Anda di halaman 1dari 216

HUKUM PERUSAHAAN

(Organisasi, Sengketa dan Penyelesaiannya)

Oleh Moch. Syamsudin


PERUSAHAAN ???

Salah satu pengertian ekonomi yang juga


masuk dalam bidang hukum perdata
khususnya hukum dagang (staatblad 1938-
276 tanggal 17 Juli 1938 yang mengganti
istilah pedagang menjadi perusahaan)
HUKUM
HUKUM DAPAT BERWUJUD “NORMA” :
- NORMA JUMLAHNYA BANYAK
- PENGELOMPOKAN NORMA agama, susila, adat
- “SISTEM HUKUM”  civil law & common law
Common Law (Anglo Saxon) adalah sistem hukum yang berasal dari Inggris dan berkembang
di negara-negara jajahannya. Sistem hukum Common Law mendasarkan pada putusan
pengadilan sebagai sumber hukumnya.
Sedangkan, sistem hukum Civil Law (Eropa Kontinental) yang berlaku di negara-negara Eropa
daratan dan negara-negara jajahannya, termasuk Indonesia, berpegang kepada kodifikasi
undang-undang menjadi sumber hukum utamanya.
Selain itu sistem peradilan pada sistem hukum Civil Law yang bersifat inkuisitorial (hakim
mempunyai peranan besar) dalam mengarahkan dan memutus suatu perkara yang
ditanganinya.
SISTEM HUKUM DI INDONESIA
• HK. ADMINISTRASI NEGARA  produk/KTUN
• HK. TATA NEGARA  bentuk/sistem negara (politik)
• HK. ACARA  peradilan
• HK. PIDANA  antara publik/negara dg orang/badan hk
• HK. PERDATA  orang & Badan hk
SISTEMATIKA HUKUM KUH PERDATA
• Buku 1 = HK. Orang
• Buku 2 = HK. Benda
• Buku 3 = HK. Perikatan  UU / Perjanjian
• Buku 4 = HK. Pembuktian & Daluarsa
HK. PERDATA  LEX GENERALIS
HK. PERORANGAN ( PERSONEN RECHT )
HK. KELUARGA ( FAMILIE RECHT ) :
 HK. KELUARGA
 HK. PERKAWINAN  UU Perkawinan
HK. WARISAN
 ahli waris (subjek)
 Warisan (objek)
HK. HARTA KEKAYAAN (VERMOGEN RECHT) :
 HK. KEBENDAAN (ZAKEN RECHT)
 HK. PERIKATAN /PERJANJIAN (VERBINTENISSEN RECHT)
 HK. DAGANG  LEX SPECIALIS

HK.PERUSAHAAN
SYARAT SAH PERJANJIAN 1320

• SYARAT SUBJEKTIF :
# Sepakat
# Cakap
- cakap belum tentu berwenang ?
- berwenang belum tentu cakap ?
• SYARAT OBJEKTIF :
# suatu hal tertentu  barang harus jelas
# Causa yg halal  tujuan tidak di larang.
AKIBAT HUKUM
• Syarat Subjektif  dapat dibatalkan
• Syarat objektif  batal demi hukum
HUKUM PERUSAHAAN
• Hukum perusahaan terletak pada hk dagang
termasuk hk perdata sekaligus juga hk
administrasi negara.
• Hk dagang  mengatur perdagangan/perniagaan
• Hk perdata  adanya perikatan antar sekutu
• HAN  ada kewenangan eksekutif (berkaitan dg pendaftaran &
pengumuman).
Pengertian perusahaan secara umum

– setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau


tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain;
– usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang
mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang
lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
PERUSAHAAN
BADAN HUKUM BUKAN BADAN HUKUM
• Kekayaan perusahaan • Kekayaan perusahaan &
terpisah dg kekayaan pribadi tidak terpisah
pribadi pesero • Tanggung jawab tidak
• Tanggung jawab terbatas terbatas
• Disahkan oleh instansi yg • Tidak memerlukan
berwenang/pemerintah pengesahan
• PT, koperasi, yayasan & • Persekutuan perdata/
perkumpulan maatschap, firma, CV, UD
BADAN HUKUM ???
Ada beberapa pendapat tentang badan hukum a.l.:
1. Meijers  sesuatu yg mendukung hak & kewajiban
-- pengertian subjek hk
2. E.Utrecht  setiap pendukung hak yg tdk berjiwa
3. R.Subekti  suatu badan/perkumpulan yg punya
hak, berbuat seperti manusia, punya kekayaan
sendiri, dapat digugat/mengugat
4. R.Rahmat Soemitro  badan yg punya harta, hak
& kewajiban seperti manusia
UNSUR-UNSUR BADAN HUKUM
• Kumpulan orang/badan hukum (pemodal)
• Dapat melakukan perbuatan hukum dalam
hubungan hukum
• Punya harta kekayaan sendiri
• Punya organ  pengurus, dll
• Punya hak & kewajiban
• Dapat digugat & mengugat
TEORI BADAN HUKUM
1. FIKSI
2. REALITAS / ORGAN
3. HARTA KEKAYAAN
4. KENYATAAN JURIDIS
TEORI FIKSI
• Yg dapat melakukan perbuatan hukum
hanyalah manusia, jika ada badan yg diakui
dapat melakukan perbuatan hukum maka
tidak lain badan ini dipandang sebagai
manusia buatan/fiktif
• Badan dianggap sebagai manusia
• Oleh Von Savigny
TEORI REALITAS / ORGAN
• Dalam kehidupan bermasyarakat disamping
ada manusia juga kadangkalanya ada
kelompok manusia (organ) yg mampu
bertindak mandiri & bertindak sendiri
mewakili sekutunya
• Membantah teori fiksi bahwa badan hukum
bukan sekedar fiktif
• Oleh Van Gierke
TEORI HARTA KEKAYAAN
• Dalam kehidupan masyarakat ditemukan
adanya kumpulan harta kekayaan yg dapat
menimbulkan hak & kewajiban untuk tujuan
tertentu. Harta tersebut terpisah dg harta
pemiliknya & mendapat perlindungan hukum
• Oleh Rudolf von Jhering
TEORI KENYATAAN JURIDIS
• Badan hukum merupakan suatu realitas,
konkret, riil walaupun tidak dapat diraba,
bukan khayalan, dg kata lain badan hukum
adalah wujud yg riil sama dg manusia
• Teori ini merupakan penghalusan teori organ
• Oleh E.M.Meijers
KESIMPULAN BADAN HUKUM
Dari beberapa teori dapat disimpulkan bahwa
ada 2 bentuk badan hukum :
•Badan hukum sbg bentuk yg nyata
•Badan hukum tidak sebagai bentuk yg nyata
PERUSAHAAN YG BERBADAN
HUKUM
LABA N I R L A B A:
Bertujuan untuk Tujuannya tidak
mencari keuntungan semata-mata mencari
– PT keuntungan, bersifat
– Koperasi sosial
– Yayasan
BENTUK BADAN USAHA
• MAATSCHAP/PERSEKUTUAN Suatu perjanjian di mana dua orang atau lebih
mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan yang terjadi karenanya; Para sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas Persekutuan
Perdata. BW 1618-1654
• FIRMA Suatu Perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di bawah nama bersama;Para
anggota memiliki tanggung jawab renteng terhadap Firma.  KUHD psl 15-35

• CV/PERSEROAN KOMANDITER  KUHD 19-21


(Permenkumham No. 17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran
Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma dan
Persekutuan Perdata)
• PERSEROAN TERBATAS  UU no. 40/2007
• KOPERASI  UU no. 25/1992
• YAYASAN (SOSIAL)  UU no. 16/2001 jo UU no. 28/2004
MACAM-MACAM PERUSAHAAN
• PERUSAHAAN NEGARA (Menurut UU No. 9 tahun 1969)
- PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN)
- PERUSAHAAN UMUM (PERUM)
- PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
dalam perkembangannya lebih dikenal dengan BUMN (UU 19 th
2003 jo PP 45 th 2005 tentang BUMN)
• BUMD  PD/PT (permendagri 3/1998) jo UU 5/1962 dan PP 54
/2017.
• PERUSAHAAN SWASTA
• PERUSAHAAN NASIONAL
• PERUSAHAAN ASING
- PERUSAHAAN PATUNGAN
- PERUSAHAAN MURNI ASING (100%)
UU 19 TH 2003 BUMN

• Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang


berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki
oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
• Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perusahaan.
• Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka,
adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi
kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
MACAM-MACAM PERSEROAN TERBATAS
• PT BIASA  UU NO. 40 TH 2007 tentang PT
• PT PMDN dan PMA  UU NO. 25 TH 2007
tentang penanaman modal
• PT PERSERO  UU NO. 40 TH 2007 tentang PT
PERSEROAN TERBATAS
Status Perseroan :
• PT. Tertutup dan Terbuka  PT Khusus (mis. PT
Rumah sakit, Pariwisata dll)
Jenis Perseroan :
• PT Biasa/Swasta Nasional (Non Fasilitas umum)
• PMDN (Fasilitas umum)
• PMA
• BUMN/BUMD
LAYANAN
PENDIRIAN
BADAN USAHA
KONFIRMASI STATUS WAJIB
PERATURAN MENTERI PAJAK (KSWP)
HUKUM DAN HAM RI NOMOR
13 TAHUN 2020 TENTANG
PELAKSANAAN KONFIRMASI
STATUS WAJIB PAJAK BAGI
LAYANAN PUBLIK TERTENTU
DI KEMENTERIAN HUKUM
DAN HAK ASASI MANUSIA
 PERATURAN PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR
13 TAHUN 2018 TENTANG PENERAPAN PRINSIP PEMILIK MANFAAT
PENERAPAN PRINSIP (BENEFICIAL OWNERSHIP)
MENGENALI PEMILIK
MANFAAT DARI KORPORASI
DALAM RANGKA
PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG
DAN TINDAK PIDANA
PENDANAAN TERORISME
 PERATURAN MENTERI HUKUM
DAN HAM NOMOR 15 TAHUN
2019. TATA CARA
PELAKSANAAN PENERAPAN
PRINSIP MENGENALI PEMILIK
MANFAAT DARI KORPORASI.

 PERMENKUMHAM NO. 21
TAHUN 2019 TENTANG TATA
CARA PENGAWASAN
PENERAPAN PRINSIP
MENGENALI PEMILIK
MANFAAT DARI KORPORASI 
PERSEKUTUAN PERDATA/MAATSCHAP
Ps. 1618 – 1652 BW

- perjanjian 2 orang atau lebih


- memasukkan sesuatu / inbreng
- ke dalam harta bersama
- membagi keuntungan / manfaat
Pasal 1 (3) Permenkumham No. 17 Th 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan
Komanditer, Persekutuan Firma dan Persekutuan Perdata.

Persekutuan Perdata adalah persekutuan yang menjalankan profesi secara terus


menerus dan setiap sekutunya bertindak atas nama sendiri serta bertanggung
jawab sendiri terhadap pihak ketiga.
PERSEKUTUAN PERDATA
• Persekutuan ini didirikan oleh beberapa orang yg
memiliki tujuan & profesi yang sama
• Persekutuan ini tidak menjalankan perusahaan (tidak
semata-mata mencari keuntungan)
• Hanya yg melakukan hub. hukum dg pihak III yg bisa
bertanggung jawab kecuali ada pemberian kuasa &
atau ada keuntungan bagi maatschap.
contoh : A,B,C mendirikan maatschap, A berhutang
pada X, maka X hanya bisa menagih A, kecuali
sebaliknya X berhutang pada A maka B & C bisa
menagih X
• Contoh : law firm.
Jenis Persekutuan
Perdata/Maatschap
JENIS UMUM JENIS KHUSUS
• Diperjanjikan suatu
pemasukan dari harta • Para sekutu
kekayaan sekutu secara menjanjikan terlebih
umum tanpa ada rincian dahulu mengenai
• Dalam ps.1621 BW hal itu pemasukan baik berupa
dilarang dg rasio bahwa
pemasukan harta maupun tenaga
seluruh/sebagian tanpa ada (ps.1623 BW)
rincian berakibat
pembagian keuntungan
secara adil kecuali
diperjanjikan dahulu.
SIFAT PENDIRIAN MAATSCHAP
• Didirikan atas perjanjian, baik itu perjanjian konsensuil ataupun riil;
• UU tidak menentukan cara pendirian sehingga perjanjian bentuknya
bebas artinya bisa dibuat secara notariil maupun dibawah tangan 
Menurut Permenkumham 17 th 2018 pasal 12 (4), secara implisit
disebutkan pendirian harus dengan akta notaris.
• Juga tidak diharuskan melakukan pendaftaran di PN  harus didaftarkan
dalam Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU)
• Perjanjian yg dibuat harus memenuhi syarat :
1. Syarat ps. 1320 BW
2. Tidak bertentangan dg norma agama, susila, ketertiban umum
3. Harus bertujuan untuk kepentingan bersama.
Pesan nama Persekutuan Perdata
Pasal 4 Permenkumham 17 th 2018.
• Permohonan pendaftaran pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus didahului dengan
pengajuan nama CV, Firma, dan Persekutuan Perdata.
Pasal 5
1. Pemohon mengajukan permohonan pengajuan nama CV, Firma, dan Persekutuan Perdata kepada Menteri
melalui Sistem Administrasi Badan Usaha.
2. Nama CV, Firma, dan Persekutuan Perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diajukan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) ditulis dengan huruf latin;
b) belum dipakai secara sah oleh CV, Firma, dan Persekutuan Perdata lain dalam Sistem Administrasi
Badan Usaha;
c) tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
d) tidak sama atau tidak mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga
internasional kecuali mendapat izin dari lembaga yang bersangkutan; dan
e) tidak terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf, atau rangkaian huruf yang tidak membentuk
kata.
3. Pengajuan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengisi Format Pengajuan Nama.
4. Format Pengajuan Nama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat:
a) nomor pembayaran persetujuan pemakaian nama CV, Firma, dan Persekutuan Perdata dari bank
persepsi; dan
b) nama CV, Firma, dan Persekutuan Perdata yang dipesan.
MAATSCHAP BUKAN BADAN HUKUM
• Meskipun maatschap dapat menggugat pihak
ketiga (ps.1645 BW) bukan berarti dia badan
hukum tetapi gugatan tersebut dilakukan oleh
para sekutunya.
• Bilamana maatschap ingin dipaksakan
berstatus badan hukum maka harus
memenuhi syarat-syarat badan hukum
BUBARNYA MAATSCHAP
• Diatur dalam ps.1646 – 1652 BW
• Sebab-sebab bubar :
1. Lewatnya waktu yg ditentukan
2. Telah diselesaikan usaha yg menjadi tugas pokok
3. Kehendak para sekutu
4. Sekutu meninggal dunia/dibawah pengampuan/pailit
Tata Cara Pembubaran
Pasal 20 Permenkumham 17 Th 2018
1. Permohonan Pendaftaran Pembubaran terhadap CV, Firma, dan Persekutuan
Perdata harus didaftarkan kepada Menteri oleh Pemohon melalui Sistem
Administrasi Badan Usaha.
2. Pembubaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam hal:
a. berakhirnya jangka waktu perjanjian;
b. musnahnya barang yang dipergunakan untuk tujuan CV, Firma, dan
Persekutuan Perdata atau tujuan CV, Firma, dan Persekutuan Perdata telah
tercapai;
c. karena kehendak para sekutu; atau
d. alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Dalam mengajukan permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilengkapi dengan:
a. akta pembubaran;
b. putusan pengadilan yang menyatakan pembubaran; atau
c. dokumen lain yang menyatakan pembubaran.
FIRMA
ps. 16 KUHD
Unsur-unsur firma :
• Persekutuan perdata
• Menjalankan perusahaan
• Dengan nama bersama (ex. Fa. AMUNTA = Achmad,
MUNawar & Taher)

• Tanggung jawab bersifat pribadi & renteng.


Pasal 1 (2) Permenkumham No. 17 Th 2018
• Persekutuan Firma yang selanjutnya disebut Firma adalah persekutuan
yang menjalankan usaha secara terus menerus dan setiap sekutunya
berhak bertindak atas nama persekutuan.
Unsur-unsur firma
a. Persekutuan Perdata c. Dg nama bersama
nama perusahaan diambil dari
berarti firma didirikan nama sekutu, contoh :
oleh 2 orang atau lebih - firma Ali Ananda
b. Menjalankan Perusahaan - firma Ali bersaudara
- firma Andalas (Andi,
(unsur mutlak) melakukan
Dany & Lasmi)
pembukuan secara
d. Tanggung jawab pribadi &
transparan/terang-
renteng
terangan, terus-menerus firma memiliki harta kekayaan
dan mencari keuntungan sendiri namun harta pribadi
sekutu dapat juga dipakai untuk
memenuhi kewajiban firma.
Nama Firma yg telah bubar dapat dipakai
terus dengan ketentuan :
• Sudah ditentukan dalam perjanjian pendirian ;
• Bekas sekutu atau ahli waris yg namanya
dipakai mengijinkan ;
• Pemakaian nama tersebut dinyatakan dalam
akta, di daftarkan.
PENDIRIAN FIRMA
• Ps.16 KUHD & Ps.1618 BW pendirian firma tidak diharuskan secara notariil, sedang
ps.22 KUHD mengharuskan dg akta otentik namun pasal 22 tidak memberi sanksi
bila tidak dg akta
artinya akta pendirian tidak menjadi syarat mutlak pendirian firma  Menurut
Permenkumham 17 th 2018 pasal 12 (4), secara implisit disebutkan pendirian
harus dengan akta notaris.
• Kewajiban pendaftaran & pengumuman
• Firma sudah ada/dianggap ada sejak ada konsensus para sekutu.
• Pertama kali harus dilakukan pesan nama sebelum pendaftaran Persekutuan Firma
 melalui Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU), sesuai ketentuan pasal 4
permenkumham 17 th 2018.
PENDAFTARAN & PENGUMUMAN
• Pendaftaran akta di PN tempat domisilinya.  Wajib didaftarkan dalam Sistem
Administrasi Badan Usaha (SABU)
• Diumumkan dalam BNRI.
• oleh UU waktu pendaftaran & pengumuman tidak ditentukan jangka waktunya
namun merupakan suatu keharusan yang bersanksi, dimana Firma menjadi
persekutuan umum tidak berbadan hukum.
Pasal 10 Permenkumham 17 TH 2018
1) Permohonan pendaftaran pendirian CV, Firma, dan Persekutuan Perdata harus
diajukan oleh Pemohon melalui Sistem Administrasi Badan Usaha.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diajukan paling lama 60
(enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian CV, Firma, dan
Persekutuan Perdata telah ditandatangani.
3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengisi
Format Pendaftaran.
4) Apabila pendaftaran pendirian CV, Firma, dan Persekutuan Perdata melebihi
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), permohonan pendaftaran
pendirian CV, Firma, dan Persekutuan Perdata tidak dapat diajukan kepada
Menteri.
FIRMA BUKAN BADAN HUKUM
• Meskipun firma memiliki harta kekayaan
sendiri dari para sekutunya tapi syarat-syarat
badan hukum yg lain belum dipenuhi.
• Berarti firma bisa menjadi Badan hukum jika
memenuhi syarat badan hukum.
• Dalam hal ini para SH belum ada persamaan
pendapat. (buku pengertian pokok hk perusahaan, 1991 hal.27)
BUBARNYA FIRMA
• Diatur dalam ps.1646 – 1652 BW & Ps.31-35 KUHD
• Sebab-sebab bubar :
1. Lewatnya waktu yg ditentukan
2. Telah diselesaikan usaha yg menjadi tugas pokok
3. Kehendak para sekutu
4. Sekutu meninggal dunia/dibawah pengampuan/pailit kecuali
ditentukan lain (ada penggantian)

• Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam Pasal 20 Permenkumham


17 Th 2018
PERBEDAAN
MAATSCHAP FIRMA
1. Bertanggung jawab secara 1. Bertanggung jawab secara
pribadi pribadi untuk keseluruhan /
2. Masing-masing sekutu tanggung renteng
tidak bisa mengikat sekutu 2. Tiap sekutu bisa melakukan
lain kecuali ada pemberian perbuatan hk dg pihak
kuasa ketiga & mengikat sekutu
3. Kekayaan tidak terpisah yg lain
4. Didirikan dg akta atau tidak 3. Kekayaan terpisah
5. Tidak diwajibkan 4. Didirikan dg akta (tidak
pendaftaran/pengumuman mutlak)
5. Wajib didaftar/ diumumkan
U D ( USAHA DAGANG )
• Dikenal juga dg nama PD (Perusahaan Dagang)
• Usaha yang didirikan oleh satu orang secara pribadi baik dengan akta
notaris atau tidak ;
• Didirikan dengan modal pribadi ;
• Bukan badan hk  Memiliki tanggung jawab secara pribadi artinya jika
terjadi kerugian maka pemilik UD harus bertanggung jawab sampai
dengan harta pribadinya.
• Perizinannya melalui OSS RBA (Online Single Submission Risk Based
Approach (Perizinan Daring Terpadu dengan Pendekatan Perizinan
Berbasis Risiko)  PP 5 Th 2021 Ttg Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Resiko.
USAHA DAGANG
• Dalam UD tampak banyak orang yg bekerja, tapi
mereka hanya membantu pemilik UD, yg hubungan
hukumnya bersifat perburuhan
• Ada yg berpendapat UD sama dg CV namun
keduanya memiliki perbedaan
• KUHD tidak mengatur secara khusus namun dalam
praktek UD diakui sebagai pelaku usaha
KELEBIHAN & KEKURANGAN UD
KELEBIHAN KEKURANGAN
• Aktifitas relatif lebih sedikit & • Tanggung jawab pemilik tidak
sederhana terbatas  bukan badan huk
• Pemilik bebas ambil putusan • Investasi terbatas  keuangan
• Seluruh keuntungan dimiliki pribadi
sendiri • Kelangsungan hidup perusahaan
• Rahasia perusahaan terjaga kurang terjamin
• Pemilik lebih giat berusaha • Seluruh kerugian ditanggung
• Pendirian & pembubaran lebih sendiri
mudah  tidak ada pihak lain
PENDIRIAN UD
• UD dapat didirikan dg akta notariil meskipun
itu bukan suatu keharusan
• Krn dalam praktek UD sering berinteraksi dg
pihak ketiga yg meminta bukti pendirian.
• Akta pendirian didaftarkan di PN (langsung
proses perizinan melalui OSS RBA)
• Pembukuan/catatan (neraca) 
hak/kewajiban.
C.V.
Comanditer Vennootschap / Perseroan Komanditer
pasal 19 KUHD
• Usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih sekutu ;
• Tanggung menanggung/bertanggung jawab untuk
seluruhnya pada pihak yg satu (aktif/pengurus);
• Satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada
pihak yg lain (pasif/komanditer)
CV secara nyata diatur dalam KUHD yg berada dalam
aturan firma, sehingga CV dapat diartikan sebagai
firma yg memiliki pesero komanditer.
Jika CV memiliki hutang maka pihak ketiga hanya bisa
menagih sekutu aktif.
Pasal 1 (1) Permenkumham 17 Th 2018
• Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap) yang selanjutnya disebut
CV adalah persekutuan yang didirikan oleh satu atau lebih sekutu komanditer
dengan satu atau lebih sekutu komplementer, untuk menjalankan usaha secara
terus menerus.
STATUS HUKUM CV
• CV bukanlah badan hukum karena CV
kewenangan pemerintah belum masuk yaitu
tidak adanya pengesahan dari instansi
pemerintah yg berwenang, meskipun ada
beberapa unsur badan hukum ada dalam CV
TATA CARA PENDIRIAN CV
 Harus didirikan oleh 2 orang atau lebih ;
 Anggaran dasar harus dibuat secara notariil, meliputi ;
 nama & tempat kedudukan
 maksud & tujuan
 waktu berdirinya
 modal (tidak perlu menyebut nominal) diisan SABU ditulisan modal masing-masing
pesero
 pesero aktif/pengurus & pesero pasif/komanditer
 hak & kewajiban pesero
 pembagian untung & rugi
 Didaftarkan di PN di tempat kedudukan CV  harus didaftarkan melalui Sistem Administrasi
Badan Usaha (SABU)
• Menurut Permenkumham 17 th 2018 pasal 12 (4), secara implisit disebutkan pendirian harus
dengan akta notaris.
• Dengan melakukan pesan nama terlebih dahulu sesuai pasal 4.
ORGAN CV
PESERO AKTIF PESERO PASIF
Yg menjalankan CV, Hanya menyerahkan modal
berhubungan & (uang, benda, tenaga)
bertanggung jawab dg pihak
ketiga Tidak boleh ikut campur
Jika sekutu aktif lebih dari dalam menjalankan CV
satu harus diatur secara Hanya berhak mengawasi
tegas dalam anggaran dasar jalannya CV
siapa yg berwenang & siapa Sekutu diam/komanditer
yg dilarang bertindak keluar
Sekutu kerja/pengurus/
komplementer/direktur
PERBEDAAN PESERO
AKTIF PASIF
1. Menjalankan usaha 1. Mengawasi tugas
perseroan
pesero aktif
2. Selain memasukkan modal
juga memasukkan tenaga 2. Hanya memasukkan
& pikiran modal
3. Bertanggungjawab tidak 3. Bertanggungjawab
terbatas pada modal sebatas modal
BERAKHIRNYA CV
• Persekutuan komanditer akan berakhir :
1. Tujuan persekutuan telah tercapai ;
2. Lampaunya waktu
3. Sekutu komplementer meninggal, dibawah pengampuan, pailit kecuali
ditentukan lain (ada penggantian)
• Pembubaran CV sesuai dengan pasal 20 Permenkumham 17 Th 2018.
PERBEDAAN FIRMA & CV
FIRMA CV
1. Pembentukan diatur KUHD 1. Pembentukan tidak diatur
2. Hanya 1 macam sekutu (setiap secara jelas
sekutu bisa saling memberi 2. Ada 2 sekutu (aktif & pasif)
kuasa) 3. Hanya sekutu aktif yg
3. Semua sekutu bertanggung bertanggung jawab pribadi (ada
jawab pribadi (tidak ada perbedaan)
perbedaan) 4. Nama CV tidak boleh diambil
4. Nama firma diambil dari nama dari nama sekutu
sekutu 5. Jika pailit maka hanya pengurus
5. Jika pailit maka semua sekutu yg dipailitkan
bisa dipailitkan
PERBEDAAN CV & PT
CV PT
1. Tidak berbadan hukum 1. Berbadan hukum
2. Sekutu kerja/direktur 2. Direksi tidak
bertanggungjawab penuh bertanggungjawab secara
secara pribadi (tidak pribadi (terbatas)
terbatas) 3. Direksi tidak dapat
3. Sekutu kerja boleh diangkat selamanya (ada
diangkat selamanya jangka waktu)
4. Jumlah modal tidak 4. Jumlah modal ditentukan
disebut dalam akta dalam akta pendirian
pendirian
PERSAMAAN CV & PT
1. Modalnya sama-sama terdiri dari saham
2. Sama-sama ada organ yg mengawasi tugas
direksi
PENDIRIAN CV & UD
1. Akta pendirian / anggaran dasar
 notaris
2. Keterangan domisili
Catatan :
 lurah di tempat tidak semua bidang usaha bisa di
kedudukan CV/UD (beberapa buat dalam bentuk CV/UD karena
wilayah sdh tdk mengeluarkan ada usaha-usaha tertentu yang
SKDU) diharuskan dalam bentuk PT,
seperti perbankan, pertelevisian.
3. NPWP semua & NPWP badan
(CV)
4. Pendaftaran di PN di tempat
kedudukan CV/UD  sdh tidak
perlu sekarang memalui SABU
5. SIUP & TDP  instansi terkait 
NIB melalui OSS
KOPERASI
UU 17/2012 (d/h UU 25/1992)
• Badan hukum
• Didirikan orang perseorangan atau badan hk
• Pemisahan harta
• Menjalankan usaha  simpan pinjam,
produsen, konsumen, jasa.
• Memenuhi aspirasi & kebutuhan bersama
• berdasarkan nilai & `prinsip koperasi
JENIS KOPERASI
Koperasi Primer Koperasi Skunder
 Koperasi yg didirikan Koperasi yg didirikan
oleh beberapa orang & oleh beberapa koperasi
sebagai anggota (minimal 3 koperasi)
koperasi (minimal 20
orang)
RAPAT ANGGOTA
• Organ/perangkat organisasi koperasi yg memegang kekuasaan
tertinggi.
• Kewenangan a.l. : menetapkan kebijakan umum, mengubah
AD, memilih/mengangkat/ memberhentikan pengawas &
pengurus, rencana kerja, APB (anggaran pendapatan &
belanja)
• Rapat anggota diselenggarakan pengurus
• Undangan rapat 14 hari sebelum rapat
• Memperhatikan qorum sesuai AD
ORGAN KOPERASI
1. Rapat Anggota
2. Pengurus
• Ketua
• Sekretaris
• Bendahara
3. Pengawas  3 atau 5 orang
PENGAWAS
• Organ yg mengawasi & memberi nasehat pengurus
• Dipilih dari & oleh anggota pada rapat anggota
• Syarat pengawas :
- tidak pernah jadi pengawas/pengurus koperasi/perusahaan
yg dinyatakan pailit
- tidak pernah dihukum (sektor keuangan) dalam waktu 5 th
sebelum diangkat sbg pengawas
• Tidak boleh rangkap jabatan sbg pengurus.
TUGAS PENGAWAS
• Mengusulkan calon pengurus
• Memberi nasehat & pengawasan pada
pengurus
• Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
& pengelolaan koperasi
• Melaporkan hasil pengawasan ke rapat
anggota
WEWENANG PENGAWAS
• Menetapkan penerimaan, penolakan &
pemberhentian anggota
• Meminta & mendapat keterangan/laporan
baik berkala maupun yg diperlukan dari
pengurus
• Memberikan persetujuan & bantuan pada
pengurus dalam perbuatan hk tertentu
• Memberhentikan sementara pengurus
PENGURUS
• Organ yg bertanggung jawab atas pengurusan koperasi baik di
dalam/diluar pengadilan
• Pengurus dipilih dari anggota/non anggota
• Syarat jadi pengurus :
– Mampu melaksanakan perbuatan hk/cakap
– Mampu mengelola usaha koperasi
– tidak pernah jadi pengawas/pengurus koperasi/perusahaan
yg dinyatakan pailit
– tidak pernah dihukum (sektor keuangan) dalam waktu 5 th
sebelum diangkat sbg pengurus
TUGAS PENGURUS
Antara lain :
• Mengelola koperasi berdasarkan AD
• Mendorong & memajukan usaha
• Menyusun rancangan rencana kerja & APB
untuk diajukan ke rapat anggota
• Menyusun laporan keuangan & pertanggung-
jawaban
WEWENANG PENGURUS
• Pengurus berwenang mewakili koperasi di
dalam & di luar pengadilan kecuali :
- terjadi perkara antara koperasi & pengurus
- pengurus punya kepentingan bertentangan
dg koperasi
l
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PEMBUATAN ANGGAR DASAR
• Nama harus sesuai ps. 17
• Kedudukan koperasi menyebut alamat
lengkap
• Dibuat dg akta notariil (notaris bersertifikasi),
jika tidak ada notaris bisa dibuat camat yg
sudah mendapat pengesahan dari menteri
selaku PPAK
• AD harus disahkan ke menteri koperasi.
NAMA KOPERASI
LARANGAN (Ps.17):
• Dipakai oleh koperasi lain dalam satu kota/kab.
• Bertentangan dg ketertiban umum/susila
• Sama/mirip nama lembaga negara, pemerintah, internasional
kecuali ada ijin dari yg bersangkutan
Nama koperasi sekunder diawali kata koperasi & diakhiri dg
singkatan “Skd”
• Harus melakukan pesan nama koperasi terlebih dahulu
sebelum membuat akta pendirian dan pendaftaran koperasi,
sesuai dengan pasal 5 Permenkumham 14 th 2019.
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
• Dilakukan dg rapat anggota
• Mengikuti aturan main sesuai AD
BIDANG USAHA KOPERASI
• KONSUMEN
 Pelayanan di bidang penyediaan barang
kebutuhan anggota & non anggota
• PRODUSEN
 pengadaan sarana produksi & pemasaran produksi yg dihasilkan
anggota & non anggota
• JASA
 jasa non simpan pinjam yg diperlukan anggota & non anggota 
memberikan pelayanan pd masyarakat. Ex. Kop.Angkutan
• SIMPAN PINJAM
 satu-satunya usaha yg melayani anggota
Setelah kembali ke UU 25/1992  KSU
PENGGABUNGAN & PELEBURAN
• Satu koperasi/lebih dapat menggabungkan
diri dg koperasi lain;
• Satu koperasi/lebih dapat meleburkan diri
untuk membentuk koperasi baru ;
PEMBUBARAN
• Pembubaran koperasi berdasarkan :
1) keputusan rapat anggota  keinginan anggota
2) jangka waktu berakhir  dalam AD
3) keputusan menteri  dinyatakan pailit oleh pengadilan
PENDIRIAN KOPERASI
• Notaris bersertifikasi dari kementerian koperasi  PPAK 
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004
• Terdaftar dalam dinas koperasi daerah
• Rapat anggota koperasi :
- nama, kedudukan/alamat, pendiri, anggota, pengurus, pengawas
• Akta pendirian
• Pengesahan  Kemenkop (Permenkop UKM
no.10/Per/M.KKM/IX/2015  Pengesahan Koperasi melalui
Kemenkumham pada SABH (Sistem Administrasi Badan Hukum)
Permenkumham 14 th 2019, pasal 3.
• Surat Edaran Kemenkopukm No. 32 th 2021 tentang Panduan
pembuatan Anggaran Dasar Pendirian Koperasi.
Y A Y A S A N
UU 16/2001 & UU 28/2004
• Badan hukum yg terdiri atas kekayaan yg dipisahkan
& diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, agama & kemanusiaan yang tidak
mempunyai anggota.
• Pendirian yayasan harus secara notariil & dimintakan
pengesahan dari DepkumHam
bagaimana jika tidak ada pengesahan Depkumham ?
ORGAN YAYASAN
1. Pembina  min.1 orang
2. Pengawas  min.1 orang
3. Pengurus  min. 3 orang

 Ketua
 Sekretaris
 Bendahara
PEMBINA YAYASAN
• PEMBINA  pendiri yayasan atau orang yg
ditunjuk berdasarkan keputusan rapat
pembina
• Jika tidak ada pembina mk 30 hr sejak
kekosongan itu harus ada rapat gabungan
(pengawas & pengurus)
• Tidak rangkap jabatan dalam yayasan
• Rapat 1 X setahun
KEWENANGAN PEMBINA
1. Keputusan perubahan AD
2. Mengangkat/memberhentikan pengawas &
pengurus
3. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasar AD
4. Pengesahan program kerja & rancangan anggaran
5. Penetapan penggabungan/pembubaran yayasan
PENGURUS YAYASAN
• Melaksanakan kepengurusan yayasan
• Tidak rangkap jabatan di yayasan
• Mewakili yayasan di dalam & diluar
pengadilan
• Mengangkat & memberhentikan pelaksana
kegiatan yayasan
PENGAWAS YAYASAN
• Pengawas tidak boleh rangkap jabatan dalam
yayasan
• Dapat memberhentikan sementara pengurus
dengan menyebut alasan
• 7 hari setelah pemberhentian tersebut harus
laporan ke pembina
PENDIRIAN YAYASAN
1. Pesan nama  KemenkumHam (Permenkumham 2 th 2016 jo
Permenkumham 13 th 2019)
di negara Indonesia tidak dibolehkan ada 2 nama yayasan yg sama
2. Akta pendirian  Notariil
anggaran dasar harus dibuat dihadapan notaris & harus sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
3. Keterangan Domisili  lurah/camat
menerangkan alamat/lokasi yayasan itu berada
4. NPWP  KPP setempat
NPWP atas nama yayasan & NPWP atas nama Ketua yayasan
5. SK pengesahan  KemekumHam (SABH)
akta pendirian yayasan harus dimintakan SK pengesahan dari
KemenkumHam agar memperoleh status badan hukum
PENGGABUNGAN YAYASAN
• Pengabungan bisa dilakukan 2 atau lebih yayasan
dengan yayasan lain
• Akibatnya Yayasan yg menggabungkan diri menjadi
bubar
• Syarat penggabungan :
1. Ketidakmampuan yayasan
2. Yang bergabung & yg digabung sejenis
3. Yayasan yg bergabung tidak melakukan
perbuatan yg bertentangan dengan AD.
• Usul dari pengurus ke pembina
PEMBUBARAN YAYASAN
• Jangka waktu berakhir
• Tujuan yayasan telah tercapai
• Putusan pengadilan (inkrach) dg alasan :
• yayasan melanggar ketertiban umum & kesusilaan ;
• tidak mampu bayar hutang setelah dinyatakan pailit ;
atau
• harta yayasan tidak cukup bayar hutang setelah
pernyataan pailit dicabut.
• Pembubaran yayasan melalui Sistem Administrasi Badan
Hukum (SABH)
PENYESUAIAN
• Yayasan yang didirikan sebelum UU 16/2001
harus melakukan penyesuaian
• Dalam 3 tahun (bila sdh didaftarkan di PN) atau
1 tahun (belum didaftarkan di PN) setelah UU
16/2001 tidak menyesuaikan maka tidak dapat
menggunakan kata “yayasan” & dapat
dibubarkan dg putusan pengadilan
• PP 2/2013 penyesuaian tidak ada batas waktu.
PP 2/2013 PENYESUAIAN YAYASAN
• Yayasan dapat melakukan penyesuaian tanpa ada
batas waktu ;
• Caranya a.l.:
 yg sudah badan hukum : membuat membuat akta
perubahan disertai penyesuaian :
 Yg belum badan hukum : membuat akta pendirian
baru dengan penjelasan dipremise asal-usul yayasan.
Laporan kegiatan min. 5 th terakhir diketahui instansi
terkait.
PENDIRIAN YAYASAN
• Pesan nama  Depkumham
• Akta pendirian  AD yayasan
- nama, domisili, organ yayasan
• Salinan akta AD dimintakan pengesahan untuk
memperoleh status badan hk ke kemenkumham.
PERUBAHAN AD
• Persetujuan perubahan anggaran dasar yayasan diatur dalam
permenkumham no 2 th 2016 (pasal 18-23)  Persetujuan
perubahan nama dan kegiatan yayasan.
• Pemberitahuan perubahan anggaran dasar yayasan (Pasal 24-
26)  perubahan selain pasal 18.
• Pemberitahuan Perubahan data yayasan (pasal 27-30) 
Perubahan Pembina, Perubahan atau pengangkatan kembali
pengurus dan/atau pengawas, dan perubahan alamat
lengkap.
PERSEROAN TERBATAS
UU NO. 40 Th 2007 ttg PERSEROAN TERBATAS
UU NO. 25 Th 2007 ttg PMA PMDN
UU NO. 8 th 1995 Pasar Modal
UU NO. 11 Th 2021 ttg UU Cipta Kerja
PP No. 43 th 2011 ttg Pemesanan Nama PT
PP NO. 5 th 2021 ttg Perijinan Berusaha Berbasis Resiko
Permenkumham No 8 Th 2021 tentang Modal Dasar Perseroan Serta
Pendaftaran Pendirian, Perubahan dan Pembubaran Perseroan yang
memenuhi kreteria untuk
Usaha Mikro dan Kecil
Permenkumham No. 21 Th 2021 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran
Pendirian, Perubahan dan Pembubaran Badan Hukum Persroan
Terbatas
Definisi PT
• Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut
perseroan, adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-
undang ini serta peraturan pelaksanaannya
PERSEROAN TERBATAS
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya
disebut perseroan, adalah badan hukum
Undang-Undang Nomor yang merupakan persekutuan modal,
40 Tahun 2007 tentang didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan
Perseroan Terbatas modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya
disebut Perseroan, adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian,
Pasca UU Cipta Kerja melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham atau Badan Hukum
perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana
diatur dalam peraturan
perundangundangan mengenai Usaha
Mikro dan Kecil.
Tanggung Jawab Pesero
• Jika PT berhubungan dengan pihak ketiga
maka yg bertanggung jawab adalah PT bukan
pemegang saham
• Jika ada kerugian maka kerugian pesero hanya
sebatas saham yg dimasukkan dalam
perseroan
• Kecuali jika perseroan tersebut belum
berbadan hukum dan/atau melanggar ADPT.
PERSEROAN TERBATAS ???
• Badan hukum
• Persekutuan modal
• Berdasarkan perjanjian
• Kegiatan usaha  tertentu/khusus atau umum
• Modal dasar yg terbagi dalam bentuk saham
 sudah tercetak atau belum
• Memenuhi persyaratan yg ditetapkan UU &
peraturan pelaksananya
MACAM-MACAM PT
1. PT. TERBUKA  saham dimiliki umum
2. PT. TERTUTUP  pemilik saham tertentu
3. PMDN  pemilik saham
WNI/BHI
4. PMA  pemilik saham WNA/BHA
5. UMUM (Swasta Nasional)  jenis usaha
umum/banyak
6. KHUSUS  jenis usaha tertentu
7. BUMN  modal milik negara
8. BUMD  modal milik pemda
PENDIRIAN PT
1. Pesan nama  Kemenkumham
2. Akta  Notaris
3. Ket. Domisili  Kelurahan (ada beberapa daerah
yang sudah tidak menerbitkan SKDU)
4. NPWP (Semua & PT)  KPP
5. Setor Modal  kendala dg bank sehingga cukup
dengan pernyataan (disetor setelah SK)
6. Pengesahan/SK  Kemenkumham (SABH)
7. SIUP & TDP  Instansi terkait  NIB melalui OSS
LARANGAN PEMAKAIAN NAMA
Tidak semua nama bisa dipakai sebagai nama PT, karena ada beberapa larangan pemakaian nama PT
a.l. (psl 5 PP 43 th 2011)
1. Nama Perseroan yang diajukan harus memenuhi persyaratan:
a. ditulis dengan huruf latin;
b. belum dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau tidak sama pada pokoknya dengan Nama
Perseroan lain;
c. tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
d. tidak sama atau tidak mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga
internasional, kecuali mendapat izin dari lembaga yang bersangkutan;
e. tidak terdiri atas angka atau rangkaian angka, huruf atau rangkaian huruf yang tidak membentuk
kata;
f. tidak mempunyai arti sebagai Perseroan, badan hukum, atau persekutuan perdata;
g. tidak hanya menggunakan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha sebagai Nama Perseroan; dan
h. sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan, dalam hal maksud dan tujuan
serta kegiatan usaha akan digunakan sebagai bagian dari Nama Perseroan.
2. Dalam hal Nama Perseroan yang diajukan disertai dengan singkatan, penggunaan singkatan harus
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali huruf e.
3. Singkatan Nama Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:
a. singkatan yang terdiri atas huruf depan Nama Perseroan; atau
b. singkatan yang merupakan akronim dari Nama Perseroan.
Wajib Memakai Bahasa Indonesia
Pasal 11
Perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh warga negara Indonesia atau badan
hukum Indonesia wajib memakai nama
perseroan dalam bahasa Indonesia
YG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
AD-PT
1. Nama & tempat kedudukan (kota/kab dan propinsi)
2. Maksud & tujuan serta kegiatan usaha
3. Jangka waktu
4. Modal (dasar & disetor/ditempatkan)
5. Jumlah, nilai & pemegang saham
6. Direksi & komisaris
7. Tempat & tata cara RUPS/LB
8. Tata cara pengangkatan & pemberhentian Direksi &
komisaris
9. Tata cara penggunaan laba
PERUBAHAN AD-PT
• Harus dilakukan dg RUPS/RUPSLB
• Sebelum RUPS harus ada undangan dari direksi
• RUPS dipimpin direksi
• Hasil RUPS harus dilaporkan atau dimintakan persetujuan ke
Kemenkumham
• Jika RUPS dibuat dibawah tangan maka dalam waktu 30 hari
harus dinotariilkan
• Jika sudah dinotariilkan maka dalam waktu 30 hari harus
dilaporkan/dimintakan persetujuan
• Perpanjangan jangka waktu berdirinya PT harus diajukan 60
hari sebelum jangka waktunya berakhir
DAFTAR PERSEROAN (PS.29)
• Daftar perseroan dilaksanakan oleh
Kemenkumham, yg memuat a.l.:
- nama, tempat kedudukan, maksud & tujuan,
jangka waktu, modal & perubahan-
perubahannya
• Akta pendirian & perubahan diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara (ps.30)
MODAL
• Modal dasar minimal Rp.50.000.000,-
• Modal ditempatkan & disetor = 25 % dari modal
dasar
• Modal setor harus dibuktikan dg slip setoran ke
rekening bank a/n PT
• Modal setor selain uang harus dilakukan penilaian
berdasarkan harga pasar/ahli penilai yg tidak
terafiliasi dengan PT & harus diumumkan di surat
kabar 14 hari setelah RUPS
SAHAM
• Modal PT harus dibentuk dalam jumlah saham
• Harga saham ditentukan oleh pemegang saham saat
mendirikan PT atau saat RUPS (jika ada perubahan
harga saham)
• Misal :
- modal dasar Rp. 50.000.000,-
- 1 saham = Rp. 500.000,-
- jadi modal dasarnya Rp. 50.000.000,- = 100 saham
- jika modal ditempatkan/disetor 25 % = saham
HAK PEMEGANG SAHAM
(PS.52)
1. Menghadiri & mengeluarkan suara dalam
RUPS
2. Menerima deviden/laba & sisa hasil likuidasi
3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan UU
PERUBAHAN MODAL
PENAMBAHAN MODAL PENGURANGAN MODAL
• Harus dg RUPS • Harus dg RUPS
• tambah modal = tambah • Kurang modal = kurang
saham saham
• Bertambahnya MD belum • Kurang MD belum tentu MS
tentu MS bertambah & berkurang & sebaliknya
sebaliknya • Pengurangan modal harus
• penambahan modal harus ditawarkan modal siapa yg
ditawarkan ke pemegang berkurang
saham yg lain  orang lain • Diumumkan di media
PEMINDAHAN SAHAM
• Saham dapat dialihkan dari pemegang saham
yg satu kepada yg lain
• Peralihan saham harus ditawarkan pada
pemegang saham yg sudah ada, jika tidak ada
yg berkenan maka bisa dialihkan ke pihak lain
• Peralihan saham harus mendapat persetujuan
RUPS
ORGAN PT

A. D I R E K S I
B. DEWAN K O M I S A R I S
C. R U P S
A. DIREKSI
• Menjalankan perseroan sehari-hari sesuai dengan AD-PT
• Diangkat & diberhentikan oleh RUPS
• Bila direksi lebih dari satu maka tugas & wewenangnya diatur
dalam keputusan RUPS, namun jika tidak maka dengan
keputusan direksi
• Kewajiban direksi a.l.:
membuat daftar pemegang saham, risalah RUPS, risalah rapat
direksi, laporan tahunan, memelihara seluruh daftar asset,
risalah & dokumen, meminta persetujuan RUPS dalam hal
tertentu
B. DEWAN KOMISARIS
• Melakukan pengawasan tugas & wewenang direksi
• Memberi nasehat direksi
• Diangkat & diberhentikan RUPS
• Kewajiban a.l. :
membuat risalah rapat komisaris, menyimpan
risalah, melapor ke perseroan jika ada kepemilikan
sahamnya/keluarganya, melaporkan tugas
pengawasan ke RUPS
C. R U P S
• Memiliki wewenang yg tidak dimiliki
direksi/komisaris
• Pemegang saham berhak mengetahui segala sesuatu
tentang perseroan
• RUPS harus sesuai qorum
• RUPS harus ditempat kedudukan PT kecuali Tbk (di
wilayah RI) bisa dituliskan dalam AD.
• RUPS bisa dilakukan secara langsung tatap muka bisa
juga tidak
JENIS RUPS
RUPS TAHUNAN RUPSLB / RULBPS
• RUPS yang wajib • RUPS diluar acara
dilakukan 1 tahun sekali tahunan
(paling lambat 6 bulan • RUPS ini bisa dilakukan
setelah tahun buku beberapa kali jika
berakhir) dipandang perlu
TATA CARA RUPS
1. RUPS harus dilakukan di tempat kedudukan PT kecuali tbk di wilayah RI
2. Sebelum RUPS harus ada surat panggilan rapat dari direksi bagi pemegang saham
(14 hari sebelum RUPS) kecuali ada kepastian seluruh pemegang saham hadir maka
panggilan rapat dapat diabaikan
3. Undangan rapat harus jelas tempat, waktu, & agenda rapat
4. Rapat dipimpin oleh Direktur utama
5. Kuorum, RUPS bisa dilaksanakan jika dihadiri ½ bagian lebih dari jumlah seluruh
saham atau yg mewakili, jika tidak maka
ada panggilan RUPS ke-2 ( 7 hari) dg ketentuan paling sedikit 1/3 bagian dari jumlah
seluruh saham
jika tidak maka panggilan RUPS dg penetapan pengadilan ( 7 hari)
5. Keputusan RUPS sah jika disetujui secara bulat atau disetujui lebih dari ½ bagian yg
hadir
6. RUPS/RUPSLB dapat dilakukan secara langsung dihadapan notaris (relaas akta),
dapat juga dilakukan dibawahtangan namun harus segera di notariilkan
PENYESUAIAN
• Untuk PT yg didirikan sebelum diundangkan
UU 40/2007 maka PT tersebut harus
melakukan penyesuaian AD-nya dengan cara
melakukan RUPS
ANGGARAN DASAR & PERUBAHAN
Untuk AD-PT & perubahannya harus kita
sampaikan ke Kemenkumham untuk
dimintakan :
– Pengesahan  pendirian
– Persetujuan  nama, tempat, modal, status,
maksud/tujuan, jangka waktu
– Pemberitahuan AD dan Data Perseroan  selain
diatas
Peleburan (konsolidasi)

Pasal 1 (10)
• Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan
baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan
yang meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan yang
meleburkan diri berakhir karena hukum.

• Secara keseluruhan tentang peleburan diatur dalam pasal 7 (3-4), pasal 29


- 30, pasal 122 - 124, pasal 126 -128, pasal 130, pasal 132 – 134 jo
Permenkumham no. 21 th 2021 pasal 6 (d, e).
KONSOLIDASI
• Beberapa PT meleburkan diri membentuk satu
PT baru
• PT yang meleburkan diri menjadi bubar
• Contoh : bank Bali, bank Patriot, BBD
meleburkan diri menjadi bank Permata
Ciri-Ciri Konsolidasi
• Ada dua atau lebih perusahaan yang meleburkan diri untuk membentuk
perusahaan baru.
• Perusahaan yang meleburkan diri, bubar demi hukum tanpa likuidasi.
• Perusahaan baru hasil peleburan harus mendapatkan status badan hukum yang
baru dari menhukham.
• Rancangan konsolidasi dan konsep akta konsolidasi wajib disetujui RUPS di
masing-masing perseroan.
• Konsep akta konsolidasi yang telah disetujui RUPS dituangkan dalam akta
konsolidasi yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia.
• Salinan akta konsolidasi dilampirkan pada pengajuan permohonan untuk
mendapatkan keputusan Menkumham mengenai pengesahan badan hokum
perseroan hasil peleburan.
• Perseroan hasil konsolidasi memperoleh status badan hokum pada tanggal
diterbitkannya keputusan Menkumham mengenai perusahaan yang meleburkan
diri bubar demi hukum tanpa proses likuidasi.
• Aktiva dan pasiva perusahaan yang meleburkan diri demi hukum akan beralih ke
dalam perusahaan baru hasil konsolidasi berdasarkan titel umum.
Tata Cara Peleburan
1. Direksi PT yang akan meleburkan diri menyusun usulan rencana Konsolidasi. Usulan rencana
konsolidasi wajib disetujui komisaris masing-masing PT.
2. Usulan rencana konsolidasi dijadikan bahan menyusun rancangan konsolidasi yang disusun
bersama oleh direksi PT yang akan melakukan peleburan.
3. Ringkasan atas rancangan konsolidasi wajib diumumkan direksi dalam dua surat kabar harian
dan diumumkan secara tertulis kepada karyawan PT yang akan melakukan peleburan paling
lambat 14 hari sebelum pemanggilan RUPS.
4. Rancangan konsolidasi dan konsep akta konsolidasi wajib disetujui RUPS masing-masing.
Konsep akta konsolidasi yang telah disetujui RUPS dituangkan dalam akta konsolidasi yang
dibuat dihadapan notaris dalam bahasa Indonesia. Akta konsolidasi yang sudah disahkan
notaris selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pembuatan akta pendirian PT hasil
peleburan.
5. Direksi PT yang meleburkan diri wajib mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian
PT hasil peleburan kepada Menkumham paling lambat 14 hari sejak tanggal keputusan RUPS.
6. Menkumham memberikan pengesahan paling lama 60 hari setelah permohonan diterima. PT
yang meleburkan diri dianggap bubar terhitung sejak tanggal akta pendirian PT hasil
peleburan disahkan oleh Menkumham.
7. Setelah mendapat pengesahan Menkumham, akta pendirian PT hasil peleburan wajib
dimasukkan dalam daftar perusahaan serta diumumkan dalam tambahan berita Negara RI.
Penggabungan (MERGER)
Pasal 1 (9)
• Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan
Perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan
pasiva dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih
karena hukum kepada Perseroan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum
Perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.

• Secara keseluruhan tentang penggabungan diatur dalam


pasal 29 - 30, pasal 122 - 123, pasal 126 -129, pasal 132 – 134
jo Permenkumham No. 21 th 2021 pasal 8, pasal 11 – 12.
MERGER
• Satu/beberapa PT yg diambil alih oleh satu PT
yang lain
• PT yang diambil alih menjadi bubar
• Contoh : ANK diambil alih Commanwalt
Ciri-ciri MERGER
• Ada perusahaan yang menggabungkan diri dan ada perusahaan yang menerima penggabungan.
• Perusahaan yang menerima penggabungan tetap eksis, sedangkan perusahaan yang menggabungkan diri
bubar demi hukum tanpa likuidasi.
• Rancangan merger dan konsep akta merger harus disetujui RUPS.
• Konsep akta merger yang telah disetujui RUPS dituangkan dalam akta merger yang dibuat di hadapan
notaris dalam bahasa Indonesia.
• Merger ada yang diikuti dengan perubahan AD dan ada yang tidak diikuti perubahan AD.
• Merger yang diikuti perubahan AD ada yang perlu persetujuan Menkumham, dan ada pula yang cukup
diberitahukan kepada Menkumham.
• Merger yang diikuti perubahan AD dan butuh persetujuan Menkumham, dianggap mulai berlaku sejak
tanggal persetujuan oleh Menhukham. Pada tanggal tersebut perusahaan yang menggabungkan diri
dianggap bubar demi hukum tanpa proses likuidasi.
• Merger yang diikuti perubahan AD yang cukup diberitahukan kepada Menkumham, dianggap mulai
berlaku sejak tanggal pendaftaran akta merger dan akta perubahan AD dalam daftar perusahaan. Pada
tanggal tersebut perusahaan yang menggabungkan diri dianggap bubar demi hukum tanpa proses
likuidasi.
• Merger yang tidak diikuti perubahan AD, dianggap mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan akta
merger di hadapan notaris. Pada tanggal tersebut perusahaan yang menggabungkan diri dianggap bubar
demi hukum tanpa likuidasi. Salinan akta merger disampaikan kepada menkumham untuk dicatat dalam
daftar perusahaan.
• Aktiva dan Pasiva perusahaan yang menggabungkan diri akan beralih demi hukum ke dalam perusahaan
hasil merger berdasarkan titel umum.
Tata Cara MERGER
1. Direksi PT yang akan menggabungkan diri dan direksi PT yang menerima penggabungan
masing-masing menyusun usulan rencana merger. Usulan rencana merger wajib disetujui
komisaris masing-masing PT.
2. Usulan rencana merger dijadikan bahan menyusun rancangan merger yang disusun bersama
oleh direksi PT yang akan melakukan penggabungan.
3. Ringkasan atas rancangan merger wajib diumumkan direksi dalam dua surat kabar harian
dan diumumkan secara tertulis kepada karyawan PT yang akan melakukan penggabungan
paling lambat 14 hari sebelum pemanggilan RUPS.
4. Rancangan merger dan konsep akta merger wajib disetujui RUPS masing-masing. Konsep
akta merger yang telah disetujui RUPS dituangkan dalam akta merger yang dibuat dihadapan
notaris dalam bahasa Indonesia. Salinan akta merger selanjutnya digunakan mengurus izin
atau pemberitahuan ke Menkumham.
5. Apabila merger PT disertai perubahan AD yang membutuhkan persetujuan Menkumham,
merger dianggap mulai berlaku sejak tanggal persetujuan perubahan AD oleh Menkumham.
Apabila merger PT disertai perubahan AD yang tidak perlu persetujuan Menkumham, maka
merger dianggap mulai berlaku sejak tanggal pendaftaran Akta merger dan Akta perubahan
Anggaran Dasar dalam daftar perusahaan.
6. Apabila merger PT tanpa disertai perubahan AD, maka merger dianggap mulai berlaku sejak
tanggal penandatangan akta merger di hadapan notaris. PT yang menggabungkan diri bubar
demi hukum tanpa melalui proses likuidasi. Salinan akta merger selanjutnya diberitahukan
kepada Menkumham untuk dimasukkan dalam daftar perusahaan.
Pengambilalihan (Akuisisi)

Pasal 1 (11)
• Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut.

• Secara keseluruhan tentang pegambilalihan diatur dalam


pasal 29 - 30, pasal 125 - 128, pasal 131 – 134 jo
Permenkumham No. 21 th 2021 pasal 8 dan pasal 11.
AKUISISI
• Satu/beberapa PT yang sahamnya diambil alih
oleh PT yang lain
• PT yang diambil alih tidak bubar
• Contoh : Lativi diambil alih AnTV (Lativi ganti
nama menjadi TV-One)
Ciri-ciri AKUISISI
• Ada perusahaan yang mengambil alih (perusahaan pengakuisisian dan ada
perusahaan yang diambilalih (perusahaan yang diakuisisi perusahaan target).
• Akuisisi bisa dilakukan terhadap saham atau asset milik perusahaan target.
• Akuisisi saham hanya dapat dilakukan terhadap perusahaan target berbentuk PT
sebab kepemilikannya diwujudkan dalam bentuk saham.
• Pihak pengakuisisi berbentuk perseroan terbatas sebelum melakukan akuisisi
harus lebih dahulu mendapat persetujuan dari RUPS perusahaan pengakuisisi.
• Akuisisi saham berbeda dengan pembelian saham biasa karena dalam akuisisi
saham jumlah saham yang dibeli relative banyak sehingga dapat mengubah posisi
pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali.
• Perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi sama-sama tetap hidup.
Namun, ada pula akuisisi yang diikuti dengan merger sehingga perusahaan yang
diakuisisi digabungkan dan kemudian bubar demi hokum tanpa likuidasi.
• Akuisisi terhadap saham perusahaan perbankan harus mendapat persetujuan
Bank Indonesia, sedangkan akuisisi terhadap saham perusahaan terbuka harus
mendapat persetujuan Bapepam-LK (OJK).
Tata Cara AKUISISI
1. Pihak yang akan mengakuisisi PT menyampaikan maksud dan tujuannya kepada direksi PT yang akan
diakuisisi. Pihak pengakuisi dapat berbentuk Badan Hukum atau Perorangan.
2. Direksi PT yang akan diakuisisi dan pihak pengakuisisi masing-masing menyusun usulan rencana akuisisi.
Usulan rencana akuisisi wajib mendapat persetujuan komisaris PT yang akan diakuisisi atau lembaga
serupa dari pihak pengakuisisi.
3. Usulan rencana akuisisi digunakan sebagai bahan penyusunan rancangan akuisisi yang disusun secara
bersama-sama antara direksi PT yang akan diakuisisi dengan pihak pengakuisisi. Ringkasan rancangan
akuisisi wajib diumumkan direksi PT pengakuisisi dalam dua surat kabar harian serta diberitahukan secara
tertulis kepada karyawan PT pengakuisisi paling lambat 14 hari sebelum pemanggilan RUPS.
4. Rancangan akuisisi wajib disetujui RUPS dari PT yang akan diakuisisi. Rancangan akuisisi juga harus
disetujui oleh pemegang kekuasaan dari pihak pengakuisisi. Apabila pihak pengakuisisi berbentuk PT,
rancangan akuisisi harus disetujui RUPS. Pada pihak pengakuisisi berbentuk koperasi, rancangan akuisisi
harus disetujui rapat anggota koperasi. Jika pihak pengakuisisi berbentuk yayasan maka rancangan akuisisi
harus disetujui rapat dewan Pembina yayasan.
5. Rancangan akuisisi yang telah disetujui selanjutnya dituangkan dalam akta akuisisi yang dibuat di hadapan
notaris dan ditulis dalam Bahasa Indonesia. Akta akuisisi yang sudah disahkan notaris selanjutnya
didaftarkan kepada Menkumham .
6. Apabila akuisisi PT diikuti perubahan AD yang membutuhkan persetujuan Menkumham, akuisisi dianggap
mulai berlaku sejak tanggal persetujuan AD oleh Menkumham. Apabila akuisisi PT disertai perubahan AD
yang tidak memerlukan persetujuan Menkumham, akuisisi dianggap mulai berlaku sejak tanggal
pendaftaran akta akuisisi dalam daftar perusahaan. Di sisi lain, apabila akuisisi PT tidak mengakibatkan
perubahan AD, akuisisi dianggap mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan akta akuisisi di hadapan
notaris.
HOLDING COMPANY
• Tidak menjalankan operasional namun hanya
mengambil hasil saham anak perusahaan
(hanya investasi) sedang yg menjalankan
perusahaan itu adalah anak perusahaan itu
sendiri.
JENIS HOLDING COMPANY
1. H.C. VERTICAL
2. H.C. HORIZONTAL
3. H.C. UMUM
H.C. VERTICAL
• PT yang satu dengan PT yang lain operasionalnya
berbeda-beda namun antara satu dengan yang lain
saling berkaitan
• Ex : PT pabrik rokok punya anak perusahaan
pertanian cengkeh, perusahaan kertas rokok,
transportasi
• Tujuan :
1. Cost/biaya yg keluar tidak jatuh kepihak lain
2. Satu sama lain mendukung induk perusahaan
sehingga stabilitas perusahaan terjaga
3. Aspek fiscal (mengurangi resiko asas progresif)
H.C. HORIZONTAL
• PT yang satu dengan yang lain
beroperasional pada bidang yang sama
• Ex : PT Aqua membentuk anak
perusahaan VIT
• Tujuan :
1. Memacu semangat para direksi untuk saling
berprestasi
2. Mengurangi kompetiter/persaingan dengan pihak
lain
H.C. UMUM
• PT yang didirikan dengan berbagai macam
bidang usaha
• Ex : Astra mendirikan anak perusahaan di
bidang lain seperti supermarket, pertanian
Pemisahan (Spin Off)

Pasal 1 (12)
• Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan
seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum
kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan
pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu)
Perseroan atau lebih.

• Secara keseluruhan tentang pemisahan diatur dalam pasal 29


- 30, pasal 126 - 128, pasal 132, pasal 134 – 136 jo
Permenkumham No. 21 th 2021 pasal 8 dan pasal 11.
PEMISAHAN
• PEMISAHAN MURNI / SPLIT OFF
• PEMISAHAN TIDAK MURNI / SPIN OFF
PEMISAHAN MURNI
• Berakibat :
seluruh aktiva & pasiva beralih karena hukum
kepada 2/lebih perseroan lain yang menerima
peralihan ;
perseroan yang melakukan pemisahan berakhir
karena hukum ;
• Beralih karena hukum = beralih berdasarkan
titel umum sehingga tidak diperlukan akta
peralihan.
PEMISAHAN TIDAK MURNI
• Sebagian aktiva & pasiva beralih karena
hukum kepada satu/lebih perseroan lain yang
menerima peralihan ;
• Perseroan yg melakukan pemisahan tetap
ada.
Tujuan Spin off Perusahaan,
dari Segi Perusahaan Induk
• Salah satu tujuan utama perusahaan dalam melakukan spin off adalah
dalam upaya restrukturisasi perusahaan. Saat suatu perusahaan sudah
berhasil tumbuh dan berkembang, maka perusahaan pun harus
melakukan beberapa strategi tertentu, salah satunya adalah dengan
melakukan spin off.
• Dari sisi perusahaan induk, tujuan utama dari dilakukannya spin off adalah
agar bisa meningkatkan performa dan juga value perusahaan itu sendiri.
• Perusahaan yang sudah berkembang dan menjadi semakin besar harus
dipecah kembali agar mampu mencapai berbagai target lain dengan hasil
yang jauh lebih besar. Nantinya, perusahaan induk bisa lebih fokus pada
berbagai proyek baru yang lebih menjanjikan.
Tujuan Spin off Perusahaan,
Dari Segi Perusahaan yang Baru
• Dari sisi perusahaan baru, strategi spin off ini akan terasa sangat
menguntungkan. Ada kalanya pada perusahaan besar, terdapat beberapa
unit bisnis yang tidak mampu berkembang secara maksimal. Hal tersebut
dikarenakan seluruh keputusan masih berada ditangan perusahaan
induknya.
• Namun saat kegiatan spin off sudah dilakukan, maka unit bisnis akan
menjadi perusahaan baru dan mempunyai wewenang yang lebih besar
dalam melakukan inovasi serta melakukan strategi sendiri. Sehingga,
peluang untuk bisa tumbuh dan berkembang pun akan semakin luas.
Perbedaan Spin off dan Split Off
1. Spin off
• Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, spin off adalah pemisahan tidak murni atau
pemisahaan perusahaan secara sebagian yang dilakukan berdasarkan hukum oleh perseroan
agar bisa memisahkan usaha yang menimbulkan sebagian pasiva dan aktiva perseroan
tersebut berpindah karena adanya hukum pada dua perseroan atau lebih.
• Hal tersebut sesuai dengan pasal 1 (12) dan 135 (1,3) UUPT. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perseroan yang melakukan kegiatan pemisahan ini masih tetap eksis, namun aktiva
dan juga pasiva perusahaan lama mengalami pengurangan karena sebagiannya sudah
diberikan pada perusahaan baru.
• Contohnya, PT. ABC mempunyai aset sebanyak 200 miliar rupiah untuk melakukan
pemisahaan pada salah satu bidang bisnisnya agar menjadi perusahaan baru dan berdiri
sendiri dengan nama PT. ZZZ serta memiliki serta sebanyak 100 miliar rupiah. Untuk itu, PT.
ABC yang menjadi perusahaan induk tetap berdiri dan mempunyai aset sisa senilai 100 miliar
rupiah.
• Setelah itu, umumnya kedua perusahaan tersebut nantinya akan menjalankan bisnis secara
bersamaan.
2. Split off
• Split atau pemisahan murni atau yang bisa juga disebut dengan kegiatan pemisahan
perusahaan secara penuh adalah suatu kegiatan hukum yang dilakukan oleh pihak
perusahaan agar bisa memisahkan usaha yang menyebabkan semua pasiva dan aktiva
berpindah karena hukum pada dua perusahaan atau lebih dan perusahaan induk akan
berakhir karena terikat hukum.
• Berpindah karena hukum ini dikarenakan berpindah dengan berdasarkan titel umum.
Sehingga, agar bisa mendapatkan perusahaan yang memisahkan diri berakhir tidak
memerlukan akta peralihan usaha.
• Contohnya, ada perusahaan PT. AAA yang memilih aset sebanyak 200 miliar rupiah untuk
melakukan pemecahan perusahaan menjadi dua, yakni PT. BBB dan PT CCC, yang mana
setiap perusahaan tersebut memperoleh aset sebesar 100 miliar rupiah.
• Hal tersebut membuat PT. AAA sudah tidak lagi memiliki aset dan statusnya pun bubar,
karena tanpa adanya proses hukum likuidasi di dalamnya.
• Hal yang harus diketahui bila ada pemisahan perusahaan adalah entitas dan para pemilik
saham perusahaan yang melakukan pemisahan pun akan menjadi entitas dan pemilik saham
baru yang sudah secara resmi mengikat diri. Sehingga, hubungan hukum yang terjadi pada
perseroan yang melakukan pemisahan diri adalah bentuk lanjutan dari perusahaan yang
melakukan kegiatan pemisahan.
4 Langkah Dalam Memulai Spin off
1. Persiapan
• Proses spin off bukanlah suatu hal yang bisa dilakukan dengan sederhana. Karena
perusahaan yang melakukan spin off adalah perusahaan terbuka, maka hasil keputusannya
pun harus ada di RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
• Untuk persiapan awal, maka pihak perusahaan harus bisa membuat rancangan pemisahan.
Rancangan tersebut harus bisa dipublikasikan di dalam surat kabar nasional, dan
diinformasikan pada kreditur, karyawan, dan juga mitra usaha maksimal 30 hari sebelum
RUPS dimulai.
• Jika ada yang merasa keberatan atas adanya rencana ini, maka harus disampaikan maksimal
14 hari sejak diterbitkan pengumuman tersebut di surat kabar.
• Bila pihak direksi ternyata tidak mampu menyelesaikan keberatan yang diajukan, maka
nantinya akan diserahkan pada hasil RUPS. Sebelum keberatan ini bisa diselesaikan,
maka spin off pun tidak akan bisa dilakukan.
2. Penyelenggaraan RUPS
• Berhubungan dengan adanya keputusan disepakatinya spin off, maka RUPS pun harus
dihadiri minimal 3/4 dari seluruh pemilik saham yang memiliki hak suara sah. Bila tidak
mampu dipenuhi, maka pengambilan keputusan nantinya harus dilakukan secara voting. Bila
dengan cara voting pun masih belum bisa mencapai kesepakatan, maka kegiatan spin off pun
tidak bisa dilakukan.
3. Proses Spin off
• Bila telah disetujui oleh sebagian besar atau semua pemilik saham, maka
proses spin off bisa langsung dijalankan. Perusahaan baru yang dibentuk dengan
status PT (Perseroan Terbatas) pun bisa resmi didirikan bersamaan dengan
pemindahan sebagian aktiva dan juga pasiva dari perusahaan induk.
4. Pengesahan Spin off 
• Spin off harus bisa disahkan oleh kata notaris agar nantinya bisa memperoleh
status secara legal di mata hukum. Bentuk pengesahan ini nantinya akan
berbentuk akta pemisahan yang menjelaskan bahwa perusahaan baru dan
peralihan pasiva dan aktiva dari perusahaan induk ke anak perusahaan sudah
resmi dan legal secara.
Aturan dalam Melakukan Spin off

• Untuk perusahaan non perbankan, kegiatan spin off telah tertuang di


dalam UUPT (Undang-undang Perseroan Terbatas). Sedangkan untuk
perusahaan perbankan, kegiatan spin off sudah diatur di dalam UUPS
(Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah).
• Berdasarkan peraturan yang tertuang dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas, agar bisa melakukan berbagai kegiatan bisnisnya, maka
perusahaan baru yang dibentuk dari hasil spin off harus sudah
mengantongi izin resmi dan pengesahan dari pihak Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
• Namun untuk perusahaan perbankan, izin yang diperlukan adalah dari
Kemenkumham dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
PEMBUBARAN
• Pasal 142 – 152 UU PT, dan
• Pasal 12 Permenkumham 21 th 2021 ttg syarat dan tata cara
Pendaftaran Pendirian, Perubahan dan Pembubaran Badan Hukum PT.

PT dapat dibubarkan dg beberapa cara :


1. Keputusan RUPS/LB
2. Habisnya jangka waktu yg ditentukan AD
3. Penetapan pengadilan
4. Pailit

• Pembubaran melalui SABH.


PEMBUBARAN
• Pembubaran PT tidak mengakibatkan hilangnya status badan
hukum
• Dalam waktu 30 hari sejak dibubarkan likuidator
berkewajiban :
1. Memberitahu kreditor & mengumumkan dalam surat
kabar & BNRI
2. Memberitahu Kemenkumham untuk dicatat dalam daftar
perseroan berakhirnya status badan hukum &
menghapus nama perseroan
• Jika hal tersebut tidak dilakukan maka pembubaraan tidak
berlaku bagi pihak ketiga sehingga jika ada kerugian pihak
ketiga menjadi tanggung jawab renteng likuidator
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA

 Melalui UU Cipta Kerja, Pemerintah memangkas regulasi


yang menghambat, baik pada tingkat pusat maupun daerah
dan memberikan kemudahan berusaha terutama bagi sektor
Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

 Undang-Undang ini memungkinkan pendirian Perseroan


Terbatas oleh satu orang yang memenuhi kriteria UMK dalam
bentuk Perseroan Perorangan.
DASAR HUKUM
UNDANG-UNDANG NO. 11 TH 2020 TTG CIPTA KERJA
sebagai pelaksana dari Undang-Undang Cipta Kerja, telah diundangkan
beberapa peraturan sebagai berikut :

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan,


Pelindungan dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2021 tentang Modal Dasar Perseroan


serta Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan Pembubaran Perseroan yang
Memenuhi Kriteria untuk Usaha Mikro dan Kecil

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2021
tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pendirian, Perubahan, dan
Pembubaran Badan Hukum Perseroan Terbatas

Pengaturan Tarif PNBP


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2021 tentang Jenis dan Tarif
atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia
PNBP Badan Hukum Perseroan Perseorangan
per permohonan
1. Pendaftaran Pendirian Perseroan Perorangan untuk Usaha Mikro dan
Kecil  Rp. 50.000,-
2. Pendaftaran Peru bahan Perseroan Perorangan yang Memenuhi Kriteria
Usaha Mikro dan Kecil  Rp. 50.000,-
3. Perbaikan Data Perseroan Perorangan yang Memenuhi Kriteria Usaha
Mikro dan Kecil  Rp. 50.000,-
4. Pendaftaran Pembubaran Perseroan Perorangan yang Memenuhi Kriteria
Usaha Mikro dan Kecil  Rp. 50.000,-
5. Unduh Data Informasi Perseroan Perorangan yang Memenuhi Kriteria
Usaha Mikro dan Kecil  Rp. 50.000,-
6. Pemblokiran Data Perseroan Perorangan yang Memenuhi Kriteria Usaha
Mikro dan Kecil  Rp. 1.000.00,-
7. Buka Blokir Data Perseroan Perorangan yang Memenuhi Kriteria Usaha
Mikro dan Kecil  Rp. 500.000,-
KELEBIHAN PERSEROAN PERORANGAN
BERBADAN HUKUM
Pemisahan harta kekayaan pribadi dengan harta
perusahaan dalam bentuk pernyataan modal

Status badan hukum diperoleh setelah


mendaftarkan pernyataan pendirian secara
elektronik dan memperoleh bukti pendaftaran.

Didirikan cukup dengan mengisi form pernyataan


pendirian secara elektronik sehingga tidak
memerlukan akta notaris.

Bersifat one
tier, yakni FITUR UTAMA
PERSEROAN Pengumuman
pendiri cukup pada laman
sekaligus PERORANGAN ahu.go.id.
direktur dan
pemegang
saham (tanpa
ada komisaris).
PERSEROAN PERSEORANGAN

Pasal 2 PP 8/2021 jo Permenkumham 21 /2021 psl (13- 21)


1. Perseroan yang memenuhi kriteria untuk usaha mikro dan
kecil terdiri atas:
a. Perseroan yang didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih;
dan
b. Perseroan perorangan yang didirikan oleh 1 (satu) orang.
2. Pendirian, perubahan anggaran dasar, dan pembubaran
Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai Perseroan.
UUCK Perubahan UU No. 40 th 2007
Pasal 153 E
1. Pemegang saham perseroanuntuk usaha mikro dan
kecil sebagaimana dimaksud dalam pasal 153 A
merupakan orang perorangan.
2. Pendirian perseroan hanya dapat mendirikan PT
untuk usaha mikro dan kecil sejumlah 1 perseroan
untuk usaha mikro dan kecil dalam 1 tahun.
Pasal 153 J
1. Pemegang saham Perseroan untuk usaha mikro dan
kecil tidak bertanggungjawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak
bertanggungjawab atas kerugian perseroan melebihi
saham yang dimiliki.
Lanjutan pasal 153 J
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku
apabila :
a. Persyarat perseroan sebagai badan hukum belum atau
tidak terpenuhi ;
b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung
maupun tidak langsung dengan itikad buruk
memanfaatkan perseroan untuk kepentingan pribadi ;
c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
perseroan ; atau
d. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung
maupun tidak langsung secara melawan hukum
menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan
kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang perseroan.
PERSEROAN PERORANGAN

JENIS TRANSAKSI PENGGUNA LAYANAN

MASYARAKAT
UMUM

LAPORAN
PENDIRIAN PERUBAHAN PEMBUBARAN KEUANGAN
Modal
Pasal 3
1. Perseroan wajib memiliki modal dasar Perseroan.
2. Besaran modal dasar Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan keputusan pendiri Perseroan.
Pasal 4
1. Modal dasar Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus
ditempatkan dan disetor penuh paling sedikit 25% (dua puluh lima
persen) yang dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah.
2. Bukti penyetoran yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
disampaikan secara elektronik kepada Menteri dalam waktu paling lama
60 (enam puluh) Hari terhitung sejak tanggal :
a. akta pendirian Perseroan untuk Perseroan; atau
b. pengisian Pernyataan Pendirian untuk Perseroan perorangan.
Pendirian
Pasal 6 (1) PP 8/2021
1. Perseroan perorangan didirikan oleh Warga Negara Indonesia dengan
mengisi Pernyataan Pendirian dalam bahasa Indonesia.
2. Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi persyaratan :
a. berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun; dan
b. cakap hukum.
3. Perseroan perorangan memperoleh status badan hukum setelah
didaftarkan kepada Menteri dan mendapatkan sertilikat pendaftaran
secara elektronik.
4. Perseroan perorangan yang telah memperoleh status badan hukum
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diumumkan oleh Menteri dalam
laman resmi direktorat jenderal yang menyelengp;arakan tugas dan fungsi
di bidang administrasi hukum umum.
PROSES PENDIRIAN PERSEROAN PERORANGAN

Pemohon membuka
laman ahu.go.id
Pemohon mengisi SERTIFIKAT
PERNYATAAN PENDIRIAN PENDAFTARAN
LAPORAN KEUANGAN

Perseroan perorangan
Pengisian format isian BUKTI PENERIMAAN
penyampaian laporan
wajib menyampaikan
keuangan. LAPORAN KEUANGAN
laporan keuangan kepada
Menteri paling lambat 6 Format isian penyampaian
(enam) bulan setelah laporan keuangan memuat:
akhir periode akuntansi  laporan posisi keuangan;
berjalan.  laporan laba rugi; dan
 catatan atas laporan
keuangan tahun
berjalan.
PERUBAHAN
Pasal 8
1. Pernyataan Pendirian Perseroan Perseorangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 7 dapat dilakukan perubahan.
2. Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan mengisi format isian perubahan Pernyataan Pendirian
Perseroan perorangan dalam bahasa Indonesia.
3. Terhadap perubahan Pernyataan Pendirian Perseroan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan
perubahan lebih dari 1 (satu) kali melalui perubahan
pernyataan perubahan Perseroan perorangan.
Lanjutan Perubahan
4. Format isian perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat :
a. nama dan tempat kedudukan Perseroan :
b. jangka waktu berdirinya Perseroan perorangan ;
c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan
perorangan ;
d. jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal
disetor;
e. nilai nominal dan jumlah saham;
f. alamat Perseroan perorangan; dan
g. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,
tempat tinggal, nomor induk kependudukan dan nomor
pokok wajib pajak dari pendiri sekaligus direktur dan
pemegang saham Perseroan perorangan.
PERUBAHAN STATUS
PERSEROAN PERORANGAN MENJADI
PERSEROAN PERSEKUTUAN MODAL
 Perseroan perorangan harus mengubah status badan hukumnya menjadi
Perseroan Persekutuan modal jika:
a. Pemegang saham menjadi lebih dari 1 (satu) orang; dan/atau
b. Tidak memenuhi kriteria kriteria usaha mikro dan kecil.
 Sebelum menjadi Perseroan persekutuan modal, Perseroan Perorangan
melakukan perubahan status melalui akun Notaris dengan akta notaris dan
didaftarkan secara elektronik.
 Notaris selaku kuasa pemohon harus mengisi surat pernyataan secara
elektronik yang menyatakan format isian Perseroan dan keterangan
mengenai dokumen pendukung yang diajukan telah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta Pemohon bertanggung
jawab penuh terhadap kebenaran format isian dan keterangan tersebut.
SANKSI

Pasal 12
1. Perseroan perorangan yang tidak menyampaikan
laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 dikenai sanksi administratif berupa :
a. teguran tertulis;
b. penghentian hak akses atas layanan; atau
c. pencabutan status badan hukum.
Pembubaran
Pasal 13
1) Pembubaran Perseroan perorangan ditetapkan dengan keputusan pemegang saham Perseroan
perorangan yang mempunyai kekuatan hukum sama dengan rapat umum pemegang saham yang
dituangkan dalam Pernyataan Pembubaran dan diberitahukan secara elektronik kepada Menteri.
2) Pembubaran Perseroan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena:
a. berdasarkan keputusan pemegang saham Perseroan perorangan yang mempunyai kekuatan hukum
sama dengan rapat umum pemegang saham;
b. jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Pernyataan Pendirian atau perubahannya telah
berakhir;
c. berdasarkan penetapan pengadilan;
d. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan perorangan tidak cukup untuk membayar biaya
kepailitan;
e. harta pailit Perseroan perorangan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi
(keadaan yg tdk mampu membayar utang atau kewajiban keuangan dengan tepat waktu)
sebagaimana diatur dalam undang-undang mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang; atau
f. dicabutnya perizinan berusaha Perseroan perorangan sehingga mewajibkan Perseroan perorangan
melakukan likuidasi dengan mengisi Pernyataan Pembubaran.
3) Dalam hal pembubaran terjadi berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf
b, dan huruf d, pemegang saham menunjuk likuidator.
4) Dalam hal pemegang saham tidak menunjuk likuidator, Direksi bertindak sebagai likuidator.
PENANAMAN MODAL
UU NO. 25 TH.2007
• Penanaman modal ?
• Penanaman Dalam Negeri (PMDN) ?
• Penanaman Modal Asing (PMA) ?
PENANAMAN MODAL
• Kegiatan menanam modal
• Investor dalam negeri atau asing
• Melakukan usaha di wilayah R.I.
PENANAMAN MODAL DALAM
NEGERI (PMDN)
• Kegiatan usaha yang dilakukan di wilayah R.I.
oleh pihak dalam negeri dg modal dalam
negeri tanpa melibatkan pihak asing
PENANAMAN MODAL ASING
(PMA)
• Kegiatan usaha di wilayah R.I.
• Dilakukan oleh pihak asing
• Dengan modal modal asing (baik sebagian
atau seluruhnya)
PMA & PERUSAHAAN ASING
• Apakah perusahaan PMA itu merupakan
perusahaan asing ?
PERBEDAAN

PERUSAHAAN ASING PERUSAHAAN PMA


• didirikan o/ orang/b.hk • Didirikan o/ orang/b.hk
asing menurut hukum menurut hukum di R.I.
negara di tempat yang sahamnya baik
perusahaan itu didirikan & sebagian atau sepenuhnya
memiliki kantor cabang di dimiliki pihak asing
Indonesia yg sahamnya
dimiliki pihak asing.
MODAL ASING
• Negara asing
• Orang asing
• Badan usaha asing
• Badan hukum asing
• Badan hukum indonesia yg sebagian/seluruh
modal dimiliki pihak asing.
ASAS (ps.3)
• Kepastian hukum = jaminan sesuai UU
• Keterbukaan = informasi dg mudah
• Akuntabilitas = dpt dipertanggungjawabkan pd masyarakat
• Perlakuan yg sama = tidak diskriminatif
• Kebersamaan = para investor menuju kesejahteraan rakyat.
• Efisiensi berkeadilan = adil, kondusif & berdaya saing
• Berkelanjutan = proses pembangunan saat ini & y.a.d.
• Berwawasan lingkungan = perlindungan & memelihara LH
• Kemandirian = mengedepankan potensi bangsa
• Keseimbangan kemajuan & kesatuan ekonomi nasional
TUJUAN (ps. 3)
• Pertumbuhan ekonomi nasional
• Menciptakan lapangan kerja
• Pembangunan ekonomi berkelanjutan
• Kemampuan daya saing usaha nasional
• Kapasitas & kemampuan teknologi nasional
• Pengembangan ekonomi kerakyatan
• Mengolah ekonomi potensial jadi riil
• Kesejahteraan rakyat
BENTUK BADAN USAHA (Ps.5)

PMDN PMA
• Badan hukum • Harus berbadan hukum
• Tidak berbadan hukum berbentuk PT :
• Usaha perseorangan - mengambil bagian
saham saat pendirian
- membeli saham
- melakukan cara lain
sesuai peraturan.
PERLAKUAN (PS. 6-9)
• Pemerintah tidak deskriminatif terhadap para
investor kecuali ada hak istimewa berdasarkan
perjanjian dg indonesia/MoU.
• Pemerintah tidak akan menasionalisasi
investor kecuali ada kompensasi yg disepakati
(harga pasar) namun bila tidak sepakat bisa
lewat Arbitrase
• Investor dapat mengalihkan assetnya sesuai
peraturan per-UU-an
TENAGA KERJA (PS.10)
• Investor harus mengutamakan tenaga kerja WNI
• Berhak memakai tenaga ahli asing u/ jabatan & keahlian
tertentu, namun diwajibkan memberikan pelatihan & alih
teknologi kepada tenaga kerja WNI
• Bila ada perselisihan ketenagakerjaan :
- diupayakan musyawarah
- mekanisme tripartit (investor, tenaga kerja &
pemerintah)
- pengadilan hubungan industrial
BIDANG USAHA (PS. 12)
• Semua bidang/jenis usaha terbuka bagi investor kecuali dinyatakan
tertutup atau terbuka dengan syarat (bisa dilihat dalam Badan
Usaha Penanaman Modal).
• Usaha tertutup atau terbuka dengan syarat akan diatur dengan
peraturan presiden.
• Yang tertutup bagi PMA a.l. = produksi alusista (senjata, mesiu, alat
peledak, peralatan perang)

• Ketentuan berkaitan dengan bidang usaha harus mengaju pada


ketentuan Peraturan BPS Nomor 2 Tahun 2020 tentang Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI 2020)
HAK & KEWAJIBAN PM
(PS. 14 & 15)

HAK KEWAJIBAN
• Kepastian hak, hukum & • Menerapkan prinsip tata kelola
perusahaan yang baik
perlindungan
• Melaksanakan tanggung jawab
• Informasi yg terbuka sosial perusahaan
• Pelayanan • Buat laporan kegiatan
Penanaman modal ke BKPM
• Fasilitas kemudahan
• Menghormati tradisi budaya
setempat
• Mematuhi peraturan yg ada.
TANGGUNG JAWAB PM (PS.16)
• Menjamin adanya modal  modal tidak bertentangan dg
norma hk
• Menanggung & menyelesaikan kewajiban/kerugian jika
menghentikan usaha
• Menciptakan persaingan sehat, tidak monopoli &
merugikan negara
• Menjaga lingkungan hidup
• Menjaga keselamatan, kesehatan, kenyamanan &
kesejahteraan pekerja
• Mematuhi peraturan yg ada
FASILITAS
• Pemerintah memberi fasilitas bagi yg melakukan perluasan
usaha maupun penanaman modal baru.
• Syaratnya :
1. Banyak pekerja
2. Skala prioritas tinggi
3. Pembangunan infrastruktur
4. Melakukan alih teknologi
5. Melakukan industri pioner
6. Di daerah terpencil/tertinggal/perbatasan
7. Menjaga lingkungan
8. Penelitian, pengembangan & inovasi
9. Bermitra dg usaha kecil/mikro/koperasi
10. Pakai mesin dalam negeri
BENTUK FASILITAS
a. Pajak penghasilan  pengurangan penghasilan netto
b. Pembebasan/pengurangan bea masuk import atas barang
produksi yg belum ada di dalam negeri maupun bahan
bakunya
c. Pembebasan/pengurangan PPN atas barang& bahan baku
dalam butir b
d. Keringanan PBB
e. Penyusutan/amortisasi yg dipercepat
f. Memperoleh HAT
g. Pelayanan imigrasi
h. Perijinan impor
FASILITAS HAK ATAS TANAH
• HGU  selama 95 th seharusnya 60 th +35 th
• HGB  selama 80 th seharusnya 50 th + 30 th
• HP  selama 70 th seharusnya 45 th + 25 th
FASILITAS KEIMIGRASIAN
• Ijin tinggal terbatas selama 2 th
• Setelah 2 th berturut-turut menjadi ijin tinggal tetap
• Ijin masuk kembali u/ beberapa kali perjalanan bagi
pemegang ijin tinggal terbatas & berlaku selama 1 th
diberikan u/ jangka waktu 12 bulan sejak ijin tinggal terbatas
atau 2 tahun u/ jangka waktu 24 bulan sejak ijin tinggal
terbatas
PENGESAHAN & PERIJINAN
• Pendirian penanaman modal baik dalam negeri maupun
asing, baik berbadan hukum atau tidak harus berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
• Untuk melakukan kegiatan usaha setelah ada pendirian &
pengesahan harus ada ijin dari instansi terkait sesuai
peraturan
• Khusus u/ PMA sebenarnya aturan pendirian & pengesahan
badan hukum sama yaitu berdasarkan UU PT bedanya harus
ada ijin dari BKPM
BKPM
Ps. 27
• Badan koordinasi penanaman modal
• Dipimpin seorang kepala yang bertanggung
jawab langsung ke Presiden, diangkat &
diberhentikan oleh Presiden.
TUGAS & FUNGSI BKPM
a. Mengkoordinir PM
b. Mengkaji & mengusulkan kebijakan pelayanan
c. Menetapkan norma, standar & prosedur pelayanan
d. Mengembangkan peluang & potensi PM di daerah
e. Membuat peta PM  pembangunan merata
f. Mempromosikan PM
g. Mengembangkan sektor usaha PM  mitra usaha
h. Membantu penyelesaian jk ada masalah
i. Pelayanan satu pintu
SENGKETA PENANAMAN MODAL
• Jika ada sengketa antara PM dengan
pemerintah maka diupayakan secara
musyawarah mufakat
• jika gagal bisa dengan Arbitrase atau
pengadilan, namun jika melibatkan asing
harus dengan arbitrase internasional
LARANGAN
• Penanaman dalam negeri maupun asing
DILARANG membuat perjanjian/pernyataan yg
menegaskan kepemilikan saham untuk & a/n
orang lain  contra letter dilarang  batal
demi hukum
SANKSI
• Jika ps.15 dilanggar :
Peringatan tertulis
a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan kegiatan usaha
c. Pembekuan kegiatan usaha/fasilitasPM
d. Pencabutan kegiatan usaha/fasilitasPM

• Sanksi  instansi/lembaga yg berwenang sesuai peraturan


perundang-undangan.
CATATAN PERMASALAHAN
Administrasi Perusahaan
• SERING KALI RUPS TIDAK DILAKSANAKAN
• SERING TERJADI KETIDAK JELASAN DALAM ORGANISASI PERSEROAN
• SERING TIDAK MELAPORKAN SETIAP PERUBAHAN AD/DP PERSEROAN
• SERING TERLEWATI MASA JABATAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
• SERING TIDAK TERSIMPAN RAPI BERKAS-BERKAS PERSEROAN DAN PERIJINANNYA
• SERING TIDAK BERFUNGSINYA PERAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
• SERING TIDAK DIBUATNYA DAFTAR SAHAM DAN CETAK SAHAM
• SERINGNYA AD PERSEROAN TIDAK ADA BN/TBNRI
• SERINGNYA PEGAWAI YANG TIDAK BISA MEMBUAT RUPS YANG DIPERLUKAN
• SERING TIDAK MENDOKUMENTASIKAN PERJANJIAN ATAU TINDAKAN PERUSAHAAN
DALAM BENTUK SURAT/AKTA ATAU DALAM BENTUK LAINNYA SECARA LEGAL
• SERING TIDAK MEMBUKUKAN DAN MELAPORKAN KEGIATAN PERUSAHAAN, BAIK
YANG BERKAITKAN DENGAN PAJAK MAUPUN HAL LAINNYA, DLL
Penyelesaian Sengketa Bisnis
 Mengutip dari Sutiyoso dalam bukunya yang berjudul Penyelesaian
Sengketa Bisnis mengelompokkan sengketa bisnis sebagai berikut :
1. Sengketa perniagaan;
2. Sengekta perbankkan;
3. Sengketa keuangan;
4. Sengketa penanaman modal;
5. Sengketa perindustrian;
6. Sengketa HKI;
7. Sengketa konsumen;
8. Sengketa kontrak;
9. Sengketa pekerjaan;
10. Sengketa perburuhan;
11. Sengketa perusahaan;
12. Sengketa hak;
13. Sengketa properti;
14. Sengketa pembangunan konstruksi.
• Adapun cara penyelesaian sengketa bisnis dari sudut pandang
keputusan, ialah :
1) Adjudikatif  Cara penyelesaian sengketa bisnis secara
adjudikatif dilakukan dengan mekanisme penyelesaian yang
ditandai dengan kewenangan pengembalian keputusan yang
dilakukan oleh pihak ketiga (Majelis Hakim/Adjudikator)
dalam sengketa di antara para pihak;
2) Konsensual atau Kompromi  Cara penyelesaian sengketa
bisnis secara kooperatif atau kompromi bertujuan untuk
mencapai penyelesaian yang bersifat win-win solution.
3) Quasi Adjudikatif  Cara penyelesaian sengketa bisnis
mengombinasikan unsur konsensual dan adjudikatif (adad
suatu lembaga yang ikut membantu dalam proses
penyelesaian sengketa tsb).
• Adapun cara penyelesaian sengketa bisnis dari
sudut prosesnya ialah :
1. Litigasi  Merupakan mekanisme penyelesaian
sengketa melalui jalan pengadilan dengan
menggunakan pendekatan hukum formal;
2. Nonlitigasi  Merupakan mekanisme
penyelesaian sengketa di luar pengadilan dan
tidak menggunakan pendekatan hukum formal.
• Adapun lembaga penyelesaian sengketa bisnis di Indonesia
meliputi :
1. Pengadilan negeri;
2. Arbitrase;
3. Pengadilan niaga;
4. Penyelesaian sengketa alternatif melalui mekanisme
negosiasi, mediasi, konsiliasi, konsultasi dan penilaian ahli.
• Dengan demikian dapat diambil kesimpulannya bahwa dunia
bisnis pastinya ada sengketa yang mana sengketa tersebut
dapat diselesaikan dengan berbagai sudut proses sesuai
dengan kesepakatan dalam perjanjian atau bisa diselesaikan
dengan musyawarah jika kedua belah pihak yang bersengketa
dapat menempuhnya dengan jalan mediasi.
Pengadilan Niaga
• Eksistensi pengadilan niaga sejalan dengan perwujudan Undang-Undang No. 14
Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman yang telah beberapa kali
disempurnakan yang terakhir diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009.
Pasal 27 UU 48 Tahun 2009 mengatur bahwa terdapat pengadilan khusus dalam
sistem peradilan Indonesia yang salah satunya adalah Pengadilan Niaga.
• Pengadilan niaga di Indonesia merupakan alternatif penyelesaian sengketa di luar
badan arbitrase. Fokus utama penanganan perkara seputar pembuktian, verifikasi
utang, actio pauliana, penundaan utang, hak kekayaan intelektual (HaKI), dan
sengketa kepailitan. Proses penyelesaian perkara melalui sistem peradilan niaga
dinilai lebih adil, cepat, dan efektif.
• Pengadilan dapat memutuskan perkara pada tingkat pertama oleh hakim majelis.
Adapun hukum acara yang digunakan selama pemeriksaan perkara yakni
ketentuan Herziene Indonesisch Reglement/ Rechtsreglement
Buitengewesten (HIR/R.BG).
• Pemeriksaan perkara yang masuk ke pengadilan niaga dilakukan oleh hakim tetap
dan hakim ad hoc. Merujuk dari Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung, hakim
Ad Hoc merupakan hakim ahli telah diangkat berdasarkan Keputusan Presiden.
Kewenagan Pengadilan Niaga
 Berdasarkan berbagai peraturan perundang-undangan, kewenangan pengadilan
niaga memutus perkara-perkara dalam sengketa:
1. Kepailitan dan PKPU, termasuk hal-hal yang berhubungan, kasus-kasus actio
pauliana, dan prosedur renvoi tanpa melihat pembuktiannya sederhana ataupun
tidak
2. Hak kekayaan intelektual, meliputi sengketa
a. Desain Industri
b. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
c. Hak Cipta
d. Paten
e. Merek
3. Lembaga Penjamin Simpanan, meliputi :
a. Sengketa dalam proses likuidasi
b. Tuntutan atas pembatalan semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh bank
mengakibatkan berkurangnya aset dan/atau bertambahnya kewajiban bank
yang dilakukan selama jangka waktu 1 tahun sebelum dicabutnya izin usaha.
4 karakteristik Pengadilan Niaga
1. Kompetensi Absolut
– Kompetensi absolut merupakan kewenangan lembaga pengadilan melakukan
pemeriksaan jenis perkara tertentu dengan mutlak. Awalnya, seperti termuat dalam
Perpu Nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Kepailitan,
kompetensi absolut dari pengadilan niaga yaitu memeriksa dan memutuskan
permohonan pernyataan pailit serta penundaan kewajiban pembayaran utang.
– Selanjutnya, ditandai dengan resmi berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan menyebabkan kompetensi absolut pengadilan
niaga semakin meluas. Dimana penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan atas bidang
kekayaan intelektual yakni hak paten, hak cipta, merek, desain industri, desain tata letak
sirkuit terpadu, memutuskan sengketa terkait proses likuidasi, dan pembatalan segala
perbuatan hukum bank terkait pencabutan izin usaha.
2. Kedudukan Pengadilan  Pengadilan niaga memiliki tempat kedudukan terbatas di Indonesia.
Hanya ditemukan pada kota-kota besar, seperti Medan, Jakarta, Makassar, Semarang, dan
Surabaya. Setiap pengadilan niaga memiliki wilayah regional. Contohnya pengadilan niaga
Jakarta menangani wilayah regional Sumatera Utara, Aceh, Jambi, Sumatera Barat, dan Riau.
3.  Sistem Pembuktian  Ditinjau dari aspek hukum acara, karakteristik penanganan perkara
pengadilan niaga dalam sengketa kepailitan menggunakan sistem pembuktian sederhana.
Misalnya, syarat kepailitan terdapat dua atau lebih kreditur dan jatuh tempo hutang.
Sementara, hutang tersebut telah ditagih dan tidak dilunasi oleh debitur.
Lanjutan 4 Karakteristik...
4. Upaya Hukum
– Penyelesaian perkara pengadilan umum meliputi jenjang upaya hukum standar.  Dimulai
dari upaya hukum tingkat banding di pengadilan tinggi, kasasi di mahkamah agung, dan
peninjauan kembali.
– Berbeda dari pengadilan niaga, tidak memungkinkan dilakukan upaya hukum banding.
Oleh sebab itu, tidak ada pengadilan tinggi niaga. Apabila salah satu pihak yang terlibat
berperkara tidak puas dengan putusan hakim maka langsung mengajukan  upaya hukum
kasasi. Upaya hukum langsung ini juga berlaku dalam sengketa merek dagang
– Sementara, menurut Undang-Undang Kepailitan terdapat upaya hukum tambahan yang
dapat diajukan kepada pengadilan niaga yaitu peninjauan kembali (PK). Syarat PK dalam
sengketa kepailitan diajukan atas dasar :
• ditemukan bukti baru setelah putusan diucapkan oleh hakim,
• ditemukan kekeliruan nyata dalam putusan hakim atau hakim melakukan
pelanggaran berat atas penerapan hukum.
• Eksistensi pengadilan niaga diakui sebagai jalur litigasi sengketa bisnis secara ultimum
remedium (adalah azas dalam hukum pidana, dimana pemidanaan atau sanksi pidana adalah
alternatif atau upaya terakhir dalam penegakan hukum).
• Terutama penyelesaian dan pemutusan perkara dilakukan berlandaskan asas sederhana,
cepat, dan biaya ringan.
Alternative dispute resolution (ADR)
atau alternatif penyelesaian sengketa
• Berikut pengertian umum dari bentuk-bentuk ADR yang dirangkum dari beberapa
literatur sebagai berikut :

1. Konsultasi
– Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak
tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana
pihak konsultan memberikan pendapatnya kepada klien sesuai dengan
keperluan dan kebutuhan kliennya.
– Marwan dan Jimmy P, menjelaskan arti konsultasi, sebagai berikut:
“Permohonan nasihat atau pendapat untuk menyelesaikan suatu sengketa
secara kekeluargaan yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa kepada
pihak ketiga”, Dengan demikian dapat disimpulan bahwa konsultasi adalah
permintaan pendapat kepada pihak ketiga (konsultan) terkait sengketa yang
dihadapi.
Lanjutan ADR
2. Negosiasi
Negosiasi sebagai sarana bagi para pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan
penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah, sehingga tidak
ada prosedur baku, akan tetapi prosedur dan mekanismenya diserahkan kepada
kesepakatan para pihak yang bersengketa tersebut. Penyelesaian sengketa
sepenuhnya dikontrol oleh para pihak, sifatnya informal, yang dibahas adalah
berbagai aspek, tidak hanya persoalan hukum saja.
Dalam praktik, negosiasi dilakukan karena 2 (dua) alasan, yaitu:
a. untuk mencari sesuatu yang baru yang tidak dapat dilakukannya sendiri,
misalnya dalam transaksi jual beli, pihak penjual dan pembeli saling
memerlukan untuk menentukan harga, dalam hal ini tidak terjadi sengketa;
dan
b. untuk memecahkan perselisihan atau sengketa yang timbul di antara para
pihak.
Dengan demikian, dalam negosiasi, penyelesaian sengketa dilakukan sendiri oleh
pihak yang bersengketa, tanpa melibatkan pihak ketiga sebagai penengah.
Lanjutan ADR
3. Konsiliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dengan intervensi pihak ketiga
(konsiliator), dimana konsiliator lebih bersifat aktif, dengan mengambil
inisiatif menyusun dan merumuskan langkah-langkah penyelesaian, yang
selanjutnya ditawarkan kepada para pihak yang bersengketa.
Jika pihak yang bersengketa tidak mampu merumuskan suatu
kesepakatan, maka pihak ketiga mengajukan usulan jalan keluar dari
sengketa.
Meskipun demikian konsiliator tidak berwenang membuat putusan,
tetapi hanya berwenang membuat rekomendasi, yang pelaksanaanya
sangat bergantung pada itikad baik para pihak yang bersengketa sendiri.
Lanjutan ADR
4. Mediasi
Pengertian mediasi adalah penyelesaian sengketa dengan dibantu oleh pihak
ketiga (mediator) yang netral/tidak memihak. Peranan mediator adalah sebagai
penengah (yang pasif) yang memberikan bantuan berupa alternatif-alternatif
penyelesaian sengketa untuk selanjutnya ditetapkan sendiri oleh pihak yang
bersengketa.
Dalam Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, mediasi diberikan arti sebagai cara penyelesaian sengketa melalui
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu
oleh mediator.
Peran mediator membantu para pihak mencari berbagai kemungkinan
penyelesaian sengketa dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan
atau penilaian atas masalah-masalah selama proses mediasi berlangsung.
5. Penilaian Ahli
Pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis sesuai dengan bidang
keahliannya
Lanjutan ADR
6. Arbitrase
Berbeda dengan bentuk ADR lainnya, arbitrase memiliki karakteristik yang hampir
serupa dengan penyelesaian sengketa adjudikatif.
Sengketa dalam arbitrase diputus oleh arbiter atau majelis arbiter yang mana
putusan arbitrase tersebut bersifat final and binding. 
Namun demikian, suatu putusan arbitrase baru dapat dilaksanakan apabila
putusan tersebut telah didaftarkan ke Pengadilan Negeri (lihat Pasal 59 ayat (1)
dan (4) UU No.30/1999).
Dalam hal para pihak sepakat untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase,
maka sengketa tidak dapat diselesaikan melalui pengadilan.
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
ARBITRASE
• Abritase adalah penyelesaian masalah atau sengketa perdata di luar peradilan hukum. Sesuai yang
tertuang pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa di luar peradilan umum yang
berdasarkan pada perjanjian arbitrase secara tertulis oleh para para pihak yang bersengketa. 
PROSEDUR ARBITRASE
• Untuk menyelesaikan suatu sengketa melalui mekanisme arbitrase, dibutuhkan kesepakatan antara kedua
pihak yang bersengketa (yang dapat dilakukan sebelum maupun setelah terjadinya sengketa). Karena
alasan ini, perjanjian secara tertulis harus dilakukan oleh kedua pihak sebelum arbitrase. Di Indonesia
terdapat beberapa badan khusus yang memfasilitasi proses arbitrase, yaitu Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI), Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI), Bali International Arbitration and
Mediation Centre (BIAMC), dalam Lembaga Jasa Keuangan (LJK) dilakukan dalam Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan) dan dibidang Ketenagakerjaan diatur dalam UU
no. 13 th 2003 ttg Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
• Pada prinsipnya masing-masing lembaga arbitrase memiliki prosedur sendiri dalam mengatur mekanisme
beracara di Arbitrase yang bersangkutan atau yang dikenal dengan istilah “rule of arbitration” meskipun
dalam praktek masing-masing lembaga Arbitrase membuka diri untuk menggunakan prosedur lain yang
disepakati para pihak.
PROSEDUR

• Secara Umum prosedur yang harus dilakukan untuk permohonan proses arbitrase
adalah sebagai berikut :
1. Pendaftaran
Sebagai tahap awal, pemohon dapat mengajukan pendaftaran permohonan
arbitrase oleh pihak yang memulai proses arbitrase kepada Sekretariat Lembaga
Arbitrase yang dipilih para pihak.
2. Permohonan Mengadakan Arbitrase (Request for Arbitration)
Dalam mengajukan permohonan, pemohon harus menyertakan beberapa
informasi :  
• Nama dan alamat para pihak
• Perjanjian arbitrase antara pihak yang bersengketa
• Fakta-fakta dan dasar hukum kasus arbitrase
• Rincian permasalahan
• Tuntutan atau nilai tuntutan
Prosedur
3. Dokumen
Pemohon harus melampirkan salinan otentik yang terkait dengan sengketa yang
bersangkutan dan salinan otentik perjanjian arbitrase, dan dokumen lain yang relevan.
Apabila ada dokumen yang akan menyusul, pemohon harus konfirmasi mengenai dokumen
susulan tersebut.
4. Penunjukan Arbiter
• Pemohon menunjuk seorang arbiter sebagai pihak ketiga yang neutral paling lambat 30
hari terhitung sejak permohonan didaftarkan. Jika pemohon tidak dapat menunjuk
arbiter, maka penunjukan mutlak telah diserahkan kepada Lembaga Arbitrase yang
dipilih.
• Ketua Lembaga Arbitrase berwenang atas permohonan untuk memperpanjang waktu
penunjukan arbiter dengan alasan-alasan yang sah tidak melebihi 14 (hari).
5. Biaya Arbitrase
Permohonan mengadakan Arbitrase harus disertai pembayaran biaya pendaftaran. Biaya
pendaftaran dibayarkan saat melakukan permohonan sebesar Rp 2.000.000,
Sementara untuk biaya administrasi lebih beragam tergantung besar tuntutan. Berikut daftar
biaya administrasi sesuai dengan jenis tuntutan.  Biasanya sebesar 10 % - 0,5% dari tuntutan.
PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE
ARBITRASE NASIONAL
Pasal 59.
1) Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan,
lembar asli atau salinan otentik putusan arbitrase diserahkan dan didaftarkan oleh arbiter
atau kuasanya kepada Panitera Pengadilan Negeri.
2) Penyerahan dan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan
pencatatan dan penandatanganan pada bagian akhir atau di pinggir putusan oleh Panitera
Pengadilan Negeri dan arbiter atau kuasanya yang menyerahkan, dan catatan tersebut
merupakan akta pendaftaran.
3) Arbiter atau kuasanya wajib menyerahkan putusan dan lembar asli pengangkatan sebagai
arbiter atau salinan otentiknya kepada Panitera Pengadilan Negeri.
4) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berakibat putusan
arbitrase tidak dapat dilaksanakan.
5) Semua biaya yang berhubungan dengan pembuatan akta pendaftaran dibebankan kepada
para pihak.

Pasal 60  Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat
para pihak.
Lanjutan Pelaksanaan...
Pasal 61  Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela, putusan
dilaksanakan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan salah satu
pihak yang bersengketa.
Pasal 62
1) Perintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 diberikan dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari setelah permohonan eksekusi didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri.
2) Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebelum memberikan
perintah pelaksanaan, memeriksa terlebih dahulu apakah putusan arbitrase memenuhi
ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5, serta tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum.
3) Dalam hal putusan arbitrase tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), Ketua Pengadilan Negeri menolak permohonan pelaksanaan eksekusi dan terhadap
putusan Ketua Pengadilan Negeri tersebut tidak terbuka upaya hukum apapun.
4) Ketua Pengadilan Negeri tidak memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan arbitrase.
Pasal 63  Perintah Ketua Pengadilan Negeri ditulis pada lembar asli dan salinan otentik putusan
arbitrase yang dikeluarkan.
Pasal 64  Putusan arbitrase yang telah dibubuhi perintah Ketua Pengadilan Negeri,
dilaksanakan sesuai ketentuan pelaksanaan putusan dalam perkara perdata yang putusannya
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Lanjutan Pelaksanaan
Pasal 65  Yang berwenang menangani masalah pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrase
Internasional adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Pasal 66  Putusan Arbitrase Internasional hanya diakui serta dapat dilaksanakan di wilayah
hukum Republik Indonesia, apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Putusan Arbitrase Internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu
negara yang dengan negara Indonesia terikat pada perjanjian, baik secara bilateral
maupun multilateral, mengenai pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrase
Internasional;
b. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a terbatas pada
putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup
hukum perdagangan;
c. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a hanya dapat
dilaksanakan di Indonesia terbatas pada putusan yang tidak bertentangan dengan
ketertiban umum;
d. Putusan Arbitrase Internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh
eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; dan e. Putusan Arbitrase
Internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang menyangkut Negara Republik
Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah
memperoleh eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya
dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
TATA URUTAN PERSIDANGAN PERKARA PERDATA
GUGATAN DI PENGADILAN NEGERI
1. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum;
2. Para pihak (penggugat dan tergugat) diperintahkan memasuki ruang sidang;
3. Para pihak diperiksa identitasnya (surat kuasanya), demikian pula diperiksa surat ijin praktik
dari organisasi advokat;
4. Apabila kedua belah pihak lengkap maka diberi kesempatan untuk menyelesaikan dengan
perkara secara damai;
5. Ditawarkan apakah akan menggunakan mediator dari lingkungan PN atau dari luar (lihat
PERMA RI No.1 Tahun 2008);
6. Apabila tidak tercapai kesepakatan damai maka sidang dilanjutkan dengan pembacaan surat
gugat oleh penggugat/kuasanya;
7. Apabila perdamaian berhasil maka dibacakan dalam persidangan dalam bentuk akta
perdamaian yang bertitel DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YME;
8. Apabila tidak ada perubahan acara selanjutnya jawaban dari tergugat; (jawaban berisi
eksepsi, bantahan, permohonan putusan provisionil, gugatan rekonvensi);
9. Apabila ada gugatan rekonvensi tergugat juga berposisi sebagai penggugat rekonvensi;
10. Replik dari penggugat, apabila digugat rekonvensi maka ia berkedudukan sebagai tergugat
rekonvensi;
Lanjutan Sidang Perdata...

11. Duplik adalah jawaban Tergugat atas replik yang diajukan Penggugat. Pada saat surat
menyurat (jawab menjawab) ada kemungkinan ada gugatan intervensi (voeging, vrijwaring,
toesenkomst);
12. Sebelum pembuktian ada kemungkinan muncul putusan sela (putusan provisionil, putusan
tentang dikabulkannya eksepsi absolut, atau ada gugat intervensi);
13. Pembuktian
14. Dimulai dari penggugat berupa surat bukti dan saksi;
15. Dilanjutkan dari tergugat berupa surat bukti dan saksi;
16. Apabila menyangkut tanah dilakukan pemeriksaan setempat;
17. Kesimpulan
18. Musyawarah oleh Majlis Hakim (bersifat rahasia);
19. Pembacaan Putusan;
20. Isi putusan: a. Gugatan dikabulkan, b. Gugatan ditolak, c. Gugatan tidak dapat diterima;
21. Atas putusan ini para pihak diberitahu hak-haknya apakah akan menerima, pikir-pikir atau
akan banding. Apabila pikir-pikir maka diberi waktu selama 14 hari;
22. Dalam hal ada pihak yang tidak hadir maka diberitahu terlebih dahulu dan dalam waktu 14
hari setelah pemberitahuan diberi hak untuk menentukan sikap. Apabila waktu 14 hari tidak
menentukan sikap maka dianggap menerima putusan.
TATA URUTAN PERSIDANGAN PERKARA PIDANA DI
PENGADILAN NEGERI 
1. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali perkara tertentu
dinyatakan tertutup untuk umum);
2. PU diperintahkan untuk menghadapkan terdakwa ke depan persidangan dalam
keadaan bebas;
3. Terdakwa ditanyakan identitasnya dan ditanya apakah sudah menerima salinan surat
dakwaan;
4. Terdakwa ditanya pula apakah dalam keadaan sehat dan bersedia untuk diperiksa di
depan persidangan (kalau bersedia sidang dilanjutkan);
5. Terdakwa ditanyakan apakah akan didampingi oleh Penasihat Hukum (apabila
didampingi apakah akan membawa sendiri, kalau tidak membawa sendiri akan
ditunjuk PH oleh Majlis Hakim dalam hal terdakwa diancam dengan pidana penjara
lima tahun atau lebih/pasal 56 KUHAP ayat (1);
6. Dilanjutkan pembacaan surat dakwaan;
7. Atas pembacaan surat dakwaan tadi terdakwa (PH) ditanya akan mengajukan
eksepsi atau tidak;
8. Dalam terdakwa/PH mengajukan eksepsi maka diberi kesempatan dan sidang
ditunda;
Lanjutan Sidang Pidana.....

9. Apabila ada eksepsi dilanjutkan tanggapan JPU atas eksepsi (replik);


10. Selanjutnya dibacakan putusan sela oleh Majlis Hakim;
11. Apabila eksepsi ditolak dilanjutkan pemeriksaan pokok perkara (pembuktian)
12. Pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh PU (dimulai dari saksi korban);
13. Dilanjutkan saksi lainnya;
14. Apabila ada saksi yang meringankan diperiksa pula, saksi ahli Witness/expert)
15. Pemeriksaan terhadap terdakwa;
16. Tuntutan (requisitoir);
17. Pembelaan (pledoi);
18. Replik dari PU;
19. Duplik
20. Putusan oleh Majelis Hakim.

Anda mungkin juga menyukai