KAJIAN KEPUSTAKAAN
Sapi perah bangsa Frisien Holstein (FH) merupakan sapi yang paling
umum dipelihara di Indonesia. Sapi Frisien Holstein merupakan bangsa sapi perah
yang memiliki produksi susu yang tinggi dengan kadar lemak yang rendah jika
dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Sapi perah FH memiliki ciri-ciri
berwarna hitam pada bulunya dan terdapat bercak putih, ujung ekor memiliki bulu
Pedet sapi perah merupakan calon indukan yang akan dijadikan sebagai
produk penghasil daging dan susu. Pedet sapi perah FH betina digunakan sebagai
Pedet sapi perah perlu dipelihara dengan baik dan benar karena memiliki angka
kematian yang mencapai 20%. Pemeliharaan pedet sapi perah seperti mengontrol
kesehatan, pemberian pakan yang sesuai, kebersihan kandang dan lain-lain (Siti
Pedet sapi perah memiliki rataan bobot lahir sebesar 30-50 kg (Atabany
dkk., 2013). Pedet sapi umur 4-7 bulan berada di fase lepas sapih. Pedet Sapi
perah yang dipelihara pada umur 4-7 bulan memiliki bobot badan 90-120 kg.
Pertumbuhan pedet setelah lepas sapih memiliki pertumbuhan yang cukup pesat
ransum yaitu zat-zat nutrisi. Feed supplement ialah pakan tambahan yang
11
tubuh ternak tetapi tubuh ternak tidak dapat memproduksi asam amino essensial
Mineral diperlukan oleh tubuh ternak dalam jumlah sedikit tetapi tidak
dapat diproduksi oleh tubuh ternak. Mineral organik ialah sekumpulan mineral
sebagai feed supplement karena mineral memiliki jangka waktu simpan dan setiap
mineral memiliki fungsi masing-masing (Kunta, 2017).
ternak. Protein perlu diproteksi pada tubuh ternak supaya protein dapat
Apabila protein didegradasi oleh ternak maka akan menghasilkan amonia sebagai
pakan saat masuk ke dalam saluran pencernaan ternak ruminansia akan dicerna di
dalam rumen oleh mikroorganisme rumen. Protein akan terdegradasi dan hasil
dari degradasi protein berlebih. Tepung ikan akan mengalami degradasi sebanyak
abomasum supaya dapat dicerna oleh enzim yang ada di lambung abomasum.
Tanin memiki kemampuan mengikat protein dengan ikatan hidrogen dan bersifat
sensitif terhadap perubahan pH. Tanin memiliki ikatan stabil pada pH 4-7 (El-
Tepung ikan yang diproteksi oleh tanin akan membentuk ikatan kompleks akan
sulit dicerna pada saluran pencernaan rumen. Ikatan protein dan tanin akan
memiliki dua atau lebih ikatan rangkap. Asam lemak tak jenuh sumbernya berasal
dari linoleat, linolenat dan arakhidonat. Asam lemak tak jenuh perlu di
saponifikasi dengan kalsium. Asam lemak tak jenuh perlu diproteksi dengan
kalsium untuk menghindari biohidrogenasi asam lemak di rumen. Asam lemak tak
jenuh dan kalsium akan berikatan stabil pada pH 4-7 (Fernandez, 1999).
Asam lemak tak jenuh bersifat toksik bagi bakteri. Kadar lemak yang
tinggi dalam bahan pakan dapat mengganggu sistem fermentasi dalam rumen.
Asam lemak tak jenuh dapat menyebabkan metabolisme mikroba rumen. Lemak
akan terhidrolisis oleh basa menjadi asam lemak dan gliserol (Tanuwiria dkk.,
2011).
Penambahan asam lemak tak jenuh pada ransum ternak ruminansia dapat
diselimuti oleh lemak tidak memiliki aktivitas lipolitik. Asam lemak tak jenuh
(Fernandez, 1999). Asam lemak tak jenuh yang diberi dengan mineral kalsium
merupakan penggabungan asam lemak jenuh dengan ion kalsium. Antibakteri dari
asam lemak tak jenuh dapat dikurangi dengan penambahan mineral alkali. Ca-
Mineral seng (Zn) merupakan mineral mikro yang ditemukan pada tubuh
ternak sebesar 2-4 gram. Mineral seng (Zn) terlibat dalam aktivitas enzim dan
menjadi reseptor bagi beberapa protein (Burns, 1990). Defisiensi mineral Zn dapat
reproduks ternak, absorpsi Zn, kualitas dan produksi susu (Suprijati, 2013).
Mineral seng dibutuhkan oleh ternak sapi perah sebesar 33-50 mg/kg (Suprijati,
2013).
dalam tubuh, menghancurkan radikal bebas, daya tahan tubuh dan reproduksi
dengan insulin, metabolisme lemak dan sintesis protein. Mineral Cr dalam darah
dibutuhkan oleh tubuh ternak sebesar 0,15-0,30 ppm (Muhtarudin dan Liman,
2006).
2.3 Performans
pertambahan bobot badan, panjang badan dan tinggi pundak dapat diamati
menggunakan alat indra dari tubuh ternak itu sendiri. Ukuran tubuh dapat
digunakan untuk memberi gambaran tubuh hewan atau ciri khas dari suatu bangsa
ternak. Pertumbuhan pedet saat lepas sapih perlu diberikan perhatian yang lebih.
sapi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis sapi, jenis kelamin, umur,
perhari artinya semakin baik (Yasin, 1993). Pengukuran pertambahan bobot badan
menggunakan dimensi tubuh dapat dikatakan sangat baik. Alat ukur yang umum
digunakan adalah pita ukur dan tongkat ukur pada bagian luar tubuh ternak.
Ukuran tubuh ternak perlu diketahui untuk menaksir bobot badan ternak dan dapat
Bertambahnya ukuran lingkar dada maka bobot badan pun akan meningkat.
Menurut Pane (1986) pertumbuhan ialah pertambahan bobot badan maupun
ukuran tubuh ternak sesuai dengan umurnya. Menurut Winter (1961) ternak yang
bertambah 1% lingkar dadanya maka akan terjadi pertambahan bobot hidup ternak
sebanyak 3%. Menurut Kidwell (1965) pendugaan yang paling tepat untuk
menafsirkan bobot hidup ternak sapi ialah dengan mengukur ukuran lingkar dada.
kelamin, hormon, pakan, gen, iklim, dan kesehatan induk. Laju pertumbuhan
signifikan dari ternak lahir hingga mencapai dewasa kelamin (Widya dan Nisa,
16
2020). Proses pertumbuhan pada ternak terdiri atas pertambahan berat badan
ulang kali dan dinyatakan dalam pertambahan bobot badan harian, mingguan atau
Panjang badan ialah jarak tepi antara tepi depan sendi bahu (humerus) dan
tepi belakang bungkul tulang duduk (tuber ischiadicum). Pengukuran panjang
badan dapat dilakukan dengan cara membentang mistar ukur dari sendi bahu
merupakan pengukuran tubuh yang paling umum karena dapat digunakan dalam
menaksir bobot badan ternak (Erfan, 2004). Cara untuk mengetahui bobot badan
lambat dan rasio pertumbuhan otot dan tulang meningkat selama proses
lambat pada awal pertumbuhan tetapi setelah ternak mencapai dewasa kelamin
(Sonjaya, 2012).
17
Tinggi pundak merupakan salah satu ukuran linear tubuh yang dapat
Pengukuran tinggi pundak diukur dari titik tertinggi pundak tegak lurus hingga ke
tanah dengan menggukan tongkat ukur. Tinggi pundak sapi dapat digunakan
sebagai acuan seleksi pada sapi perah dan sapi potong saat terjadinya dewasa
kelamin (Sutomo dkk., 2013). Tinggi pundak ternak dipengaruhi oleh faktor
2007).
Tinggi pundak dipengaruhi oleh pertumbuhan tulang (Djagra dkk., 2002).
lambat dan rasio pertumbuhan otot dan tulang meningkat selama proses
lambat pada awal pertumbuhan tetapi setelah ternak mencapai dewasa kelamin
(Sonjaya, 2012).