waktu
pengerjaan menjadi lama dan terlambat.
c) Mengganti atau memperbaiki peralatan yang rusak sehingga pekerjaan bisa
terus berjalan.
d) Melakukan perawatan secara berkala terhadap peralatan yang digunakan.

3.6 Sistem Pengendalian Tenaga Kerja


Tenaga kerja merupakan suatu faktor pendukung terlaksananya suatu kegiatan
proyek. Adanya kerja sama atau kekompakan baik antara sesama tenaga kerja maupun
antara tenaga kerja dengan pemimpin akan lebih mempermudah terwujudnya kelancaran
pada sistem pengendalian proyek.Tenaga kerja yang di pakai dalam pembangunan
proyek ini dominan didatangkan dari pulau jawa yang bertugas untuk pekerjaan-
pekerjaan keteknisan.Tenaga kerja lokal merupakan tenaga kerja yang memiliki
keterampilan khusus Tenaga kerja ini berasal dari dalam daerah diantaranya kabupaten
soe,kefa dan sebagainya adalah warga setempat, sedangkan tenaga kerja non local
merupakan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus yang didatangkan dari pulau
jawa.

3.6.1 Tujuan Dari Sistem Pengendalian Tenaga Kerja

1. Jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan volume pekerjaan.


2. Menghindari kecelakaan pada saat waktu kerja.
3. Menghindari pembengkakan upah tenaga kerja.
4. Menghindari keterlambatan jam masuk kerja oleh tenaga.
Sebagai dasar dari pengendalian ini dipakai standar dari Rencana Anggaran Biaya (RAB).

3.6.2 Objek Yang Dikendalikan


a. Penempatan tenaga kerja pada jenis pekerjaan yang sesuai dengan
ketrampilan atau keahlian yang dimiliki.
b. Penempatan dan pengaturan tenaga kerja yang diperbantukan disesuaikan
dengan kebutuhan sehingga terjadi keseimbangan pada setiap jenis
pekerjaan.
c. Penempatan tenaga kerja sesuai dengan volume pekerjaan setiap hari kerja

Oleh karena itu upaya yang dilakukan untuk pengendalian tenaga kerja yakni:

23
1. Menyeleksi tenaga kerja yang akan digunakan dalam pelaksanaan
proyek baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
2. Melakukan re-cek tenaga kerja agar tidak terjadi penumpukan peran di
satu item pekerjaan,yang sebenarnya hanya dapat dilakukan salah satu
operan saja.
3. Melaksanakan pekerjaan proyek melalui profesi mereka sebagai
mandor, tukang, dan pekerja untuk mentransformasikan sumberdaya
lainnya menjadi item pekerjaan.
4. Mengisi struktur organisasi untuk menyelenggarakan kegiatan proyek.

3.6.3 Masalah Pengendalian Tenaga Kerja Dilapangan


Sesuai pengamatan di lapangan, ditemukan masalah yang berkaitan dengan
sistem pengendalian tenaga kerja ini karena pada proyek ini ,kendalanya tukang pada
saat pembesian balok,pembesian pelat lantai dan pada saat pekerjaan pengecoran ada
sedikit masalah hal ini disebabkan karena campuran beton tersebut dicampur
menggunakan concrete mixer karena lahannya sempit.

24
BAB IV

TINJAUAN UMUM KOSTRUKSI

4.1. Umum

Gedung Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Nusa
Tenggara Timur merupakan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat luas
khususnya, masyarakat Kota Kupang akan kebutuhan stok darah . Pembangunan ini
sangat diperlukan masyarakat, mempermudah masyarakat untuk melakukan pendonoran
darah, serta dengan adanya gedung baru ini menambah ruangan kerja Unit Transfusi
Darah, supaya mempermudah pekerja dalam bekerja.

Pada saat kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan pada 05 september 2020,
kegiatan pelaksanaan proyek sudah mencapai tahap pelaksanaan pekerjaan pondasi dan
pada akhir kegiatan kerja praktek pada 28 november 2020, proyek sudah mencapai
pekerjaan akhir (finishing). Dengan demikian kegiatan teknik konstruksi yang dapat dilihat
selama kegiatan kerja praktek kurang lebih 3 bulan adalah meliputi pekerjaan struktur
bangunan bawah diantaranya adalah pondasi foot plate dan struktur bangunan atas
meliputi pekerjaan tie beam (sloof), balok, kolom, pelat lantai,tangga, ringbalk, dinding dan
atap.

Dengan demikian, laporan tinjauan umum konstruksi akan diambil beberapa item
pekerjaan yang telah diamati selama kegiatan kerja praktek berlangsung yaitu untuk
pekerjaan pelat lantai akan dibahas pada tinjauan khusus.

4.2. Pekerjaan Pondasi Foot Plat


Bangunan ini berlokasi di Jln. Veteran No 71A, Kelurahan Fatululi, Kecamatan
Oebobo. Secara umum bangunan ini tepat berada diatas tanah keras. Jenis atau tipe
pondasi yang digunakan pada proyek ini terdiri dari pondasi menerus (foot plat) yang
berfungsi sebagai penerus beban yang bekerja pada elemen-elemen struktur ketanah
dasar.

Berikut ini diuraikan langkah-langkah serta metode pelaksanaan pekerjaan pondasi


foot plat sebagai berikut:
25
Mulai

Persiapan

Galian

pembesian

Pek. beskisting

Pengecoran

Perawatan Beton

Selesai

Gambar 4.1. Tahapan Pekerjaan Pondasi Foot Plate

4.2.1. Pekerjaan Persiapan


a. Umum
Langkah yang paling awal untuk melaksanakan suatu pekerjaan adalah
pekerjaan persiapan, dimana tujuan pekerjaan ini adalah untuk kelancaran dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Adapun persiapan yang akan dilakukan dalam pekerjaan
pondasi foot plate diantaranya dengan mempelajari denah pondasi dan titik-titik
penempatan pondasi, membersikan lokasi pekerjaan dari ganguan yang ada seperti
tanaman, pohon-pohon dan hambatan-hambatan lainya .

26
Gambar 4.2. denah Penempatan Pondasi
b. Alat – alat yang digunakan :

1. Excavator

2. Palu

3. Concrete mixer

4. Linggis

5. Sekop

6. Meter roll

c. Metode Pelaksanaan

27
Tahapan yang perlu dilakukan dalam pekerjaan persiapan :
1. Menentukan titik-titik penempatan pondasi foot plate sesuai dengan gambar
rencana (shop drawing) yang ada.
2. Pembersian titik-titik lokasi penempatan pondasi.

3. Mengukur posisi titik koordinat dengan bantuan alat ukur.

4. Merencanakan alur atau rute galian, sehingga setiap pergerakan excavator


dan termobilisasi tanpa halangan.

4.2.2 Pekerjaan Galian

a. Umum
Pekerjaan galian pondasi harus sesuai dengan dimensi/ukuran gambar rencana.
Pekerjaan galian tanah untuk pondasi dilakukan dengan menggunakan alat berat
excavator. Dimensi galian disesuaikan dengan tipe pondasi, ditambah dengan ruang kerja
sebesar 45 cm pada masing- masing sisi. Terdapat tiga tipe pondasi foot plate.

Tabel 4.1. Dimensi galian pondasi foot plate

Tipe Panjang,P (m) Lebar,L (m) Kedalaman,H (m)


1 2,00 2,00
2 2,00 4,00 Variabel
3 1,60 1,60
Sumber : Pengukuran Lapangan

b. Alat – alat yang digunakan


Peralatan yang di pakai untuk menggali pondasi menggunakan alat berat
excavator.
c. Metode Pelaksanaan
Setelah pekerjaan pengukuran dan pemasangan papan bouwplank selesai maka
pekerjaan galian tanah pondasi dapat dilakukan. Ada beberapa hal penting selama
pelaksanaan pekerjaan galian tanah :
1. Ukuran galian tanah.
2. Dimensi galian tanah pondasi dibuat lebih besar dari pada dimensi pondasi sehingga
ruang gerak tukang batu menjadi lebih bebas.

28
3. Kedalaman galian tanah diukur sesuai dengan kedalaman pondasi pada gambar
rencana. Kedalaman galian tanah untuk pondasi foot plate lebih besar dari pada
kedalaman pondasi menerus.
4. Tanah bekas galian
Tanah bekas galian dibuang/ditempatkan agak jauh dari lubang galian, yakni diluar
papan bowplank sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan profil pondasi,
disamping itu juga untuk menjaga longsornya tanah bekas galian. Proses pemindahan
tanah galian langsung dilakukan oleh excavator pada saat galian berlangsung.

Gambar 4.3 Galian Pondasi dan Pengukuran Elevasi Pondasi

4.2.3 Pekerjaan Pembesian


a. Umum
Perakitan tulangan yang digunakan harus disesuaikan dengan gambar kerja.
Tulangan yang dipakai untuk pondasi foot plate adalah besi D16 untuk tulangan bawah
(botom bar) dan D16 untuk tulangan atas (top bar) tersebut.
b. Alat – alat yang digunakan :
1. Alat pemotong besi (bar cutter)
2. Alat pembengkok besi

3. Meter roll
29
4. tang

5. Kawat ikat

c. Metode Pelaksanaan
1. Tulangan yang dibutuhkan dipesan/didatangkan dari toko bangunan yang ada,
dengan jumlah dan ketentuan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk
tulangan pondasi digunakan tulangan D16 dan D16.

Gambar 4.4 Pembongkaran Tulangan


2. Setelah tulangan yang dibutuhkan didatangkan, tulangan tersebut digunakan
sesuai dengan kebutuhan. Tulangan tersebut dipotong sesuai dengan ukuran serta
jumlah yang dibutuhkan kemudian dibengkokkan sesuai dengan gambar kerja.

30
Gambar 4.5 pemotongan tulangan
3. Setelah tulangan di potong dan di bengkokan sesuai gambar rencana maka
langkah selanjutnya adalah proses perakitan tulangan di lokasi pekerjaan.
Perakitan tulangan langsung di lakukan pada lubang galian pondasi.

Gambar 4.6 Pemasangan Tulangan Pondasi

4.2.4 Pekerjaan Bekisting


a. Umum
Bekisting merupakan sarana struktur beton, untuk mencetak beton baik ukuran

31
atau bentuknya sesuai dengan yang direncanakan, sehingga bekisting harus mampu
berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul berat sendiri, beton basah,
beban hidup dan peralatan kerja. Namun dalam proyek pembangunan gedung unit
transfusi darah (UTD) palang merah indonesia (PMI) ini,dengan menggunakan bekisting
tripleks yang langsung dipasang/dikerjakan langsung di lubang pondasi foot plat. Bekisting
pondasi foot plat ini di buat sesuai dengan jumlah pondasi dan di kerjakan bersamaan
untuk seluruh type pondasi.
b. Alat-alat dan Bahan yang digunakan
1. Sekop
2. Senduk Campuran
3. Semen
4. Pasir
5. Air bersih
6. waterpass
c. Metode Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah pekerjaan pembuatan dan pemasangan bekisting untuk
pondasi foot plat adalah sebagai berikut:

1. Mengadakan pengukuran dan penandaan atau marking posisi bekisting yang akan
dipasang untuk tiap-tiap tipe foot plate yang berlainan ukurannya.

2. Mengukur elevasi pondasi foot plat (panjang, lebar dan tinggi).

3. Memasang dinding bekisting dengan menggunakan tripleks yang telah tersedia.

32
Gambar 4.7 Pemasangan Bekisting Foot Plat

4.2.5 Pekerjaan Pengecoran

a. Umum
Pekerjaan pengecoran pondasi foot plate pada proyek pembangunan gedung ini
dilakukan dengan menggunakan concrete mixer dan concrete vibrator Cara penuangan
campuran beton dapat menentukan kualitas mutu yang diinginkan.Berdasarkan
pengamatan dilapangan proporsi campuran telah ditentukan terlebih dahulu sesuai
dengan mutu yang diinginkan. Mutu beton yang digunakan dalam pengecoran ini adalah
k-250 bahan yang diambil dari disekitar kota Kupang.

b. Alat – alat yang digunakan :


1. Concrete mixer
2. Gerobak dorong
3. Sendok campuran
4. Ember
5. Waterpas
6. Concrete vibrator
7. sekop

33
c. Bahan yang digunakan :
1. Semen
2. Pasir
3. Kerikil
4. Air bersih
d. Metode Pelaksanaan
1. Semua ruang yang akan diisi adukan beton harus bebas dari kotoran dan
semua kotoran, serpihan dan material lainya yang menempel pada permukaan
beton lama harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan.
2. Pada pengisian campuran beton dengan tinggi tertentu akan dilakukan
pemadatan (dencity) menggunakan concrete vibrator. Hal ini dilakukan
beberapa kali selama proses pengecoran agar kepadatan pengecoran yang di
butuhkan dapat tercapai.
3. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran
dengan waterpass.
4. Menghentikan pengecoran dan ratakan serta haluskan permukaan beton
dengan menggunakan sendok campuran/alat plester.

Gambar 4.8 Pengecoran Pondasi Foot

4.2.6 Pekerjaan Perawatan

a. Umum

Pada proyek ini setelah dilakukan pengecoran maka pada umur 2 hari dilakukan
perawatan, atau beton mencapai final setting, artinya beton telah mengeras dan kekuatan
beton telah mencapai kuat beton yang direncanakan. Perawatan beton ini dilakukan agar
proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan.

34
b. Alat-alat dan bahan yang digunakan
1. Dinamo air
2. Air bersih
c. Metode Pelaksanaan
Perawatan pondasi foot plat dilakukan dengan cara penampang beton pondasi
tersebut disiram secara rutin. Penyiraman ini dilakukan setiap hari pada waktu
pagi dan sore hari.

4.3. Pekerjaan sloof (Tie Beam)


Tie Beam beton merupakan elemen non struktur yang berfungsi meneruskan
beban dari dinding tembok ke pondasi menerus.Selain itu juga dengan adanya tie beam
maka elemen bangunan berupa kolom, dan pondasi dapat dihubungkan menjadi satu
kesatuan sehingga dapat bekerja secara maksimal. Pekerjaan tie beam dapat
dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi foot plate maupun pondasi menerus selesai
dikerjakan.

4.3.1 Pekerjaan Pembesian Tie Beam

a. Umum

Pekerjaan pembesian merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada saat
proses pekerjaan beton sebelum suatu beton menjadi elemen pendukung beton bertulang.
Agar elemen-elemen pembentuk tie beam dapat bekerja dengan baik maka perlu adanya
suatu ikatan yang baik pula antara tulangan dan campuran beton. Ikatan antara tulangan
juga perlu diperhatikan dengan baik agar tidak mengalami perubahan pada saat
pengecoran. Untuk itu hubungan antara tulangan tersebut diperkuat atau diikat dengan
kawat beton.

b. Alat – alat dan bahan yang digunakan :


1. Alat pemotong besi (bar cutter)

2. Meter roll

3. Alat pembengkok tulangan

35
4. Tang

5. Kawat Ikat

c. Metode Pelaksanaan
Langkah-langkah proses pekerjaan pembesian tie beam adalah sebagai berikut:
1. Tulangan yang dipesan diluruskan sehingga dapat dipotong sesuai dengan jumlah
dan ukuran yang diperlukan sesuai dengan gambar kerja
2. Setelah diluruskan, maka tulangan tersebut dipotong dengan menggunakan bar
cutter sesuai dengan jumlah dan ukuran yang diperlukan.
3. Tulangan yang telah di potong sesuai dengan masing-masing ukuran tersebut
kemudian di bengkokkan menggunakan mesin pembengkok tulangan.
4. Setelah tulangan di potong dan di bengkokkan, tulangan tersebut di pindahkan ke
lokasi titik-titik akan di pasang tulangan-tulangan tersebut.
5. Setelah semuanya telah tersedia, proses pemasangan tulangan di kerjakan
dengan pengawasan mandor. Setiap pertemuan antara tulangan sengkang dan
tulangan utama di ikat dengan menggunakan kawat ikat Ø 1 mm.

Gambar 4.10Pekerjaan pembesian Tie Beam

36
4.3.2 Pekerjaan Begisting Tie Beam

a) Umum

Pekerjaan bekisting untuk tie beam ini di kerjakan langsung pada titik di mana
letak-letak tie beam berada. Hal ni dikarenakan bekisting yang digunakan untuk tie beam
pada proyek ini adalah bekisting permanen/bukan bekisting sementara seperti yang
umumnya di lihat pada proyek-proyek bangunan umumnya. Bekisting tie beam pada
proyek ini menggunakan bekisting yang dibuat seperti dinding menggunakan pasangan
bata.

b) Alat – alat dan bahan yang digunakan :


1. Sekop
2. Senduk semen
3. Meter roll
4. Water pass
c) Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pekerjaan bekisting tie beam sama dengan proses pekerjaan
bekisting untuk pekerjaan pondasi foot plat yaitu sebagai berikut:

1. Mengadakan pengukuran dan penandaan atau marking posisi bekisting yang akan
dipasang untuk tiap-tiap tie beam yang berlainan ukurannya.

2. Mengukur dimensi tie beam (panjang, lebar dan tinggi).


3. Membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat pada daerah-daerah yang menjadi letak
bekisting tie beam akan di kerjakan.
4. Memasang dinding bekisting tembok dengan menggunakan batako dan campuran
yang telah tersedia.

37
Gambar 4.11 Pekerjaan Bekisting Tie Beam

4.3.3 Pekerjaan Pengecoran Tie Beam

a. Umum

Pengecoran beton adalah merupakan kegiatan untuk mengisi bekisting atau acuan
dengan adonan beton. Cara penuangan campuran beton dapat menentukan kualitas mutu
yang diinginkan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu diperhatikan teknik-
teknik dalam melakukan pengecoran.
b. Alat – alat dan bahan yang digunakan :
1. Concrete mixer
2. Gerobak dorong
3. Semen Portland
4. Batu pecah
5. Pasir pasang
6. Air bersih
c. Metode Pelaksanaan

1. Semua ruang yang akan diisi adukan beton harus bebas dari kotoran dan
semua kotoran, serpihan dan material lainya yang menempel pada permukaan
beton lama harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan.

2. Pencampuran material untuk menghasilkan campuran beton dengan


menggunakan concrete mixer dengan komposisi campuran 1semen, 3 pasir
dan 5 kerikil.

38
3. Mobilisasi campuran beton ke lokasi pengecoran dengan menggunakan
gerobak dorong.

4. Penuangan campuran dilakukan oleh tenaga kerja terampil (tukang)

5. Atur pengecoran agar berlangsung terus menerus dan hentikan pengecoran


hanya pada batas penghentian yang telah ditentukan.
6. Pemadatan beton, pada peninjauan di lokasi proyek, proses pemadatan
menggunakan besi dengan diameter dan panjang yang bervariasi dan ditusuk
ke dalam campuran yang sudah dituangkan. Pemadatan beton ini dilakukan
dengan ketentuan bahwa batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau
bagian beton yang sudah mengeras.

7. Mengontrol elevasi atau ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran

8. Menghentikan pengecoran dan ratakan serta haluskan permukaan beton


dengan menggunakan sendok campuran/alat plester.

Gambar 4.12 Pengecoran Tie Beam

39
4.3.4 Perawatan Tie Beam
a. Umum
Pada proyek ini setelah dilakukan pengecoran maka pada umur 2 hari dilakukan
perawatan, atau beton mencapai final setting, artinya beton telah mengeras dan kekuatan
beton telah mencapai kuat beton yang direncanakan. Perawatan beton ini dilakukan agar
proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan
mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat.

b. Alat-alat dan bahan yang digunakan

1. Dinamo air
2. Air bersih

c. Metode Pelaksanaan

Perawatan beton tie beam dilakukan dengan cara penampang beton tie beam
disiram secara rutin. Penyiraman ini dilakukan setiap hari pada waktu sore hari.

4.4. Pekerjaan Kolom


Pada suatu konstruksi bangunan gedung,kolom berfungsi sebagai pendukung
beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.
Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada rutuhnya komponen desak bersifat
mendadak,tanpa diawali dengan tanda peringatan yang jelas. Oleh karena itu,
merencanakan struktur kolom harus diperhitungkan secara cermat karena kekuatan kolom
lebih tinggi dari pada elemen struktur lainya.
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai proses pekerjaan kolom mulai dari
pembesian sampai pada perawatan. Tahapan-tahapan pekerjaan kolom pada lokasi
tinjauan ini dapat pada diagram berikut:

Mulai

Pek. Pembesian

Pek. Bekisting 40

Pek. Pengecoran
Pembongkaran
Bekisting

Pek. Perawatan

Selesai

Gambar 4.13 Tahapan Pekerjaan kolom

4.4.1. Pekerjaan Pembesian Kolom

a. Umum
Pekerjaan pembesian merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada saat
proses pekerjaan beton sebelum suatu beton menjadi elemen pendukung beton bertulang.
Agar elemen-elemen pembentuk kolom dapat bekerja dengan baik maka perlu adanya
suatu ikatan yang baik pula antara tulangan dan campuran beton. Ikatan antara tulangan
juga perlu diperhatikan dengan baik agar tidak mengalami perubahan pada saat
pengecoran. Untuk itu hubungan antara tulangan tersebut diperkuat atau diikat dengan
kawat beton.
b. Alat – alat dan bahan yang digunakan :
1. Alat pemotong besi (bar cutter)

2. Meter roll

3. Alat pembengkok tulangan

41
4. Tang

5. Kawat Ikat
c. Metode Pelaksanaan
1. Tulangan yang dipesan diluruskan sehingga dapat dipotong sesuai dengan
jumlah dan ukuran yang diperlukan sesuai dengan gambar kerja
2. Setelah diluruskan, maka tulangan tersebut dipotong dengan menggunakan
bar cutter sesuai dengan jumlah dan ukuran yang diperlukan.
3. Setelah seluruh tulangan selesai dipotong dan dibengkokkan maka tulangan
utama tersebut disatukan atau dirangkai dengan tulangan sengkang, setiap
pertemuan batang tulangan dengan sengkang diikat dengan kawat ikat dengan
bantuan tang atau gegep. Pekerjaan pembesian dilakukan disekitar lokasi
proyek dan setelah selesai dirangkai kemudian tulangan tersebut dipindahkan
titik di mana kolom tersebut terletak sesuai dengan shop drawing menerus.
Pemindahan tulangan kolom dari lokasi perakitan ke titik letak kolom tersebut .
Untuk proyek tersebut tulangan utama kolom digunakan tulangan dengan D19
mm dan tulangan sengkang digunakan tulangan dengan Ø 12-100 mm. pada
daerah tumpuan serta 150 cm pada daerah lapangan.

Gambar 4.14 Pemasangan Tulangan kolom

42
4.4.2. Pekerjaan Begisting Kolom

a. Umum

Pekerjaan bekisting yang baik ditentukan oleh pemakaian bahan dengan kualitas
baik dan kuat yang sesuai dengan perencanaan. Bahan bekisting yang baik harus
memenuhi beberapa persyaratan: Tidak bocor dan menghisap air dalam campuran beton,
bila hal ini terjadi maka rasio faktor air semen dalam beton akan berkurang, sehingga
mutu beton terganggu. Untuk beton dengan permukaan artistik, bekisting harus
mempunyai tekstur seperti yang diinginkan, misalnya; licin atau variasi bentuk, sehingga
beton yang dihasilkan mempunyai permukaan yang sesuai. Bekisting yang kurang kuat
dapat menyebabkan perubahan bentuk dari beton yang direncanakan. Dalam beberapa
kasus, terjadi keruntuhan pada waktu pengecoran disebabkan oleh sokongan yang tidak
memadai. Kebersihan pada bekisting diperiksa sebelum proses penuangan campuran
beton.

b. Alat – alat dan bahan yang digunakan


1. Gergaji
2. Palu
3. Meter roll
4. Kayu usuk 5/7
5. Paku
6. Tripleks

c. Metode Pelaksanaan
1. Pekerjaan bekisting untuk kolom dilakukan setelah pekerjaan pemasangan
tulangan selesai.
2. Kemudian tripleks disatukan untuk mendapatkan tinggi yang sesuai dengan
tinggi kolom dengan memakukannya pada rangka dari usuk 5/7.
3. Setelah mendapatkan bekisting yang sesuai dengan perencanaan,
selanjutnybekisting tersebut dipasangkan pada tulangan dan kedua sisi
disatukan. Untmempertahankan kedudukan/posisi bekisting lurus secara
vertikal (lebar atassama dengan lebar bawah) dipasang beberapa potongan
papan (klam) tersebut.

43
Gambar 4.15 Pekerjaan Begisting Kolom

4.4.3. Pekerjaan Pengecoran Kolom

a. Umum
Pengecoran beton adalah merupakan kegiatan untuk mengisi bekisting atau acuan
dengan adonan beton.. Cara penuangan campuran beton dapat menentukan kualitas
mutu yang diinginkan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu diperhatikan teknik-
teknik dalam melakukan pengecoran.
b. Alat – alat dan bahan yang digunakan
1. Concrete mixer
2. Concrete vibrator
3. Kereta dorong
4. Ember
5. sekop
6. Semen Portland
7. Pasir pasang
8. Batu pecah
9. Air bersih
c. Metode Pelaksanaan
1. Semua ruang yang akan diisi adukan beton harus bebas dari kotoran dan
semua kotoran, serpihan dan material lainya yang menempel pada
permukaan beton lama harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan.

44
2. Pencampuran material untuk menghasilkan campuran beton dengan
menggunakan concrete mixer dengan komposisi campuran 1semen, 3 pasir
dan 5 kerikil.
3. Pemadatan beton, pada peninjauan di lokasi proyek, proses pemadatan
menggunakan concrete vibrator . Pemadatan beton ini dilakukan dengan
ketentuan bahwa batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau
bagian beton yang sudah mengeras.
4. ketinggian beton pada saat pelaksanaan pengecoran
5. Menghentikan pengecoran dan ratakan serta haluskan permukaan beton
dengan menggunakan sendok campuran/alat plester.

Gambar 4.16 Pengecoran Kolom

4.4.4. Pembongkaran Begisting Kolom


Proses pembongkaran bekisting dilakukan setelah beton dianggap mengeras,
pada lokasi tinjauan pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 3х24 jam dari
pengecoran terakhir. Jika pembongkaran bekisting dilakukan sebelum waktu pengikatan
beton (kurang waktu yang disyaratkan) maka akan terjadi kerusakan atau cacat pada
tersebut dan upaya dalam mencegah kerusakan yang terjadi yaitu dilakukan setting time
yang disyaratkan agar beton dapat mengeras terlebih.

45
Gambar 4.17 Pembongkaran Bekisting Kolom

4.4.5. Perawatan Kolom


a. Umum
Pada proyek ini setelah dilakukan pengecoran maka pada umur 2 hari dilakukan
perawatan, atau beton mencapai final setting, artinya beton telah mengeras dan kekuatan
beton telah mencapai kuat beton yang direncanakan. Perawatan beton ini dilakukan agar
proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan
mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat.
b. Metode Pelaksanaan
Perawatan beton kolom dilakukan dengan cara penampang beton kolom disiram
secara rutin. Penyiraman ini dilakukan setiap hari pada waktu sore hari maupun siang hari
dan pagi hari.

4.5 pekerjaan balok dan pelat lantai

a. umum
Balok merupakan salah satu dari elemen portal dengan bentang yang arahnya
horisontal, sedangkan pelat lantai merupakan struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horisontal.Pelaksanaan pekerjaan ini sama
dengan pelaksanaan pekerjaan kolom, hanya saja dalam pengerjaan bekisting perlu
adanya tambahan pipa suport. Kayu ini berfungsi sebagai penopang bekisting agar

46
bekisting tetap pada tempatnya (tidak terjadi lendutan). Pelaksanaan pengecoran balok,
biasanya sering dengan pelaksanaan pelat lantai.

Pada bagian ini akan diuraikan sebagai proses pekerjaan balok dan pelat lantai
melalui dari pembesian dan sampai pada perawatan. Tahapan-tahapan pekerjaan balok
dan pelat lantai pada lokasi tinjauan ini dapat dilihat pada diagram alir berikut:

Mulai

Pek. bekisting

Pek. pembesian

Pek. Pengecoran

Pembongkaran
Bekisting

Pek. Perawatan

Selesai

Gambar 4.18 Tahapan Pekerjaan balok dan pelat lantai

4.5.1 pekerjaan bekisting

a. umum

Bekisting adalah suatu konstruksi sementara yang berfunsi sebagai media


pembentuk adonan atau campuran pada pekerjaan pengecoran, karena bekisting sangat
pengaruh pada tampilan akhir suatu konstruksi beton, maka bekisting harus dirancang
sedemikian rupa sehingga hasil pengecoran sesuai dengan apa yang diinginkan.

47
b. Alat – alat dan bahan yang digunakan
1. schaffolding
2. Gergaji
3. Palu
4. Meter roll
5. Multiplek 20 mm
6. Paku
7. pipa support
c. metode pelaksanaan
a. Pemasangan scaffolding balok dengan pedoman marking as-balok. Bila
untuk bekisting cetakan pelat juga memerlukan scaffolding maka
pemasangannya dirangkai menjadi satu-kesatuan.
b. Penyetelan elevasi scaffolding untuk pelat lantai dengan memperhatikan
balok yang akan digunakan untuk menahan cetakan (balok kayu, tripleks)
tersebut.
c. Pemasangan panel dinding balok dengan memperhatikan as-balok yang
bersangkutan.
d. Setelah pemasangan bekisting pelat lantai dan balok selesai
dilaksanakan,lakukan pengecekan elevasi pelat lantai dengan alat waterpas.
1. Periksa kelurusan bekisting dengan tarikan benang pada balok,terutama pada balok
tepi,sisi bekisting harus sejajar tarikan benang.

48
Gambar 4.19 pemasangan scaffolding dan pemasangan bekisting balok dan pelat
lantai

4.5.2 pekerjaan pembesian

a. umum

Pembesian balok dilakukan sejalan dengan pembuatan bekisting dinding balok,


pembesian dilakukan langsung pada tempat dimana akan dilakukan pengecoran sehingga
sangat diburuhkan kehati-hatian pekerja dalam melakukan pekerjaan tersebut. Dilain sisi
pengawasan lapangan juga sangat dibutuhkan ketelitian dalam melakukan pengawasan
pekerjaan dilapangan sehingga hasil dari penulangan balok maupun pelat tidak
menyimpang jauh dari gambar rencana.

Pembesian balok dan pelat mengunakan besi tulangan dengan ukuran yang
berbeda-beda menurut jenis masing-masing .

b. alat-alat yang digunakan


a. Alat pemotong besi (bar cutter)
b. Alat pembengkok besi
c. Meter roll
d. tang
e. Kawat ikat

c. metode pelaksaan
1. Tulangan memanjang yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran di isi
dengan tulangan geser atau sengkang sesuai jumlah.
2. Dengan menggunakan kawat ikat, tulangan geser diikat pada tulangan
memanjang dengan menggunakan tang.
3. Pemasangan tulangan geser dipasang dengan jarak antara tulangan sesuai
dengan gambar rencana. Jarak tersebut dipastikan dengan menggunakan
meteran.
4. Setelah pemasangan bekisting dan tulangan selesai maka dilanjutnya
dengan pemasangan batas pengecoran dengan menggunakan kawat

49
ayam,pengecoran dihentikan pada jarak seper ember bentang dari
tumpunan, karena pada lokasi tersebut momen yang dipikuk balok dan pelat
lantai adalah nol.

Gambar 4.20 pembesian balok dan pelat lantai.

4.5.3 pekerjaan pengecoran

a. umum
Pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan secara bersamaan atau dicor
monolit, campuran beton yang digunakan adalah dengan beton k-250 mix
desing.Pengisian acuan dengan beton dinamakan penuangan atau pengecoran karena
spesi beton harus dikerjakan dalam waktu yang singkat, maka ini merupakan suatu
pekerjaan yang kristis. Ketika pengecoran harus dilakukan penjagaan yang cukup.
Apabila pada penuangan terjadi suatu kesalahan; maka tindakan biaya perbaikannya
tinggi dan besar. Kemungkinan bawah hasil kualitas pekerjaan beton sangat
mengecewakan

b. alat-alat dan bahan digunakan


1. Concrete mixer
2. Pipa rojokan pemadat beton
3. Semen Portland

50
4. Pasir pasang
5. Batu pecah
6. Air bersih
7. Gerobak dorong
8. linggis

c. metode pelaksanaan

1. Setelah bekisting selesai dikerjakan maka dilakukan persiapan pengecoran


dengan membersihkan dan menyiram lokasi pengecoran dengan
menggunakan mesin dinamo.
2. Mengajukan mix design sesuai dengan mutu beton yang sudah ditentukan
dalam spesifakasi pekerjaan struktur tersebut.
3. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton concrete mixer
kedalam Bucket pada melalui mololit tersebut.
4. Pengecoran dilakukan selapis demi dimana setiap lapis dpadatkan dengan
concrete vibrator dengan maksud agar terbentuk beton yang benar-benar
padat.
5. Setelah itu adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil
yang sudah ditentukan

Gambar 4.21 pengecoran balok dan pelat lantai dan campuran


dituang pada beberapa titik linggis.

51
4.5.4 pekerjaan perawatan

a. umum
Pada proyek ini untuk pelat lantai,balok dan join bekisting dlepas pada umur 27
hari atau setelah beton mencapai 78 persen kekuatan tekan rencana minimum. Perawatan
pelat lantai,balok dan join adalah dengan cara menyelimuti beton dan menyiram
permukaannya setiap pagi dan sore hari, jaga terus kelembaban selama tidak kurang dari
delapan hari, termasuk sisi bawah balokdan permukaan sejenis, dengan melembabkan
bekisting selama masa perawatan atau jenis memungkinkan sampai sisi-sisi bekisting
dibongkar lanjutkan terus peawatan sampai 27 hari.

b. alat-alat dan bahan yang digunakan


1.Selang

2.Air

c. metode pelaksanaan
Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap
terjaga dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton setiap pagi dan sore.

4.5.5 pekerjaan pembongkaran bekisting

a. umum
Pembongkaran bekisting harus hati-hati agar material bekisting tidak rusak. Selain
itu juga bekisting di bongkar sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi keamanan dan
kelayakan pakai struktur.

Bekisting yang memiliki berat beton seperti balok pelat lantai dan elemen struktur
lainnya, tidak boleh dibongkar dalam waktu kurang dari 14 hari atau setelah beton
mencapai 78 persen kekuatan rencana minimun pada 27 hari. Pada lokasi tinjauan ini
bekisting dibongkar akan dibersihkan dari kotoran dan digunakan ulang untuk elemen
struktur lainnya yang dicor .

52
b. Alat – alat dan bahan yang digunakan :
1. Palu
2. Tang
3. linggis

Gambar 4.22 pembongkaran balok dan pelat lantai.

4.6 pekerjaan tangga

a. umum

Pekerjaan tangga merupakan pekerjaan beton bertulang struktur tangga yang


berfungsi sebagai tempat lalu lintas antar lantai. Tangga adalah sebuah konstruksi yang
dirancang untuk menghubungkan dua tingkat vertikal yang mempunyai jarak satu sama
lain. Konstruksi tangga merupakan konstruksi yang terdiri atas injakan dan tanjakan.

Mulai

Pek. bekisting

Pek. pembesian

Pek. Pengecoran
53

Pek. Perawatan
Selesai

Gambar 4.23 Tahapan Pekerjaan Tie Beam

4.6.1 pekerjaan pemasangan bekisting

Pekerjaan bekisting merupakan tahapan pekerjaan pada konstruksi tangga


sebelulm pekerjaan penulangan. Bekisting sendiri berfungsi  sebagai wadah atau cetakan
untuk beton. Pekerjaan bekisting tangga menggunakan sistem semi konvensional. Sistem
konvensional ini terlihat dengan adanya pemakaian plywood
a. Alat-alat dan bahan yang digunakan
1. Palu
2. Meter rol
3. Plywood
4. Mister
b. metode pelaksanaan
1. Sebelum pemasangan bekisting, pekerjaan pengukuran dan pekerjaan marking
terlebih dahulu dilakukan, pekerjaan marking sebagai tanda untuk kemiringan
tangga yang akan dipasang bekisting, dan juga marking untuk injakan dan
tanjakan.
2. Memasang jack base yang berfungsi sebagai penyangga utama untuk tetap
menjaga mainframe berdiri dengan kokoh menahan beban yang dipikul.
Penggunaan jack base sebagai pengatur ketinggian/ elevasi scaffolding sesuai
ketinggian yang telah direncanakan.
3. Memasang plywood dengan kemiringan yang telah direncanakan sebagai dasar
plat tangga. Selanjutnya di pasang plywood pada bagian kanan dan kiri tangga
untuk cetakan tanjakan.

54
Gambar 4.24 pemasanga bekisting tangga

4.6.2 Pekerjaan Pemasangan Tulangan


Urutan pemasangan tulangan tangga adalah dengan memasang tulangan pada
bordes terlebih dahulu. Pemasangan tulangan tangga dilakukan dengan memasang
tulangan arah memanjang terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan memasang
tulangan arah melintang.

a. Alat-alat dan bahan yang digunakan


1. Alat pemotong besi (bar cutter)
2. Alat pembengkok tulangan
3. Tang
4. Meter roll
b. metode pelaksanaan

Langkah – langkah pekerjaan tulangan tangga adalah sebagai berikut


1.  Pemotongan baja tulangan utama kolom di los besi.
2.  Pengangkutan baja tulangan menggunakan alat berat truck dari lokasi los
besi ke lokasi proyek
3. Selanjutnya pengangkutan baja tulangan siap rakit ke area yang
4. dekat dengan tangga yang akan dipasang
5.  Merakit tulangan utama pada tangga dilapangan.
6. Pemaasangan tulangan cakar ayam pada plat tangga.
7. Pemasangan beton decking sebagai selimut plat tangga.

55
8.  Pemasangan tulangan pondasi tangga.

Gambar 4.25 Pekerjaan Pemasangan Tulangan tangga

4.6.3 pekerjaan pengecoran

a. umum
Pekerjaan pengecoran tangga dilakukan setelah penulangan telah selesai
dikerjakan. Pengecoran tangga menggunakan concrete mixer dengan beton k-250. Pada
saat melakukan pengecoran beton dipadatkan dengan ala vibtator. Pemadatan ini
bertujuan agar beton nantinya tidak terdapat rongga-rongga udara yang dapat membuat
kekuatan menurun.

b. Alat-alat dan bahan yang digunakan


1. Ember
2. Gerobak dorong
3. Concrete mixer
4. Concrete vibrator
5. Semen portland
6. Batu pecah
7. Pasir panjang

56
8. Air bersih
c. metode pelaksanaan
1. Pastikan semua tulangan dan bekisting telah dicek.
2. Beton yang dituang secara bertahap dari bahwa tangga ke atas tangga.
3. Beton yang telah dituang kemudiaan dipadatkan dengan mesin vibrator.
4. Setelah itu ratakan permukaan injakan dengan ruskam kayu.

Gambar 4.26 pengecoran tangga

4.6.4 pekerjaan pembongkaran bekisting

a. umum
Pekerjaan pembongkaran bekisting tangga dilakukan apabila beton telah cukup
umur yakni selama 7 hari. Beton yang cukup umur ialah beton yang dapat menahan berat
sendiri dan beban dari luar. Bekisting yang telah dibongkar dibersihkan dari sisa-sisa
beton yang melekat dan disimpan pada tempat yang terlindung untuk menjaga bekisting
untuk pekerjaan selanjutnya.

b. Alat-alat dan bahan yang digunakan


1. Palu
2. Tang
3. Linggis

57
c. metode pelaksanaan
1. Siapkan peralatan yang digunakan untuk pembongkaran  .
2.  Bongkar plywood secara hati-hati untuk bagian pinggir area yang beton yang
telah cukup umur.
3. Setelah proses pembongkaran bekisting, maka selanjutnya pengecekan hasil
cor. Jika ditemui hasil cor yang kurang bagus, maka selanjutnya dilakukan
perbaikan sesuai dengan kerusakannya.

4.7 pekerjaan atap

4.7.1 umum

Secara umum konstruksi rangka atap yang digunakan pada proyek pembangunan
gedung unit transfusi darah (UTD) Palang merah indonesia adalah atap baja ringan WF
150х6,5х9,baja canal untuk gording dan penutup atap mengunakan seng BJLS 30 mm.

Kegiatan pelaksanaan rangka atap baja pada bangunan tersebut dilaksanakan


setelah kegiatan kerja praktek. Dengan kata lain kegiatan teknik konstruksi pemasangan
rangka atap baja tidak dapat diikuti penulis, sehingga teknik pemasangan rangka atap
baja akan diinformasikan secara umum sesuai dengan persyaratan teknis rangka atap
baja ringan.
Pemasangan kuda-kuda baja ringan diatas struktur pendukungnya (kolom atau
ringbalok) harus dilaksanakan secara benar dan cermat, agar rangka atap baja ringan
terpasang sesuai dengan persyaratannya. Persyaratan teknis rangka atap baja ringan
adalah sebagai berikut:

1. Kuda-kuda terpasang kuat dan stabil,dilengkapi dengan angkur pada kedua


tumpuannya.
2. Semua kuda-kuda tegak lurus terhadap ringablok.
3. Ketinggian apex untuk pemasangan nook diatas setiap kuda-kuda rata.
4. Sisi miring atap rata (tidak bergelombang).
5. Tidak ada kerusakan pada lapisan pelindung.
6. Tidak terjadi defromasi (perubahan bentuk) akibat kesalahan pelaksanaan
pekerjaan.

58
Gambar 4.27 konstruksi rangka atap baja ringan pada proyek pembangunan gedung
unit transfusi darah (UTD).

BAB V
PENUTUP

59
5.1 Kesimpulan

Selama melakukan kegiatan Kerja Praktek pada proyek pembangunan Gedung


selama ±3 bulan dan telah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan teknis yaitu struktur
bangunan dan juga mengenai hal-hal manajemen yang ada dalam proyek tersebut, maka
dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain:

5.1.1 Kesimpulan dari aspek manajemen

1. Adanya laporan rutin dari kontraktor pelaksana kepada pemilik proyek terhadap
kondisi pekerjaan di lapangan menunjukkan bahwa hubungan antara pemilik
proyek dan kontraktor pelaksana berjalan dengan baik.
2. Rangkaian sistem pengendalian yang di lakukan dengan baik seperti pengendalian
waktu, pengendalian tenaga kerja, pengendalain alat dan pengendalian material
adalah faktor yang membuat kelancaran pekerjaan proyek ini sehingga pekerjaan
selesai tepat waktu sesuai dengan time schedule (S-Curve) yang dibuat.
3. Rapat evaluasi mingguan dan bulanan yang rutin di laksanakan oleh kontraktor
pelaksana untuk membahas kendala-kendala yang terjadi dalam proses pekerjaan
serta membuat rencana kerja selanjutnya menjadi salah satu hal yang membuat
kelancaran pekerjaan proyek ini.

5.2 Saran

Selama melakukan kegiatan Kerja Praktek pada proyek pembangunan gedung unit
transfuse darah (UTD) palang merah Indonesia (PMI) NUSA TENGGARA TIMiR, dengan
tujuan melihat aspek manajemen dan aspek teknis yang lebih di fokuskan kepada
Pekerjaan pelat lantai tulangan terpasang di lapangan kemudian di bandingkan dengan
pendetailan yang disyaratkan dalam SNI 2847-2019 di lihat beberapa hal yang perlu di
perbaiki agar proses pekerjaan dapat berjalan dengan lebih baik lagi dan mutu bangunan
yang baik pula.

5.2.1 Saran Dari Aspek Manajemen


Agar suatu proyek dapat berjalan dengan baik maka diperlukan suatu manajemen
proyek untuk mengorganisir dan mengendalikan kegiatan yang berlangsung. Oleh karena

60
itu dalam melaksanakan suatu proyek perlu adanya hubungan kerja yang terkoordinir dan
terjalin dengan baik antara unsur-unsur terkait dalam organisasi proyek tersebut seperti
pemilik proyek, konsultan dan pelaksana atau kontraktor.
Sesuai dengan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan beberapa pihak
yang terlibat dalam proyek tersebut di lihat bahwa dari aspek manajemen proyek ini telah
berjalan dengan baik tetapi hanya di berikan saran pada bagian pengendalian waktu agar
lebih diperhatikan lagi sehingga tidak terjadi keterlambatan waktu pekerjaan yang
menyebabkan kekurangan waktu terselesainya pekerjaan proyek walaupun hanya
beberapa hari saja.
5.2.2 Saran Dari Aspek Teknis
Sepeti yang terlihat dalam bab tinjauan khusus bahwa ditemukan masalah-masalah
yang berkaitan dengan pekerjaan pelat lantai yang terpasang di lapangan dan koefisien
tulangan yang terpakai maka di sarankan agar:

1) Dalam pekerjaan strukur suatu pembangunan gedung unit transfusi darah (UTD)
palang merah Indonesia (PMI) nusa tenggara timur pekerjaan tulangan pelat lantai
yang akan di kerjakan di lapangan perlu di perhatikan agar sesuai dengan
ketentuan yang telah disyaratkan oleh SNI mengingat bahwa struktur bangunan
gedung adalah elemen penting dari kekuatan suatu bangunan. tulangan pelat
lantai yang baik dapat menambah mutu struktur suatu bangunan gedung begitupun
sebaliknya.
2) Pemasangan tulangan struktur suatu bangunan perlu di hitung secara baik agar
tulangan yang di pasang dapat memenuhi syarat besarnya koefisien tulangan pelat
lantai yang di tentukan dalam SNI.

61
62

Anda mungkin juga menyukai