KELAS B
BANDUNG
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul Ketidakadilan pada Kesejahteraan Guru Honorer ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Islam. Selain itu, Makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca juga bagi penulis.
Kami menyadari Makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran akan kami terima dengan rendah hati demi
kesempurnaan Makalah ini.
1
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
DAFTAR PUSTAKA 7
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kiprah guru dalam dunia Pendidikan masih harus diperhatikan, namun dalam
kenyataan masih banyak orang-orang yang tidak memahami peran guru di dalam
dunia Pendidikan. Seharusnya peran guru dapat lebih diperhatikan baik itu dari
masyarakat, pemerintah, maupun peserta didik itu sendiri. Namun harapan
tersebut tidak akan tercapai jika dalam dunia pendidikan masih dapat ditemukan
berbagai masalah.
Salah satu masalah dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah rendahnya tingkat
kesejahteraan guru. Masalah ini perlu mendapat perhatian yang lebih karena
kesejahteraan guru berkaitan dengan kinerja mengajar yang mereka hasilkan.
Keberhasilan pendidikan juga ditentukan oleh kesiapan guru melaksanakan
perannya sebagai pendidik sekaligus pengajar yang memberikan seperangkat
pengalaman belajar siswa di sekolah (Dadang, 2020). Tingkat kesejahteraan guru
di Indonesia sendiri tergolong rendah, terbukti dari kisah-kisah guru honorer yang
masih harus mencari pekerjaan sampingan untuk biaya kehidupan mereka karena
gaji yang diterima sangat kurang untuk biaya hidup. Padahal guru honorer dan
guru PNS memiliki tanggung jawab dan beban kerja yang relatif sama namun
perbedaan pendapatan guru honorer dan guru PNS sangat jomplang. Sebagian
besar guru honorer di Indonesia memiliki gaji yang jauh dibawah upah minimum
daerah, padahal peran guru honorer di sekolah juga sangatlah penting.
Guru Honorer sendiri adalah guru yang tidak digaji sebagai guru tetap.
Kedudukannya masih menjadi dilema, dalam arti apakah guru honorer masih
diperlukan atau tidak. Banyak cerita-cerita tentang guru honorer baik itu mengenai
gaji mereka yang tidak bisa digunakan selama sebulan atau mereka para guru
yang dituntut oleh wali murid. Hal itu dipengaruhi oleh cara pandang hedonis atau
kapitalis yang semakin menodai citra guru.
Maka dari itu kesejahteraan guru apalagi guru honorer sangat penting dan sangat
perlu perhatian lebih, dan berdasarkan latar belakang di atas, makalah yang akan
kami teliti dan bahas, diberi judul “Ketidakadilan pada Kesejahteraan Guru
Honorer”.
BAB II
1
PEMBAHASAN
Dari kebijakan tersebut maka harapan bagi guru honorer di Indonesia untuk
menjadi PNS menghilang untuk beberapa tahun kedepan. PNS memang menjadi
salah satu tujuan utama bagi sebagian besar guru honorer di Indonesia. Dengan
kegiatan beban kerja yang relatif sama, setidaknya guru dapat mendapatkan gaji,
tunjangan keluarga, dan tunjangan di hari tua guna menyongsong kehidupan yang
lebih layak.
1
sebagai guru adalah melaksanakan tugas, kegiatan belajar mengajar,
melaksanakan tugas administrasi, melaksanakan ketentuan yang berlaku di
sekolah, dan mematuhi ketentuan dalam surat perjanjian kerja (Mulyasa, 2006).
Ada beberapa perbedaan dari guru honorer dengan guru PNS, yaitu guru PNS
memiliki tugas mengajar yang lebih spesifik sesuai SK sedangkan untuk guru
honorer lebih fleksibel, yaitu dalam artian dapat mengisi berbagai kelas yang
kosong. Jika dibandingkan dengan gaji antara guru honorer dengan guru PNS,
kurang lebih gaji guru PNS delapan kali lebih besar disbanding dengan gaji guru
honorer. Bahkan gaji PNS jika sudah bersertifikat pendidik bisa berkali kali lipat
dengan jaminan tunjangan di masa tua. Dalam menyikapi hal tersebut alangkah
baiknya mengetahui konsepsi keadilan sosial yang dikemukakan oleh Rawls
(1971) bahwa keadilan sosial merupakan bentuk kerjasama social berkelanjutan
dari generasi ke generasi berikutnya. Ikatan Kerjasama social berdasarkan pada
identitas.
Hal tersebut menunjukan kerjasama sosial tumbuh karena ada kebutuhan dan
kepentingan bersama. Dalam hal ini Kemendikbud sebagai institusi pendidikan
kurang dapat mendistribusikan hasil kerjasama dengan dengan baik, sehingga
menimbukan konflik kepentingan berupa masalah keadilan sosial. Rawls (1971)
memandang masalah keadilan sosial sebagai circumstances of justice, yaitu
sebuah kondisi dimana kerjasama sosial tersebut diperlukan prinsip-prinsip
keadilan yang mengatur hak, kewajiban, keuntungan, dan beban hasil kerjasama
sosial secara adil kepada masyarakat.
Terdapat 2 konsepsi prinsip keadilan social menurut John Rawls (1971), yaitu
konsepsi umum dan konsepsi khusus. Untuk konsepsi umum menitikberatkan
kepada equality atau persamaan, persamaan nilai distribusi nilai primer, dan
ketidaksamaan tersebut dapat ditoleransi sejauh menguntungkan semua pihak.
Sedangkan pada konsepsi khusus terdapat 2 prinsip keadilan yaitu, prinsip
pertama setiap orang memiliki kebebasan yang luas, dan yang kedua ketimpangan
ekonomi dan sosial didata sehingga memberikan keuntungan yang besar bagi
kelompok yang lemah, berbagai jabatan dan posisi terbuka bagi semua orang
dalam kondisi kesetaraan peluang yang fair. Dalam hal ini perlu adanya keadilan
yang diperlukan untuk menyoroti ketimpangan gaji diantara guru honorer dan
guru PNS.
1
tamatan SMA.
Kedua kisah tragis guru honorer di atas mempunyai kesamaan yaitu meskipun
telah memiliki pekerjaan sebagai guru, mereka masih belum bisa mencukupi biaya
kehidupan sehari-hari karena upah yang diterima sangatlah minim sehingga
mereka perlu melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan agar
biaya hidup dapat tercukupi. Dan dari kisah tersebut, sangat perlu untuk
memperhatikan kesejahteraan guru.
Tepat setiap tanggal 25 November, Indonesia merayakan satu momen yang tidak
pernah terlupa. Yaitu Hari Guru Nasional. Pemerintah lewat Keputusan Presiden
Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan hari lahir PGRI yang jatuh pada 25 November
sebagai Hari Guru Nasional. Meski digaungkan sebagai pahlawan tanpa tanda
jasa, nasib guru di Indonesia bisa dibilang bahwa kesejahteraan guru belum
tercapai. Sebagian besar guru honorer atau kontrak harus menjerit dalam diam
mendapatkan gaji yang minim. Gaji mereka jauh berada pada standar upah
minimun.
Gaji yang diterima oleh para guru pun jauh untuk bisa disebut mencukupi
kebutuhan. Ada yang menerima Rp 1 juta hingga Rp 500 ribu saja tiap bulannya.
Padahal jam kerja pun sama dengan pekerja lainnya. Bahkan para guru ini
melebihkan waktu untuk mengajar para pelajar. Sungguh ironi. Para guru ini
mengajar untuk mencerdaskan anak bangsa. Hasil didikannya kelak bisa menjadi
apa saja. Seorang presiden, menteri, ilmuwan hingga seorang ulama. Namun
untuk bertahan hidup, mereka harus mencari sampingan lain. Karena gaji yang
mereka dapatkan tidak menutup kebutuhan.
Ada kisah yang lebih membuat hari meringis. Seorang guru honorer di Bogor saat
awal mengajar digaji Rp 50 ribu selama sebulan. Bayangkan, Bogor hanya butuh
1
beberapa jam saja dari pusat pemerintahan, tapi permasalahan seperti ini belum
saja didengar.Perlahan naik jadi Rp100 ribu, Rp150 ribu hingga Rp500 ribu.
Setelah 11 tahun naik menjadi Rp1 juta sampai tahun terakhir gajinya menjadi
Rp1,5 juta. Setidaknya ia butuh belasan tahun menunggu gajinya naik.
Itu hanya satu dua kasus yang naik dan jadi perbincangkan. Sebagian lagi tertelan
seakan gunung batu es. Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
hingga pada 2020 jumlah guru non-PNS di Indonesia mencapai 937.228 orang.
Dari jumlah tersebut, 728.461 di antaranya berstatus guru honorer sekolah.
Jika negara punya istilah pahlawan tanpa tanda jasa untuk guru, maka Islam pun
punya tempat yang istimewa bagi para tenaga pendidik ini. Orang yang memiliki
ilmu seperti pendidik, guru punya derajat yang tinggi. Hal ini tercantum di dalam
Al-Qur’an
َلُك ْم َتَفَّسُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْفَسُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم َوِاَذ ا ِقْيَل اْنُشُز ْو ا َفاْنُش ُز ْو ا َيْر َف ِع ُهّٰللا اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْو ا ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْيَل
١١ - ٌر ْو َن َخ ِبْي ا َتْع َم ُل وا اْلِع ْلَم َدَر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم ُاْو ُت ِذ ْيَن ِم ْنُك ْۙم َو اَّل
Artinya:
Upah guru sebagaimana upah profesi lainnya sama-sama bernilai penting. Bahkan
Allah dalam Al-Quran pun menjamin tentang balasan yang sesuai.
َو َخ َلَق ُهّٰللا الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َض ِباْلَح ِّق َوِلُتْج ٰز ى ُك ُّل َنْفٍۢس ِبَم ا َك َسَبْت َو ُهْم اَل ُيْظَلُم ْو َن
“Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar
setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka
tidak akan dirugikan.” (QS Al-Jatsiyah Ayat 22).
Islam memang mengatakan jika derajat seorang guru bahkan lebih baik ketimbang
harta yang melimpah. Bukan karena perkara ilmu pengetahuan saja yang ia
ajarkan, namun juga nilai-nilai kebaikan. Namun harus diperhatikan juga, manusia
1
tidak lepas dengan segala kebutuhan dan guru juga manusia. Sehingga pemerintah
perlu memikirkan kesejahteraan guru terutama yang belum tercapai, demi masa
depan negara.
BAB III
1
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Jika negara punya istilah pahlawan tanpa tanda jasa untuk guru, maka Islam pun
punya tempat yang istimewa bagi para tenaga pendidik ini. Orang yang memiliki
ilmu seperti pendidik, guru punya derajat yang tinggi. Islam mengatakan jika
derajat seorang guru bahkan lebih baik ketimbang harta yang melimpah. Bukan
karena perkara ilmu pengetahuan saja yang ia ajarkan, namun juga nilai-nilai
kebaikan.
Namun sayang sekali meski digaungkan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, nasib
guru di Indonesia bisa dibilang bahwa kesejahteraannya belum tercapai. Sebagian
besar guru honorer harus menjerit dalam diam mendapatkan gaji yang minim.
Gaji mereka jauh berada pada standar upah minimun. Sehingga sebagian dari
mereka perlu melakukan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan agar
biaya hidup dapat tercukupi.
3.2 Saran
Seharusnya kebijakan seperti di atas tidak perlu diadakan, agar guru honorer di
Indonesia masih mempunyai harapan menjadi PNS. Peran guru honorer juga
seharusnya dapat lebih diperhatikan baik itu oleh masyarakat, pemerintah,
maupun peserta didik itu sendiri. Dan pihak sekolah seharusnya memberikan upah
yang lebih layak bagi guru honorer agar sebanding dengan pekerjaan yang mereka
lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1
Asruri, Ahmad. "Realitas Guru Honorer Zaman Now." (n.d.). PDF.