Anda di halaman 1dari 7

Organisasi Masyarakat Sipil

dalam Kerangka Negara Hukum


Rizky Argama
Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)

Kongres Nasional Paham Hukum, 28 Maret 2021


Beberapa komentar
• Konsep Ormas adalah salah kaprah pengaturan kebebasan berkumpul dan berserikat yang
diciptakan oleh rezim Orde Baru.
• Pengaturan sektor sosial/nirlaba/kemasyarakatan harus diatur dengan kerangka regulasi
yang tepat.
• Pengaturan pemberian sanksi dan pembubaran OMS harus setara dengan pengaturan atas
badan hukum lain (PT di sektor bisnis, parpol di sektor politik).
• Asas contrarius actus tidak tepat diterapkan terhadap SK pengesahan badan hukum yang
merupakan tanda kelahiran subjek hukum, bukan soal administrasi perizinan.
Sektor ketiga

Negara

Sektor
swasta
Sektor
nirlaba
Yayasan
UU Yayasan
(non-membership based)
Berbadan hukum
Perkumpulan Staatsblad
Sektor sosial (membership based) 1870-64

Tidak berbadan Perkumpulan tidak berbadan


hukum hukum
Kebebasan
berkumpul dan
berserikat UU Perseroan
(Pasal 28 UUD 1945) Perseroan Terbatas
Terbatas
Berbadan hukum
UU
Koperasi
Sektor bisnis Perkoperasian

Tidak berbadan
Firma, CV
hukum
Sejarah UU Ormas

1985 2007-2010 2013 2017

Konsep Ormas diciptakan 2007: Kemendagri April & Juni: 12 Juli:


oleh Orde Baru (UU 8/1985) berusaha memasukkan draf Rapat paripurna DPR gagal Presiden terbitkan Perppu
revisi UU Ormas ke DPR menyetujui RUU Ormas 2/2017 yang hapuskan
tetapi gagal menjadi UU mekanisme peradilan

1987: Pelajar Islam Indonesia & Agu 2010: Rapat 2 Juli: Juli-Agustus:
Gerakan Pemuda Marhaen tidak pemerintah-DPR terkait rentetan RUU Ormas disetujui menjadi Menkumham mencabut SK
diakui keberadaannya kekerasan oleh Ormas UU. Ditolak 3 fraksi, disetujui 7 badan hukum HTI dan
fraksi Perkumpulan ILUNI UI
Des 2010: Revisi UU Ormas
masuk Prolegnas 2011
Penutup
● Pemerintah harus mengubah paradigma dalam berelasi dengan OMS; dari konfrontatif
menjadi kemitraan/mitra kritis.
● Pemerintah perlu menggunakan mekanisme pengaturan badan hukum terhadap OMS,
bukan mencampuradukkan antara pengaturan badan hukum dengan pembatasan
kebebasan berkumpul dan berserikat.
● Salah kaprah konsep Ormas perlu diperbaiki dengan pemisahan yang jelas antara OMS
tidak berbasis anggota (Yayasan) dan OMS berbasis anggota (Perkumpulan), sehingga
perlu dibentuk UU Perkumpulan, sekaligus pencabutan UU Ormas.
● Pemerintah harus mengubah pendekatan terhadap OMS, dari sekadar kontrol dan
pengawasan menjadi fasilitasi kemitraan.
Terima kasih

Instagram: @pshkindonesia | Twitter: @PSHKIndonesia | YouTube: PSHK Indonesia

Anda mungkin juga menyukai