Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI PACELATON,


GEGURITAN, DAN TETEMBANGAN

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah bahasa Daerah dan Pembelajarannya

Dosen Pengampu : Nofa Khairul Anam. M. Pd

Disusun Oleh :

Nama : MUHAMMAD FAIQ RIDHA


NIM : 5210002
Prodi : PGMI
Semester :5

PROGRAM STUDI PGMI


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
Jl. Di Panjhaithan No,KM.3,Paduraksa. Kec. Pemalang, kab. Pemalang prov.
Jawatengah kode pos 52319, tlp (0284)3291929

i
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Kuliah bahasa Daerah dan
Pembelajarannya berjudul “Pembelajaran Bahasa Jawa Melalui Pacelaton, Geguritan, Dan
Tetembangan “ Tak lupa kami sampaikan kepada Dosen Pengampu Nofa Khairul Anam. M.
Pd M.Pd yang telah membimbing kami dalam pemberian materi dan pembelajaran mata
kuliah ini, dan memberikan tugas untuk pembuktian kefahaman. Demikian makalah ini kami
buat, apabila banyak kesalahan kata kami mohon maaf, semoga makalah ini menjadi karya
tulis yang bermanfaat bagi kita semua dan para pembaca nantinya.
Waalaikumsalam wr.wb

Pemalang, 2 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB IPENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Pembahasan Masalah 1
D. Manfaat Pembahasan Masalah 2
BAB II LANDASAN TEORI 3
A. Pacelaton 3
B. Geguritan 3
C. Tembang Jawa 4
D. Tembang Dolanan 4
BAB III PEMBAHASAN 5
A. Model Pembelajaran Pada Siswa SD 5
B. Cara agar siswa SD tertarik mempelari materi Bahasa Jawa 8
BAB IV PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses tindakan belajar pada dasarnya adalah bersifat internal, namun proses itu
dipengaruhi oleh factor-faktor eksternal. Perhatian peserta didik dalam pembelajaran,
misalnya, dipengaruhi oleh susunan rangsangan yang berasal dari luar.
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik
sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Briggs, 1992). Dalam
Pembelajaran Bahsa Jawa melalui Pacelathon, Geguritan, dan Tetembangan, siswa
diharapkan mampu mendefinisikan tentang pacelathon, geguritan, dan tetembangan. Namun,
hal tersebut tidak akan berjalan dengan sukses jika proses pembelajaran tentang bahasa jawa
kurang diminati oleh siswa dengan alasan proses pembelajaran yang kurang menarik.
Pada hakikatnya model pembelajaran merupakan kunci pokok keberhasilan suatu
penyampaian materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Suatu materi akan dapat
dimengerti dan dipahami oleh peserta didik apabila dalam penyampainnya menggunakan
model-model pebelajaran yang disukai oleh peserta didik.
Pada umunya, siswa Sekolah Dasar cenderung bosan bila model pembelajaran guru
kurang menarik dan menyenangkan. Hal ini akan mengakibatkan siswa tidak memahami
tentang budaya khazanah bahasa jawa. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila guru harus bisa
menciptakan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis tertarik untuk lebih mendalami
pembelajaran bahasa jawa, yang dituangkan dalam bentuk makalah dengan judul:
PEMBELAJARAN BAHASA JAWA MELALUI PACELATHON, GEGURITAN, DAN
TETEMBANGAN.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana model pembelajaran yang dapat diterapkan pada siswa SD ?
2. Bagaimana caranya agar siswa SD dapat tertarik mempelajari Bahasa Jawa ?

C. Tujuan Pembahasan Masalah


1. Untuk mengetahui model pembelajaran Bahasa Jawa yang cocok diterapkan pada siswa
SD.
2. Untuk memahami tentang materi geguritan, pacelathon serta tembang jawa.
1
3. Merupakan tugas pada mata kuliah Pendidikan Bahasa Jawa.

D. Manfaat Pembahasan Masalah


1. Dapat mengetahui model pembelajaran apa yang cocok diterapkan pada siswa SD.
2. Sebagai acuan pendidik dalam mengajar siswa Sekolah Dasar melalui berbagai model
pembelajaran, khususnya mata pelajaran Bahasa Jawa.
3. Dapat memberikan suatu solusi permasalahan bagi pembelajaran Bahasa Jawa

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pacelaton
Pacelaton merupakan kata lain dari berdialog dalam dalam bahasa jawa. Di dalam
berdialog dalam adat jawa ada aturannya tersendiri, berbeda bila berdialog menggunakan
bahasa Indonesia. Dalam berdialog dalam bahasa jawa harus melihat siapa yang diajak bicara
dan siapa yang akan dibicarakan.
Bahasa jawa memiliki system tataran yang kita kenal sebagai NGOKO dan KRAMA.
Bagi penutur bahasa jawa, kemampuan untuk memilih leksikon yang tepat diantara masing-
masing tataran itu sangat penting terutama untuk berkomunikasi secara baik dan benar.

B. Geguritan
Geguritan merupakan sastra kuno yang memiliki ciri sastra lama atau klasik yang
berifat anonim yaitu tanpa nama pengarang dan penulis. Ini disebabkan karena pada zamanya
dibuat seorang penulis tidak mau menonjolkan diri dan karyanya dianggap milik bersama.
Kata geguritan dalam kamus Bali – Indonesia berasal dari kata “gurit artinya gubah, karang,
sadur “(Depdikdas Prop. Bali, 1991 :254), dan dalam Kamus Umum Indonesia dijelaskan
“geguritan itu berasal dari kata gurit artinya sajak atau syair” (Poerwadarminta, 1986 :161).
sedangkan dalam Kamus Kawi Indonesia diungkapkan “gurit artinya goresan, dituliskan”
(Tim Penyusun, 1996:118).
Geguritan artinya gubahan cerita yang berbentuk tembang (pupuh). Geguritan itu
adalah merupakan karya sastra yang dibangun oleh pupuh dan diikat oleh peraturan
padalingsa. Yang mempunyai sistem konvensi sastra cukup ketat (Ganing, 2003:7).
Sedangkan yang dimaksud dengan pupuh adalah padalingsa, di mana padalingsa ini dapat
menimbulkan melodi atau lagu yang lazim disebut dengan gending.
Ciri yang kental di dalam sebuah geguritan adalah adanya pupuh-pupuh yang
membentuk geguritan tersebut seperti : pupuh pucung, durma, sinom, pangkur, smarandhana,
dandang, ginada, dan demung. Oleh karenanya di dalam menikmati geguritan dengan
membacanya tidak bisa disamakan dengan membaca karya sastra yang tergolong prosa.
Berdasarkan pandangan di atas maka pengertian geguritan adalah ciptaan sastra
berbentuk syair yang biasanya dilagukan dengan tembang (pupuh) yang sangat merdu.
Geguritan dibagi menjadi dua, yaitu : geguritan gagrag lawas dan geguritan gagrag
anyar. Geguritan gagrag lawas masih terikat dengan pranatan yang antaranya yaitu ; jumlah
3
gatra / larikan, jatuhnya suara (rima) disetiap larik, jumlah wanda (suku kata). Parikan dan
tembang macapat juga termasuk dalam geguritan gagrag anyar dan tidak terikat dengan
pranatan yang telah disebutkan diatas, dengan kata lain bebas. Namun, harus menggunakan
pilihan kata (diksi), dan gaya bahasa (majas). Jadi, geguritan gagrag anyar juga dinamakan
cipta rasa (ekspresi jiwa) dari pengarangnya. Selain itu, geguritan tersebut terkadang hanya
melihat indahnya wujud atau susunanya.

C. Tembang Jawa
Tembang jawa merupakan suatu kekayaan budaya seni kejawen masyarakat jawa
yang diciptakan oleh orang jawa jaman terdahulu yang menjadikannya suatu cirri khas orang
jawa pada umumnya. Tembang jawa sarat dengan konsep etika yang dijadikan falsafah hidup
orang jawa.
Makna dan arti pada setiap syair dan lirik tembang jawa itu pada dasarnya
mempunyai pengertian dan kandungan yang sangat mendalam. Kalau kita kaji secara
mendalam mengandung ajaran atau falsafah bagi kehidupan kita semua. Tembang – tembang
jawa sekarang sudah mulai luntur dari tahun ke tahun. Para generasi muda sekarang sudah
tidak menguri-uri seni tembang jawa.
Tembang jawa dibagi menjadi 3 :
1. Tembang Macapat
2. Tembang Tengahan
3. Tembang Gedhe

D. Tembang Dolanan
Kata “tembang” merupakan kata atau istilah dalam bahasa Jawa yang berarti “lagu”
(Mangunsuwito, 2002 263). Lagu memiliki irama yang berupa rangkaian tangga nada yang
tersusun secara urut dan harmonis, sehingga menghasilkan bunyi-bunyian yang mengandung
unsure keindahan. Budaya tembang dolanan merupakan ekspresi estetika yang dilakukan
oleh orang jawa. Biasanya tembang ini dilakukan oleh anak-anak untuk bermain bersama
teman-temannya.
Umunya Tembang Dolanan masih diminati oleh siswa SD daripada Tembang
Macapat yang sarat akan cengkokan – cengkokan nada dan irama yang cukup sulit untuk
dilantunkan oleh siswa SD terutama di kelas rendah.

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Pada Siswa SD


1. Pacelathon
Dalam membuat sebuah pacelathon, diperlukan suatu pemahaman tentang makna dari
suatu kalimat yang dituturkan. Setiap objek yang kita temui akan menggunakan bahasa jawa
yang berbeda, ini disebabkan karena dalam berdialog behasa jawa ada peraturan dan
tatarannya sendiri. Keterampilan menulis dialog berbahasa jawa pada siswa SD masih terlihat
rendah. Salah satu akar penyebabnya adalah strategi kurang bervariasi sehingga pembelajaran
terlihat monoton. Selain itu materi ajar yang digunakan kurang sesuai dengan bahasa jawa
sehari-hari siswa. Pembelajaran menulis dialog bahasa jawa bisa melalui strategi kooperatif,
yaitu suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar bahasa jawa dengan dengan system
pengelompokan atau tim kecil yang terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa.
Dalam prakteknya, setiap pelajaran bahasa jawa hendaknya dalam berdialog
menggunakan bahasa jawa. jadi, secara tidak langsung siswa dapat mempelajari bahasa jawa
agar bisa lebih baik.

Inilah contoh dari pacelathon :

Bu Guru : “ir, kapan anggonmu maju maca geguritan?.”


Ira : “mbenjing kamis, tigang dinten malih.”
Bu Guru : “kowe apa wis latihan?.”
Ira : “sampun, Bu. Kirang sepisan malih.”
Bu Guru : “sing nglatih sapa sih Bu Endang guru kelas enem?.”
Ira : “inggih. Bu Endang punika menawi nglatih tlatos sanget. Kejawi punika
menawi paring tuladha maos geguritan sae sanget.”
Bu Guru : “iya, wiwit dhek sekolah biyen Bu Endang iku wis kerep dadi juara 1 maca
geguritan.”
Ira : “punapa panjenengan rumiyin kancanipun Bu Endang?.”
Bu Guru : “iya. Mula aku ngerti.”
Ira : “kula kepengin kados Bu Endang punika.”
Bu Guru : “iya. Tak dongakne bisa kelakon karepmu. Wiwit saiki latihansing luweh
sregep maneh.”
5
Ira : “inggih Bu. Matur nuwun.”

2. Geguritan
Geguritan merupakan istilah lain dari puisi. Puisi jawa ini dibuat oleh orang-orang
jawa jaman terdahulu. Dalam geguritan, banyak dijumpai gaya bahasa yang mempunyai ari
mendalam dari pengarangnya.
Dalam pembelajaran geguritan untuk siswa SD dapat diawali dengan pemberian
definisi geguritan pada siswa. Sehingga siswa dapat memahami arti dari geguritan. Setelah
itu, guru memberikan contoh sebuah karya geguritan dan dibacakan oleh guru dengan
intonasi dan gaya yang benar, agar siswa dapat menghayati tentang makna geguritan tersebut
dan dapat menarik minat siswa untuk mendalami tentang geguritan. Lalu, guru memberikan
tugas kepada siswa untuk berkreasi membuat suatu karya geguritan dengan tema bebas sesuai
dengan kemampuan siswa dan dibacakan didepan kelas.

Contoh geguritan
Tuntutan

Aku keder…
Mbuh apa rasa kie
Mandeng langit ning sansaya adoh,
Putih resik kaya kapas
Kang bisa nggawe ati ayem
Namung, ora bisa ngilangake rasa niki

Srengenge kang endah,


Mlaku teng langit kang alon
Kaya aku sing lagi luruh ilmu
Kang kudu sabar, aja neka – neka
Alon – alon namung asal kelakon

Aja gampang nesu !


Semangat !!!
Kangge masa depan sing cerah,
6
Kang padang…
Ben bisa gawe ati bungah wong tuwa.

3. Tembang jawa
Tembang jawa merupakan seni dari mata pelajaran bahasa jawa yang diajarkan dari
Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Tembang jawa dalam pendidikan sangatlah penting
diajarkan dari siswa sekolah dasar, sehingga siswa mampu mengenali suatu kebudayaan
jawa. selain sebagai materi dalam pembelajaran pendidikan bahasa jawa, tembang jawa
merupakan sarana yang baik untuk menanamkan nilai moral dan perilaku kepada peserta
didik. Karena, dalam tembang jawa terdapat makna yang sangat dalam tentang kehidupan
dan mengandung berbagai pesan moral dan nasihat –nasihat yang sangat penting dan
bermakana.
Dalam pembelajaran pada siswa SD, tembang jawa dapat dikenalkan kepada siswa
dengan memberikan definisi dan makna dari tembang jawa. hal ini dilakukan agar siswa
dapat mengerti dan merasa tertarik untuk lebih mendalami belajar tentang tembang jawa.
Setelah itu, guru memberikan salah satu contoh tembang jawa, dan dinyanyikan didepan
murid-muridnya dengan irama dan nada yang sesuai dengan lagu tersebut. Sehingga siswa
tahu akan irama dan nada lagu tersebut. Agar siswa lebih paham, siswa diberi kesempatan
untuk melantunkan tembang jawa tersebut secara bersama-sama. Guru bisa meminta atau
menyuruh siwa untuk menyanyikan tembang jawa tersebut di depan teman-temannya.
Dengan cara ini, secara tidak langsung guru melatih siswanya untuk percaya diri dan berani
maju kedepan.

Contoh tembang jawa :


Prau Layar
(Ki Nartasabda)

Yo kanca ing gisik gembira


Alerab-lerab banyune segara
Agiyak numpak prau layar
Ing dina Minggu keh pariwisata
Alon praune wis nengah
Pyak-pyuk pyak banyu binelah
Ora jemu-jemu karo mesem ngguyu
7
Ngilangake rasa lungkrah lesu
Adhik njawil mas jebul wis sore
Witing klapa katon ngawe-awe
Prayogane becik bali wae
Dene sesuk esuk tumandang nyambut gawe.

4. Tembang Dolanan
Tembang Dolanan merupakan tembang jawa yang paling disukai oleh anak-anaka,
khususnya siswa SD. Disamping liriknya mudah, siswa juga bisa menyanyikan tembang
dolanan dengan bermain bersama teman-temannya. Disamping bermain, siswa juga akan tahu
tentang tembng dolanan dan secara tidak langsung siswa akan paham dengan materi ini.
Tembang dolanan memang paling cocok dinyanyikan oleh siswa SD, dengan adanya rasa
suka dari si anak itu sendiri, maka siswa SD telah mampu melestarikan seni jawa. Sehingga
siswa lebih menyenangi menyanyikan tembang dolanan dibanding dengan lagu-lagu yang
bermunculan di zaman yang modern ini.
Pertama-tama guru memberikan pengertian mengenai tembang dolanan dan memberikan
berbagai contoh tembang dolanan. Setelah itu guru mulai memperagakan dan melantunkan
di depan kelas dengan mengajak para siswa untuk ikut serta menyanyi. Lalu guru menyuruh
siswa untuk menyanyikannya didepan kelas dengan membuat kelompok-kelompok kecil.

Inilah salah satu contoh tembang dolanan:


CUBLAK-CUBLAK SUWENG
cublak cublak suweng..
suwenge ting gelenter..
mambu ketundung gudel
pak empong lera-lere
sopo ngguyu ndelikkake
sir sir pong dhele gosong
sir sir pong dhele gosong

B. Cara agar siswa SD tertarik mempelari materi Bahasa Jawa


Umumnya dalam mempelajari materi Bahasa JAwa, siswa merasa malas dan
bosan untuk mempelajari dan mendengarkan pelajaran bahasa jawa. banyak alasan yang
menyebabkan siswa tidak suka mempelari bahasa jawa. oleh karena itu, sebagai calon guru
8
sebaiknya kita harus dapat memahami berbagai karakter peserta didik kita. Sehingga kita
dapat memberikan suatu model pembelajaran yang tepat dan mampu diikuti oleh siswa
dengan baik.
Dalam metode pembelajaran bahasa jawa ataupun mata pelajaran lainnya, sudah
sewajarnya seorang guru memberikan suatu materi pelajaran dengan jelas dan mudah.
Sehingga siswa dapat dengan cepat tahu arti tentang materi yang sedang guru terangkan.
Walaupun materi yang diberikan sifatnya sukar, namun bila metode yang digunakan oleh
guru itu sesuai dengan siswanya. Maka siswa juga akan bisa memahami mata pelajaran
tersebut dengan baik. Dalam pembelajaran hendaknya guru tidak hanya memberikan suatu
materi terus menerus. Tetapi sesekali diselingi dengan suatu kegiatan yang dapat membuat
siswa tidak tegang tapi senang mengikuti pelajaran bahasa jawa. misalnya, guru memberikan
tugas membuat geguritan bebas, menyanyikan tembang jawa atau tembang dolana, ataupun
berdialog dengan murid menggunakan bahasa jawa. Dengan kegiatan tersebut, maka siswa
akan dengan mudah memeahami materi tersebut dan dapat menumbuhkan kreatifitasnya.

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Materi pelajaran bahasa jawa dapat diajarkan kepada peserta didik dengan mudah
jikalau model pembelajaran yang dipakai oleh guru sesuai dengan muridnya. Dalam model
pembelajaran Bahasa Jawa melalui pacelaton, geguritan, dan tetembangan merupakan salah
satu alternatif dalam mengajar pelajaran Bahasa Jawa, khususnya pada anak Sekolah Dasar.
Dengan adanya inovasi-inovasi baru dalam mengajar, diharapkan materi-materi yang ingin
disampaikan dapat tersalurkan dan dapat dimengerti oleh peserta didik. Dengan para peserta
didik mampu memahami isi materi yang diajarkan, berarti guru atau pengajar telah mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik.

B. Saran
Dalam metode atau model pembelajaran pada siswa Sekolah Dasar yang digunakan,
hendaknya tidak monoton. Sehingga siswa akan menyenangi dan bersemangat mempelajari
pelajaran bahasa jawa. Dengan kata lain, dalam dunia pendidikan diharapkan para tenaga
pendidik dalam menciptakan inovasi-inovasi dalam mengajar. Dengan banyaknya inovasi –
inovasi yang diciptakan oleh tenaga pengajar, maka siswa diharapkan dapat mengikuti
pelajaran dengan baik dengan penuh semangat dalam belajar, baik belajar di sekolah maupun
di rumah.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://makna-tembang-jawa.html. , diakses tanggal 27 Desember 2011


http://id.wikipedia.org/wiki/Drama. , diakses tanggal 27 Desember 2011
http://www.anneahira.com/tembang-jawa.htm. , diakses tanggal 27 Desember 2011
http://kawruh-bahasa-jawa.htm. , diaksws tanggal 27 deseber 2011
http://makna-geguritan.html. , diakses tanggal 27 Desember 2011
http://peningkatan-berdialog-bahasa-jawa.htm
Rifa’I, Achmad & Chatarina Tri Anni, 2011, Psikologi Pendidikan, Semarang : UNNES
PRESS

11

Anda mungkin juga menyukai