Pulung Ngaturken Dahin
Pulung Ngaturken Dahin
Kita bayangkan saja, Jumlah jemaat mula-mula pada waktu itu, disebutkan dalam Kisah Rasul
2:41 bahwa jumlah orang percaya waktu itu adalah 3000 orang dan semakin bertambah.
Sedangkan rasul-rasul hanya 12 orang.
Banyaknya jemaat, mulai menimbulkan masalah, yakni pelayanan terhadap janda-janda orang
Yahudi yang berbahasa Yunani terabaikan (Seperti yang ada di ayat 1). Mereka merasa
diabaikan dan diperlakukan tidak adil sehingga menimbulkan sungut-sungut. Masalah tersebut
sampai ke kedua belas rasul.
Pada umumnya, manusia akan reaktif, atau bereaksi negatif terhadap kritikan atau teguran yang
datang, kita biasanya merasa tidak nyaman, tersinggung bahkan emosi dan marah. Bahkan Orang
reaktif sering merasa menjadi korban atau sering disebut Playing victim.
Karena itu, sikap yang tepat dari para Rasul dalam merespons sebuah kritik menjadi hal yang
sangat penting dalam pelayanan. Dari bacaan kita pada hari ini, Para Rasul, tidak mengabaikan,
tidak bersikap reaktif, atau mencari "kambing hitam".
Tetapi, Para rasul dengan tanggap mengumpulkan semua murid untuk melakukan klarifikasi,
yaitu:
1. Pertama, masalah yang muncul merupakan persoalan bersama dan harus diselesaikan.
Bukan semata-semata mewakili golongan atau kelompok tertentu (6:2).
2. Kedua, memberikan solusi alternatif.
3. Ketiga, memohon campur tangan Tuhan atas masalah yang muncul di antara mereka.
Yang lebih penting dari ketiga kriteria itu adalah memohon berkat Allah agar mereka semua
dimampukan untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik.
Syukurlah jemaat menerima baik usulan para rasul dengan memilih tujuh orang yang secara
moral baik, berhikmat, dan dipenuhi oleh Roh Allah dalam penatalayanan (3).
Di sini, para rasul menyadari bahwa kritik dan masalah merupakan cara Tuhan untuk
memperbaiki kualitas pelayanan mereka. Jika mereka mengabaikan kritik tersebut, tentu hal itu
akan mengganggu pelayanan mereka dalam hal doa dan pelayanan Firman.
Seperti pada Amsal 9:9 tertulis: Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak,
ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.
Orang bijak akan menerima masukan dengan baik. Teguran atau kritik tidak selalu buruk,
adakalanya teguran dapat dipakai menjadi sarana Tuhan untuk membentuk kita. Kritikan yang
keras bisa jadi adalah bentuk kasih terbaik dari seseorang kepada kita.
Marilah kita bersikap positif saat ada kritik negatif yang diarahkan kepada kita. Sebab kritikan
merupakan salah satu cara untuk menolong kita menemukan kehendak Tuhan dalam pelayanan.
Kuncinya adalah dialog dan keinginan untuk mencari solusi bersama agar Allah sajalah yang
dimuliakan.
Sekarang, bagaimana sebaliknya, jika kita yang mengkritik atau menegur orang lain?
Kita perlu mengingat nasihat di dalam Alkitab tentang cara menyampaikan kritik yang benar.