Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KOLOKIUM FISIKA

G-PARIS (GERAK PARABOLA FISIKA)

Disusun Oleh:
1. NIRA MAULIA SEFFI NPM 4120005
2. WENI ULAN DARI NPM 4120007
3. ILMA INDRIANI NPM 4120006
4. DIAN INDAH MILASARI NPM 4120010
5. SEFTI NUR AINI NPM 4120011
6. FERA NUR SAKINAH NPM 4120019

DOSEN PEMBIMBING:
PEMBIMBING 1 : AHMAD AMIN, M.Si.
PEMBIMBING 2 : YASPIN YOLANDA, M.Pd.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2023/2024
HALAMAN PERSETUJUAN
MAKALAH KOLOKIUM FISIKA
G-PARIS (GERAK PARABOLA FISIKA)

Disusun Oleh :
1. NIRA MAULIA SEFFI NPM 4120005
2. WENI ULAN DARI NPM 4120007
3. ILMA INDRIANI NPM 4120006
4. DIAN INDAH MILASARI NPM 4120010
5. SEFTY NUR AINI NPM 4120011
6. FERA NUR SAKINAH NPM 4120019

Lubuklinggau, 07 Desember 2023


DOSEN PENGUJI
Ahmad Amin, M.Si.
(Penguji)
Yaspin Yolanda, M.Pd,Si.
(Penguji)
Endang Lovisia, M.Pd,Si.
(Penguji)
Wahyu Arini, M.Pd,Si.
(Penguji)
Ovilia P.U. Gumay, M.Pd.Si.
(Penguji)
Dr. Sulistiyono, M.Pd.
( Penguji)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Tri Ariani, M.Pd,Si.


NIDN. 0228118901
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH KOLOKIUM FISIKA
G-PARIS (GERAK PARABOLA FISIKA)

Disusun Oleh :
1. NIRA MAULIA SEFFI NPM 4120005
2. WENI ULAN DARI NPM 4120007
3. ILMA INDRIANI NPM 4120006
4. DIAN INDAH MILASARI NPM 4120010
5. SEFTY NUR AINI NPM 4120011
6. FERA NUR SAKINAH NPM 4120019
Lubuklinggau, 07 Desember 2023
DOSEN PEMBIMBING 1, DOSEN PEMBIMBING 2,

AHMAD AMIN, M.Si. YASPIN YOLANDA, M.Pd,Si.


NIDN.0212126901 NIDN.0222038303

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Tri Ariani, M.Pd,Si.


NIDN.0228118901

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT., shalawat seiring salam juga tak lupa kita
haturkan kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan kasih
dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuat alat
peraga sebagai media pembelajaran untuk diseminarkan dengan baik dan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Amin, M.Si. dan Bapak
Yaspin Yolanda, M.Pd.Si. sebagai dosen pembimbing mata kuliah ini yang telah
membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan juga tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada teman - teman yang telah membantu kami dalam penyelesaian laporan
ini.

Kami mengharapkan dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu mahasiswa


dalam memahami segala sesuatu tentang alat peraga gerak parabola. Kami menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Lubuklinggau, 30 November 2023

Kelompok G-PARIS

iv
DAFTAR ISI

MAKALAH KOLOKIUM FISIKA G-PARIS (GERAK PARABOLA FISIKA).....................i


HALAMAN PERSETUJUAN MAKALAH KOLOKIUM FISIKA G-PARIS (GERAK
PARABOLA FISIKA)...............................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN MAKALAH KOLOKIUM FISIKA G-PARIS (GERAK
PARABOLA FISIKA)..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL....................................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah....................................................................................................2
C. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
D. Tujuan..........................................................................................................................2
E. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. Landasan Teori............................................................................................................4
1. Gerak Parabola.........................................................................................................4
A. Perancangan Alat Peraga G-PARIS............................................................................9
2. Penyusunan Konsep Perancangan...........................................................................9
3. Estimasi Alat dan Bahan.........................................................................................9
4. Cara Pembuatan Alat.............................................................................................11
5. Prosedur Penggunaan Alat.....................................................................................12
C. Prinsip Kerja Alat...........................................................................................................13
D. Hasil Uji Coba Alat Peraga.............................................................................................13
E. Analisis Data Hasil Uji Percobaan..................................................................................14
F. Kelebihan dan Kekurangan Alat...................................................................................23
BAB III PENUTUP..................................................................................................................24
A. Kesimpulan................................................................................................................24
B. Saran..........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

v
DAFTAR GAMBAR

vi
DAFTAR TABEL

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari - hari di lingkungan sering kali kita dapatkan fenomena yang

sering kita anggap biasa - biasa saja. Namun sebagai orang fisika kita selalu berpikir bahwa

hal itu tidaklah terjadi begitu saja dan hal itu terjadi karena adanya faktor-faktor yang

mengganggu keseimbangan dari sebuah benda atau zat, salah satu contoh fenomena yang

dapat dengan mudah kita dapatkan adalah peristiwa gerak parabola.

Gerak parabola yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan

perpaduan gerak lurus beraturan dalam arah horizontal dengan gerak lurus berubah beraturan

dalam arah vertikal dengan besar percepatan sama dengan percepatan gravitasi bumi. Kita

sering kali mendapati peristiwa gerak parabola dalam kehidupan sehari-hari yang tanpa kita

sadari bahwa pada peristiwa tersebut terdapat tinjauan fisika yang cukup menarik untuk

dicermati dan dipelajari, misalnya bila sebuah bola ditendang maka bola tersebut akan

membentuk sebuah lintasan di udara hingga sampai di tanah seperti lintasan parabola.

Dari permasalahan tersebut, penyusun tertarik untuk membuat sebuah alat peraga atau

alat pratikum sederhana yang berkaitan dengan materi gerak parabola. Alat peraga yang

diberi nama G-PARIS (Gerak Parabola Fisika) untuk mengukur sebuah lintasan dari parabola

dan faktor yang berpengaruh terhadap gerak parabola. Alat peraga ini bukan pertama kalinya

dibuat. Dari contoh alat yang telah ada sebelumnya, dimana dalam pengukuran gerak

parabola tersebut menggunakan alat penyedot timah untuk penembak, sedangkan pada alat

peraga G-PARIS (Gerak Parabola Fisika) ini kami melakukan inovasi, seperti menggunakan

pipa paralon yang menjadi tembakan serta kami membuat sebuah perubahan untuk alat

tersebut dengan variabel yang berbeda. Variabel tersebut berupa benda padat yang memiliki

1
massa yang berbeda. Tujuannya adalah untuk membandingkan besarnya hasil yang diperoleh

dari benda padat tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Dari asumsi diatas, untuk membuktikan bagaimana bentuk lintasan sebuah peluru yang

sebenaranya dan faktor- faktor apa saja yang berpengaruh terhadap benda yang mengalami

gerak parabola, serta seperti apa alat yang dapat digunakan untuk memberikan pengayaan

terhadap siswa?

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana teori mengenai gerak parabola?

2. Bagaimana pengembangan alat percobaan gerak parabola?

3. Bagaimana kesesuaian hasil percobaan dengan menggunakan alat peraga yang dibuat

dengan teori yang ada?

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat dibuat

tujuan dari penelitian ini:

1. Untuk mengetahui teori mengenai gerak parabola.

2. Mengetahui pengembangan alat percobaan gerak parabola

3. Mengetahui kesesuaian hasil percobaan dengan menggunakan alat peraga yang dibuat

dengan teori yang ada

E. Manfaat

Adapun manfaat dari alat peraga tersebut adalah:

1. Dapat digunakan sebagai alat peraga untuk menjelaskan materi gerak parabola

2. Dapat mengembangkan alat percobaan gerak parabola

2
3. Dapat mengetahui kesesuaian hasil percobaan dengan menggunakan alat peraga yang

dibuat dengan teori yang ada.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Gerak Parabola

Terapan yang menarik dari gerakan dalam dua dimensi adalah gerak

proyektil, yaitu sebuah benda yang diluncurkan ke udara dan kemudian dibiarkan

bergerak secara bebas. Gerakan proyektil dipersulit oleh hambatan udara, gerak

bumi, dan variasi percepatan karena gravitasi. Untuk mudahnya kita akan abaikan

kerumitan ini. Maka, proyektil kita anggap saja mempunyai percepatan konstan

yang berarah vertikal ke bawah dengan besar g = 9,81 m/s 2 = 32,2 ft/s2. Dalam

gerakan proyektil, komponen horizontal dan vertikal gerakan ini adalah saling

bebas. Sebagai contoh, perhatikan bola yang dilempar dari kereta yang sedang

bergerak secara horizontal dengan kecepatan konstan. Jika bola dilempar lurus ke

atas relatif terhadap terhadap kereta, maka bola bergerak ke titik yang paling

tinggi, yang bergantung pada kecepatan vertikal awalnya, dan kemudian kembali.

Gerak ini tak ada sangkut pautnya dengan horizontal bola relatif terhadap tanah.

Gerak ini adalah gerak dengan kecepatan konstan, kecepatan kereta. Gerak ini tak

punya sangkut paut dengan gerak vertikal bola. Relatif terhadap tanah, bola

mengikuti jejak parabola. Yang merupakan karakteristik gerak proyektil.

V0y

V0x x

Gambar 1.

4
Perhatikan sebuah partikel yang diluncurkan dengan suatu kecepatan awal

yang mempunyai komponen vertikal dan horizontal relatif terhadap titik asal yang

tetap. Jika kita ambil sumbu vertikal y dengan arah positif ke atas dan sumbu

horizontal x dengan arah positif searah komponen horizontal awal kecepatan

proyektil, maka kecepatan proyektil :

ay = -g dan ax = 0

Misalkan kita luncurkan sebuah proyektil dari titik asal dengan kelajuan awal v 0

dengan sudut θ terhadap sumbu horizontal (gambar a). Jadi, kecepatan awal

mempunyai komponen

v0x = v0 cos θ

v0x = v0 sin θ

Karena tidak ada percepatan horizontal, komponen x kecepatan adalah konstan:


v x =v 0 x Gerakan proyektil

Komponen y berubah dengan waktu sesuai dengan

v y =v 0 y −gt Gerakan proyektil

Komponen perpindahan proyektil adalah

Δx=v 0 x t

1
Δy=v 0 y− gt 2
2

Persamaan umum untuk lintasan y(x) dapat diperoleh dari persamaan di

atas dengan mengeliminasi variable t antara kedua persamaan ini. Dengan

memilih x0 = y0 = 0 dan dengan menggunakan t = x/v0x pada y. kita dapat :

5
y = v0y (x/v0x) – ½ (x/v0x)
atau
y = (v0y/v0x)x – ½ (g/v20x)x2

Persamaan ini berbentuk y = ax + bx 2, yang merupakan persamaan parabola yang

melalui titik asal. Gambar berikut (gambar b) menunjukkan lintasan sebuah

proyektil dengan vector kecepatan dan komponen- komponennya yang

ditunjukkan pada beberapa titik.

y
V
V
V0y
Vy i
V0 Vy
V0y
j j
j V
Vy i
i

V0y i Vy j x
R

Gambar 2

Lintasan sebuah proyek dengan vector dengan vector kecepatan dan

komponen- komponen tegaknya ditunjukkan pada beberapa titik. Jarak horizontal

yang ditempuh adalah jangkauan R.

Untuk kasus istimewa dimana ketinggian awal dan akhir sama, kita dapat

menurunkan rumus umum untuk jangkauan proyektil dinyatakan dalam kelajuan

awal dan sudut lemparan. Waktu yang dibutuhkan proyektil untuk mencapai

ketinggian maksimumnya didapat dengan mengambil komponen vertikal

kecepatannya sama dengan nol :

vy= -gt = 0
atau
t = v0y/g

6
Maka, jangkauan R adalah jarak yang ditempuh dalam dua kali waktu ini :

2 v 0 x ( v 0 y /g ) (2 v 0 x v 0 y )/g
R= =
v y =−gt=0
Atau
v0 y
t=
g

Maka, jangkauan R adalah jarak yang ditempuh dalam dua kali waktu ini :

R=2 v 0 x [ ]
v0 y 2 v0 x v0 y
g
=
g
Rumus ini dapat disederhanakan lebih lanjut dengan menggunakan

kesamaan trigonometri untuk sinus dua kali sudut :

sin 2θ = 2 sin θ cos θ


Karena itu didapatkan

v
02
R= sin 2 θ
g

Karena nilai maksimum sin 2θ adalah 1 ketika 2θ = 90o atau θ = 45 o , jankauan


v
02
o
maksimum sama dengan g ketika θ = 45 .
Persamaan jarak diatas berguna untuk soal proyektil bila ketinggiaan awal

dan akhir sama. Yang lebih penting dari persamaan ini dapat kita dapat

mempelajari tentang kebergantungan jangkauan pada sudut lemparan awal,

sebagai contoh bahwa jangkaun adalah maksimum jika sudut lemparan adalah

45o.

Kita lihat bahwa jarak horizontal yang ditempuh adalah hasil kali

komponen horizontal kecepatan awal


v 0 x dengan proyektil berada di udara, yang

selanjutnya akan sebanding dengan


v 0 y . Jangkauan maksimum terjadi bila

7
horizontal dan vertikal sama, yang berarti bahwa sudut lemparan adalah 45 o.

Dalam beberapa terapan praktis, pertimbangan lain juga penting. Sabgai contoh,

pada tolak peluru, ketinggian awal dan akhir tidak sama karena karena bola

dilemparkan dari ketinggian sekita 2 m dari tanah., dimana bola mendarat.

Ketinggian awal ekstra bertambah waktu peluru berada di udara. Dalam hal ini

jangkauan adalah maksimum ketika


v 0 x lebih besar sedikit daripada v 0 y , artinya

bila sidut lemparan agak lebih kecil dari 45o.

Gambar berikut menunjukkan studi tentang hasil terbaik pelemparan

peluru menunjukkan bahwa jangkauan maksimum terjadiu dengan sudut lemparan

sekitaar 42o. Dengan peluru arteleri, hambatan udara harus ikut diperhitungkan

untuk memperkirakanjangkauan secara tepat. Hambatan udara mengurangi

jangkauan untuk suatu sudut lemparan tertentu. Hambatan ini menurunkansudut

lemparan optimum.

Jika ketinggian
awal dan akhir
Lintasan sama, lintasan
45o 45o akan
mempunyai
jangkauan yang
Ketinggian
awal
Lintasan Ketinggian
parabola yang akhir
lebih data

Menurut analisis kita tentang gerakan proyektil,sebuah benda yang

dijatuhkan dari ketinggian h diatas tanah akan menumbuk tanah dalam waktu

yang sama seperti benda yang dilemparkan secara horizontal dari ketinggian yang

8
sama. Dalam tiap kasus, jarak tiap jatuh benda diberikan oleh y=1 /2 gt 2 (dengan

mengukur y ke bawah dari ketinggian awal). Kenyataan yang luar biasa ini dapat

ditunjukkan dengan mudah . Hal ini pertama kali diulas selama zaman

kebangunan kembali oleh “Renaisance” Gaalileo (1564-1642), orang pertama

yang memberikan gambaran gerakan proyektil secara modern dan kuantitatif

seperti yang telah kita bahas.

B. Perancangan Alat Peraga G-PARIS

2. Penyusunan Konsep Perancangan

Perancangan awal dari pembuatan alat ini yaitu merancang sebuah alat

menggunakan konsep fisika dengan mengumpulkan banyak sumber yang bisa

menginspirasi dalam pembuatan alat. Sumber yang dimaksud berasal dari buku

maupun jurnal yang telah dipatenkan. Penyusun mendapat ide yaitu membuat alat

peraga dengan konsep gerak parabola. Alat ini secara sederhana dan dapat

dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Alat ini ditujukan kepada para

pendidik untuk media pembelajaran sebagai alat pratikum materi gerak parabola

dengan mendapatkan data. Data yang didapatkan akan diolah menjadi suatu

perhitungan yang menggunakan konsep gerak parabola.

3. Estimasi Alat dan Bahan

Pada tahap ini diperlukan alat dan bahan untuk pembuatan alat peraga

pemuaian panjang. Adapun alat dan bahan yang digunakan seperti yang terdapat

pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Alat dan Bahan


No Alat dan Gambar Jumlah Fungsi
Bahan
1. Papan 1 buah Untuk penyanggah
Penyangga 1
Meter

9
2. Pipa Paralon 1 buah Untuk pistol yang
ukuran 1 berfungsi sebagai
dengan
panjang 35
cm

3. Pipa Paralon 3 buah Untuk peluru


ukuran ½
dengan
panjang 5 cm

4. Kayu dengan 2 buah Untuk tempat


panjang 40 pistol ditempatkan
cm dan tempat
Dan kayu 1 buah meletakkan busur
dengan
panjang 35
cm
5. Busur 180° 1 buah Untuk mengukur
titik sudut

10
6. Meteran 1 buah Untuk mengukur
jarak

7. Baut dan 5 buah Untuk


Kunci 10 baut menggabungkan
dan 1 beberapa
buah komponen dari
kunci kayu agar menjadi
10 satu alat

8. Peluru
3 buah Sebagai alat
peluru peluru tembakan.
20 g
dan 2
buah
peluru
40 g

4. Cara Pembuatan Alat

Hasil pembuatan alat terdapat pada gambar dan tahap pembuatan alat sebagai

berikut:

 Siapkan alat dan bahan

 Potong kayu sepanjang 35 cm sebagai alas pistol dan tempelkan paralon

yang sudah kita ukur sebelumnya menggunakan lem

 Lubangkan pipa paralon yang akan digunakan untuk pistol dengan ukuran

3 cm, lalu masukkanlah satu buah per dan 1 buah batu yang dilubangkan

dan digunakan sebagai bantalan untuk peluru dan pelatuk.

11
 Lalu potong busur derajat menjadi 90° , kemudian tempel pada salah satu

kayu berukuran 45 cm.

 Sambungkanlah potongan kayu yang berukuran 45 cm dua buah dan satu

buah kayu yang sudah ditempelkan pistol menggunakan mur atau baut

pada kedua sisinya, pasangkanlah balok berukuran 3 cm sebagai penutup

pada kayu yang berukuran 35 cm.

 Pasang pengatur sudut untuk mengukur sudut dan menahan agar lebih

kokoh dan dipasang pada bagian yang terdapat baut.

 Lalu pasanglah alat yang sudah dibuat ke alat penyanggah berupa kayu

berukuran 1 meter dan terakhir pasang menggunakan baut.

 Alat gerak parabola pun siap digunakan

5. Prosedur Penggunaan Alat

a. Siapkan alat dan bahan untuk pratikum gerak parabola

b. Aktifkan penembak/pelontar

c. Aturlah sudut elevasi

d. Aturlah pengukuran menggunakan meteran

e. Taruh peluru yang sudah dibuat kedalam pistol penembak, posisikan pada

titik 0 pada meteran agar perhitungan tersebut lebih akurat

12
f. Lalu tekan tombol pelontar dan siap amati posisi jatuhnya peluru.

g. Ulangi percobaan selama 3 kali serta dengan menggunakan sudut elevasi

yang berbeda yaitu 30° , 45° dan 60° .

h. Hitunglah kecepatan awal pada gerak benda tersebut (V0)


2
v 0 sin 2∝
Xmax =
g
dengan
vo = kecepatan awal (m/s)
∝ = sudut elevasi (° )
x = kedudukan pada sumbu x (m)
g = percepatan pada gravitasi (m/s2)

C. Prinsip Kerja Alat

Alat peraga gerak parabola ini menggunakan prinsip kerja gerak gerakan

perpaduan antara gerak vertikal dan gerak horizontal yang bergerak secara

harmonis sehingga membentuk suatu lintasan yang berbentuk melengkung. Cara

kerja alat ini, yaitu dengan melepaskan pelontar yang berisi peluru dengan sudut

elevasi tertentu untuk melihat sejauh mana peluru tersebut terlontar.

Alat peraga gerak parabola ini adalah menguji kecepatan awal peluru

dengan sudut yang berbeda, sehingga terlihat perbandingan hasilnya.

D. Hasil Uji Coba Alat Peraga

Dari hasil uji coba alat yang dilakukan oleh kelompoik kami sebanyak 6

kali percobaan pada sudut elevasi 30° , 45° dan 60° dengan sumbu x serta 5 kali

percobaan pada sumbu y dengan sudut eleveasi yang sama. Adapun data yang

diperoleh seperti dibawah ini:

a. Percobaan Pada Sumbu x

1. Uji Coba dengan sudut elevasi 30°

13
x m g
240 cm 20 gram 10 m/s2
117 cm 40 gram 10 m/s2

2. Uji Coba dengan sudut 45°


x m g
283 cm 20 gram 10 m/s2
114 cm 40 gram 10 /s2
3. Uji Coba dengan sudut 60°
x m g
224 cm 20 gram 10 m/s2
92 cm 40 gram 10 m/s2

b. Percobaan Pada Sumbu y


Tabel 2.2 Percobaan Pada Sumbu y
Titik Acuan ∝ t v0
(hy)
t 1 = 0,33 v 01 = 8,027
t 2 = 0,30 v 02 = 8,2
t 3 = 0,36 v 03 = 7,93
120 cm 30° t 4 = 0,44 v 04 = 8,006
t 5 = 0,21 v 05 = 9,528
Rata-rata: Rata-rata:
∆ t 1, 64 ∆ v 41,421
= = 0,328 = = 8,2842
x 5 x 5
m/s
t 1 = 0,46 v 01 = 6,08
t 2 = 0,46 v 02 = 6,08
t 3 = 0,47 v 03 = 6,09
t 4 = 0,42 v 04 = 6,06
120 cm t 5 = 0,26 v 05 = 1,50
45°
Rata-rata = Rata-rata:
∆ t 2 ,07 ∆ v 25 , 81
= = 0,414 = 5,162 m/s
x 5 x 5
t 1 = 0,66 v 01 = 6,05
t 2 = 0,87 v 02 = 6,73
t 3 = 0,53 v 03 = 3,65
120 cm 60° t 4 = 0,54 v 04 = 5,85
t 5 = 0,23 v 05 = 7,70
Rata-rata = Rata-rata:
∆ x 2 ,72 ∆ v 29 , 98
= = = = 5,99 m/s
x 5 x 5
0,544

14
E. Analisis Data Hasil Uji Percobaan

a. Hasil Analisis Percobaan pada sumbu x

1) Uji Coba 1 dengan sudut elevasi 30° dengan massa 20 gram


Dik : x = 240 cm = 2,4 m

θ = 30°

g = 10 m/s2

Dit : vo?

Penyelesaian :


2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝

√ √
v 0= 2 , 4 ∙10 = 2 , 4 ∙ 10
sin 2∝ sin 2 30 °
v 0=
√ 2, 4 ∙10
2 ∙ sin 30° ∙ cos 30 °


24
v 0= 1 1
2 ∙ ∙ √3
2 2


24
v 0= 1
√3
2
v 0= √ 12 √ 3
v 0 = √ 12.1 ,7
v 0= √ 20 , 4
v 0 = 4,5 m/s

2) Uji coba 2 dengan sudut elevasi 30° dan dengan massa 40 gram
Dik : x =117 cm =11,7 m
θ = 30°
g = 10 m/s2
Dit : vo?

Penyelesaian :


2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2 ∝ sin 2 ∝

15
√ √
v 0= 1 , 17 ∙10 = 1 , 17 ∙10
sin 2 ∝ sin 2 30 °
v 0=
√ 11, 7 ∙ 10
2 ∙ sin 30° ∙ cos 30 °


11, 7
v 0= 1 1
2 ∙ ∙ √3
2 2


11 ,7
v 0= 1
√3
2


v 0= 11, 7
0 ,86
v 0= √ 13 , 6
v 0 = 3,6 m/s

3) Uji coba 3 dengan sudut elevasi 45° dan dengan massa 20 gram
Dik : x = 283 cm = 2,83 m
θ = 45°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :


2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝

√ √
v 0= 2 , 83 ∙10 = 2 ,83 ∙ 10
sin 2 ∝ sin 2 45 °
v 0=
√ 2 , 83 ∙10
2 ∙ sin 45 ° ∙ cos 45 °


2, 83
v 0= 1 1
2 ∙ ∙ √2
2 2


28 , 3
v 0= 1
√2
2


v 0= 28 ,3
0 ,98
v 0= √ 25 , 81
v 0 = 5,08 m/s

4) Uji coba 4 dengan sudut elevasi 45° dan dengan massa 40 gram
Dik : x =116 cm =11,6 m

16
θ = 45°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :


2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝

√ √
v 0= 1 , 16 ∙10 = 1 ,16 ∙ 10
sin 2 ∝ sin 2 45 °
v 0=
√ 1 , 16 ∙10
2 ∙ sin 45 ° ∙ cos 45 °


11, 6
v 0= 1 1
2 ∙ ∙ √2
2 2


11 ,6
v 0= 1
√2
2


v 0= 11, 6
0 ,98
v 0= √ 11, 83
v 0 = 3,43 m/s

5) Uji coba 5 dengan sudut elevasi 60° dan dengan massa 20 gram
Dik : x = 204 cm = 2,04 m
θ = 60°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :


2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝

√ √
v 0= 2 , 04 ∙ 10 = 2 , 04 ∙ 10
sin2 ∝ sin2 60 °
v 0=
√ 2 ,04 ∙10
2 ∙ sin 60° ∙ cos 60 °


20 , 4
v 0= 1 1
2 ∙ √3 ∙
2 2


20 , 4
v 0= 1
2 ∙ 0 , 86 ∙
2

17

v 0= 20 , 4
0 , 86
v 0= √ 23 ,74
v 0 = 4,86 m/s

6) Uji coba 6 dengan sudut elevasi 60° dan dengan massa 40 gram
Dik : x = 92 cm = 0,92 m
θ = 60°
g = 10 m/s2
Dit : vo?
Penyelesaian :


2
v 0 sin 2∝ x xmax ∙ g
Xmax = => v 02 = max . g => v 0 =
g 2∝ sin 2 ∝

√ √
v 0= 0 ,92 ∙ 10 = 0 ,92 ∙ 10
sin 2 ∝ sin 2 60 °
v 0=
√ 0 , 92 ∙10
2 ∙ sin 60° ∙ cos 60 °


9,2
v 0= 1 1
2 ∙ √3 ∙
2 2


9 ,2
v 0= 1
2 ∙ 0 , 86 ∙
2


v 0= 9 , 2
0 ,86
v 0= √ 10 , 69
v 0 = 3,26 m/s

Setelah dilakukan percobaan sebanyak 6 kali percobaan dengan sudut elevasi serta

massa yang berbeda maka didapatkan:

Tabel 2.3. Hasil Percobaan Sumbu X


Percobaa ∝ x max m g v0
n
1 30° 2,4 m 20 gram 10 m/s 4,5 m/s
2 30° 1,17 m 40 gram 10 m/s 3,6 m/s
3 45° 2,83 m 20 gram 10 m/s 5,08 m/s
4 45° 1,16 m 40 gram 10 m/s 3,43 m/s
5 60° 2,24 m 20 gram 10 m/s 4,86 m/s
6 60° 0,92 m 40 gram 10 m/s 3,26 m/s

18
b. Hasil analisis percobaan pada sumbu y

1) Percobaan 1 dengan sudut elevasi 30° dengan uji coba sebanyak 5 kali

percobaan serta dengan waktu yang berbeda.

1 2
a) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 33∙ sin 30 °− ∙ 10∙ 0 , 33
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 33∙ ∙10 ∙ 0,1089
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0,165 ∙1,089
2
0,78 = v 0 ∙ 0,165−0,5445
0,78 + 0,5445 = v 0 ∙ 0,165
1,3245 = v 0 ∙ 0,165
1,3245
v0 = = 8,027 m/s
0,165
1 2
b) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 30∙ sin 30 °− ∙ 10∙ 0 , 30
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 30∙ ∙10 ∙ 0 , 09
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 15 ∙0,9
2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 15−0 , 45
0,78 + 0,45 = v 0 ∙ 0 , 15
1,23 = v 0 ∙ 0 , 15
1 ,23
v0 = = 8,7 m/s
0 ,15
1 2
c) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 36 ∙sin 30 °− ∙ 10∙ 0 , 36
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 36 ∙ ∙10 ∙ 0,1296
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 18 ∙ 1,296
2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 18−0,648
0,78 + 0,648 = v 0 ∙ 0 , 18
1,428 = v 0 ∙ 0 , 18
1,428
v0 = = 7,93 m/s
0 ,16

19
1 2
d) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 44 ∙ sin 30 °− ∙10 ∙ 0 , 44
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 44 ∙ ∙10 ∙ 0,1936
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 22 ∙ 1,936
2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 22−0,9815
0,78 + 0,9815 = v 0 ∙ 0 , 22
1,7615 = v 0 ∙ 0 , 22
1,7615
v0 = = 8,006 m/s
0 , 22
1 2
e) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,78 = v 0 ∙ 0 , 21∙ sin 30 °− ∙10 ∙ 0 , 21
2
1 −1
0,78 = v 0 ∙ 0 , 21∙ ∙10 ∙ 0,0441
2 2
−1
0,78 = v 0 ∙ 0,0105 ∙0,441
2
0,78 = v 0 ∙ 0,0105−0,2205
0,78 + 0,2205 = v 0 ∙ 0,0105
1,0005 = v 0 ∙ 0,0105
1,0005
v0 = = 9,528 m/s
0,0105

2) Percobaan 2 dengan sudut elevasi 45° dengan uji coba sebanyak 5 kali
percobaan serta dengan selang waktu yang berbeda.
1 2
a) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ sin 45 °− ∙ 10∙ 0 , 46
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ √ 2− ∙ 10 ∙ 0,2116
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ 0 ,70 ∙ 2,116
2
0,9 = v 0 ∙ 0,322−1,058
0,9 + 1,058 = v 0 ∙ 0,322
1,958 = v 0 ∙ 0,322
1,958
v0 = = 6,08 m/s
0,322
1 2
b) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2

20
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ sin 45 °− ∙ 10∙ 0 , 46
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ √2− ∙ 10 ∙ 0,2116
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 46 ∙ 0 ,70 ∙ 2,116
2
0,9 = v 0 ∙ 0,322−1,058
0,9 + 1,058 = v 0 ∙ 0,322
1,958 = v 0 ∙ 0,322
1,958
v0 = = 6,08 m/s
0,322
1 2
c) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 47 ∙ sin 45 °− ∙ 10∙ 0 , 47
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 47 ∙ √ 2− ∙ 10 ∙ 0,2209
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 47 ∙ 0 ,70 ∙ 2,209
2
0,9 = v 0 ∙ 0,329−1,045
0,9 + 1,045 = v 0 ∙ 0,329
2,0045 = v 0 ∙ 0,329
2,0045
v0 = = 6,09 m/s
0,329
1 2
d) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 42 ∙sin 45° − ∙10 ∙ 0 , 42
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 42 ∙ √ 2− ∙ 10∙ 0,1764
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 42 ∙0 , 70 ∙1,764
2
0,9 = v 0 ∙ 0,294−0,882
0,9 + 0,882 = v 0 ∙ 0,294
1,782 = v 0 ∙ 0,294
1,782
v0 = = 6,06 m/s
0,294
1 2
e) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
0,9 = v 0 ∙ 0 , 26 ∙sin 45° − ∙10 ∙ 0 ,26
2
1 1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 26 ∙ √ 2− ∙ 10∙ 0,0676
2 2
−1
0,9 = v 0 ∙ 0 , 26 ∙0 , 70 ∙0,676
2
0,9 = v 0 ∙ 0,182−0,338

21
0,9 + 0,338 = v 0 ∙ 0,182
1,238 = v 0 ∙ 0,182
1,238
v0 = = 6,80 m/s
0,182
3) Percobaan 3 dengan sudut elevasi 60° dengan uji coba sebanyak 5 kali
percobaan serta dengan selang waktu yang berbeda.

1 2
a) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 66 ∙sin 60 °− ∙ 10 ∙0 , 66
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 66 ∙ √ 3− ∙ 10 ∙0,4356
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 66 ∙0 , 86 ∙ 4,356
2
1,26 = v 0 ∙ 0,5676−2,178
1,26 + 2,178 = v 0 ∙ 0,5676
3,438 = v 0 ∙ 0,5676
3,438
v0 = = 6,05 m/s
0,5676
1 2
b) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 87 ∙sin 60 °− ∙ 10 ∙0 ,87
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 87 ∙ √ 3− ∙ 10 ∙0,7569
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 87 ∙0 ,86 ∙ 7,567
2
1,26 = v 0 ∙ 0,7482−3,7845
1,26 + 3,7845 = v 0 ∙ 0,7482
5,0445 = v 0 ∙ 0,7482
5,0445
v0 = = 6,73 m/s
0,7842

1 2
c) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 53∙ sin 60 °− ∙ 10∙ 0 , 53
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 53∙ √ 3− ∙ 10∙ 0,2809
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 53∙ 0 , 86 ∙2,809
2
1,26 = v 0 ∙ 0,4558−0,4045
1,26 + 0,4045 = v 0 ∙ 0,4558
1,6645 = v 0 ∙ 0,4558

22
1,6645
v0 = = 3,65 m/s
0,4558

1 2
d) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 54 ∙sin 60 °− ∙ 10 ∙ 0 ,54
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 54 ∙ √ 3− ∙ 10 ∙ 0,2916
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 54 ∙ 0 ,86 ∙ 2,916
2
1,26 = v 0 ∙ 0,4644−1,458
1,26 + 1,458 = v 0 ∙ 0,4644
2,718 = v 0 ∙ 0,4644
2,718
v0 = = 5,85m/s
0,4644
1 2
e) y = v 0 ∙ t ∙ sin α − g t
2
1 2
1,26 = v 0 ∙ 0 , 23∙ sin 60 °− ∙ 10∙ 0 , 23
2
1 1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 23∙ √ 3− ∙ 10∙ 0,0529
2 2
−1
1,26 = v 0 ∙ 0 , 23∙ 0 , 86 ∙ 0,529
2
1,26 = v 0 ∙ 0,1978−0,2645
1,26 + 0,2645 = v 0 ∙ 0,1978
1,5245 = v 0 ∙ 0,1978
1,5245
v0 = = 7,70 m/s
0,1978

Setelah dilakukan percobaan sebanyak 25 kali percobaan dengan sudut elevasi

serta selang waktu yang berbeda maka didapatkan:

Tabel 2.4. Tabel Hasil Percobaan Sumbu Y


Percobaan ∝ y T g v0
1 30° 0,78 m 0,33 s 10 m/s 8,027 m/s
2 30° 0,78 m 0,30 s 10 m/s 8,2 m/s
3 30° 0,78 m 0,36 s 10 m/s 7,93 m/s
4 30° 0,78 m 0,44 s 10 m/s 8,006 m/s
5 30° 0,78 m 0,21 s 10 m/s 9,528 m/s
6 45° 0,9 m 0,46 s 10 m/s 6,08 m/s
7 45° 0,9 m 0,46 s 10 m/s 6,08 m/s
8 45° 0,9 m 0,47 s 10 m/s 6,09 m/s
9 45° 0,9 m 0,42 s 10 m/s 6,06 m/s
10 45° 0,9 m 0,26 s 10 m/s 6,80 m/s
11 60° 1,26 m 0,66 s 10 m/s 6,05 m/s

23
12 60° 1,26 m 0,87 s 10 m/s 6,73 m/s
13 60° 1,26 m 0,53 s 10 m/s 3,65 m/s
14 60° 1,26 m 0,54 s 10 m/s 5,85 m/s
15 60° 1,26 m 0,23 s 10 m/s 7,70 m/s

Dari kedua tabel data tersebut baik pada percobaan x dan y didapat, pada

percobaan x, 1 dan 2 dengan sudut elevasi yang sama yaitu 30 ° serta dengan

massa yang berbeda yaitu 20 gram dan 40 gram menghasilkan kecepatan yang

berbeda yaitu, pada massa 20 gram menghasilkan kecepatan sebesar 4,5 m/s,

sedangkan pada massa 40 gram menghasilkan kecepatan 3,6 m/s. Pada percoban 3

dan 4 mempunyai sudut elevasi yang sama yaitu 45 ° serta dengan massa yang

berbeda menghasilkan kecepatan 5,08 m/s untuk massa benda 20 gram dan 3,43

m/s dengan massa 40 gram. Pada percobaan terakhir yaitu 5 dan 6 dengan sudut

elevasi yang sama yaitu 60° menghasilkan kecepatan yang berbeda yaitu 4,86

untuk massa benda 20 gram dan 3,26 m/s untuk massa benda 40 gram.

Sedangkan pada percobaan y, yaitu pada percobaan 1, 2 dan 3 dengan

sudut elevasi 30° , 45° , serta 60° dengan masing-masing percobaan di ulang

sebanyak 5 kali percobaan sehingga didapatkan 15 kali percobaan menghasilkan

kecepatan awal yang berbeda serta selang waktu yang berbeda. Semakin kecil

sudut elevasi maka selang waktu akan semakin cepat dan kecepatan awal akan

semakin besar, hal tersebut dibuktikan pada percobaan ke5 dengan sudut elevasi

30° dengan selang waktu tercepat yaitu 0,21 s menghasilkan kecepatan awal 9,528

m/s.

Jadi dapat disimpulkan bahwa percepatan gravitasi, massa benda, selang

waktu, serta sudut elevasi dapat mempengaruhi kecepatan awal benda. Maka,

hasil percobaan ini sesuai dengan teori gerak parabola, yaitu semakin besar

kecepatan awal benda maka lintasan yang ditempuh semakin panjang.

24
F. Kelebihan dan Kekurangan Alat

a) Kelebihan

1) Bahan-bahan yang digunakan mudah diperoleh dan ada di lingkungan

sekitar.

2) Pengoperasian alat peraga tidak rumit

3) Biaya pembuatan alat peraga sederhana terjangkau

b) Kekurangan

1) Alat peraga ini

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gerak parabola ada gerak dimana lintasannya tidak bergerak lurus tapi

membentuk parabola. Hal ini terjadi karena adanya perpaduan antara gerak lurus

beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Pada gerak parabola

yang mempengaruhi jauhnya jangkauan benda pada sumbu x adalah kecepatan

awal benda, sudut elevasi, percepatan gravitasi serta massa benda. Semakin besar

kecepatan awal benda maka semakin jauh jangkauan benda tersebut. Begitu juga

sebaliknya, semakin kecil kecepatan awal benda maka semakin dekat jangkauan

benda tersebut.

Dari kedua benda tersebut, benda dengan massa 20 gram memiliki kecepatan

awal yang paling besar yaitu 5,08 m/s dengan jangkauan terjauh yaitu 2,83 m dan

dengan sudut elevasi 45° . Sedangkan benda yang memiliki kecepatan awal paling

kecil yaitu 3,26 m/s dengan benda bermassa 60 gram serta sudut elevasi sebesar

60° menghasilkan jangkauan 0,92 m.

B. Saran

Untuk mencapai pratikum yang baik dan memuaskan, lakukanlah percobaan

dengan teliti dan pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya serta sebagai seorang

calon guru harus lebih inovatif dalam proses pembelajaran.

26
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli C. Douglas, 1998, FISIKA Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Marcelo A & J. Finn Edwar, 1994, DASAR-DASAR FISIKA UNIVERSITAS jilid


1, Erlangga, Jakarta

Tipler A. Paul, 1998, FISIKA UNTUK SAINS DAN TEKNIK, Erlangga, Jakarta

Young & Hugh F, 2002, FISIKA UNIVERSITAS, Eralngga, Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai