Anda di halaman 1dari 27

TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI (modul 5)


Dan
PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN (MMP)
/(modul 6)

Makalah Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia di SD
PDGK4204

DISUSUN OLEH :

1. DINA AGUSTINA NIM : 857042815


2. EKA NOVIYANTI NIM : 857042134
3. GADIS PRATIWI NIM : 857047355
4. EDWINA RUSVITA NUR NIM : 859548754
5. AJENG DELLA OVILIA NIM : 859543415
6. GUSTIA OKTARA NIM : 859543873

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
POKJAR KEDATON S-1 PGSD (BI)
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelelesaikan makaalah ini tepat pada waktunnya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran
bahasa Indonesia di SD denga judul telaah kurikulum dan buku teks mata pelajaran bahasa
indoneisa sekolah dasar kelas tinggi (modul 5) dan pembelajaran membaca dan menulis
permulaan (MMP)/modul 6.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, kami menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah mendatang, demi kemajuan dan kesuksesan dimasa yang akan datang dan
bagi penyusun utamanya.

Bandar Lampung, 1 November2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang Masalah 5
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penulisan 6
D. Manfaat Penulisan 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN 7
A. Kajian Teori 7
B Modul 5 Telaah Kurikulum dan buku teks mata
pelajaran bahasa Indonesia sekolah dasar kelas tinggi 7
C Modul 6 Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan 11

BAB III PENUTUP


A. Simpulan 20
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum adalah sesuatu yang sudah lazim yang digunakan didalam dunia
pendidikan karena jika kurikulum tidak ada maka tidak ada acuan atau aturan yang
digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar, dan selanjutnya pembelajaran
tidak terkontrol dan terarah, sehingga mustahil untuk mengetahui apakah tujuan
diadakan kegiatan belajar mengajar telah tercapai atau tidak karena tidak ada tolak
ukurnya. Dan dengan adannya kurikulum, pendidik diharapkan mampu menjadi guru
yang profesional, begitu juga guru harus menguasai atau memahami kurikulum dan
buku teks sebagai pedoman dan sarana untuk meperlancar pembelajaran. Kurikulum
juga dapat diartikan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan gagasan yang
dirumuskan oleh pengembang kurikulum.
Buku teks adalah buku yang biasanya digunakan untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam
rangka peningkatan keimananan, ketakwaan, pengetahuan, kepribadian, dan
teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan
kinestetis dan kesehtan yang disusun berdasarkan standart nasional pendidikan. Jadi
bisa disimpulkan bahwa buku teks merupakan bahan yang paling utama dari bahan
ajar yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelas, karena
merupakan media yang dapat memuat dan menyajikan berbagai informasi,
pengetahuan, dan keperluan.
Pembelajaran bahasa indonesia diharapkan siswa bisa terampil berbahasa.
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan berbahasa tercermin dalam empat aspek
ketrampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan yag terakhir adalah
menulis. Dari keempat ketrampilan tersebut saling terkait satu sama lain atau bisa juga
diarttikan bahwa ketrampilan berbahasa yang satu akan mendasari ketrampilan
berbahasa yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek-aspek dalam pembelajaran bahasa ?

4
2. Bagaimana Perpaduan aspek ketrampilan bahasa dengan aspek sastra dikelas
tinggi ?
3. Apa saja syarat-syarat buku teks ?
4. Bagaimana Pembelajaran Membaca Menulis di Kelas Rendah ?
5. Bagaimana strategi pembelajaran MMP ?

C. Tujuan Penulisan
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan penulis mampu mengetahui,memahami,
dan menelaah kurikulum dan buku teks sebagai komponen dalam pembelajaran
pendidikan bahasa indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Dapat mengetahui, memahami dan mampu mengimplementasikan dari pembahasan
telaah kurikulum dan buku teks mata pelajaran bahasa indonesia sekolah dasar kelas
tinggi serta mengetahui, memahami pada pembelajaran membaca dan menulis
permulaan (MMP).

5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
Bahasa merupakan produk budaya yang berharga dari generasi sebelumnya, bahasa
juga bisa disebut sebagai hasil budaya yang hidup dan berkembang serta harus
dipelajari, seperti seorang anak yang sama sekali tidak pernah diajarkan berbicara, maka
anak tersebut tidak akan mampu mempunyai kemampuan bicara. Menurut chaucard
(dalam Zuleha, 2012:3) mengatakan bahwa jika anak tidak melakukan komunikasi atau
kontak dengan manusia lain, maka pada dasarnya dia bukan manusia, berbentuk
manusia tetapi tidak mempunyai martabat sebagai manusia.
Mata pelajaran bahasa indonesia diberikan kepada semua jenjang pendidikan formal.
Dengan demikian diperlukan standart kompetensi mata pelajaran bahasa indonesia yang
memadai dan efektif sebagai alat komunikasi, berinteraksi sosial, media pengembagan
ilmu, alat pemersatu bangsa (Depdiknas, 2003).
B. Modul 5 Telaah Kurikulum dan buku teks mata pelajaran bahasa
Indonesia sekolah dasar kelas tinggi
1. Aspek-aspek pembelajaran bahasa
Aspek ketrampilan bahasa terdiri dari empat aspek yaitu :
1. Mendengarkan
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis
Dan aspek termasuk ketrampilan bahasa seperti mendengarkan berita, petunjuk,
pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi, bahasa, lagu, kaset, pidato, dialog
percakapan ataupun perintah bunyi atau suara, dan didengar dengan mendengarkasn
respon yang cepat.
Berikut standart kompetensi untuk kelas tiga sampai dengan kelas enam
1. Kelas 3
a. Mendengarkan

6
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan, melalui
mendengarkan penjelasdan, petunjuk baik petunjuk verbal maupun simbol dan
mendengarkan pembacaan cerita dan teks drama.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan
melalui kemampuan menceritakan pengalaman yang lucu, menjelaskan urutan,
mendeskripsikan tempat, menceritakan pengalaman peristiwa, serta bermain
peran.
c. Membaca
Mampu membaca dengan pemahaman teks agak panjang dengan cara
membaca lancar atau bersuara, dan membaca dalam hati secara intensif, dan
membaca secara memindai suatu denah serta membaca dongeng dan puisi.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai piiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
melalui menulis karangan dan pikiran sendiri, menyusun ringkasan bacaan.
Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri dan menulis petunjuk.

2. Kelas 4
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui menjelaskan
isi petunjuk, mendengarkan pengalaman teman dan mendengarkan pengumuman
serta pembacaan pantun
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, perasaan secara lisan melalui
kemampuan bertannya, menyapa, menceritakan kegiatan sehari-hari, melakukan
percakapan, menceritakan pengalaman, melaporkan, mendeskripsikan pantun,
menceritakan kembali cerita dan bermain peran.
c. Membaca
Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara
membaca melalui membaca memindai, membaca sekilas, membaca intensif, dan
membacakan teks untuk orang lain serta membaca cerita rakyat dan pantun.
d. Menulis

7
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan
dalam berbagai ragam tulisan melalui melengkapi percakapan, menulis deskripsi,
mengisi formulir sederhana, melanjutkan cerita narasi, menulis surat, menyusun
paragraf, menulis pengumuman serta menulis cerita rekaan dan melanjutkan
pantun.
3. Kelas 5
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui
mendengarkan pengumuman, mendengarkan penjelasan narasumber, dan
mendengarkan pesan lewat tatap muka atau telepon serta mendengarkan cerita
pendek dan cerita rakyat.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan atau persaan secara lisan
melalui menanggapi serta persoalan atau peristiwa yang terjadi disekitar,
berwawancara dan melaporkan hasil wawancara, mendeskripsikan benda atau alat
dan menyampaiakan dialog atau percakapan serta memerankan drama pendek.
c. Membaca
Mampu memahami ragam teks bacaan dengan berbagai cara membaca untuk
mendapatkan informasi tertentu melalui membacakan tata tertib atau
pengumuman, membaca cepat,membaca intensif, membaca sekilas, dan membaca
memindai teks teks khususs membacakan puisi.
d. Menulis
Mampu mengekspreksikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, perasan dalam
berbagai ragam tulisan melalui menyusun karangan, menulis surat pribadi,
meringkas buku bacaan, membuat poster, menukis cacatan dalam buku harian
serta menulis prosa sederhana dan puisi.
4. Kelas 6
a. Mendengarkan
Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui
mendengarkan dan meringkas cerita dan mendengarkan serta mendiskusikan isi
undang-undang serta mendengarkan pembacaan salah satu pasal atau ayat dalam
suatu undang- undang dan cerita rakyat.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan
melalui menceritakan hasil pengamatan, menyampaikan pesan atau informasi ,
8
membahas isi buku, mengkritik sesuatu, memuji sesuatu, berpidato, berdiskusi
serta memerankan drama anak.
c. Membaca
Mampu memahami ragam/teks bacaan dengan berbagai cara atau teknik membaca
melalui membacakan teks untuk orang lain, membaca intensif berbagai teks serta
membaca novel anak, cerita rakyat, cerita lama yang masih populer sampai
sekarang.
d. Menulis
Mampu mengekspresikan berbagai piiran, gagasdan, pendapat, dan perasaan
kedalam berbgai ragfam tulisan melalui mengisi formulir sederhana, menyusun
naskah sambutan atau pidato, menulis iklan, menyusun ringkasan, menyusun
rangkuman, menulis surat resmi, seta memparafrasekan puisis serta menyusun
percakapan.

2. Perpaduan aspek ketrampilan bahasa dengan aspek sastra dikelas tinggi


Dalam pembelajaran dikelas guru biasannya dapat memadukan antara aspek
ketrampilan bahasa dengan aspek kesastraan. Bisa juga dalam pembelajaran bahasa
indonesia dikelas memang selalu ada perpaduan anatar berbagai aspek. Misalnaya
perpaduan aspek apa saja yang terdapat pada kompetensi dasar”membaca novel anak”
ada perpaduan anatara aspek membaca (membacakan...), aspek mendengarkan (siswa
tidak dapat menjawab jika tidak mendengarkan), aspek menulis (kalau penjelasan amanat
itu disampaiakn secara tertulis), aspek berbicara (kalau penjelasan itu biasanya
disampaiakan secara lisan), dan aspek sastra karena dalam hal ini yang dijelaskan itu
adalah amanat novel.
3. Syarat – syarat buku teks
Prinsip buku teks menurut W.F.Mackey (dalam hanafi,1981)
1. Seleksi
2. Gradasi
3. Presentasi
4. Repetisi
1) Seleksi
Dalam seleksi ini yang perlu dipertimbangkan adalah

9
a. Tujuan pengajaran bahasa, level bahasa yang diajarkan, dan jumlah waktu
belajar
b. Tipe bahasa yang akan diajarkan yang meliputi dialek, register, style, dan
media.
c. Jumlah materi yang disajikan
d. Pilihan butir-butir yang akan diajarkan yang mencakup fonetik, tata bahasa,
kosakata, dan makna kata.
e. Kriteria yang dipakai melandasai pilihan
2) Gradasi bahan pelajaran
Dalam hal kaitannya mempersoalkan tatan yang dipandang paling baik untuk
menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi, ini
pengelompokannya mencakup yang berdasarkan sistem seperti pengelompokan
fonetis, gramatikal.leksikal, dan pengelompokan berdasarkan bunyi yaitu bahasa
menjadi kata, kata menjadi frasa, frasa menjadi kalimat, kalimat menjadi konteks.
Selanjutnya pengerutan atau sekuensi yang juga mencakup sekuensi berdasarkan
sistem disatu pihak dan berdasarkan sruktur dipihak lain.
3) Presentasi bahan
a. Penahapan bahan pelajaran
b. Pendemonstrasian bahan pelajaran
c. Prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran.
4) Repetisi bahan pelajaran
Meliputi hal yang patut yang dilakukan seorang pendidik dikelas, menyajikan bahan
pelajaran yang telah tertata dalam buku pelajaran seperti telah diseleksi, degradasi,
dan dipersentasikan. Bisa juga diartikan sebagai perilaku guru dalam mengajar dan
siswa dalam belajar ytaitu perilaku yang berhubungan dengan pembinaan
ketrampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis dan mengarang.

C. Modul 6 Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan (MMP)

Pembelajaran Membaca Menulis di Kelas Rendah

Pada hari-hari pertama sekolah, pada pemulaan tahun ajaran baru, sekolah-sekolah
biasanya disibukkan oleh keramaian murid-murid baru. Sekolah menjadi tambah ramai

10
manakala para pengantar (mungkin ibu, bapak, kakak atau anggota keluarga yang lain)
turut pula menyaksikan pengalaman pertama salah satu angota keluarganya bersekolah.

Pada awal-awal persekolahan murid-murid kelas1 SD, sajian pembelajaran yang


utama untuk mereka adalah membaca dan menulis. Pembelajaran untuk kedua jenis
keterampilan ini dikemas dalam satu paket yang disebut paket MMP, paket membaca,
dan paket menulis permulaan. Melalui paket ini, untuk pertama kalinya para murid baru
diperkenalkan dengan lambing-lambang tulis yang biasa digunakan untuk
berkomunikasi. Sasaran utamanya adalah para murid kelas 1 SD memiliki kemampuan
membaca dan kemampuan menulis pada tingkat dasar. Kemampuan dasar dimaksud
akan menjadi landasan bagi keterampilan-keterampilan lain, baik dalam kehidupan
bermasyarakat.

1. Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan
kepanjagannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat
anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku
sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.

Peralihan dari masa bermain di TK (bagi yang mengalaminya) atau dari lingkungan
rumah (bagi anak yang tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah merupakan hal
baru bagi anak. Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa
persekolahan tersebut adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan
ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya
disekolah. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan
membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf.

Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang


huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi
tersebut. Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju
pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana. Yang dimaksud
melek wacana adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan
mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna yang disertai
pemahaman akan lambang-lambang tersebut.Kemampuan menulis permulaan tidak
jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan,
pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik.

11
Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan lambang-lambang yang jika dirangkaikan
dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna.

1. Tujuan Pembelajaran MMP

Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan


kurikulum terkini yang yang digunakan disekolah-sekolah sebagai pengganti atas
kurikulum sebelumnya, yakni kurikulum 1994. Penyempurnaan kurikulum ini
mengacu pada Undang-Undang N0.20 Tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah terkait yang mengamanatkan adanya standar
nasional pendidikan. Standar-standar dimaksud berkenaan dengan standar isi, proses,
dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum
pemerintah.

Seperti dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Ir. Indra Jati
Sidi dalam kata pengantar untuk kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia bahwa upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh
mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan


efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi social, media pengembangan ilmu,
dan alat pemersatu bangsa.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek


membaca, untuk SD dan MI adalah “membaca huruf, suku kata, kata, kalimat,
paragraph, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus,
ensiklopedia, serta mengapresiasika dan berekspresi sastra melalui kegiatan
membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca juga
diarahkan menumbuhkan budaya baca”.

Standar kompetensi aspek membaca dikelas 1 sekolah dasar ialah siswa mampu
membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancer (bersuara) dan
membaca nyaring beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke
dalam empat buah kompetensi dasar, yakni:

1) Membiasakan bersikap membaca yang benar

12
2) Membaca nyaring
3) Membaca bersuara (lancer)
4) Membacakan penggalan cerita
Untuk keterampilan menulis di kelas 1 (kelas rendah), kurikulum 2004
menetapkan standar kompetensi sebagai berikut: siswa mampu menulis beberapa
kalimat yang dibuat sendiri dengan huruf lepas dan huruf sambung, menulis
kalimat yang didektekan guru, dan menulis rapi menggunakan huruf sambung.
Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam tujuh buah kompetensi dasar, yakni:
1. membiasakan sikap menulis yang benar (memegang dan menggunakan alat tulis
2. menjiplak dan menebalkan
3. menyalin
4. menulis permulaan
5. menulis beberapa kalimat dengan huruf sambung
6. menulis kalimat yang didektekan guru
7. menulis dengan huruf sambung

KB 2: Strategi Pembelajaran MMP


Strategi Pembelajaran MMP
1. Metode Pembelajaran MMP
Berdasarkan ilustrasi pencakapan yang diketengahkan pada awal modul ini,
dapatkah anda menunjukkan dan membedakan bermacam-macam metode MMP yang
digunakan oleh Bu Imam, Bu Sigit, Mbak Yanti, dan Bu Mimim dalam mengajari
putra atau adik mereka membaca? Keempat orang itu menggunakan metode MMP
yang berbeda, bukan? Coba anda temukan perbedaan-perbedaan tersebut dengan jalan
mempelajari hakikat dari berbagai macam metode MMP dalam uraian berikut.

2. Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai
pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan dilafalakan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad.
Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai (a),
(be), (ce), (de), (e), (ef), dan seterusnya.

13
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalban dengan suku
kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Misalnya:

● B, a, d, u, menjadi b-a à ba (dibaca atau dieja /be-a/ à (ba)

o d-u à du (dibaca atau dieja /de-u) à (du)

o ba-du à dilafalkan à /badu/

● b, u, k, u, menjadi b-u à bu (dibaca atau dieja /be-u/ à (bu)

o k-u à ku (dibaca atau dieja /ke-u/ à (ku)

proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan huruf-
huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang
berupa suku kata. Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat
sederhana.

Anak yang baru mulai belajar membaca, mungkin akan mengalami kesukaran dalam
memahami system pelafalan bunyi /b/, dan /a/ menjadi (ba) bukan (bea). Bukankah
huruf /b/ dilafalkan (be) dan huruf /a/ dilafalkan (a). mengapa kelompok huruf /ba/
dilafalkan (ba) bukan (bea). Penanaman konsep hafalan abjad dengan menirukan
bunyi pelafalannya secara mandiri, terlepas dari konteksnya, menyebabkan anak
mengalami kebingungan manakala menghadapi bentukan-bentukan baru, seperti
bentuk kata tadi.

Disamping hal tersebut, hal lain yang dipandang sebagai kelemahan dari penggunaan
metode ini adalah dalam pelafalan diftog dan fonem-fonem rangkap, seperti /ng/, /ny/,
/kh/, /ai/, /au/, /oi/, dan sebagainya. Bertolak dan kedua kelemahan tersebut,
tampaknya proses pembajaran melalui system tubian dan hafalan akan mendominasi
proses pembelajaran MMP dengan metode ini.

3. Metode Bunyi
Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan
proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja atau abjad diatas.
Demikian juga dengan kelemahan-kelemahannya. Perbedaanya terletak hanya pada
cara atau system pembacaan atau pelafalan abjad (huruf-hurufnya).

4. Metode Suku Kata


Proses pembelajaran MMP dengan metode ini awali dengan pengenalan suku
kata, seperti /ba, bi,bu, be, bo/; /ca, ci, cu ,ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka,ki, ku, ke,
ko/,
14
dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata
bermakna.

Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas,


kemudian melahirkan istilah lain untuk metode ini yakni metode rangkai-kupas.

Jika disimpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMp dengan metode suku kata


adalah:

1) Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata


2) Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata
3) Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana
4) Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat à
kata-kata à suku-suku kata)
Metode suku kata popular dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an. Dalam
pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, metode ini dikenal dengan metode iqro.

5. Metode Kata
Sebagai contoh, proses pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan sebuah
kata tertentu. Kata ini, kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk pengenalan
suku kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata,
suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf
menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan
tadi dikembalikan lagi kebentuk asalnya sebagai kata lembaga (kata semula).

Karena proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses
pengupasan dan penguraian maka metode ini dikenal juga sebagai metode kupas-
rangkai. Sebagian orang menyebutnya metode kata atau metode kata lambang.

6. Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai metode kalimat. Dikatakan
demikian karena alur proses pembelajaran MMP yang diperhatikan melalui metode
ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk membantu
pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar. Dibawah gambar tersebut,
dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut.

Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah proses


pembelajaran MMP dimulai.

15
Melalui proses deglobalisasi (proses pengurai kalimat menjadi satuan-satuan yang
lebih kecil, yakni menjadi kata, suku kata, dan huruf), selanjutnya anak menjalani
proses belajar MMP.

Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi
huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesisi (perangkai kembali). Artinya, huruf-
huruf yang telah teruarai itu tidak dikembalikan lagi pada satuan diatasnya, yakni
suku kata.

7. Metode SAS
SAS merupakan singkatan dari structural analitik sintetik. Motode SAS
merupakan salah satu jenis metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran
membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan
metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan
sebuah kalimat yang utuh. Mula-mula anak diperkenalkan sebuah struktur yang
member makna lengkap, yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk
membangun konsep- konsep kebermaknaan pada diri anak.

Proses penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode


SAS, meliputi:

a) Kalimat menjadi kata –kata


b) Kata menjadi suku kata
c) Suku kata menjadi huruf-huruf
Melihat prosesnya, tampaknya metode ini merupakan campuran dari metode-metode
membaca permulaan

Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, diantaranya
sebagai berikut:

a) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistic (ilmu bahasa) yang memandang satuan
bahasa terkecil untuk berkomunikasi adalah kalimat.
b) Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak.
c) Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri).
Uraian ini ditutup dengan dengan sebuah simpulan bahwa tidak ada metode
yang terbaik dan juga tidak ada metode yang terburuk. Masing-masing metode
mempunyai

16
kelebihan dan kekurangan. Metode yang terbaik adalah metode yang cocok dengan
pemakaiannya.

B. Model Pembelajaran MMP


Model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab mengajar itu
adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni tersendiri dalam mengajar.
Yang perlu anda pahami disini, bukanlah persoalan teknik dan strategi mengajar,
melainkan konsep-konsep pokok langkah-langkah pembelajaran MMP yang
berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu.

Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat


digunakan oleh guru bagi pembelajaran pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat
memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan
kondisi siswanya. Namun, penggunaan pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif),
pendekatan komunikatif-integratif, dan CTL (contextual teaching and learning) hendaknya
benar-benar dilaksanakan oleh setiap guru.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP terbagi kedalam dua tahapan


sebagai berikut:

1. Langkah-Langkah Pembelajaran MMP Tanpa Buku


Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak
bersekolah pada minggu-minggu pertama mereka duduk dibangku sekolah. Hal ini
dapat berlangsung kira-kira 8-10 mingu. Jika memungkinkan tenggang waktu
tersebut dapat dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Pengajaran menulis permulaan tanpa buku dapat dilakukan melalui pelatihan


mekanik untuk melemaskan otot-otot tangan, misalnya berlatih membuat telur atau
lingkaran diudara, membuat pagar udara, menirukan gambar huruf diudara, dan
sejenisnya.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran MMP dengan Menggunakan Buku


Langkah awal yang paling penting didalam pembelajaran MMP dengan buku
adalah bagaimana menarik minat dan perhatian siswa agar mereka tertarik dengan
buku (bacaan) dan mau belajar sendiri yang dilandasi motivasi instrinsik. Kondisi
belajar terpaksa atau dipaksakan harus dihindari.

17
Ada beberapa tawaran alternatif langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan
buku. Kegiatan pembelajaran pada fase ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan
awal, yakni pembelajaran MMP tanpa buku. Dengan demikian, diasumsikan anak-
anak tidak berangkat dari kondisi nol. Berikut beberapa alternatif pembelajaran
yang ditawarkan.

a. Membaca Buku Pelajaran (Buku Paket)


b. Membaca Buku dan Majalah Anak yang Sudah Dipilih
c. Membaca Bacaan Sususunan Bersama Guru-Siswa
d. Membaca Bacaan Susunan Siswa (kelompok perseorangan)
e. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi kedadalam dua kelompok, yakni:

1. Pengenalan huruf
Kegiatan ini dilaksanakan bersamaa dengan kegiatan pembelajaran membaca
permulaan. Pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta
pelafalannya dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan untuk melatih indra
siswa dalam menganal dan membedakan bentuk dan lambang-lambang tulisan. Proses
pemberian latihan dilaksanakan dengan mengikuti prinsip dari yang mudah ke yang
sukar, dari latihan sederhana menuju latihan yang kompleks.

2. Latihan
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan, seperti
berikut ini.

a) Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar
b) Latihan gerakan tangan, Mula-mula melatih gerakkan tangan diudara dengan telunjuk
sendiri atau dengan bantuan alat seperti pensil, kemudian dilanjutkan dengan latihan.
c) Latihan mengeblet Yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas
tulisan yang telah ada.
d) Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan
e) Latihan dapat dilakukan dalam buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan
semacam ini.

18
f) Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan
tulis
g) Latihan menulis halus indah, Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku
bergaris untuk latihan menulis atau buku kotak. Ada petunjuk berharga yang dapat ada
ikuti jika murid-murid anda tidak memiliki fasilitas seperti ini.
h) Latihan dikte/imla, Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam
mengkoordinasikan antara ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya ketika menulis
sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat,dan dipindahkan kedalam wujud
tulisan dengan benar.
i) Latihan melengkapi tulisan
j) Menuliskan nama-nama benda yang terdapat dalam gambar
k) Mengarang sederhana dengan bantuan gambar.

KB 3. Penilaian Dalam Pembelajaran MMP

A. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam
kegiatan belajar-mengajar. Dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan
memperhatikan aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan upaya-upaya siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, perkembangan dan
kemajuan belajar siswa akan diketahui. Bukan hanya itu, masalah-masalah dan
kesulitan- kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar juga akan terdeteksi. Demikian
juga dengan respon dan tanggapan siswa terhadap kemajuan belajar yang dicapainya
atau terhadap masalah yang dihadapinya akan dapat diketahui.

Yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan yang harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan testee (peserta
tes). Dalam pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan
menilai sejauh mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekhurufan
(kemampuan membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara teknis.

Berdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara
tertulis, lisan, dan perbuatan.

19
1. Tes tertulis merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya
dilakukan dalam bentuk tertulis. Pengerjaannya oleh sisa dapat berupa jawaban atas
pertanyaan atau tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau
diperintahkan.
2. Tes lisan merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan
dalam bentuk lisan. Dalam cara ini pun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa
jawaban atas pertanyaan atau tanggapan atas pernyataan.
3. Tes perbuatan merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat dismpaikan secara
tertulis atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan
atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian yang dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian. Teknik ini pada
umumnya digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tengah terjadi
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, teknik nontes lebih cocok digunakan
dalam penilaian proses. Sedangkan untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan
kedua-duanya, baik teknik tes maupun teknik nontes.

B. Penilaian Hasil
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menentukan pencapaian atau hasil belajar
siswa. Alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun nontes. Untuk menilai
pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah
dimaksudkan untuk menilai kemampuan siswa dalam hal “kemelekhurufan” yang
dicapainya. Kemampuan-kemampuan dimaksud meliputi pengenalan atas satuan-
satuan lambang bahasa yang berupa huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana.
Tes membaca permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut ini.

1. Membaca nyaring; siswa diminta untuk melafalkan lambang tertulis baik berupa
lambang yang berupa, huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana. Melalui tes ini,
guru akan dapat menilai kemampuan siswa dalam mengidentifikasi lambang-lambang
bunyi, melafalkannya, dan memaknainya.
2. Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan
pemokusan pembelajaran yang diberikan.
3. Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana)
4. Untuk sekedar mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks sederhana, guru dapat
mengajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk menilai kemampuan siswa dalam

20
memahami lambang-lambang tertulis. Sebaliknya, siswa juga dapat dirangsang untuk
mengajukan pertanyaan sehubungan dengan teks yang dibacanya.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN

Setiap kelas dalam kurikulum Bahasa Indonesia SD Tahun 2004 dimulai dengan aspek mendengarkan
yang sudah diterapkan pada Standart Kompetensinnya, Kemudian, Standar Kompetensi ini dijabarkan
dalam bentuk
tabell yang terdiri atas kompetensi dasar, hasil belajar, i8ndikator, dan materi pokok. Setelah aspek
mendengarkan, diikuti oleh aspek berbicara, aspek membaca, aspek menulis begitu seterusnya dari kelas
1 sampai dengan kelas 6.
Guru dalam mencari materi pokok pembelajaran tidak harus tergantung pada buku teks yang ada. Guru
harus kreatif dengan jalan mencari materi pokok tersebut dari sumber-sumber lain, dan bilamana perlu
guru dapat menyusun sendiri buku teks tersebut, untuk kepentingan itu guru gharus mempunyai
pengetahuan tentang syarat-syarat penyusunan buku teks yang baik.
MMP merupakan kepanjangan dari membaca menulis permulaan, disebut permulaan karena hal yang
pertama diajarkan kepada anak pada awal-awal sekolah yaitu kemampuan membacadan menulis yang
lebih diorientasikan papa kemampuan tingkat dasarr.
Terdapat bermacam variasi pembelajaran membaca permulaan diantaranya yaitu membaca buku
pelajaran atau buku paket, membaca buku majalah anak, membaca bacaan susunan bersama guru dan
siswa .
Penilain proses dan hasil dilakukan dalam penilain MMP, penilaian proses dilakukan dalam mkegiatan
belajar mengajar secara langsung, guru memperhatikan aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan
upaya-upya dalam mengikuti proses pembelajaran.

B. SARAN
Seorang pendidik harus mempunyai kapasaitas yang sangat bagus dalam semua
hal, utamannya mempunyai kemampuan menguasi pembelajaran bahasa
Indonesia, agar mampu tercipta peserta didik yang berkualitas sesuai dinamika
perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2003. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003.tentang simtem pendidikan nasional

Solchan T.W.dkk (2021). Pendidikan Bahasa Indonesia Di SD. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Zuleca. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra Di Sekolah Dasar.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai