Anda di halaman 1dari 35

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu usaha budidaya
perikanan. Ketersediaan pakan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan, dalam usaha budidaya ikan diperlukan
pakan yang cukup untuk pertumbuhannya. Akan tetapi, harga pakan komersil yang
semakin hari semakin meningkat telah meresahkan para pelaku budidaya.
Keberhasilan usaha budidaya sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang
berkualitas.Pemanfaatan bahan pakan hingga kini belum tertanggulangi, dalam arti
kompetisi antara pangan dan pakan masih terus berlanjut terutama pakan sumber
protein, sehingga menimbulkan dilema bagi pembudidaya (Djissou et. al.,
2016).Tingginya harga bahan pakan sumber protein tentu menjadi perhatian lebih
bagi para pembudidaya karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam
kegiatan usaha budidaya yaitu 50- 70%. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan
produksi budidaya, salah satunya yaitu dengan melakukan riset untuk menghasilkan
pakan yang ekonomis dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan
(Katayane dkk, 2014).
Pengelolaan sampah merupakan salah satu tantangan yang sangat penting yang
dihadapi oleh hampir semua kota-kota di Indonesia, karena sampah dapat
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Oleh karena
itu, pemanfaatan sampah organik menjadi produk bernilai tinggi perlu dilakukan
melalui teknologi biokonversi. Biokonversi adalah sebuah proses yang mampu
mengubah bahan organik menjadi produk lain yang berguna dan memiliki nilai
tambah dengan memanfaatkan proses biologis dari mikroorganisme dan enzim.
Sekilas tidak ada yang menarik dari lalat Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara
hitam. Tubuhnya yang berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya yang
transparan mengesankan lalat ini menyerupai tawon. Beberapa hasil riset melaporkan
bahwa kandungan protein larva BSF relatif tinggi, yaitu 40 – 50% dengan kandungan
lemak berkisar 29 - 32%. Kandung nutrisi yang tinggi ini berpotensi untuk

1
dikembangkan menjadi bahan campuran formula pakan ayam atau ikan. Terlebih lagi,
media perkembangbiakan larva yang berupa bahan-bahan organik yang telah
membusuk menjadikan larva ini mudah sekali dibudidaya.
Sebagai agen biokonversi, larva BSF mampu mengurangi limbah organik hingga
56%. Dengan meletakkan telur BSF atau larva BSF maka limbah organik seperti
bungkil inti sawit (BIS), kotoran sapi, kotoran babi, kotoran ayam, limbah pasar,
limbah rumah tangga, sampah buah, sayur dan lainnya akan diurai menjadi produk-
produk yang bermanfaat bagi para petani peternak. Setidaknya ada tiga produk yang
dapat diperoleh dengan memberdayakan larva BSF sebagai agen biokonversi. Produk
pertama adalah larva atau prepupa BSF yang dapat dijadikan sebagai sumber protein
alternatif untuk pakan ternak, produk kedua adalah cairan hasil aktivitas larva yang
berfungsi sebagai pupuk cair dan yang ketiga adalah sisa limbah organik kering yang
dapat dijadikan sebagai pupuk. Hasil analisis kandungan nutrisi tepung BSF sangat
menjanjikan dan terbukti memiliki kandungan nutrisi yang mirip dengan tepung ikan.
Penggunaan tepung BSF pada campuran pakan ayam broiler hingga 100% tidak
menimbulkan efek negatif kecernaan bahan kering (57,96 – 60,42%), energi (62,03 –
64,77%) dan protein (64,59 – 75,32%), walaupun hasil yang terbaik diperoleh dari
penggunaan BSF 25% atau 11,25% dalam pakan. Penggunaan tepung larva BSF
hingga 50% juga dilaporkan mampu meningkatkan tingkat konsumsi pakan burung
puyuh dengan berat telur berkisar 9,25 – 10,12 g, termasuk meningkatkan poduksi
telur sampai 3,39%.
Penggantian tepung ikan dengan tepung larva BSF sebanyak 75% dan 100%
menghasilkan tingkat konsumsi pakan dan berat telur yang tidak berbeda nyata
dengan kelompok kontrol. Penggantian tepung ikan dengan 50% tepung BSF pada
pakan ayam pedaging mampu meningkatkan performa ayam yang siap panen dan
lebih ekonomis. Pemanfaatan lalat BSF sebagai agen biokonversi sekaligus penyedia
sumber protein alternatif memiliki beberapa keuntungan. Lalat BSF bukan
merupakan vektor penyakit, sehingga tidak menyebarkan penyakit seperti lalat
rumah Musca domestica atau lalat hijau. Menariknya, lalat ini mampu mengurangi
populasi lalat rumah M. domestica dengan cara mengeluarkan sinyal kimia

2
dilingkungan sekitarnya untuk mencegah lalat rumah bertelur didaerah tersebut.
Disamping itu, ekstrak etanol larva BSF juga bersifat antibakteri untuk bakteri gram
positif, seperti Klebsiella pneumonia, Neisseria gonorrhoeae dan Shigella sonnei,
tetapi  tidak efektif untuk bakteri gram positif, seperti Bacillus subtilis, Streptococcus
mutans dan Sarcina lutea. . Laporan lain juga menyebutkan bahwa larva BSF mampu
menurunkan populasi Salmonella spp hingga 6 log10 pada feses manusia selama 8
hari, termasuk menurunkan populasi Erechia coli O157:H7 dan Salmonella
enterica serovar Enteritidis pada kotoran unggas dan E. coli pada kotoran sapi perah.
Studi terbaru juga menunjukkan bahwa larva ini bersifat antivirus pada golongan
enterovirus dan adenovirus serta menurunkan populasi telur cacing Ascaris suum.
Melihat banyaknya keuntungan dari larva BSF, maka perlu dipikirkan teknik
budidayanya yang praktis dan aplikatif sehingga para peternak dapat
mengembangbiakan lalat ini dengan memanfaatkan limbah rumah tangga, limbah
kandang atau limbah pasar di sekitar rumahnya. Setidaknya, permasalahan sampah
organik disekitar kita dapat diselesaikan dengan agen biokonversi lalat BSF untuk
menghasilkan produk lain yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis. Secara
tidak langsung, dengan menggunakan tepung BSF maka biaya pengadaan pakan
dalam produksi ternak dapat ditekan tanpa harus mengurangi kualitas dan kuantitas
atau performa produk ternak.

3
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Teknologi budidaya maggot Black Soldier Fly (Hermetia
illucens) yaitu:
1. Untuk mengolah sampah organik menjadi sebuah produk yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dengan menggunakan Larva Black Soldier Fly (Hermetia
illucens)

1.3. Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dari Praktikum Teknologi budidaya maggot Black Soldier Fly
(Hermetia illucens) yaitu:
1. Dapat mereduksi timbunan sampah organik dengan cepat.
2. Menghasilkan produk yang bernilai tinggi berupa kompos dan biomassa larva yang
memiliki kandungan nutrisi tinggi.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi BSF (Larva Black Soldier Fly)


Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur black soldier fly yang
mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa
yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa (Silmina et al., 2011).
Menurut Rahmawati et al, (2010) klasifikasi maggot sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Stratiomydae
Subfamily : Hermetiinae
Genus : Hermetia
Species : Hermetia Illucens

Lalat tentara hitam (Hermetia illucens) adalah salah satu jenis lalat yang banyak
ditemukan di tempat-tempat yang terdapat sampah organik.Larva ini memanfaatkan
limbah tersebut sebagai sumber makanannya. Kemampuan larva dalam memakan
sampah organik karena dalam ususnya terdapat bakteri selulolitik yang menghasilkan
enzim selulase yang berperan dalam hidrolisis selulosa.Pemanfaatan sampah organik
ini secara tidak langsung membantu mengurangi sampah tersebut sehingga berperan
dalam penanganan limbah organik. Adapun klasifikasi dari Lalat tentara hitam yang
ditinjau dari klasifikasi ilmiahnya yaitu merupakan Kingdom Animalia, Filum
Arthropoda, Kelas Insecta, Orda Diptera, Subordo Brachycera, Infraordo
Tabanomorpha, Superfamili Stratiomyidae, Famili Stratiomyidae, Subfamili
Hermetiinae, Genus Hermetia, Spesies H. illucens. Selain itu BSF juga memiliki
klasifikasi atau ciri dari bentuk tubuhnya yaitu lalat berwarna hitam pekat ini selain

5
penampilannya yang menawan juga memiliki segudang manfaat bagi manusia dan
hewan ternak, Dalam bahasa Indonesia, BSF artinya lalat tentara hitam.Bentuk
tubuhnya layaknya tentara, tinggi besar dan tidak buncit seperti lalat hijau, diberbagai
negara serangga ini sudah banyak di per jual belikan di restoran dalam bentuk
hidangan istimewa, dijadikan maggot terapi oleh para dokter.Maggot BSF sebagai
alat mengidentifikasi umur mayat oleh kepolisian dan anak-anaknya dijadikan sumber
protein untuk ternak ikan dan unggas.

2.2.Siklus Hidup BSF (Larva Black Soldier Fly)


Daur hidup lalat BSF atau skilus hidup BSF atau Black Soldier Fly selama
hidupnya yang super singkat hanya 5 sampai dengan 8 hari. Siklus hidup Black
Soldier Fly ini yang singkat  di karenakan mereka tidak makan, Black soldier fly
merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki segudang manfaat. Di Luar
negeri Black Soldier Fly sudah ramai dibudidayakan sejak 30 tahun lalu.Siklus hidup
lalat BSF  atau Daur Hidup Lalat BSF adalah lalat BSF – Telur BSF – Magot – Pupa
– Pupa atau kepompong.Jumlah Hari Siklus Hidup Black Soldier Fly kondisi Lalat 5
– 8 hari, Telur 2 – 4 hari, Magot 2 – 3 minggu, Pupa 7 hari, Prepupa 7 hari. Total
siklus hidup lalat BSF atau siklus hidup Black Soldier Fly antara 40 sampai dengan
44 hari. Perhatikan dengan baik jumlah hari nya, karena berdasarkan pengalaman
banyak yang tidak sabar menunggu proses dari setiap fase yang akhirnya membuat
stres. Siklus hidup Black Soldier Fly di Indonesia antara 40 Sampai dengan 44 hari.
Dibeberapa daerah dataran tinggi siklus hidup Black Soldier Fly sedikit lebih lama.

2.3. Potensi Sampah Organik


Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa-sisa barang yang tidak
terpakai yang sebelumnya berasal dari organisme hidup. Karena berasal dari
organisme, sampah ini lebih mudah terurai daripada jenis sampah anorganik.Sampah
organik ini apabila dikelola secara benar akan menghasilkan produk yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Contoh pemanfaatan dari sampah organik ini adalah
pembuatan pupuk kompos yang dapat digunakan dalam sektor pertanian. Klasifikasi

6
dari sampah yaitu sampah organik basah, sampah organik kering, jenis-jenis sampah
organik yang telah diketahui, maka selanjutnya diuraikan mengenai prinsip mengenai
penerapan dalam pengolahan sampah tersebut. Prinsip yang dikenal dengan nama 4R
itu diantaranya.Pengertian dan jenis-jenis sampah jenis ini telah dijelaskan, maka
selanjutnya adalah pembahasan mengenai penerapan dalam pengolahan sampah
organik ini.Pengelolaan sampah organik sebenernya dapat pula didekati dengan
penerapan prinsip 4R meskipun tidak semua jenis sampah organik menerapkan hal
ini. 4R sendiri adalah reduce, reuse, recycle, dan replace.Pemanfaatan sampah
organik salah satunya dipakai untuk pembuatan pupuk kompos. Pengolahan kompos
ini sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun yang berkeinginan untuk
memanfaatkan sampah yang berpotensi ini.Pemanfaatan sampah pun bisa digunakan
sebagai pembangkit energi berupa tenaga listrik. Di negara Jepang saat ini sudah
tersedia alat yang dapat mengubah sampah rumah tangga menjadi energi listrik,
teknologi ini pun patut dicontoh oleh negara Indonesia.Selain itu, manfaat dari
sampah organik meskipun tanpa campur tangan manusia akan menjadi sarang bagi
mikroorganisme atau mikro fauna yang membantu menyuburkan tanah
untuk pertanian.

2.4. Berbagai Media Produksi BSF


Larva lalat BSF dapat tumbuh dan berkembang subur pada media organik,
seperti BIS, kotoran sapi, kotoran babi, kotoran ayam, sampah buah dan limbah
organik lainnya. Kemampuan larva BSF hidup dalam berbagai media terkait dengan
karakteristiknya yang memiliki toleransi pH yang luas. Selain itu, kemampuan larva
dalam mengurai senyawa organik ini juga terkait dengan kandungan beberapa bakteri
yang terdapat di dalam saluran pencernaannya sangat mempengaruhi kandungan
nutrien tubuh serta keberlangsungan hidup larva pada setiap instar dan tahap
metamorfosis selanjutnya. Pendapat lain menyatakan bahwa kualitas media
perkembangan larva berkorelasi positif dengan panjang larva dan persentase daya
tahan hidup lalat dewasa. Jumlah dan jenis media yang kurang mengandung nutrien
dapat menyebabkan bobot pupa kurang dari normal, akibatnya pupa tidak dapat

7
berkembang menjadi lalat dewasa Pada pengembangbiakan BSF diperlukan wadah
atau tempat untuk membudidayakan wadah yang digunakan yaitu baskom plastik,
wadah yang digunakan dalam praktikum ini terlebih dahulu disterilkan dengan cara
dicuci bersih dan dijemur agar terhindar dari bakteri atau sel renik yang mengganggu
perkembangan BSF. Untuk persiapan media tumbuh yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Ampas tahu, limbah buah-buahan, limbah sayur-sayutran,
limbah rumah makan sebagai media pakan magot, dedak, pur ayam. Pada pemberian
makan BSF digunakan sampah buah-buahan dan sayur-sayuran karena mudah didapat
dan memiliki nutrisi yang tinggi, misalkan pada buah-buahan yang diberikan yaitu
sampah pisang, mangga, jeruk asam dan lain-lain yang memiliki kandungan vitamin
yang tinggi. Pada sampah sayuran yang diberikan memiliki kandungan fosfor,
vitamin C, kalsium dan zat besi sehingga dapat mengembangbiakkan BSF dengan
baik.

2.5. Cara Budidaya BSF, Pemberian pakan dan Cara Panen


Budidaya Maggot BSF (black soldier fly), maggot BSF banyak dibudidayakan
oleh peternak ikan dan unggas untuk diambil panen maggot nya dan di jadikan pakan
ternak dengan cara mengolah maggot menjadi pasta maggot, tepung maggot dan pelet
maggot. bahan budidaya maggot sangat mudah didapat dan banyak disekitar kita
seperti sampah, kohe dan limbah sehingga tidak perlu biaya besar.Sebagian peternak
ada juga yang tidak mengolah maggot nya dan diberikan langsung dalam keadaan
segar atau hidup atau fresh ke ternak mereka. Pemberian maggot sebagai pakan
ternak dalam bentuk fresh ada keuntungan dan kerugiannya.Keuntungannya tidak
perlu repot repot mengolah maggot. Sedangkan kerugian tidak mengolah maggotnya
lebih banyak terutama bagi mereka yang beternak unggas seperti ternak ayam, ternak
itik, ternak puyuh, ternak burung ternak bebek dan sebagainya. Cara untuk budidaya
BSF dengan menggunakanAmpas Tahu pertama-tama menyediakan
alatEmber/Wadah/BioTong, alat untuk mengaduk, daun pisang kering, bahan
budidaya magot, dedak, pur ayam. adapun cara untuk pengembangbiakan BSF yaitu
mencampur semua bahan, kemudian aduk dengan hingga rata, tutup permukaannya

8
dengan daun pisang kering, tempatkan biotong/wadah baskom plastik ditempat teduh,
hindarkan dari predator (ayam, anjing, kucing) dan paling penting hindari kena air
hujan langsung. Kondisi lingkungan pada pengembangbiakan magot harus memiliki
suhu sekitar 30-370C, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan magot. Pemberian
pakan untuk perkembangan BSF dilakukan dengan pemeberian limbah buah-buahan
dan sayur-sayuran dalam bentuk pasta sebanyak 500-1000 gram tergantung
banyaknya telur BSF yang di ternakkan, untuk pemberian makannya dilakukan tiap
hari selama BSF masih dalam keadaan membutuhkan makan, hingga berubah
menjadi belatung. Untuk cara pemanenan magot dilakukan kira kira hari ke 14-21,
tetapi pada praktikum kali ini untuk pemanenan magot dilakukan pada hari ke 15.
Untuk memanennya pertama sekali media di semprot atau di siram air, kemudian di
saring untuk memisahkan magot dengan media (kasgot), pakan alami magot siap
diolah atau diberikan langsung ke ternak.

2.6.Potensi Larva BSF (Komposisi Nutrisi Magot)


Maggot mempunyai peluang sebagai pakan ikan atau untuk mensubstitusi tepung
ikan karena mempunyai kandungan nutrisi tidak jauh berbeda dengan tepung ikan
terutama tepung ikan lokal dan dapat diproduksi dalam kuantitas yang cukup dalam
waktu yang singkat secara berkesinambungan.Secara umum diketahui bahwa tepung
ikan yang ada dipasaran berasal dari impor seperti Peru dan Chili, dengan adanya
pembatasan produksi dan permintaan akan tepung ikan di dalam negeri yang tidak
mampu dipenuhi oleh produksi sendiri sehingga membuat harga tepung ikan menjadi
mahal.Untuk memenuhi kekurangan akan permintaan tepung ikan, mungkin dapat
dipenuhi dengan menggunakan tepung maggot. Kandungan protein pada larva ini
cukup tinggi, yaitu 44,26% dengan kandungan lemak mencapai 29,65%. Nilai asam
amino, asam lemak dan mineral yang terkandung di dalam larva juga tidak kalah
dengan sumber-sumber protein lainnya, sehingga larva BSF merupakan bahan baku

9
ideal yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Ditinjau dari umur, larva memiliki
persentase komponen nutrisi yang berbeda, kadar bahan kering larva BSF cenderung
berkorelasi positif dengan meningkatnya umur, yaitu 26,61% pada umur lima hari
menjadi 39,97% pada umur 25 hari. Hal yang sama juga terjadi pada komponen
lemak kasar, yaitu sebesar 13,37% pada umur lima hari dan meningkat menjadi
27,50% pada umur 25 hari. Kondisi ini berbeda dengan komponen protein kasar yang
cenderung turun pada umur yang lebih tua.

10
III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Budidaya Maggot Black Soldier Fly (Hermetia illucens)
dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober 2019 s/d 01 November 2019 di Balai Riset
Budidaya ikan Hias, Kecamatan Pancoran MAS, Kota Depok.

3.2. Metode Pengambilan Data


Metode yang digunakan dalam kegiatan praktikum budidaya maggot ini
adalah dengan cara deskriptif. Metode Deskriptif adalah suatu metode peneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang (Marzuki, 2005). Adapun caranya yaitu melalui
tahapan observasi, wawancara dan pertisipasi, yang meliputi data primer dan
sekunder.

Wawancara merupakan proses interaksi antara pewawancara dan responden


dengan adanya interaksi langsung untuk suatu tujuan (Marzuki, 2005). Observasi
merupakan suatu kegiatan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung
dan pencatatan secara sistemtis terhadap gejala/fenomena yang diselidiki tanpa
mengajukan pertanyaan pertanyaan meskipun objeknya orang (Marzuki,2005).
Partisipasi adalah teknik pengumpulan data dengan langsung turun dalam kegiatan
yang dilakukan oleh objek yang diteliti atau diamati.

3.3. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam Praktikum Budidaya Maggot Black Soldier Fly
(Hermetia illucens) yaitu Baskom plastik berbentuk kotak, Sarung tangan plastik,
Masker, Timbangan digital, Blender, Pisau, Pengaduk, Jaring, Sarbet, dan
Penggaris.Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Telur BSF sebanyak 0,5-1 gram,

11
Ampas tahu, limbah buah-buahan, limbah sayur-sayuran (pakan magot), Daun pisang,
Dedak, Pur ayam, Jaring.

3.4. Prosedur Kerja


Adapun cara kerja yang diterapkan pada Praktikum Budidaya Maggot Black
Soldier Fly (Hermetia illucens) yaitu:
1. Menyiapkan bahan dan alat yang perlu digunakan pada pengamatan BSF.
2. Kemudian praktikan akan dibimbing untuk mengamati lalat tentara hitam (BSF)
yang diamati di lapangan.
3. Setelah itu diamati perkembangbiakan BSF, kondisi lingkungan, cara atau tempat
bertelur.
4. Kemudian untuk tempat lingkungan perkembangbiakan BSF perlu dilakukan
penyemprotan air, agar kondisi lingkungannya tetap lembab.
5. Untuk tempat telur BSF dibuat didalam kandang yang dipagari dengan jaring,
bentuk tempat telur BSF yang sangat unik yaitu menggunakan papan yang kecil
sekitar 5 x 10 cm yang ditumpuk, dengan ada sedikit ruang yang disisakan pada
bagian papan tersebut itu sebagai tempat perteluran BSF.
6. Setelah selesai pengamatan dari BSF, kemudian dilakukan pengamatan Magot.
Dimana disana terdapat banyak larva magot yang masih segar, hal ini terjadi
karena pakan yang dikasih terhadap magot tersebut merupakan limbah sayuran dan
buah.
7. Disana juga terdapat larva dari BSF yang akan dikasih menjadi pakan ikan yang
ada disekitar area perkembangbiakan magot.

3.4.2. Proses Pengembangbiakan Magot


Adapun cara kerja yang diterapkan pada praktikumTeknologi Pengelolaan
Limbah Industri dengan materi Biokonversi Sampah Organik Menggunakan Larva
Black Soldier Fly (Hermetia illucens)yaitu:
1. Menyiapkan telur BSF yang dari diambil dari tumpukan papan yang telah
disediakan. Kemudian karet pengikat papan dibuka dengan hati-hati agar telur dari
BSF tidak jatuh kelantai.

12
2. Pengambilan telur BSF dilakukan menggunakan pisau atau bahan yang runcing.
3. Kemudian telur BSF yang telah dipanen diletakkan diatas daun pisang untuk
diukur beratnya yang akan dikembangbiakkan nanti.
4. Untuk pembuatan Media perkembangbiakan telur BSF maka diperlukan wadah
yaitu baskom plastik berbentuk kotak.
5. Kemudian dimasukkan kedalam baskom plastik dedak seberat 250 gram.
6. Setelah itu dilakukan penghalusan Pur ayam menggunakan air bersih.
7. Kemudian telur BSF tadi diambil sekitar 1gram, yang kemudian diletakkan diatas
daun pisang.
8. Kemudian menghaluskan pur ayam, ini akan menjadi tempat telur BSF tersebut.
9. Setelah itu memasukkan baskom yang berisi dedak, pur ayam dan telur BSF yang
telhh dirancang tadi kedalam lemari yang telah dibuat sebelumnya. Area dari
lemari tempat perkembangbiakan telur BSF dibuat jaring untuk menghindari
masuknya organisme lain.
10. Setelah itu dibiarkan selama 1 minggu (7 hari) hingga telur menetas, pengecekan
dilakukan tiap hari.
11. Kemudian pada hari yang ke-11 sampai ke-17 dilakukan juga hal sama pemberian
pakan, hingga magot bisa siap dipanen.
12. Pada saat pemberian makan magot juga dilakukan pemisahan dengan kasgot
(yang dapt digunakan sebagai kompos).
13. Kemudian pada hari ke-17 dilakukan pemanenan magot, pada pemanenan magot
semua kasgot dan magotnya dipisahkan hingga magot bersih. Larva magot yang
sudah bersih kemudian ditimbang keseluruhannya.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapangan


Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di
bidang penelitian dan pengembangan perikanan yang berada di bawah koordinasi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. BRBIH pada awalnya di bawah
Departemen Pertanian, Setelah terjadi reformasi antara Departemen Pertanian
dengan Departemen Perikanan dan Kelautan, kedua Departemen tersebut
terpisah, maka BRBIH dikoordinaskan di Bawah Kementrian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia.

4.2 Sejarah Berdirinya Balai Riset Budidaya Ikan Hias


• Sejarah berdirinya BRBIH Depok, Jawa Barat adalah sebagai berikut.
• Tahun 1957, berfungsi sebagai Pusat Percobaan dan Balai Penelitian
Perikanan Darat, di bawah Direktur Jendral Perikanan, Departemen
Pertanian.
• Tahun 1963, berfungsi sebagai Lembaga Penelitian Perikanan Darat, di
Bawah Perwakilan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian.

• Tahun 1975, berfungsi sebagai Pusat Percobaan dan Balai Penelitian dan
Perikanan Darat, di bawah Perwakilan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian.
• Tahun 1980, berfungsi sebagai Balai Penelitian Perikanan Darat, Perwakilan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
• Tahun 1984, berfungsi sebagai Balai Penelitian Perikanan Air Tawar,
perwakilan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian.
• Tahun 1985, berfungsi sebagai sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar.
• Tahun 1995, berfungsi sebagai Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar.

14
• Tahun 2002, berfungsi sebagai Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air
Tawar, di bawah Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi.
• Tahun 2003, berfungsi sebagai Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air
Tawar, di bawah Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor, yang khusus
menangani komoditas ikan hias air tawar.
• Tahun 2004, berfungsi sebagai Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air
Tawar, di bawah Balai Perikanan Air Tawar Bogor, yang menangani
komoditas ikan hias air tawar dan sudah berjalan seefektif mungkin.
• Tahun 2005, berfungsi sebagai Loka Riset Bididaya Ikan Hias Air Tawar
Depok, Jawa Barat.
• Tahun 2009, berfungsi sebagai Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok, Jawa
Barat.
• Tahun 2012, berfungsi sebagai Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Ikan Hias Depok, Jawa Barat.
• Tahun 2014, kembali berfungsi sebagai Balai Riset Budidaya Ikan Hias
Depok, Jawa Barat. Berikut meruapakan kantor Balai Riset Budidaya Ikan
Hias Depok dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar
1. Kantor
Balai
Riset
Budidaya
Ikan Hias
Depok

4.3 Letak Geografis dan Kedaan Alam sekitar


Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok terletak pada 106048’52,84”BT,
6024’715”LS RT 01 RW 02 Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok, Provinsi
Jawa Barat. Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok memiliki suhu 26-330C dan
memiliki curah hujan sedang. Lokasi ini memiliki jarak 500m dari jalan raya dan

15
± 2km dari Sungai Cisadane. Untuk mencapai lokasi BRBIH Depok dapat
ditempuh menggunakan angkutan umum dan sepeda motor. Kondisi jalan menuju
lokasi balai cukup baik.

Adapun batas-batas wilayah BRBIH Depok sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan RT 02/RW 03  Sebelah Selatan berbatasan


dengan RT 02/RW 01
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Barat.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Sawah

Luas area BRBIH Depok yaitu 1,97 Ha, 40% nya digunakan sebagai lokasi
bangunan. Kawasan di BRBIH Depok meliputi gedung perkantoran, hatchery
(hanggar), laboratorium kualitas air, laboratorium pakan alami, kolam tanah,
kolam beton, saluran irigasi, laboratorium nutrisi, dan gudang. Area lainnya
digunakan sebagai lapangan olahraga, tempat parkir, dan fasilitas lainnya. Letak
bangunan diatur menurut keterkaitan dalam fungsinya, misalnya dalam
pembenihan seperti tempat pemelharaan induk, kultur pakan alami dibangun
secara berkaitan. Hal ini untuk mempermudah dalam proses pembenihan.

16
Gambar 2. Struktur Organisasi Bala Riset Ikan Hias Depok

4.4 Struktur Oganisasi dan Fasilitas


a. Kepala Balai
Kepala balai bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan tugas
masingmasing bawahan, apabila terjadi terjadi kesalahan kepala balai
dapat mengambil langkah-langkah yang diprlukan sesuai dengan
perundangan yang berlaku.

b. Sub Tata Usaha


Sub tata usaha mempunyai tugas memberikan pealyanan teknis dan
administrasi atau urusan tata usaha dalam lingkungan Balai RIset
Budidaya Ikan Hias Depok.

17
c. Seksi Pelayan Teknis dan Informasi
Seksi pelayan teknis dan informasi mempunyai tugas yaitu melakukan
pelayanan teknis kegiatan dalam penerapan teknis budidaya, seperti
penyimpanan bahan standar teknis dan pengawasan pembenihan, serta
pengelolaan jaringan informasi dan perpustakaan.

d. Seksi Tata Operasiaonal


Seksi Tata Operasional terdiri dari :
• Program
• Monitoing dan Evaluasi
e. Kelompok Fungsional
Kelompok fungsional seluruhnya dikepalai oeh Kepala Balai, terdiri dari
peneliti, perekayasa, teknisi litkayasa, arsiparis, pranata komputer,
statistik, pustakawan, dan jabatan fungsional lainnya yang
dikoordinasikan oleh seorang pejabat fungsional yang ditetapkan oleh
kepala balai. Jumlah dan jabatan fungsional ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja. Jumlah tenaga kerja di BRBIH Depok pada
bulan Agustus tahun 2015 sebanyak 106 orang, berasal dari lulusan
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Perguruan Tinggi.

A. Visi dan Misi BRBIH


a. Visi.
Visi BRBIH Depok adalah sebagai lembaga riset ikan hias
unggulan dengan memperhatikan aspek teknis,estetis,ekonomis dan
berkelanjutan serta menjadi acuan bagi masyarakat perikanan.

18
b. Misi
- Melaksanakan riset ikan hias yang secara teknis mudah mudah diterapkan
oleh masyarakat.
- Menghasilkan produk ikan hias yang yang mempunyai nilai estetika
tinggi.
- Menjadikan BRBIH sebagai museum ikan hias untuk stakeholder dan
pendidikan.

B. Sarana dan Prasarana BRBIH Depok

1. Fasilitas di BRBIH Depok


Luas lahan area yang dimiliki oleh BRBIH Depok mencapai 126.413 m2
atau 12,6413 ha, namun yang menjadi bangunan hanya sekitar 3500 m2.

Fasilitas yang dimiliki adalah meliputi ruang kantor, perpustakaan, laboratorium


IRD, laboratorium kualitas air, laboratorium pakan alami, mushollah,
hatchery,hanggar, ruang pameran, kolam tanah, dan tempat budidaya maggot.
Adapun komoditas ikan yang diteliti antara lain ikan rainbow, discuss, rasbora,
cupang, arwana, botia, blackghost, sinodontis, koi, dan green tiger.

Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang yang paling penting


didalam melakukan usaha budidaya ikan. Sarana dan prasarana tersebut
diperlukan untuk kelancaran proses pembenihan yang dapat menghasilkan
produksi benih hingga pemasarannya. Sarana dan prasarana serta fasilitas yang
dimiliki BRBIH Depok disajikan pada tabel 2 berikut ini :

19
Tabel 1. Sarana dan Prasarana yang dimiliki di BRBIH Depok

Gedung Administrasi Luas Jumlah Ket


- Ruang Kepala 15 m2 1 unit
- Aula 54 m2 1 unit
- Bendahara PNBP 9 m2 1 unit
- Ruang Administrasi 18 m2 1 unit
- Ruang Bendahara 6 m2 1 unit
- Ruang KTU 6 m2 1 unit
Gedung Peneliti Luas Jumlah

- Peneliti 278,1 m2 1 unit


Gedung Teknis Luas Jumlah
- Perpustakaan 36 m2 1 unit
- Lab Basah 84 m2 1 unit
- Laboratorium 68 m2 1 unit
Lab. Biologi Luas Jumlah
- Ruang Alga 10,95 m2 1 unit
- Ruang Foto 9,45 m2 1 unit
Green House Luas Jumlah
- Hatchery Botia 150 m2 1 unit
Hanggar 2 Luas Jumlah
- Ruang Gen Set 19,6 m2 1 unit
- Ruang Peneliti 41,5 m2 1 unit
- Ruang Pembenihan 59,5 m2 1 unit
- Ruang Teknisi 58,1 m2 1 unit
- Ruang Peneliti 5 m2 1 unit
- Kamar Mandi 9,99 m2 1 unit
- Bak Pembenihan 5,0 m x 1,80 2 bh
m

20
- Bak Tandon Air 7,0 m x 2,0 1 bh
m
- Resirkulasi 11 set
- Gen Set 2 bh
- Blower 2 bh
- Frezeer 1 bh
Lab. Basah 3 Luas Jumlah
- Ruangan Kantor 14,0125 m2 1 bh
- Bak Beton 2,30 m x 6 bh
2,30 m
- Bak Beton 4,90 m x 1 bh
3,30 m
- Bak Beton 3,20 m x 2,0 2 bh
m
Kolam Luas Jumlah
Kerj
a
sam
a 12
- Kolam Tanah 17 m x 12 m 23 bh bh
- Kolam Tanah 11.50 mx 8 bh
8,60 m
- Kolam Tanah 8 m x 9,8 m 12 bh Kerj
a
sam
a
- Kolam Tanah 43 m x 7 m 1 bh
- Bak Resirkulasi 13 m x 17 m 1 bh Kerj
a
sam
a
- Kolam Batu 8 m x 9,8 m 1 bh

Transportasi
- Mobil 4 bh
- Sepeda motor 1 bh
(Sumber : BRBIH Depok Tahun 2010)

21
2. Sumber Air
Sumber air yang dipakai untuk kolam-kolam di Balai Riset Budidaya Ikan
Hias Depok berasal dari sungai Cisadane yang dialirkan ke saluran tersier yang
terbuat dari beton berupa parit melalui pemukiman penduduk. Disamping sumber
air dari sungai tersebut, juga terdapat air yang berasal dari air tanah menggunakan
sumur bor dengan kedalaman 25 m. Air disalurkan menggunakan Pompa Moris
Water Pump MFM 130A dengan kapasitas 1000L/menit yang disambung dengan
pipa wafin berdiameter 3 inchi, kemudian aliran air ditampung dalam bak tandon
dan di endapkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk kegiatan budidaya.
Gambar bak tandon disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Bak Tandon

3. Sumber Penerangan
Sumber energi utama yang digunakan dalam menunjang kegiatan
pembenihan dan pendederan di BRBIH Depok menggunakan energi listrik daya
26000 KVA didalam ruangan yang berukuran 2,5 x 2,5 m yang berasal dari PLN,
selain itu juga menggunakan generator set (genset) sebanyak 1 unit yang
digunakan sebagai cadangan energy apabila terjadi pemadaman listrik. Genset
dengan kekuatan rata-rata 4,0 KVA dan kekuatan maksimal 5,5 KVA dengan
kapasitas bensin 17 liter yang bertahan selama 24 jam.

22
4.5. Kegiatan Budidaya
Dalam budidaya maggot pada kegiatan magang ini, didapatkanlah hasil sebagai
berikut :

4.5.1 Hasil

A. Data Hasil Budidaya Maggot

Bobot total
Media Bobot total
No media
Budidaya maggot
budidaya
Sampah
1 organik rumah 200 kg 100 kg
tangga

23
B. Hasil Pengamatan (limbah organic rumah tangga) terhadap pertumbuhan maggot

Hari Keterangan

Sebagian telur menetas dan meninggalkan cangkang


1. menuju kebawah daun pisang yang mulai mengering,
baby magot berwarna putih.

Masih ada terdapat telur yang belum menetas. Baby


2. maggot yang sudah menetas berkumpul menuju
makanan. Baby maggot berwarna putih.

Hampir semua telur dan terdapat pergerakan pada


3. maggot yang sedikit besar dari magot lainnya. Warna
magot putih.

Semua telur sudah menetas dan terdapat maggot yang


4.
sedikit besar dari magot lainnya. Warna magot putih.

5. Ukuran magot bertambah besar

24
Terdapat magot yang lebih besar dari magot lainnya
6.
dan bergerak aktif.

Magot mulai bergerak aktif dan mengumpul pada


7.
bagian tengah

Mulai terlihat pertumbuhan magot, bergerak lebik aktif,


8.
magot berwarna putih.

Terdapat magot yang lebih besar dari magot lainnya


9.
dan bergerak aktif.

Magot bergerak di antara makanan, terdapat magot


10.
yang lebih besar dan aktif bergerak.

Magot berkembang dan aktif bergerak. Terdapat magot


11.
yang lebih besar dari magot lainnya

Magot bergerak di antara makanan, terdapat magot


12.
yang lebih besar dan aktif bergerak.

Terdapat magot yang masih kecil, magot sudah dapat


13.
diamati dengan mengukur panjang dan beratnya
terlihat pertumbuhan magot, bergerak lebik aktif,
14
magot berwarna putih.
Magot mengelompok dan bersembunyi di bawah media
15.
pertumbuhan.
16. Mulai terdapat magot yang berubah warna menjadi

25
kehitaman
Ada terdapat magot yang berwarna hitam, jumlah
17.
magot dalam media berkurang.

4.5.2. Pembahasan
Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur black soldier yang
mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa
yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa. Maggot mengalami beberapa tahapan
selama siklus hidupnya, yang diawali dengan telur yang dihasilkan oleh black soldier
, kemudian telur menetas menjadi larva, larva berkembang menjadi pupa, dan
akhirnya pupa menjadi black soldier dewasa. Berikut ini dapat dilihat siklus hidup
dari black soldier.

Gambar 4. Siklus hidup maggot

Maggot umumnya dikenal sebagai organisme pembusuk karena kebiasaannya


mengkonsumsi bahan-bahan organik. Maggot mengunyah makanannya dengan
mulutnya yang berbentuk seperti pengait (hook ). Maggot dapat tumbuh pada bahan
organik yang membusuk di wilayah temperate dan tropis. Maggot dewasa tidak
makan, tetapi hanya membutuhkan air sebab nutrisi hanya diperlukan untuk
reproduksi selama fase larva. Hermetia illucens dalam siklus hidupnya tidak hinggap
dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia. Dalam usia dewasa makanan
utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari

26
cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya. Perkembangbiakan dilakukan secara
seksual, yang betina mengandung telur, kemudian telur diletakan pada permukaan
yang bersih, namun berdekatan dengan sumber makanan yang cocok untuk larva.
Larva kecil sangat memerlukan banyak makanan untuk tumbuh sehingga menjadi
pupa. Sumber makanan yang paling potensial nampaknya adalah limbah rumah
tangga yang sudah terfermentasi. Dengan demikian maggot akan lebih mudah
mencerna makanan tersebut.
Larva lalat BSF dapat tumbuh dan berkembang subur pada media organik,
praktikum ini menggunakan limbah sayuran untuk media perkembangbiakan magot,
limbah sayuran sebagai sumber nutrien dengan kadar protein yang cukup dan
mengukung untuk media pertumbuhan dan perkembangbiakan magot, memberikan
jenis limbah sayuran yang berbeda akan sangat memberikan kualitas dan hasil yang
baik bagi magot. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dan kualitas magot,
salah satunya ialah dalam pemberian makan, perlu diketahui bahwa magot menyukai
tempat yang lembab untuk mendukung proses tumbuh dan perkembangan magot,
akan tetapi jika kondisi terlalu lembab atau media banyak mengandung air maka akan
menyebabkan magot tidak nyaman didalam dan akan keluar dari tempat itu, untuk
mengakali hal tersebut perlu dilakukan pemantauan secara berkala pada tempat
budidaya, sewaktu terlalu lembab bisa ditambahkan dedak untuk mereduksi air yang
terkandung berlebih di dalam petakan budidaya. selanjutnya suhu, suhu yang umum
untuk kelngsungan kehidupan magot sekitar 30oC dan paling tinggi 35oC suhu
seperti akan mempercepat tumbuh kembang magot, suhu rendah juga tidak baik,
karena akan memperlambat pertumbuhan magot. Teknik pemanenan setelah 10 hari
pemberian makan berbeda dengan media lain, untuk limbah sayuran sendiri teknik
pemanenanya dengan menggunakan sekop sampah yang digunakan untuk menyerok
maggot, untuk memisahkan maggot dengan kotoran tidak terpakai bisa dengan cara
manual yakni dengan menggunakan baki yang telah diberi saringan dibawahnya dan
cara yang kedua yakni dengan menggunakan mesin penyaring yang telah didesain
khusus untuk memisahkan maggot dengan kotoran.

27
Pada praktikum ini digunakan berbagai media limbah yang berbeda untuk
mengetahui media yang paling baik untuk menumbuhkan maggot. Limbah yang
digunakan antara lain: limbah sayuran, limbah buahan, limbah ampas tahu dan limbah
resto. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil limbah rumah tangga maupun sisa
makanan atau dari pengolahan yang harganya relatif murah namun dapat digunakan
sebagai media pertumbuhan maggot sebab masih memiliki kandungan nutrisi di
dalamnya.
Gambar 5.
Maggot
siap panen
Banyak
faktor
yang

mempengaruhi keberhasilan budidaya maggot. Hal yang mempengaruhi produksi


maggot pada media yang disediakan yaitu kondisi lingkungan budidaya maggot dan
kandungan nutrien bahan. Dilihat dari kondisi lingkungannya, magot menyukai
kondisi lingkungan yang lembab. Begitu juga dengan kandungan nutrien pada media
tumbuh maggot. Kandungan nutrien yang optimum sangat penting bagi pertumbuhan
biomassa maggot, bahan yang cocok bagi pertumbuhan maggot adalah yang banyak
mengandung bahan organik.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kegiatan ini tampak bahwa media limbah
rumah tangga dapat menghasilkan jumlah maggot yang sangat banyak, tampak dari
jumlah panen maggot yang dihasilkan yaitu dapat mencapai 100 kg per petakan
wadah budidaya, Hal ini karena pada media tersebut terdapat nutrisi yang cukup
untuk memacu pertumbuhan magot dan tingginya bahan organik pada media akan
meningkatkan jumlah bakteri dan jumlah partikel organik hasil dekomposisi oleh
bakteri dan meningkatkan jumlah bahan makanan pada media tersebut, sehingga

28
dapat mempengaruhi peningkatan produksi magot tersebut. Bahan yang cocok bagi
pertumbuhan magot adalah bahan yang banyak mengandung bahan organik. Sehingga
dengan memanfaatkan limbah rumah tangga merupakan opsi yang murah dan sangat
efisien untuk diterapkan bagi para pembudidaya yang ingin mencoba beternak
maggot itu sendiri. Limbah rumah tangga terdiri dari campuran beberapa bahan sisa
makanan seperti ikan,daging, sayur, buah, nasi dll. Suhu media pertumbuhan pada
magot dapat mempengaruhi pada produksi dan laju pertumbuhan magot. Magot yang
dibudidayakan di media dengan suhu 27oC pertumbuhannya lebih lambat
dibandingkan suhu 30oC dan jika suhu mencapai 36oC tidak akan ada magot yang
bertahan hidup, berdasarkan hal tersebut maka suhu pada beberapa media pagi dan
siang hari termasuk dalam kategori suhu yang cukup ideal berkisar antara 34-35oC.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

29
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut ini:
1. Media pertumbuhan mempengaruhi produksi maggot
2. penggunaan limbah rumah tangga sangat potensial bagi kegiatan budidaya maggot.

5.2. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disarankan
bahwa:
1. pengontrolan pada wadah budidaya harus lebih diperhatikan demi memperoleh
hasil yang lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

30
Djissou ASM, Adjahouinou DC, Koshio S, Fiogbe ED.2016.Complete
replacement of fish meal by other animal protein sources on growth
performanceofClariasgariepinus fingerlings. Int Aquat Res 8:333–341.

Katayane, Falicia A, Bagau B, Wolayan FR, Imbar MR. Mei 2014. Produksi dan
Kandungan Protein Maggot (Hermetia illucens) Dengan Menggunakan Media
Budidaya Berbeda. Jurnal zootek Vol. 34:27-33

Marzuki. 2005. Metodologi Riset. Karang Kajen. Yogyakarta.


Rachmawati, Buchori D, Hidayat P, Hem S, Fahmi MR. 2010. Perkembangan dan
kandungan nutrisi larva Hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera: Startiomyidae)
pada bungkil kelapa sawit. J Entomol Indones. 7:2841.
Silmina, D., Edriani, G., & Putri, M. (2011). Efektifitas Berbagai Media Budidaya
Terhadap Pertumbuhan Maggot Hermetia illucens. Universitas bandung. Bogor.

LAMPIRAN.

31
32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai