Anda di halaman 1dari 11

KETIDAKADILAN PADA KESEJAHTERAAN GURU HONORER

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Manajemen SDM Islam

Dosen Pengampu Indra Fajar Alamsyah, Ph.D.

Disusun Oleh Kelompok 8:

HANUM NURUL KHOTIMAH – 10090321195

ISYFA ALANA – 10090321189

RIZKA AMELIANI PUTRI – 10090321184

KELAS B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul Ketidakadilan pada Kesejahteraan Guru Honorer ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islam. Selain itu, Makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Indra Fajar Alamsyah, Ph.D.


selaku dosen mata kuliah Manajemen SDM Islam yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan apa yang
sedang dipelajari.

Kami menyadari Makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran akan kami terima dengan rendah hati demi
kesempurnaan Makalah ini.

Bandung, 13 Oktober 2023

1
HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Guru Honorer di Indonesia 2

2.2 Isu Guru Honorer 2

2.3 Kisah Tragis Guru Honorer 3

2.4 Kesejahteraan Guru dalam Pandangan Islam 4

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 6


3.1 Kesimpulan 6
3.2 Saran 6

DAFTAR PUSTAKA 7

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Kiprah guru dalam dunia Pendidikan masih harus diperhatikan, namun dalam
kenyataan masih banyak orang-orang yang tidak memahami peran guru di dalam
dunia Pendidikan. Seharusnya peran guru dapat lebih diperhatikan baik itu dari
masyarakat, pemerintah, maupun peserta didik itu sendiri. Namun harapan
tersebut tidak akan tercapai jika dalam dunia pendidikan masih dapat ditemukan
berbagai masalah.

Salah satu masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah rendahnya tingkat
kesejahteraan guru. Masalah ini perlu mendapat perhatian yang lebih karena
kesejahteraan guru berkaitan dengan kinerja mengajar yang mereka hasilkan.
Keberhasilan pendidikan juga ditentukan oleh kesiapan guru melaksanakan
perannya sebagai pendidik sekaligus pengajar yang memberikan seperangkat
pengalaman belajar siswa di sekolah (Dadang, 2020). Tingkat kesejahteraan guru
di Indonesia sendiri tergolong rendah, terbukti dari kisah-kisah guru honorer yang
masih harus mencari pekerjaan sampingan untuk biaya kehidupan mereka karena
gaji yang diterima sangat kurang untuk biaya hidup. Padahal guru honorer dan
guru PNS memiliki tanggung jawab dan beban kerja yang relatif sama namun
perbedaan pendapatan guru honorer dan guru PNS sangat jomplang. Sebagian
besar guru honorer di Indonesia memiliki gaji yang jauh dibawah upah minimum
daerah, padahal peran guru honorer di sekolah juga sangatlah penting.

Guru Honorer sendiri adalah guru yang tidak digaji sebagai guru tetap.
Kedudukannya masih menjadi dilema, dalam arti apakah guru honorer masih
diperlukan atau tidak. Banyak cerita-cerita tentang guru honorer baik itu mengenai
gaji mereka yang tidak bisa digunakan selama sebulan atau mereka para guru
yang dituntut oleh wali murid. Hal itu dipengaruhi oleh cara pandang hedonis atau
kapitalis yang semakin menodai citra guru.

Kesejahteraan guru merupakan salah satu faktor terselenggaranya pendidikan


yang baik. Agar kinerja guru meningkat maka perlu diusahakan kondisi yang
layak diantaranya adalah insentif, pendapatan, serta rasa aman dan kemakmuran
(Wahyudin, 2020).

Maka dari itu kesejahteraan guru apalagi guru honorer sangat penting dan sangat
perlu perhatian lebih, dan berdasarkan latar belakang di atas, makalah yang akan
kami teliti dan bahas, diberi judul “Ketidakadilan pada Kesejahteraan Guru
Honorer”.

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Guru Honorer Indonesia

Berdasarkan PP Nomor 48 Tahun 2005 tenaga honorer adalah seseorang yang


diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan
untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi pemerintahan. Guru honorer
memiliki masalah yang sebagian besarnya bersumber dari pendapatan yang tidak
sepadan dengan beban kerja dan status pendidikan. Dengan gaji per bulan kurang
lebih tiga ratus ribu rupiah, guru honorer dituntut untuk melakukan berbagai
perkerjaan seperti mengajar, administratif, akreditasi, asesmen, pelatihan
kompetensi guru, dan berbagai kegiatan diluar kegiatan belajar mengajar.

Seiring berjalannya waktu jumlah guru honorer di Indonesia terus meningkat,


bahkan tak sedikit guru honorer yang sudah berusia lanjut. Berdasarkan data
KemenpanRB (2021) data guru THK-II adalah sebanyak 129.938 orang. Jumlah
tersebut tentu bukan jumlah yang sedikit, mereka telah mengabdi selama lebih
dari satu dekade. Dengan gaji yang sedikit, mereka terus betahan mengabdikan
diri untuk mencerdaskan anak bangsa. Namun kebijakan pemerintah kurang
memihak guru honorer di Indonesia.

Permenpan-RB Nomor 27 Tahun 2021 mengatur tentang Pengadaan Pegawai


Negeri Sipil (PNS) serta Permenpan-RB Nomor 28 Tahun 2021 mengatur tentang
Pengadaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk Jabatan
Fungsional Guru pada Instansi Daerah mengindikasikan bahwa tes CASN tahun
2021 tidak ada pengangkatan PNS baik bagi sarjana pendidikan maupun guru
honorer.

Dari kebijakan tersebut maka harapan bagi guru honorer di Indonesia untuk
menjadi PNS menghilang untuk beberapa tahun kedepan. PNS memang menjadi
salah satu tujuan utama bagi sebagian besar guru honorer di Indonesia. Dengan
kegiatan beban kerja yang relatif sama, setidaknya guru dapat mendapatkan gaji,
tunjangan keluarga, dan tunjangan di hari tua guna menyongsong kehidupan yang
lebih layak.

2.2 Isu Guru Honorer Indonesia

John Rawls dalam bukunya A Theory Of Justice (1971) mendefinisikan keadilan


adalah kebajikan pertama dari sebuah institusi social, keadilan merupakan
kebenaran dari sebuah system pemikiran. Pada dasarnya hak dan kewajiban baik
guru honorer maupun guru PNS hampir sama, yaitu memiliki hak mendapatkan
honorarium perbulan, mendapatkan cuti berdasarkan Undang-Undang
Ketenagakerjaan, dan mendapatkan perlindungan hukum. Sedangkan kewajiban

1
sebagai guru adalah melaksanakan tugas, kegiatan belajar mengajar,
melaksanakan tugas administrasi, melaksanakan ketentuan yang berlaku di
sekolah, dan mematuhi ketentuan dalam surat perjanjian kerja (Mulyasa, 2006).

Ada beberapa perbedaan dari guru honorer dengan guru PNS, yaitu guru PNS
memiliki tugas mengajar yang lebih spesifik sesuai SK sedangkan untuk guru
honorer lebih fleksibel, yaitu dalam artian dapat mengisi berbagai kelas yang
kosong. Jika dibandingkan dengan gaji antara guru honorer dengan guru PNS,
kurang lebih gaji guru PNS delapan kali lebih besar disbanding dengan gaji guru
honorer. Bahkan gaji PNS jika sudah bersertifikat pendidik bisa berkali kali lipat
dengan jaminan tunjangan di masa tua. Dalam menyikapi hal tersebut alangkah
baiknya mengetahui konsepsi keadilan sosial yang dikemukakan oleh Rawls
(1971) bahwa keadilan sosial merupakan bentuk kerjasama social berkelanjutan
dari generasi ke generasi berikutnya. Ikatan Kerjasama social berdasarkan pada
identitas.

Hal tersebut menunjukan kerjasama sosial tumbuh karena ada kebutuhan dan
kepentingan bersama. Dalam hal ini Kemendikbud sebagai institusi pendidikan
kurang dapat mendistribusikan hasil kerjasama dengan dengan baik, sehingga
menimbukan konflik kepentingan berupa masalah keadilan sosial. Rawls (1971)
memandang masalah keadilan sosial sebagai circumstances of justice, yaitu
sebuah kondisi dimana kerjasama sosial tersebut diperlukan prinsip-prinsip
keadilan yang mengatur hak, kewajiban, keuntungan, dan beban hasil kerjasama
sosial secara adil kepada masyarakat.

Terdapat 2 konsepsi prinsip keadilan social menurut John Rawls (1971), yaitu
konsepsi umum dan konsepsi khusus. Untuk konsepsi umum menitikberatkan
kepada equality atau persamaan, persamaan nilai distribusi nilai primer, dan
ketidaksamaan tersebut dapat ditoleransi sejauh menguntungkan semua pihak.
Sedangkan pada konsepsi khusus terdapat 2 prinsip keadilan yaitu, prinsip
pertama setiap orang memiliki kebebasan yang luas, dan yang kedua ketimpangan
ekonomi dan sosial didata sehingga memberikan keuntungan yang besar bagi
kelompok yang lemah, berbagai jabatan dan posisi terbuka bagi semua orang
dalam kondisi kesetaraan peluang yang fair. Dalam hal ini perlu adanya keadilan
yang diperlukan untuk menyoroti ketimpangan gaji diantara guru honorer dan
guru PNS.

2.3 Kisah Tragis Guru Honorer

Asmah Budiman berusia 52 tahun, merupakan tenaga honorer di SDN Lawe


Sigala-gala. Asmah sendiri telah menjadi tenaga honorer selama 14 tahun dan
tetap melakukan kerja sampingan sebagai pedagang cabai, bumbu dapur, dan juga
sayuran. Asmah melakukan kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari di rumah tangga dan biaya pendidikan anaknya yang masih sekolah di tingkat
SD. Dan saat ini ia tidak bisa mengikuti seleksi PPPK guru, karena ia hanyalah

1
tamatan SMA.

Adapun kisah perjuangan I Nyoman Suweca, ia berusia 40 tahun dan telah


mengabdi menjadi guru honorer selama 15 tahun di SMPN Satu Atap (Satap)
Gegelang di Bukit Abah, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis. Gaji yang diterima
Suweca sampai saat ini hanya 500 ribu perbulannya, tidak sebanding dengan
perjuangan ia mengajar di daerah pelosok yang bahkan untuk mencapai
sekolahnya perlu melewati jalanan yang ekstrem. Namun Suweca tidak pernah
mengeluh dengan keadaan, meski dengan penghasilan minim ia tetap bersemangat
mencerdaskan para siswa yang ada di pelosok desa tempatnya mengajar. Dan
untuk menambah biaya hidup sehari-hari, ia tidak hanya mengandalkan gaji
sebagai guru honorer karena sudah pasti akan kurang. Jadi ia mempunyai usaha
kecil-kecilan di rumahnya, ternak ayam dan babi. Kini harapan Suweca dan rekan-
rekan sesama guru honorer ingin secepatnya diangkat menjadi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Kedua kisah tragis guru honorer di atas mempunyai kesamaan yaitu meskipun
telah memiliki pekerjaan sebagai guru, mereka masih belum bisa mencukupi biaya
kehidupan sehari-hari karena upah yang diterima sangatlah minim sehingga
mereka perlu melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan agar
biaya hidup dapat tercukupi. Dan dari kisah tersebut, sangat perlu untuk
memperhatikan kesejahteraan guru.

2.4 Kesejahteraan Guru dalam Pandangan Islam

Tepat setiap tanggal 25 November, Indonesia merayakan satu momen yang tidak
pernah terlupa. Yaitu Hari Guru Nasional. Pemerintah lewat Keputusan Presiden
Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan hari lahir PGRI yang jatuh pada 25 November
sebagai Hari Guru Nasional. Meski digaungkan sebagai pahlawan tanpa tanda
jasa, nasib guru di Indonesia bisa dibilang bahwa kesejahteraan guru belum
tercapai. Sebagian besar guru honorer atau kontrak harus menjerit dalam diam
mendapatkan gaji yang minim. Gaji mereka jauh berada pada standar upah
minimun.

Gaji yang diterima oleh para guru pun jauh untuk bisa disebut mencukupi
kebutuhan. Ada yang menerima Rp 1 juta hingga Rp 500 ribu saja tiap bulannya.
Padahal jam kerja pun sama dengan pekerja lainnya. Bahkan para guru ini
melebihkan waktu untuk mengajar para pelajar. Sungguh ironi. Para guru ini
mengajar untuk mencerdaskan anak bangsa. Hasil didikannya kelak bisa menjadi
apa saja. Seorang presiden, menteri, ilmuwan hingga seorang ulama. Namun
untuk bertahan hidup, mereka harus mencari sampingan lain. Karena gaji yang
mereka dapatkan tidak menutup kebutuhan.

Ada kisah yang lebih membuat hari meringis. Seorang guru honorer di Bogor saat
awal mengajar digaji Rp 50 ribu selama sebulan. Bayangkan, Bogor hanya butuh

1
beberapa jam saja dari pusat pemerintahan, tapi permasalahan seperti ini belum
saja didengar.Perlahan naik jadi Rp100 ribu, Rp150 ribu hingga Rp500 ribu.
Setelah 11 tahun naik menjadi Rp1 juta sampai tahun terakhir gajinya menjadi
Rp1,5 juta. Setidaknya ia butuh belasan tahun menunggu gajinya naik.

Itu hanya satu dua kasus yang naik dan jadi perbincangkan. Sebagian lagi tertelan
seakan gunung batu es. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
hingga pada 2020 jumlah guru non-PNS di Indonesia mencapai 937.228 orang.
Dari jumlah tersebut, 728.461 di antaranya berstatus guru honorer sekolah.

Jika negara punya istilah pahlawan tanpa tanda jasa untuk guru, maka Islam pun
punya tempat yang istimewa bagi para tenaga pendidik ini. Orang yang memiliki
ilmu seperti pendidik, guru punya derajat yang tinggi. Hal ini tercantum di dalam
Al-Qur’an

‫َلُك ْم َتَفَّسُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْفَسُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم َوِاَذ ا ِقْيَل اْنُشُز ْو ا َفاْنُش ُز ْو ا َيْر َف ِع ُهّٰللا اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْو ا‬ ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْيَل‬
١١ - ‫ٌر‬ ‫ْو َن َخ ِبْي‬ ‫ا َتْع َم ُل‬ ‫وا اْلِع ْلَم َدَر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم‬ ‫ُاْو ُت‬ ‫ِذ ْيَن‬ ‫ِم ْنُك ْۙم َو اَّل‬

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Mahateliti apa yang kamu kerjakan."

Sedangkan dalam Islam, guru tidak hanya sekadar menyebarluaskan ilmu


pengetahuan pada sang murid. Namun juga mengarahkan anak didik pada
kebaikan dan nilai-nilai Keislaman. Permasalahan guru yang digaji di bawah upah
minimun memang terus menjadi persoalan. Kasus ini naik turun muncul
tenggelam. Ramai beberapa saat, kemudian tidak lagi diperbincangkan sampai ada
yang kembali viral.

Upah guru sebagaimana upah profesi lainnya sama-sama bernilai penting. Bahkan
Allah dalam Al-Quran pun menjamin tentang balasan yang sesuai.

‫َو َخ َلَق ُهّٰللا الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض ِباْلَح ِّق َوِلُتْج ٰز ى ُك ُّل َنْفٍۢس ِبَم ا َك َسَبْت َو ُهْم اَل ُيْظَلُم ْو َن‬

“Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar
setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka
tidak akan dirugikan.” (QS Al-Jatsiyah Ayat 22).

Islam memang mengatakan jika derajat seorang guru bahkan lebih baik ketimbang
harta yang melimpah. Bukan karena perkara ilmu pengetahuan saja yang ia
ajarkan, namun juga nilai-nilai kebaikan. Namun harus diperhatikan juga, manusia

1
tidak lepas dengan segala kebutuhan dan guru juga manusia. Sehingga pemerintah
perlu memikirkan kesejahteraan guru terutama yang belum tercapai, demi masa
depan negara.

BAB III

1
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Jika negara punya istilah pahlawan tanpa tanda jasa untuk guru, maka Islam pun
punya tempat yang istimewa bagi para tenaga pendidik ini. Orang yang memiliki
ilmu seperti pendidik, guru punya derajat yang tinggi. Islam mengatakan jika
derajat seorang guru bahkan lebih baik ketimbang harta yang melimpah. Bukan
karena perkara ilmu pengetahuan saja yang ia ajarkan, namun juga nilai-nilai
kebaikan.

Namun sayang sekali meski digaungkan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, nasib
guru di Indonesia bisa dibilang bahwa kesejahteraannya belum tercapai. Sebagian
besar guru honorer harus menjerit dalam diam mendapatkan gaji yang minim.
Gaji mereka jauh berada pada standar upah minimun. Sehingga sebagian dari
mereka perlu melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan agar
biaya hidup dapat tercukupi.

3.2 Saran

Permenpan-RB Nomor 27 Tahun 2021 mengatur tentang Pengadaan Pegawai


Negeri Sipil (PNS) serta Permenpan-RB Nomor 28 Tahun 2021 mengatur tentang
Pengadaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk Jabatan
Fungsional Guru pada Instansi Daerah mengindikasikan bahwa tes CASN tahun
2021 tidak ada pengangkatan PNS baik bagi sarjana pendidikan maupun guru
honorer.

Seharusnya kebijakan seperti di atas tidak perlu diadakan, agar guru honorer di
Indonesia masih mempunyai harapan menjadi PNS. Peran guru honorer juga
seharusnya dapat lebih diperhatikan baik itu oleh masyarakat, pemerintah,
maupun peserta didik itu sendiri. Dan pihak sekolah seharusnya memberikan upah
yang lebih layak bagi guru honorer agar sebanding dengan pekerjaan yang mereka
lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1
Asruri, Ahmad. "Realitas Guru Honorer Zaman Now." (n.d.). PDF.

Fauzan, Gagan. "Guru Honorer dalam Lingkaran Ketidakadilan." Journal on Education


(2021): 197-208. PDF.

Juniasa Selamat, I Wayan. detikbali. 25 November 2022. 13 Oktober 2023.

Kusuma, Darma. Pengembangansosial.fisipol.ugm.ac.id. 2023. Websitw. 13 October


2023.

Luwi, Asnawi. Tribungayo.com. 7 Oktober 2023. 13 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai