Anda di halaman 1dari 17

MATERI

PPPK
Sub Materi
01. Peran dan tugas perawat

02. PHBS

03. Terapi komplementer dan holistik (akupuntur, akupresure, program

batra, dll)

04. Tahap perkembangan keluarga

05. Case finding/ Temuan kasus

06. Penanganan kasus KLB

07. Promosi kesehatan

08. Penanganan / program untuk mengatasi penyakit tidak menular (PTM)

09. Diagnosa, tindakan keperawatan komunitas

Tutor
Ns. T. Widya Naralia, M.Kep., Sp.Kep.K
Keperawatan Komunitas

Hal. 1
01 Peran dan Tugas Perawat

Tugas: Memenuhi Kebutuhan Dasar Manusia (KDM)

Peran Kata Kunci Deskripsi dan Contoh

Pemberi Asuhan Asuhan Melakukan proses keperawatan mulai dari


Keperawatan pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi
hingga evaluasi tindakan keperawatan.

Advokator Melakukan Membatu pasien dalam mendapatkan pengobatan


pendampingan yang tepat, meyakinkan pasien dalam memilih
treatment/ tindakan yang terbaik. Menjadi perantara
antar dokter dengan pasien.

Edukator Edukasi Memberikan edukasi kesehatan, discharge


Kesehatan planning atau perencanaan pulang, promosi
kesehatan di masyarakat dll

Manajer Koordinator Melakukan pemetaan SDM perawat,


Keperawatan pelayanan menyelesaikan masalah, memimpin/ mengatur
berjalannya pelayanan keperawatan

Konselor Memberikan Tindakan konsultasi psikologis pada perawat,


Konseling pemantauan kesehatan mental

Kolaborator Kolaborasi Tindakan kolaborasi pemberian obat, tindakan


dengan Dokter invasive pemasangan infuse, kateter, NGT dll

Peneliti Melakukan Meneliti suatu kasus/ fenomena, melihat pengaruh


riset/ penelitian suatu intervensi terhadap suatu kasus

Sumber : International Council of Nurses (2021), Permenkes No. 26/2019 tentang


pelaksanaan UU Keperawatan No.38/2014

Hal. 2
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
02 [PHBS]

1. Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang

menjadikan individu, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong

diri sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat.

2. PHBS di Berbagai Tatanan

TATANAN INDIKATOR

Tatanan Rumah • Pertolongan persalinan oleh Tenaga Kesehatan


Tangga • Membari ASI Eksklusif
• Menimbang bayi dan balita setiap bulan
• Menggunakan air bersih
• Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
• Menggunakan jamban sehat
• Memberantas jentik dirumah seminggu sekali
• Makan buah dan sayur setiap hari
• Melakukan aktivitas fisik setiap hari
• Tidak merokok di dalam rumah
Tatanan Institusi • Mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan
Pendidikan/Sekolah sabun
• Jajanan sehat di kantin sekolah
• Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
• Olahraga yang teratur
• Memberantas jentik sekali seminggu

Hal. 3
• Tidak merokok di sekolah
• Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
• Membuang sampah pada tempatnya
• Tidak merokok di tempat kerja
• Mengkomsumsi makanan dan minuman sehat di tempat
kerja
• Melakukan olahraga teratur
• Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Tatanan Tempat
• Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
Kerja
• Menggunakan air bersih
• Menggunakan jamban sehat
• Membuang sampah pada tempatnya
• Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis
pekerjaan
• Menggunakan air bersih
• Menggunakan jamban sehat
Tatanan Tempat • Membuang sampah pada tempatnya
Umum • Tidak merokok di tempat umum
• Tidak meludah sembarangan
• Memberantas jentik nyamuk
• Menggunakan jamban yang sehat
• Membuang sampah pada tempat sampah
Tatanan Fasilitas
• Tidak merokok
Kesehatan
• Tidak meludah di sembarang tempat
• Memberantas jentik nyamuk

Sumber : Maryuni (2013)

3. Sasaran Pembinaan PHBS

Sasaran Primer Berupa sasaran lansung yaitu individu anggota masyarakat,


kelompok-kelompok dalam masyarakat dan masyarakat secara
keseluruhan yang diharapkan untuk mempraktekan PHBS

Hal. 4
Sasaran Mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam
Sekunder pengambilan keputusannya untuk mempraktekan PHBS.
Termasuk disini adalah para pemuka masyarakat atau tokoh
masyarakat yang menjadi panutan sasaran primer.

Sasaran Tersier Mereka yang berada dalam posisi pengambilan keputusan


formal sehingga dapat meamberikan dukungan baik berupa
kebijakan/pengaturan dan atau sumber daya dalam proses
pembinaan PHBS terhadap sasaran primer.

Sasaran Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan

Tatanan Sasaran Sasaran Sasaran


PHBS Primer Sekunder Tersier

Rumah Anggota rumah - Kepala Keluarga - Ketua RT/RW


Tangga tangga yang - Orang tua.mertua - Kepala Desa
memiliki masalah - Kader
kesehatan - LSM
terutama, ibu, - Petugas Kesehatan
bayi, dan balita
Institusi Siswa dan - Guru
Pendidikan Mahasiswa - Guru BP
- Organisasi Siswa /
Mahasiswa
Tempat kerja Karyawan - Pengelola
- Manajer
Tempat Pengunjung Petugas Kesehatan Kepala Daerah
Umum Masyarakat
Sarana / Pasien Petugas Kesehatan -Pimpinan/Direktur
Institusi Keluarga Pasien - Kepala Daerah /
Kesehatan DPRD
- Dinas Kesehatan

Sumber : Maulana (2009)

Hal. 5
03 Terapi Komplementer dan Holistik

Dasar: Permekes RI No. 15/2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

Tradisional Komplementer

a. Definisi Pelayanan Komplementer

Pelayanan Kesehatan tradisional komplementer adalah penerapan kesehatan


tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam
penjelasannya serta manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah

Terapi Komplementer dikenal juga sebagai terapi holistic atau (pelengkap


/keseluruhan) karena bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara
menyeluruh yaitu keharmonisan antara pikiran, badan, dan jiwa (Smith et al,
2004). Terapi komplementer sebagai pengembangan terapi tradisional yang
dikombinasikan dengan terapi moder yang akan mempengaruhi biologis,
psikologis, dan spiritual. Hal tersebut sejalan dengan prinsip keperawatan yang
memandang manusia sebagai makhluk holistic

• Praktisi komplementer: Tenaga Kesehatan Tadisional (TKT), dokter, perawat,

dan tenaga kesehatan terlatih lainnya.

• Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Griya Sehat

• Jenis Tindakan Pelayanan Komplementer (Hitchcock et al, 1999, dalam

Widyatuti 2008):

o Invasif: menggunakan alat tajam menembus kulit, cth: akupuntur,

bekam basah (cupping therapy)

o Non invasive: tanpa menggunakan alat tajam seperti terapi energi

Hal. 6
(reiki, tai chi, terapi prana), terapi biologis (terapi ramuan herbal, nutrisi,

food combining, akupresur, refleksi) dan terapi lainnya

• Pengobatan Tradisional (Batra): pengobatan atau perawatan dengan cara,

obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun

temurun atau pendidikan/ pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang

berlaku dalam masyarakat (Kepmenkes No.1076/SK/VII/2003)

• Obat tradisional merupakan ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau campuran secara turun

temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

• (Pasal 20) Pengobatan tradisional dilarang memberikan atau menggunakan

obat modern, obat keras, narkotika dan psikotropika serta bahan berbahaya

lainnya.

Sasaran Battra ialah masyarakat secara umum, kader kesehatan, perangkat

desa.

Ruang lingkup Battra ialah:

o Sosialisasi program battra

o Pelatihan Kader tentang manfaat Toga, cara budidaya Toga di lahan

rumah

o Pembinaan pengobat tradisional berijin dan tidak berijin

04 Tahapan Perkembangan Keluarga

Merupakan proses perubahan atau evolusi yang dialami keluarga seiring dengan

berjalannya waktu (Friedman, 2010). Perubahan tersebut berpatokan pada tahapan

pernikahan dan tumbuh kembang anak pertama dalam keluarga.

Hal. 7
Tugas perkembangannya adalah:
a) membangun perkawinan yang saling memuaskan;
b) membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
c) mendiskusikan rencana memiliki anak.

Tugas perkembangannya adalah:


a) membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap mengintegrasikan
bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
b) rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota
keluarga;
c) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
d) memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peranperan orang tua dan kakek nenek.

Tugas perkembangannya adalah:


a) memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain, privasi,
dan keamanan;
b) mensosialisasikan anak;
c) mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak
yang lain;
d) mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga.

Tugas perkembangannya adalah:


a) mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
b) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
c) memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

Tugas perkembangannya adalah:

Hal. 8
a) menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri;
b) memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
c) berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

Tugas perkembangannya adalah:


a) memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
b) melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan;
c) membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.

Tugas perkembangannya adalah:


a) menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
b) mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang
tua lansia dan anak-anak;
c) memperkokoh hubungan perkawinan.

Tugas perkembangannya adalah:


a) mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
b) menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
c) mempertahankan hubungan perkawinan;
d) menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
e) mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
f) meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan hidup).

05 Case Finding atau Temuan Kasus

Permenkes No. 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

Upaya penemuan kasus merupakan bagian dari pencegahan dan penanggulangan penyakit

menular. Penemuan kasus dapat dilakukan di fasilitas kesehatan dan di masyarakat.

Hal. 9
Penemuan kasus terbagi menjadi 2 yaitu pasif dan aktif.

• Penemuan Kasus secara Pasif: Petugas kesehatan menunggu pasien datang menuju

fasilitas kesehatan/ puskesmas atau rumah sakit

• Penemuan Kasus secara Aktif: Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kontak

erat dari pasien yang berada pada satu rumah, satu asrama atau pondok, satukantor

atau sekolah serta orang-orang yang telah terpapar pada pasien. Selain itu juga

melakukan pemeriksaan kelompok rentan dan beriisiko seperti kelompok lansia,

penderita DM dan HIV.

Strategi pelaksanaan (Herlinawati, 2022):

• Pemberdayaan kader dengan memberikan pelatihan pengkajian dasar orang yang

dicurigai menderita penyakit menular seperti TB, Kusta, dll

• Melibatkan keluarga dan orang terdekat sebagai pengawas minum obat

• Mengikutsertakan dalam promosi kesehatan dan deteksi dini/ pemeriksaan

laboratorium

06 Penanganan Kasus KLB

Permenkes No.949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem

Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

• KLB adalah meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna

secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, penyakit ini

menjurus pada wabah atau biasanya penyakit menular

Hal. 10
• Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan menangani pendeirta,

pencegahan perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita baru atau kematian baru

akibat KLB

• Kriteria KLB menurut WHO: terjadinya peningkatan kejadian kesakitan 2 kali atau

lebih di suatu wilayah dalam kurun waktu 1minggu atau 1 bulan dibandingkan

dengan minggu atau bulan sebelumnya atau bulan yang sama pada tahun

sebelumnya

• Jenis penyakit yang sering menimbulkan KLB:

o Penyakit Menular: Diare, campak, malaria, DHF

o Penyakit tidak menular: keracunan, gizi buruk

• Penyelidikan KLB dilakukan saat:

o Pertama kali mendapatkan informasi dan dugaan KLB

o Saat terjadi atau adanya perkembangan KLB

o Untuk mendapatkan data atau penelitian lainnya yang dilaksanakan setelah

KLB selesai/ berakhir

• Upaya Penanggulangan KLB:

o Penyelidikan epidemiologis

o Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita atau karantina

o Pencegahan dan pengendalian

o Pemusnahan penyebab penyakit

o Penanganan jenazah akibat wabah

o Penyuluhan pada masyarakat

o Upaya penanggulangan lainnya

• Indikator keberhasilan penanggulangan KLB

o Menurunnya Frekuensi KLB

o Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB

o Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB

Hal. 11
o Memendeknya periode KLB

o Menyempitnya perluasan Wilayah KLB

07 Promosi Kesehatan

➢ Promosi Kesehatan menurut WHO: merupakan proses membuat seseorang mampu

meningkatkan control terhadap kesehatan diri dan memperbaiki diri mereka.

➢ Menurut Permenkes no.74/2015, Promkes merupakan Upaya Peningkatan Kesehatan

dan Pencegahan Penyakit, merumuskan promosi kesehatan adalah proses untuk

memberdayakan masyarakat melalui kegiatan menginformasikan, memengaruhi dan

membantu masyarakat berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan

lingkungan serta menjaga dan meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang

optimal.

➢ Komponen dalam Promosi Kesehatan (Tannahil, 2009):

o Pendidikan Kesehatan (Health Education)

o Perlindungan Kesehatan (Health Protection)

o Pencegahan Penyakit (Disease Prevention)

➢ Tujuan umum dari Promkes ialah mengubah perilaku individu/ masyarakat dibidang

kesehatan, sedangkan tujuan khususnya ialah untuk memandirikan masyarakat dan

mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan.

➢ Hasil yang diharapkan dari promosi kesehatan dapat dilihat dalam skema berikut ini

Hal. 12
08 Program Penanggulangan PTM

Dasar: Manajemen Penyakit Tidak Menular dari Kementerian Kesehatan tahun 2020
A. Kebijakan
Terdapat 4 upaya penanggulangan PTM berdasarkan Permenkes No.71/2015, yaitu:
1. Promosi Kesehatan melalui buadaya CERDIK: Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan gizi seimbang, Istirahat
yang cukup dan Kelola stres. Sejalan dengan promosi kesehatan juga sekaligus
dilakukan pemberdayaan masyarakat untuk ikut terlibat dalam upaya menjaga
diri dan lingkungannya untuk tetap sehat dengan meminimalisir faktor risiko.
2. Deteksi Dini: Skrining kesehatan yang dilakukan sejak diri di Posyandu,
posbindu untuk segera mendapatkan tindak lanjut
3. Perlindungan Khusus: Pemberian imuniasasi. Saat ini imunisasi PTM baru
dapat dilakukan untuk pencegahan kanker leher rahim yaitu dengan vaksin
Papilloma Virus (HPV).
4. Penanganan Kasus: Pelayanan kuratif, rehabilitative dan paliatif

B. Strategi
Berdasarkan Permenkes No. 5/ 2017 tentang Rencana Aksi Nasional PTM, terdapat 4
strategi penanggulangan PTM, yaitu:
1. Advokasi dan Kemitraan
a. Memberikan pemahaman kepada para pengambil kebijakan bahwa
penanggulangan Penyakit Tidak Menular menjadi prioritas dalam
pembangunan kesehatan.
b. Terbangunnya kemitraan antar lembaga terkait serta masyarakat.
c. Teridentifikasinya upaya-upaya lintas sektor untuk mendukung
penanggulangan PTM.
2. Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko
a. Melakukan upaya promosi kesehatan melalui pemberdayaan dan
keterlibatan masyarakat.
b. Melakukan komunikasi, memberikan informasi dan edukasi pencegahan
faktor risiko PTM yang meliputi pola makan tidaksehat, kurang aktifitas
fisik, perilaku merokok, mencegah obesitas, menghindari
paparan/konsumsi zat kimia berbahaya
c. Meningkatkan pemahaman pentingnya menurunkan konsumsi gula,

Hal. 13
garam dan lemak serta membudayakan pola makan sehat melalui
konsumsi gizi seimbang dan edukasi perbanyak mengkonsumsi sayur
dan buah.
d. Edukasi pentingnya melakukan aktifitas fisik di masyarakat dapat
dilakukan pada perayaan hari besar di daerah secara massal untuk
mendorong timbulnya kesadaran yang bersifat masif.
3. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan
a. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan PTM terpadu yang
komprehensif dan berkualitas khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat primer, termasuk sistem rujukannya.
b. Penguatan pelayanan PTM di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan
tingkat lanjut (sekunder dan tertier) serta pelayanan paliatif.
c. Memastikan para klinisi menggunakan panduan praktik klinik dan
menerapkan sesuai standar.
4. Surveilens, Monev dan Riset
a. Penguatan mekanisme Surveilans untuk PTM & faktor risikonya sebagai
bagian dari penguatan sistem informasi kesehatan.
b. Monitoring dan evaluasi implementasi kegiatan di dalam rencana aksi
nasional penanggulangan.
c. Pengembangan Riset untuk mendukung Kebijakan penanggulangan
PTM.

Diagnosa & Implementasi Keperawatan


09 Komunitas

Penentuan diagnose keperawatan berdasarkan analisis masalah yang terjadi


dikomunitas dan adanya data mayor dan minor klasifikasi dari diagnose yang
telah ditentukan.

Sedangkan implementasi keperawatan di komunitas berorientasi pada


perubahan perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan individu,
keluarga dan kelompok dalam mengelola status kesehatannya.

Diagnosa Keperawatan komunitas berdasarkan SDKI:

Hal. 14
Kode Diagnosa Keperawatan
D.0110 Defisit Kesehatan Komunitas
D.0111 Defisit Pengetahuan
D.0112 Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
D.0113 Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
D.0114 Ketidakpatuhan
D.0115 Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
D.0116 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
D.0117 Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif

Strategi Intervensi dalam Keperawatan Komunitas

Proses Kelompok Penyelesaian masalah berdasarkan sumber daya yang dimiliki


(Group Process) oleh kelompok ketika pendekatan secara individu tidak mampu
memecahkan suatu masalah. Proses kelompok ini dikenal
dengan pembentukan kelompok swabantu, kader kesehatan
atau kelompok peduli kesehatan.

Contoh : karang taruna, kelompok peduli TB, kelompok peduli


remaja

Pendidikan Upaya pembelajaran pada masyarakat untuk meningkatkan


Kesehatan kesadaran, kemauan untuk meningkatkan dan memilihara
(Health kesehatannya. Melalui pendidikan kesehatan perawat komunitas
Education) berfungsi sebagai edukator dalam mencegah dan
mengendalikan penyakit sebagai bagian dari asuhan
keperawatan.

Contoh : pendidikan kesehatan tentang seks pranikah bagi


remaja

Pemberdayaan Proses pemberian dorongan kepada masyarakan agar


(Empowerment) berpartisipasi aktif dalam memelihara kesehatannya. Contoh
berntuk pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari berbagai
jenis upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
seperti posyandu, posbindu, tanaman obat keluarga

Hal. 15
Kemitraan Hubungan kerja sama antara dua pihak atau lebih yang saling
(Partnership) menguntungkan dan saling meningkatkan kapasitas dan
kemampuan masyarakat dalam rangka pencegahan dan
pengendalian penyakit.

Contoh : Kerja sama dengan LSM dan NGO

Hal. 16
REFERENSI

Ervin, N. E. (2002). Advanced Community Health Nursing Practice. New York:

Prentice hall international.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Hunt, R. (2008). Introduction To Community Based Nursing (4th ed.).

Philadelphia: Wolters Kluwer.

IPKKI. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, keluarga, kelompok,dan

Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICPN,NOC dan NIC di Puskesmas

dan Mayarakat. PPNI.

Maryuni, A. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: CV. Trans Info

Media. Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Nies, M. A., & McEwen, M. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan

Keluarga. (Junaiti sahar, Agus Setiawan, & Ni Made Riasmini, Eds.)

(Indonesia). Singapore: Elsevier.

Permenkes No. 26/2019 tentang pelaksanaan UU Keperawatan No.38/2014

Permekes RI No. 15/2018 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional


Komplementer

Permenkes No. 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

Permenkes No.949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem

Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB)

Manajemen Penyakit Tidak Menular dari Kementerian Kesehatan tahun 2020

Hal. 17

Anda mungkin juga menyukai