Disusun Oleh:
1. NIRA MAULIA SEFFI NPM 4120005
2. WENI ULAN DARI NPM 4120007
3. ILMA INDRIANI NPM 4120006
4. DIAN INDAH MILASARI NPM 4120010
5. SEFTI NUR AINI NPM 4120011
6. FERA NUR SAKINAH NPM 4120019
DOSEN PEMBIMBING:
PEMBIMBING 1 : AHMAD AMIN, M.Si.
PEMBIMBING 2 : YASPIN YOLANDA, M.Pd.Si.
Disusun Oleh :
1. NIRA MAULIA SEFFI NPM 4120005
2. WENI ULAN DARI NPM 4120007
3. ILMA INDRIANI NPM 4120006
4. DIAN INDAH MILASARI NPM 4120010
5. SEFTY NUR AINI NPM 4120011
6. FERA NUR SAKINAH NPM 4120019
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh :
1. NIRA MAULIA SEFFI NPM 4120005
2. WENI ULAN DARI NPM 4120007
3. ILMA INDRIANI NPM 4120006
4. DIAN INDAH MILASARI NPM 4120010
5. SEFTY NUR AINI NPM 4120011
6. FERA NUR SAKINAH NPM 4120019
Lubuklinggau, 07 Desember 2023
DOSEN PEMBIMBING 1, DOSEN PEMBIMBING 2,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT., shalawat seiring salam juga tak lupa kita
haturkan kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan kasih
dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuat alat
peraga sebagai media pembelajaran untuk diseminarkan dengan baik dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Amin, M.Si. dan Bapak
Yaspin Yolanda, M.Pd.Si. sebagai dosen pembimbing mata kuliah ini yang telah
membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan juga tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada teman - teman yang telah membantu kami dalam penyelesaian laporan
ini.
Kelompok G-PARIS
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari - hari di lingkungan sering kali kita dapatkan fenomena yang
sering kita anggap biasa - biasa saja. Namun sebagai orang fisika kita selalu berpikir bahwa
hal itu tidaklah terjadi begitu saja dan hal itu terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mengganggu keseimbangan dari sebuah benda atau zat, salah satu contoh fenomena yang
Gerak parabola yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan
perpaduan gerak lurus beraturan dalam arah horizontal dengan gerak lurus berubah beraturan
dalam arah vertikal dengan besar percepatan sama dengan percepatan gravitasi bumi. Kita
sering kali mendapati peristiwa gerak parabola dalam kehidupan sehari-hari yang tanpa kita
sadari bahwa pada peristiwa tersebut terdapat tinjauan fisika yang cukup menarik untuk
dicermati dan dipelajari, misalnya bila sebuah bola ditendang maka bola tersebut akan
membentuk sebuah lintasan di udara hingga sampai di tanah seperti lintasan parabola.
Dari permasalahan tersebut, penyusun tertarik untuk membuat sebuah alat peraga atau
alat pratikum sederhana yang berkaitan dengan materi gerak parabola. Alat peraga yang
diberi nama G-PARIS (Gerak Parabola Fisika) untuk mengukur sebuah lintasan dari parabola
dan faktor yang berpengaruh terhadap gerak parabola. Alat peraga ini bukan pertama kalinya
dibuat. Dari contoh alat yang telah ada sebelumnya, dimana dalam pengukuran gerak
parabola tersebut menggunakan alat penyedot timah untuk penembak, sedangkan pada alat
peraga G-PARIS (Gerak Parabola Fisika) ini kami melakukan inovasi, seperti menggunakan
pipa paralon yang menjadi tembakan serta kami membuat sebuah perubahan untuk alat
tersebut dengan variabel yang berbeda. Variabel tersebut berupa benda padat yang memiliki
1
massa yang berbeda. Tujuannya adalah untuk membandingkan besarnya hasil yang diperoleh
B. Identifikasi Masalah
Dari asumsi diatas, untuk membuktikan bagaimana bentuk lintasan sebuah peluru yang
sebenaranya dan faktor- faktor apa saja yang berpengaruh terhadap benda yang mengalami
gerak parabola, serta seperti apa alat yang dapat digunakan untuk memberikan pengayaan
terhadap siswa?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
3. Bagaimana kesesuaian hasil percobaan dengan menggunakan alat peraga yang dibuat
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat dibuat
3. Mengetahui kesesuaian hasil percobaan dengan menggunakan alat peraga yang dibuat
E. Manfaat
1. Dapat digunakan sebagai alat peraga untuk menjelaskan materi gerak parabola
2
3. Dapat mengetahui kesesuaian hasil percobaan dengan menggunakan alat peraga yang
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Gerak Parabola
Terapan yang menarik dari gerakan dalam dua dimensi adalah gerak
proyektil, yaitu sebuah benda yang diluncurkan ke udara dan kemudian dibiarkan
bergerak secara bebas. Gerakan proyektil dipersulit oleh hambatan udara, gerak
bumi, dan variasi percepatan karena gravitasi. Untuk mudahnya kita akan abaikan
kerumitan ini. Maka, proyektil kita anggap saja mempunyai percepatan konstan
yang berarah vertikal ke bawah dengan besar g = 9,81 m/s 2 = 32,2 ft/s2. Dalam
gerakan proyektil, komponen horizontal dan vertikal gerakan ini adalah saling
bebas. Sebagai contoh, perhatikan bola yang dilempar dari kereta yang sedang
bergerak secara horizontal dengan kecepatan konstan. Jika bola dilempar lurus ke
atas relatif terhadap terhadap kereta, maka bola bergerak ke titik yang paling
tinggi, yang bergantung pada kecepatan vertikal awalnya, dan kemudian kembali.
Gerak ini tak ada sangkut pautnya dengan horizontal bola relatif terhadap tanah.
Gerak ini adalah gerak dengan kecepatan konstan, kecepatan kereta. Gerak ini tak
punya sangkut paut dengan gerak vertikal bola. Relatif terhadap tanah, bola
V0y
V0x x
Gambar 1.
4
Perhatikan sebuah partikel yang diluncurkan dengan suatu kecepatan awal
yang mempunyai komponen vertikal dan horizontal relatif terhadap titik asal yang
tetap. Jika kita ambil sumbu vertikal y dengan arah positif ke atas dan sumbu
ay = -g dan ax = 0
Misalkan kita luncurkan sebuah proyektil dari titik asal dengan kelajuan awal v 0
dengan sudut θ terhadap sumbu horizontal (gambar a). Jadi, kecepatan awal
mempunyai komponen
v0x = v0 cos θ
v0x = v0 sin θ
Δx=v 0 x t
1
Δy=v 0 y− gt 2
2
5
y = v0y (x/v0x) – ½ (x/v0x)
atau
y = (v0y/v0x)x – ½ (g/v20x)x2
y
V
V
V0y
Vy i
V0 Vy
V0y
j j
j V
Vy i
i
V0y i Vy j x
R
Gambar 2
Untuk kasus istimewa dimana ketinggian awal dan akhir sama, kita dapat
awal dan sudut lemparan. Waktu yang dibutuhkan proyektil untuk mencapai
vy= -gt = 0
atau
t = v0y/g
6
Maka, jangkauan R adalah jarak yang ditempuh dalam dua kali waktu ini :
2 v 0 x ( v 0 y /g ) (2 v 0 x v 0 y )/g
R= =
v y =−gt=0
Atau
v0 y
t=
g
Maka, jangkauan R adalah jarak yang ditempuh dalam dua kali waktu ini :
R=2 v 0 x [ ]
v0 y 2 v0 x v0 y
g
=
g
Rumus ini dapat disederhanakan lebih lanjut dengan menggunakan
v
02
R= sin 2 θ
g
dan akhir sama. Yang lebih penting dari persamaan ini dapat kita dapat
sebagai contoh bahwa jangkaun adalah maksimum jika sudut lemparan adalah
45o.
Kita lihat bahwa jarak horizontal yang ditempuh adalah hasil kali
7
horizontal dan vertikal sama, yang berarti bahwa sudut lemparan adalah 45 o.
Dalam beberapa terapan praktis, pertimbangan lain juga penting. Sabgai contoh,
pada tolak peluru, ketinggian awal dan akhir tidak sama karena karena bola
Ketinggian awal ekstra bertambah waktu peluru berada di udara. Dalam hal ini
sekitaar 42o. Dengan peluru arteleri, hambatan udara harus ikut diperhitungkan
lemparan optimum.
Jika ketinggian
awal dan akhir
Lintasan sama, lintasan
45o 45o akan
mempunyai
jangkauan yang
Ketinggian
awal
Lintasan Ketinggian
parabola yang akhir
lebih data
dijatuhkan dari ketinggian h diatas tanah akan menumbuk tanah dalam waktu
yang sama seperti benda yang dilemparkan secara horizontal dari ketinggian yang
8
sama. Dalam tiap kasus, jarak tiap jatuh benda diberikan oleh y=1 /2 gt 2 (dengan
mengukur y ke bawah dari ketinggian awal). Kenyataan yang luar biasa ini dapat
ditunjukkan dengan mudah . Hal ini pertama kali diulas selama zaman
Perancangan awal dari pembuatan alat ini yaitu merancang sebuah alat
menginspirasi dalam pembuatan alat. Sumber yang dimaksud berasal dari buku
maupun jurnal yang telah dipatenkan. Penyusun mendapat ide yaitu membuat alat
peraga dengan konsep gerak parabola. Alat ini secara sederhana dan dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Alat ini ditujukan kepada para
pendidik untuk media pembelajaran sebagai alat pratikum materi gerak parabola
dengan mendapatkan data. Data yang didapatkan akan diolah menjadi suatu
Pada tahap ini diperlukan alat dan bahan untuk pembuatan alat peraga
pemuaian panjang. Adapun alat dan bahan yang digunakan seperti yang terdapat
9
2. Pipa Paralon 1 buah Untuk pistol yang
ukuran 1 berfungsi sebagai
dengan
panjang 35
cm
10
6. Meteran 1 buah Untuk mengukur
jarak
8. Peluru
3 buah Sebagai alat
peluru peluru tembakan.
20 g
dan 2
buah
peluru
40 g
Hasil pembuatan alat terdapat pada gambar dan tahap pembuatan alat sebagai
berikut:
Lubangkan pipa paralon yang akan digunakan untuk pistol dengan ukuran
3 cm, lalu masukkanlah satu buah per dan 1 buah batu yang dilubangkan
11
Lalu potong busur derajat menjadi 90° , kemudian tempel pada salah satu
buah kayu yang sudah ditempelkan pistol menggunakan mur atau baut
Pasang pengatur sudut untuk mengukur sudut dan menahan agar lebih
Lalu pasanglah alat yang sudah dibuat ke alat penyanggah berupa kayu
b. Aktifkan penembak/pelontar
e. Taruh peluru yang sudah dibuat kedalam pistol penembak, posisikan pada
12
f. Lalu tekan tombol pelontar dan siap amati posisi jatuhnya peluru.
Alat peraga gerak parabola ini menggunakan prinsip kerja gerak gerakan
perpaduan antara gerak vertikal dan gerak horizontal yang bergerak secara
kerja alat ini, yaitu dengan melepaskan pelontar yang berisi peluru dengan sudut
Alat peraga gerak parabola ini adalah menguji kecepatan awal peluru
Dari hasil uji coba alat yang dilakukan oleh kelompoik kami sebanyak 6
kali percobaan pada sudut elevasi 30° , 45° dan 60° dengan sumbu x serta 5 kali
percobaan pada sumbu y dengan sudut eleveasi yang sama. Adapun data yang
13
x m g
240 cm 20 gram 10 m/s2
117 cm 40 gram 10 m/s2
14
E. Analisis Data Hasil Uji Percobaan
θ = 30°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :
√
2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝
√ √
v 0= 2 , 4 ∙10 = 2 , 4 ∙ 10
sin 2∝ sin 2 30 °
v 0=
√ 2, 4 ∙10
2 ∙ sin 30° ∙ cos 30 °
√
24
v 0= 1 1
2 ∙ ∙ √3
2 2
√
24
v 0= 1
√3
2
v 0= √ 12 √ 3
v 0 = √ 12.1 ,7
v 0= √ 20 , 4
v 0 = 4,5 m/s
2) Uji coba 2 dengan sudut elevasi 30° dan dengan massa 40 gram
Dik : x =117 cm =11,7 m
θ = 30°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :
√
2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2 ∝ sin 2 ∝
15
√ √
v 0= 1 , 17 ∙10 = 1 , 17 ∙10
sin 2 ∝ sin 2 30 °
v 0=
√ 11, 7 ∙ 10
2 ∙ sin 30° ∙ cos 30 °
√
11, 7
v 0= 1 1
2 ∙ ∙ √3
2 2
√
11 ,7
v 0= 1
√3
2
√
v 0= 11, 7
0 ,86
v 0= √ 13 , 6
v 0 = 3,6 m/s
3) Uji coba 3 dengan sudut elevasi 45° dan dengan massa 20 gram
Dik : x = 283 cm = 2,83 m
θ = 45°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :
√
2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝
√ √
v 0= 2 , 83 ∙10 = 2 ,83 ∙ 10
sin 2 ∝ sin 2 45 °
v 0=
√ 2 , 83 ∙10
2 ∙ sin 45 ° ∙ cos 45 °
√
2, 83
v 0= 1 1
2 ∙ ∙ √2
2 2
√
28 , 3
v 0= 1
√2
2
√
v 0= 28 ,3
0 ,98
v 0= √ 25 , 81
v 0 = 5,08 m/s
4) Uji coba 4 dengan sudut elevasi 45° dan dengan massa 40 gram
Dik : x =116 cm =11,6 m
16
θ = 45°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :
√
2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝
√ √
v 0= 1 , 16 ∙10 = 1 ,16 ∙ 10
sin 2 ∝ sin 2 45 °
v 0=
√ 1 , 16 ∙10
2 ∙ sin 45 ° ∙ cos 45 °
√
11, 6
v 0= 1 1
2 ∙ ∙ √2
2 2
√
11 ,6
v 0= 1
√2
2
√
v 0= 11, 6
0 ,98
v 0= √ 11, 83
v 0 = 3,43 m/s
5) Uji coba 5 dengan sudut elevasi 60° dan dengan massa 20 gram
Dik : x = 204 cm = 2,04 m
θ = 60°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :
√
2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝
√ √
v 0= 2 , 04 ∙ 10 = 2 , 04 ∙ 10
sin2 ∝ sin2 60 °
v 0=
√ 2 ,04 ∙10
2 ∙ sin 60° ∙ cos 60 °
√
20 , 4
v 0= 1 1
2 ∙ √3 ∙
2 2
√
20 , 4
v 0= 1
2 ∙ 0 , 86 ∙
2
17
√
v 0= 20 , 4
0 , 86
v 0= √ 23 ,74
v 0 = 4,86 m/s
6) Uji coba 6 dengan sudut elevasi 60° dan dengan massa 40 gram
Dik : x = 92 cm = 0,92 m
θ = 60°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :
√
2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝
√ √
v 0= 0 ,92 ∙ 10 = 0 ,92 ∙ 10
sin 2 ∝ sin 2 60 °
v 0=
√ 0 , 92 ∙10
2 ∙ sin 60° ∙ cos 60 °
√
9,2
v 0= 1 1
2 ∙ √3 ∙
2 2
√
9 ,2
v 0= 1
2 ∙ 0 , 86 ∙
2
√
v 0= 9 , 2
0 ,86
v 0= √ 10 , 69
v 0 = 3,26 m/s
Setelah dilakukan percobaan sebanyak 6 kali percobaan dengan sudut elevasi serta
18
b. Hasil analisis percobaan pada sumbu y
1) Percobaan 1 dengan sudut elevasi 30° dengan uji coba sebanyak 5 kali
1 2
a) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 33∙ sin 30 °− ∙ 10∙ 0 , 33
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 33∙ ∙10 ∙ 0,1089
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0,165 ∙1,089
2
0,78 = v 0 ∙ 0,165−0,5445
0,78 + 0,5445 = v 0 ∙ 0,165
1,3245 = v 0 ∙ 0,165
1,3245
v0 = = 8,027 m/s
0,165
1 2
b) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 30∙ sin 30 °− ∙ 10∙ 0 , 30
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 30∙ ∙10 ∙ 0 , 09
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 15 ∙0,9
2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 15−0 , 45
0,78 + 0,45 = v 0 ∙ 0 , 15
1,23 = v 0 ∙ 0 , 15
1 ,23
v0 = = 8,7 m/s
0 ,15
1 2
c) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 36 ∙sin 30 °− ∙ 10∙ 0 , 36
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 36 ∙ ∙10 ∙ 0,1296
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 18 ∙ 1,296
2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 18−0,648
0,78 + 0,648 = v 0 ∙ 0 , 18
1,428 = v 0 ∙ 0 , 18
1,428
v0 = = 7,93 m/s
0 ,16
19
1 2
d) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 44 ∙ sin 30 °− ∙10 ∙ 0 , 44
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 44 ∙ ∙10 ∙ 0,1936
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 22 ∙ 1,936
2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 22−0,9815
0,78 + 0,9815 = v 0 ∙ 0 , 22
1,7615 = v 0 ∙ 0 , 22
1,7615
v0 = = 8,006 m/s
0 , 22
1 2
e) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 21∙ sin 30 °− ∙10 ∙ 0 , 21
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 21∙ ∙10 ∙ 0,0441
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0,0105 ∙0,441
2
0,78 = v 0 ∙ 0,0105−0,2205
0,78 + 0,2205 = v 0 ∙ 0,0105
1,0005 = v 0 ∙ 0,0105
1,0005
v0 = = 9,528 m/s
0,0105
2) Percobaan 2 dengan sudut elevasi 45° dengan uji coba sebanyak 5 kali
percobaan serta dengan selang waktu yang berbeda.
1 2
a) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ sin 45 °− ∙ 10∙ 0 , 46
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ √ 2− ∙ 10 ∙ 0,2116
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ 0 ,70 ∙ 2,116
2
0,9 = v 0 ∙ 0,322−1,058
0,9 + 1,058 = v 0 ∙ 0,322
1,958 = v 0 ∙ 0,322
1,958
v0 = = 6,08 m/s
0,322
1 2
b) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
20
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ sin 45 °− ∙ 10∙ 0 , 46
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ √2− ∙ 10 ∙ 0,2116
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ 0 ,70 ∙ 2,116
2
0,9 = v 0 ∙ 0,322−1,058
0,9 + 1,058 = v 0 ∙ 0,322
1,958 = v 0 ∙ 0,322
1,958
v0 = = 6,08 m/s
0,322
1 2
c) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 47 ∙ sin 45 °− ∙ 10∙ 0 , 47
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 47 ∙ √ 2− ∙ 10 ∙ 0,2209
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 47 ∙ 0 ,70 ∙ 2,209
2
0,9 = v 0 ∙ 0,329−1,045
0,9 + 1,045 = v 0 ∙ 0,329
2,0045 = v 0 ∙ 0,329
2,0045
v0 = = 6,09 m/s
0,329
1 2
d) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 42 ∙sin 45° − ∙10 ∙ 0 , 42
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 42 ∙ √ 2− ∙ 10∙ 0,1764
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 42 ∙0 , 70 ∙1,764
2
0,9 = v 0 ∙ 0,294−0,882
0,9 + 0,882 = v 0 ∙ 0,294
1,782 = v 0 ∙ 0,294
1,782
v0 = = 6,06 m/s
0,294
1 2
e) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 26 ∙sin 45° − ∙10 ∙ 0 ,26
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 26 ∙ √ 2− ∙ 10∙ 0,0676
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 26 ∙0 , 70 ∙0,676
2
0,9 = v 0 ∙ 0,182−0,338
21
0,9 + 0,338 = v 0 ∙ 0,182
1,238 = v 0 ∙ 0,182
1,238
v0 = = 6,80 m/s
0,182
3) Percobaan 3 dengan sudut elevasi 60° dengan uji coba sebanyak 5 kali
percobaan serta dengan selang waktu yang berbeda.
1 2
a) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 66 ∙sin 60 °− ∙ 10 ∙0 , 66
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 66 ∙ √ 3− ∙ 10 ∙0,4356
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 66 ∙0 , 86 ∙ 4,356
2
1,26 = v 0 ∙ 0,5676−2,178
1,26 + 2,178 = v 0 ∙ 0,5676
3,438 = v 0 ∙ 0,5676
3,438
v0 = = 6,05 m/s
0,5676
1 2
b) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 87 ∙sin 60 °− ∙ 10 ∙0 ,87
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 87 ∙ √ 3− ∙ 10 ∙0,7569
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 87 ∙0 ,86 ∙ 7,567
2
1,26 = v 0 ∙ 0,7482−3,7845
1,26 + 3,7845 = v 0 ∙ 0,7482
5,0445 = v 0 ∙ 0,7482
5,0445
v0 = = 6,73 m/s
0,7842
1 2
c) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 53∙ sin 60 °− ∙ 10∙ 0 , 53
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 53∙ √ 3− ∙ 10∙ 0,2809
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 53∙ 0 , 86 ∙2,809
2
1,26 = v 0 ∙ 0,4558−0,4045
1,26 + 0,4045 = v 0 ∙ 0,4558
1,6645 = v 0 ∙ 0,4558
22
1,6645
v0 = = 3,65 m/s
0,4558
1 2
d) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 54 ∙sin 60 °− ∙ 10 ∙ 0 ,54
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 54 ∙ √ 3− ∙ 10 ∙ 0,2916
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 54 ∙ 0 ,86 ∙ 2,916
2
1,26 = v 0 ∙ 0,4644−1,458
1,26 + 1,458 = v 0 ∙ 0,4644
2,718 = v 0 ∙ 0,4644
2,718
v0 = = 5,85m/s
0,4644
1 2
e) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 23∙ sin 60 °− ∙ 10∙ 0 , 23
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 23∙ √ 3− ∙ 10∙ 0,0529
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 23∙ 0 , 86 ∙ 0,529
2
1,26 = v 0 ∙ 0,1978−0,2645
1,26 + 0,2645 = v 0 ∙ 0,1978
1,5245 = v 0 ∙ 0,1978
1,5245
v0 = = 7,70 m/s
0,1978
23
12 60° 1,26 m 0,87 s 10 m/s 6,73 m/s
13 60° 1,26 m 0,53 s 10 m/s 3,65 m/s
14 60° 1,26 m 0,54 s 10 m/s 5,85 m/s
15 60° 1,26 m 0,23 s 10 m/s 7,70 m/s
Dari kedua tabel data tersebut baik pada percobaan x dan y didapat, pada
percobaan x, 1 dan 2 dengan sudut elevasi yang sama yaitu 30 ° serta dengan
massa yang berbeda yaitu 20 gram dan 40 gram menghasilkan kecepatan yang
berbeda yaitu, pada massa 20 gram menghasilkan kecepatan sebesar 4,5 m/s,
sedangkan pada massa 40 gram menghasilkan kecepatan 3,6 m/s. Pada percoban 3
dan 4 mempunyai sudut elevasi yang sama yaitu 45 ° serta dengan massa yang
berbeda menghasilkan kecepatan 5,08 m/s untuk massa benda 20 gram dan 3,43
m/s dengan massa 40 gram. Pada percobaan terakhir yaitu 5 dan 6 dengan sudut
elevasi yang sama yaitu 60° menghasilkan kecepatan yang berbeda yaitu 4,86
untuk massa benda 20 gram dan 3,26 m/s untuk massa benda 40 gram.
sudut elevasi 30° , 45° , serta 60° dengan masing-masing percobaan di ulang
kecepatan awal yang berbeda serta selang waktu yang berbeda. Semakin kecil
sudut elevasi maka selang waktu akan semakin cepat dan kecepatan awal akan
semakin besar, hal tersebut dibuktikan pada percobaan ke5 dengan sudut elevasi
30° dengan selang waktu tercepat yaitu 0,21 s menghasilkan kecepatan awal 9,528
m/s.
waktu, serta sudut elevasi dapat mempengaruhi kecepatan awal benda. Maka,
hasil percobaan ini sesuai dengan teori gerak parabola, yaitu semakin besar
24
F. Kelebihan dan Kekurangan Alat
a) Kelebihan
sekitar.
b) Kekurangan
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerak parabola ada gerak dimana lintasannya tidak bergerak lurus tapi
membentuk parabola. Hal ini terjadi karena adanya perpaduan antara gerak lurus
beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Pada gerak parabola
awal benda, sudut elevasi, percepatan gravitasi serta massa benda. Semakin besar
kecepatan awal benda maka semakin jauh jangkauan benda tersebut. Begitu juga
sebaliknya, semakin kecil kecepatan awal benda maka semakin dekat jangkauan
benda tersebut.
Dari kedua benda tersebut, benda dengan massa 20 gram memiliki kecepatan
awal yang paling besar yaitu 5,08 m/s dengan jangkauan terjauh yaitu 2,83 m dan
dengan sudut elevasi 45° . Sedangkan benda yang memiliki kecepatan awal paling
kecil yaitu 3,26 m/s dengan benda bermassa 60 gram serta sudut elevasi sebesar
B. Saran
dengan teliti dan pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya serta sebagai seorang
26
DAFTAR PUSTAKA
Tipler A. Paul, 1998, FISIKA UNTUK SAINS DAN TEKNIK, Erlangga, Jakarta
27