Anda di halaman 1dari 4

BUDIDAYA MAGOT BSF (Black Soldier Fly)

A. Pengertian Magot BSF (Black Soldier Fly)


Maggot BSF (Black Soldier Fly) adalah larva dari jenis lalat besar berwarna
hitam yang terlihat seperti tawon. Maggot BSF merupakan bentuk dari siklus pertama
larva Black Soldier Fly yang nantinya bermetamorfosa menjadi lalat dewasa. Fase
metamorfosa magot BSF dimulai dari telur, larva, prepupa, pupa, dan lalat dewasa,
semuanya memakan waktu 38-41 hari. Lalat betina dewasa akan bertelur sekitar lima
sampai delapan hari pasca keluar dari pupa dan umumnya dapat bertelur hingga 500
butir per ekor. Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu kurang lebih 4,5 hari
(±105 jam). Larva BSF dapat diberi berbagai macam pakan, diantaranya adalah
sampah dapur, buah-buahan, sayuran, hati, limbah ikan, limbah perkotaan, limbah
manusia, dan kotoran hewan. BSF dapat menjadi serangga yang ideal dalam
memproduksi protein sehingga sangat cocok untuk dijadikan pakan ternak, seperti
unggas dan ikan. Berikut kenampakan larva, pupa, dan lalat dewasa BSF.

Gambar 1.1 Morfologi larva, pupa dan lalat dewasa Black Soldier Fly
(Mcshaffrey, dalam Fauzi, 2018: 39)

B. Kelebihan dan Manfaat Magot BSF


1. Perbaikan Lingkungan
Selama masa hidupnya maggot BSF mengkonsumsi makanan organik. Seperti
yang kita ketahui, Indonesia marak akan limbah organik, sehingga
membudidayakan maggot lalat super ini akan membantu menekan jumlah limbah
organik yang sudah lama menjadi permasalahan masyarakat dan pemerintah.
Kemampuan maggot BSF dalam memakan limbah organik sangat memukau.
Sejumlah 15 ribu larva Black Fly Soldier dapat menghabiskan sekitar 2 kg
makanan dan limbah organik hanya dalam waktu 24 jam saja.

2. Digunakan untuk Pakan Super Penuh Nutrisi


Selain dapat mereduksi jumlah limbah tidak baik di sekitar kita, larva BSF juga
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bahkan, jenis pakan ternak satu ini
semakin banyak penggemarnya. Itu lah mengapa budidaya maggot BSF semakin
kesini semakin ramai dan menguntungkan. Maggot BSF dibekali nutrisi yang
amat baik. Kandungan asam amino dan proteinnya adalah sumber nutrisi dan zat
yang dibutuhkan oleh setiap hewan ternak untuk tumbuh sehat dan kuat. Nutrisi di
atas tidak hanya baik untuk ayam, namun juga ikan, dan hewan peliharaan rumah
lainnya seperti burung, iguana, tokek, dan sebagainya. Tidak hanya asam amino
dan protein, maggot BSF juga mengandung protein sebesar 40%.

Berikut adalah keunggulan maggot BSF lainnya:


a. Tidak bau amis seperti pakan lainnya
b. Tidak jorok, mudah diambil dan disimpan
c. Mudah dicerna oleh hewan ternak
d. Murah dibeli dan hemat
e. Sangat sehat bagi hewan ternak
f. Cara budidayanya mudah dan tanpa ribet
g. Panen jelas dan teratur

C. Cara Budidaya Magot BSF dengan Metode Ember Tumpuk


Ember tumpuk merupakan alat pemroses pupuk yang dibuat dengan
menyatukan 2 buah ember yang disusun bertingkat. Ember tumpuk digunakan untuk
mengolah sampah dengan bantuan larva Hi (Hermetia illucens) pada skala rumah
tangga. Hermetia illucens dikenal juga sebagai BSF (Black Soldier Fly) atau lalat
tentara hitam. Larva Hi dapat membantu proses pengomposan aerob dan
mempercepat proses penguraian sampah organik di reaktor tumpuk. Reaktor ember
tumpuk juga memungkinkan aliran lindi terpisah dan material padat sehingga
menghasilkan pupuk cair.
Metode ember tumpuk menggunakan peralatan sederhana dan murah
diperoleh. Teknologi ini sangat mudah diaplikasikan di rumah. Ember tumpuk mampu
mengolah sampah organik menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan. Dengan
ember tumpuk, setiap orang dapat membuat pupuk organik yang murah dan
mendukung lahan pertanian yang mulai kehilangan kesuburannya.
Komponen Ember Tumpuk
1. Ember Bawah
Untuk ember bagian bawah disiapkan dengan memasang kran (kran dispenser
yang ada seal ganda dipilih agar rapat), posisi di samping bawah ember,
sekitar 5 cm di atas dasar. Tutup ember dipotong, diambil bagian tepinya saja,
digunakan sebagai penyangga ember atas. Fungsi ember bawah sebagai
penampung lindi, yang kemudian akan diolah menjadi pupuk organik cair.
2. Ember Atas
Ember atas disiapkan dengan membuat lubang-lubang kecil (diameter 5 mm)
sebanyak mungkin pada bagian bawah untuk pengatusan. Lubang kecil dibuat
sebanyak empat buah (diameter 5 mm), pada bagian samping atas ember di
bawah tutup. Fungsi lubang kecil tersebut untuk mengatur sirkulasi udara dan
tempat masuk telur atau larva muda yang baru saja menetas. Fungsi ember di
atas sebagai penampung sampah yang diolah.

Cara Kerja Ember Tumpuk


Buah (busuk) dimasukkan secara berkala ke dalam ember, apa adanya, tidak perlu
dipotong-potong atau dicuci. Ember ditutup kembagi agar rapat sehingga tidak
ada lalat yang berkerumun masuk. Dalam suasana panas dan lembab di dalam
ember, mikrobia bawaan dari buah akan cepat berkembang. Aroma senyawa
volatil yang dihasilkan akan keluar melalui lubang kecil, mengundang induk lalat
Hi untuk datang meletakkan telur. Dalam beberapa jam, telur akan menetas
menjadi larva muda dan bergerak masuk menuju material buah yang mulai
terombak. Larva Hi ditunggu sampai terlihat banyak dan aktif bekerja (dua
minggu), baru sampah yang mudah busuk lainnya (sayuran atau sisa dapur) dapat
ditambahkan. Sampah dapur dapat dimasukkan secara berkala sampai ember
penuh.
Lindi yang dihasilkan dibiarkan saja di dalam ember bawah, tunggu setelah dua
bulan baru dapat diteruskan dengan proses pematangan menjadi pupuk organik
cair (POC). Cara pematangan yaitu dengan cara kran dibuka, lindi dimasukkan ke
dalam botol bening, separuh saja, tutup dikendorkan, kemudian dijemur di terik
matahari sampai warna berubah menjadi hitam coklat dan aroma lembut di
hidung.
POC yang sudah jadi dapat dipakai dengan cara diencerkan menjadi 5%, sekitar
dua sendok makan POC ditambahkan 1 liter air. POC dapat pula disimpan dalam
drum tanpa batas kadaluarsa untuk digunakan pada musim berikutnya.
Larva Hi dan kompos, dapat dipanen secara berkala. Larva Hi (magot)
mengandung protein 40% dan lemak 30%, sangat baik dipakai sebagai pakan ikan
dan ayam. Magot dapat diberikan langsung atau ditepungkan terlebih dahulu.
Kompos yang dihasilkan dapat ditiriskan dan diayak untuk dipakai langsung.
Kompos dapat juga dipakai sebagai sumber mikroba perombak untuk
pengomposan bahan yang lain seperti kotoran kandang ternak atau dedaunan.

D. Keberlanjutan Inovasi Magot BSF


Larva BSF memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan pakan ikan air
tawar dan unggas. Dengan sedikit sentuhan teknologi, larva BSF bisa diolah menjadi
pelet yang lebih praktis dalam penggunaanya. Dengan menggunakan larva BSF dapat
menekan biaya produksi karena harga larva yang cukup murah, tetapi dari segi
kandugan gizi sangat menguntungkan karena kadungan larva BSF yang tidak kalah
dengan pelet pada umumnya.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pellet, yaitu (Kusnadi, 2014 : 5) :
a. Larva BSF yang sudah dikeringkan dan dihaluskan sebanyak 38 kg
b. Tepung kedelai sebanyak 10 kg
c. Tepung jagung sebanyak 25 kg
d. Dedak halus sebanyak 15 kg
e. Tepung tapioka sebanyak 10 kg
f. Minyak ikan sebanyak 1 kg
g. Mineral sebanyak 1 kg
h. Air secukupnya
Langkah-langkah untuk membuat pelet yaitu (Kusnadi, 2014 : 5):
a. Campurkan semua bahan baku, agar tercampur dengan rata beri air secukupnya.
b. Masukkan bahan yang telah tercampur dalam mesin pencetak pelet.
c. Keringkan dengan cara dioven atau dijemur kurang lebih 5-6 jam dengan sinar
matahari sampai kering.
d. Kemas pelet-pelet tersebut dengan menggunakan karung plastik berukuran 30 kg
agar tahan lama. Pelet terdiri dari 2 macam, yaitu pelet terapung dan pelet
tenggelam. Untuk bisa terapung dalam air, pelet dibuat ringan dengan mengatur
kadar airnya agar cukup rendah (10-15%). Untuk pelet tenggalam, pelet dibuat
dengan kadar air yang cukup tinggi (20%) (Kusnadi, 2014 : 6).

Anda mungkin juga menyukai