PROFESI KEGURUAN
Dosen Pengampu : Dra.Umil Muhsinin M.Pd
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDAIYAH
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kemudahan bagi kami untuk menyelesaikan makalah profesi keguruan.Penulisan Makalah ini
adalah satu tugas mata profesi keguruan.Dalam penulisan Makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun materi mengingat kemampuan yang kami
miliki.
Serta kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu,semoga tugas yang telah
diberikan beliau dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami sebagai mahasiswa
Kami mengharapkan semoga dari makalah ini para pembaca semua dapat memahami dan
mengambil manfaatnya.
Kata pengantar………………………………………………………………………………….
Bab I (Pendahuluan)……………………………………………………………………………
A.Latar belakang………………………………………………………………………………..
B.Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….
C.Tujuan…………………………………………………………………………………….......
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terdapat berbagai macam pekerjaan dan profesi yang dipilih seseorang untuk
mendapatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu pekerjaan atau
profesi yang dikenal umum adalah pekerjaan sebagai guru. Profesi atau pekerjaan sebagai
guru merupakan pekerjaan yang banyak dipilih seseorang mengingat dunia akademik
merupakan hal yang tidak pernah ditinggalkan. Pendidikan formal dewasa ini semakin
berkembang pesat dan semakin besar jumlahnya baik swasta maupun di bawah naungan
pemerintah. Menurut Undang-Undang nomer 14 tahun 2005, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai suatu profesi, terdapat
sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu meliputi kompetensi
pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi sosio kemasyarakatan. Sesuai dengan
kajian yang dilakukan oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan
Weinstein (1997) yang menjelaskan berbagai kompetensi professional yang harus dimiliki
oleh seorang guru. Oleh karenanya setiap sekolah berusaha untuk memiliki guru-guru yang
terbaik. Sekolah-sekolah berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi
unggulan untuk mendapatkan semakin banyak peserta didik. Berbeda dengan 2 pendidikan
formal di bawah pemerintah atau sekolah negeri, sekolah swasta lebih leluasa dalam
mengembangkan berbagai aspeknya untuk meningkatkan mutu sehingga semakin diminati
pasar. Dalam hal ini pengembangannya termasuk di dalamnya peningkatan mutu guru-
guru dan pengajarnya. Eksistensi guru sebagai “agen pembelajaran” menuntutnya untuk
senantiasa meningkatkan kompetensinya. Selain komptensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, dan kompetensi sosial, kompetensi profesional merupakan kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru. Ditambah lagi dengan pergantian kurikulum dan model
pengajaran serta perkembangan sistem pendidikan yang belakangan terjadi, menjadikan
profesi guru menjadi profesi yang tidak mudah dan penuh dengan tugas, tanggung jawab
dan tantangan yang harus dihadapi setiap guru. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan
ketidakseimbangan seorang karyawan dalam mengelola tugas atau tanggungjawab dalam
keluarga akan berdampak pada munculnya konflik pekerjaan-keluarga (Achour et al.,
2011). Berbeda dengan sekolah negeri yang semua dananya disubsidi pemerintah, sekolah
swasta menggantungkan pendanaan peserta didik. Guru negeri atau yang masuk dalam
Pegawai Negeri Sipil sering kali diusahakan seseorang untuk memperoleh berbagai
keuntungan dan kemudahan dalam berbagai hal. Bagi mereka yang tidak masuk dalam
jajaran guru negeri, akan memilih untuk menjadi guru di sekolah swasta. Guru swasta
sedikit berbeda dengan guru negeri karena sering kali memiliki standar dan sistem yang
tidak sama dengan sekolah negeri. Dengan kata lain pekerjaan sebagai guru swasta
memiliki tugas dan tanggung jawab yang padat dan tidak mudah. Jadwal yang padat dan
tuntutan pekerjaan yang sering kali membutuhkan waktu tambahan 3 untuk dilakukan di
luar sekolah menimbulkan dampak yang signifikan bagi setiap guru swasta. SMA Stella
Duce merupakan contoh dari sekolah swasta yang memiliki banyak kegiatan dan tugas bagi
guru-gurunya. Sekolah swasta yang bernaung pada Yayasan Tarakanita ini terdiri dari SMA
Stella Duce I, SMA Stella Duce II, dan SMA Stella Duce III. Guru-guru dan pengajar di
sekolah-sekolah tersebut juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat untuk
diemban. Tidak jarang tugas dan tanggung jawab tersebut menimbulkan dampak dalam
kehidupan pribadi guru-guru SMA Stella Duce. Khususnya bagi guru-guru yang sudah
berkeluarga, tanggung jawab dan tugas dari sekolah tentu saja dapat membuat tugas dan
tanggung jawabnya dalam keluarga terabaikan atau tersisihkan. Dengan demikan
keterbatasan waktu guru-guru untuk keluarga demi mengemban tugas dan tanggung jawab
dari sekolah akan menimbulkan konflik pekerjaan-keluarga. Tuntutan pekerjaan yang
tinggi dan ketidakseimbangan seorang guru dalam mengelola tugas atau tanggungjawab
dalam keluarga tersebut akan berdampak pada munculnya konflik pekerjaan-keluarga
(Achour et al., 2011). Dengan terjadinya konflik tersebut akan menimbulkan tidak
harmonisnya hubungan pekerja dengan keluarganya dan juga konflik tersebut akan
mengganggu guru dalam mencapai kepuasan dalam pekerjaannya. Salah satu hal yang
dapat berpengaruh dalam menghindari efek negatif dengan munculnya konflik tersebut
adalah dengan religiusitas. Dengan pengelolaan hidup religius yang teratur dan terjaga
memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan kesejahteraan seorang pekerja
untuk dapat semakin berprestasi (Maartje at al., 2011).Guru-guru SMA Stella Duce
merupakan pemeluk agama tertentu dan tak satu pun dari antaranya yang merupakan
kaum atheis atau non religius. Achour et al., (2011)
menyatakan bahhwa religiusitas dapat menekan pengaruh negatif dari konflik pekerjaan-
keluarga. Religiusitas merupakan suatu bentuk perhatian seseorang pada aspek
keagamaan yang secara psikologi akan mampu menekan dampak negatif konflik pekerjaan-
keluarga terhadap kesejahteraan karyawan. Dengan demikian jelas bahwa religiusitas
dapat mengurangi dampak negatif konflik pekerjaan dan keluarga, maka perlu
diperhatikan oleh pihak manajerial sekolah sehingga tetap memfasilitasi gurugurunya
dalam rangka pengembangan religiusitas seperti waktu berdoa dan melaksanakan kegiatan
religius lainnya. Dengan demikian kualitas hubungan guru dengan keluarga serta guru
dengan dunia pekerjaannya disekolah tetap dapat berkualitas. Religiusitas memberikan
pengaruh positif dalam kaitannya dengan hidup keagamaan seorang individu dan secara
substansial dapat mengatasi kecenderungan konflik dalam pekerjaan maupun dalam
keluarga. Kegiatan keagamaan yang mempengaruhi kehidupan religiusitas seseorang
terutama kegiatan mengolah hidup spiritual pribadi seperti doa merupakan cara mengatasi
masalah tersebut dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan pribadi seseorang
(Folkman, et al, 986). Idler (1987) mengemukakan bahwa depresi akan berkurang ketika
seseorang berdoa, baik secara individu maupun berdoa bersama. Hal ini menunjukkan pula
pentingnya interaksi religius seseorang dengan pemeluk agama yang lain, terlebih pemeluk
agama yang sama. Pengolahan yang baik dalam hidup doanya menjadikan seseorang dalam
menghadapi masa depan dapat lebih optimis, memiliki kontrol yang lebih baik, lebih
percaya diri, merasakan harga dirinya, dan merasa memiliki tujuan hidup (Dull & Skolan,
1995). 5 Achour et al., (2011) menyatakan bahwa komponen utama yang dipertimbangkan
untuk kesejahteraan terdiri dari tiga elemen yaitu kepuasan kerja, kepuasan keluarga, dan
kepuasan hidup. Sebagai pekerja, seorang guru berharap bahwa ia mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya secara material. Guru sebagai karyawan berharap bahwa ia akan
memperoleh gaji, tunjangan, bonus, jabatan, maupun insentif yang baik dan memiliki
hubungan dengan rekan kerja yang harmonis. Dengan demikian terjalin pula hubungan
yang baik antara tiap-tiap pribadi guru dengan keluarganya dan dengan rekan-rekan kerja
serta peserta didik di sekolah. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa religiusitas yang
diperhatikan dengan baik dapat membawa pengaruh positif terhadap kehidupan kerja dan
mengelola stress seseorang sehingga terhindar dari konflik pekerjaan dan keluarga
(Shivani at al., 2011). Penelitian lain juga menunjukkan pengaruh positif religiusitas dan
hidup keagamaan dalam dunia kerja. Dengan pengelolaan hidup religius yang teratur dan
terjaga memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan kesejahteraan seorang
pekerja untuk dapat semakin berprestasi (Maartje at al., 2011). Demikian pula penelitian
yang dilakukan oleh Alu, Petrus., (2012) yang dilakukan pada karyawan jurnalistik surat
kabar Harian Jogja yang menunjukkan kesimpulan serupa bahwa religiusitas berpengaruh
positf terhadap berkurangnya stress karyawan untuk menghindari konflik pekerjaan dan
keluarga serta mencapai kesejahteraan karyawan Harian Jogja. Penelitian ini akan
mengangkat topik serupa dengan objek penelitian guru-guru SMA Stella Duce yang nota
bene bekerja di sekolah swasta dengan nilai religius yang dijunjung tinggi. Penelitian ini
akan menelihat pengaruh religiusitas dalam hubungan konflik pekerjaan dan keluarga
dengan kesejahteraan guru. Dengan 6 demikian sekolah dapat menyusun tugas dan
tanggung jawab guru-guru dalam pekerjaan dengan mengedepankan nilai religiusitas
untuk dapat mencapai kesejahteraan guru sehingga guru-guru SMA Stella Duce yang terdiri
dari SMA Stella Duce 1, 2 dan 3 (Bantul) terhindar dari konflik pekerjaan dan keluarga
serta mencapai kesejahteraan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah :
1. Apa Pengertian kode etik guru
2. Apasaja Hakikat kode etik guru
3. Ciri – ciri profesi
4. Kode etik guru
c. Tujuan
1. Mengetahui pengertian profesi keguruan
Secara etimologis, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa
latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli
dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi profesi berarti suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis.
Menurut Ornstein dan Levine (1984) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan
sepanjang hayat, memerlukan ilmu dan keterampilan, menggunakan hasil penelitian dan
aplikasi teori ke praktek, memerlukan pelatihan khusus, mempunyai persyaratan masuk,
mempunyai otonami dalam ruang lingkup kerjanya, bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambil, mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, menggunakan
administrator, mempunyai organisasi yang dikelola anggota profesi, mempunyai kode etik,
memiliki kepercayaan publik yang tinggi, mempunyai status sosial yang tinggi, ada
kelompok elit untuk menilai keberhasilan.
Menurut Volmer dan Mills (1966), Mc Cully (1969), dan Diana W. Kommer (dalam sagala,
2000:195-196), mereka sama-sama mengartikan profesi sebagai spesialisasi dari jabatan
intelektualyang diperoleh melalui study dan training, bertujuan menciptakan keterampilan,
pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga keterampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi
oleh orang lain, dan dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa
bayaran, upah,dan gaji (payment).
Menurut Sanusi et al (1991) menguraikan ciri-ciri utama profesi adalah suatu jabatan yang
memiliki fungsi dan signifikansi social yang menentukan (crusial), menuntun keterampilan
dan keahlian tertentu, memerlukan pendidikan tinggi dengan waktu yang lama, berpegang
teguh pada kode etik, memiliki otonom terhadap masalah yang dihadapinya, bertanggung
jawab terhadap tindakannya.
2. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya. Pada dasarnya profesionalisme itu merupakan
motivasi intrinsik pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya ke
arah perwujudan profesional. Ciri-ciri guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi,
dapat Anda baca kembali pada materi sub unit 1, dalam bahan ajar cetak.
3. Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk
dapat melakukan tugas-tugasnya. Sebutan profesionalitas menggambarkan suatu derajad
keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa profesi adalah suatu
pekerjaan yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi
tingkat pendidikan yang harus dipenuhinya, maka semakin tinggi pula derajat profesi yang
diembannya. Tinggi rendahnya pengakuan profesionalisme sangat bergantung pada
keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuh.
B. Profesionalisasi
Ciri-ciri pokok pekerjaan yang bersifat profesional, yakni: (1) dipersiapkan melalui proses
pendidikan dan latihan secara formal, (2) mendapat pengakuan dari masyarakat, (3)
adanya organisasi profesi dan (4) mempunyai kode etik sebagai landasan dalam
melaksanakan tugas.
a. Profesionalisasi Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini
tidak dapat dilakukan tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi guru,
diperlukan syarat-syarat khusus dan kompetensi tertentu, apalagi sebagai guru yang
profesional, ia harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai
ilmu pengetahuan lainnya. Ilmu pengetahuan tersebut perlu dibina dan dikembangkan
melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.
Banyak guru yang tidak memahami hakekat profesinya sehingga ia tidak bertindak
profesional dalam mengemban tugasnya. Kenyataan dilapangan mengindika-sikan bahwa
jabatan guru masih jauh dari hakekat profesi keguruan, sehingga kurang mendapat
penghargaan dan pengakuan di mata masyarakat. Intervensi penyelenggara pendidikan
dan bahkan masyarakat terhadap pekerjaan guru semakin menurunkan derajat
profesionalisme guru.
Profesi keguruan belakangan ini mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Munculnya Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Berdasarkan
undang-undang tersebut, maka timbullah suatu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan
derajat keprofesionalan guru.
Profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan
pengetahuan khusus yang mendalam. Profesi kependidikan dalam hal ini, guru merupakan
suatu profesi karena dia memiliki 6 ciri-ciri yang telah dibahas sebelumnya. Jadi dapat kita
simpulkan pengertian dari profesi kependidikan/keguruan adalah keahlian khusus dalam
bidang pendidikan, pengajaran,dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata
pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan (guru) serta menuntut
keprofesionalan pada bidang tersebut.
Guru adalah sosok pendidik yang sebenarnya. Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen Pasal 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalurpendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Profesi sebagai seorang guru harus dipandang dari beberapa sisi kehidupan secara luas.
Sejumlah rekomendasi menurut Oemar Hamalik (2002: 6) yang dapat dikemukakan adalah
sebagai berikut:
- Bahwa para guru secara hukum dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan untuk
mendapatkan lisensi mengajar serta persyaratan yang ketat untuk menjadi anggota
organisasi guru
- Bahwa para guru dituntut untuk memiliki pemahaman serta ketrampilan yang tinggi
dalam hal bahan ajar, metode, anak didik dan landasan kependidikan
- Bahwa para guru dalam organisasi profesional, memiliki publikasi profesional yang
dapat melayani para guru, sehingga tidak ketinggalan, bahkan selalu mengikuti
perkembangan yang terjadi
- Bahwa para guru diakui sepenuhnya sebagai suatu karier hidup (a lifecareer)
- Bahwa para guru memiliki nilai dan etika yang berfungsi secara nasional maupun
lokal.
Anak yang baru masuk SD, belum bisa baca tulis, belum dapat hitung menghitung dan
sebagainya. Setelah diproses melalui pembelajaran, anak tersebut menjadi terampil baca
tulis,terampil hitung menghitung. Perubahan ini dapat dikatakan bahwa kegiatan
pembelajaran itu didominasi oleh kegiatan intelektual
Kita mengenal guru TK, guru SD, guru SLB A, guru SLB B dan sebagainya. Guru-guru itu
dalam pendidikannya menggeluti ilmu-ilmu khusus. Guru SLBA misalnya, menggeluti
bidang khusus ketunanetraan. Guru SLBB menggeluti bidang khusus ketunarunguan dan
kebisuan dan sebagainya. Kenyataan tersebut merupakan bukti bahwa jabatan guru
memiliki ilmu-ilmu khusus
Jabatan guru adalah jabatan yang sedang dan terus berkembang. Dulu untuk menjadi guru
SD dipersyaratkan minimal berijazah SPG/SGO, kemudian berkembang menjadi D II PGSD
dan sekarang minimal berijazah SI PGSD. Tidaklah mustahil disuatu saat kelak, untuk
menjadi guru SD dipersyaratkan minimal berpendidikan formal S III. Meskipun dalam
kenyataan di masyarakat, ada guru yang pendidikan keguruannya hanya beberapa bulan,
bahkan ada guru yang diangkat dengan latar belakang pendidikan formal non guru.
Kejadian-kejadian itu hanyalah tindakan “tanggap darurat”
Anda sekarang ini mengikuti program SI PGSD sistem ODL (Open And Distance Learning).
Sebelumnya pendidikan anda adalah D II PGSD dan sudah berkedudukan sebagai guru. Di
sekolah tentunya anda juga mengikuti kegiatan-kegiatan seperti KKG,PKG, KKPS atau
kegiatan ilmiah lainnya
Jabatan guru dikatakan memenuhi ciri itu jika guru dapat hidup layak dari
jabatannya itu, tanpa harus melakukan pekerjaan lain guna memenuhi kebutuhan
hidupnya. Penghasilan guru yang rendah, diduga menjadi salah satu penyebab mengapa
LPTK mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku (calon mahasiswa) yang
berkualitan
Jabatan guru sudah terkenal luas sebagai jabatan yang anggotanya terdorong oleh
keinginan untuk membantu orang lain dan bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi
semata. Banyak guru yang memberikan les tanpa memungut biaya dari murid-muridnya
8. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat Jabatan
guru di Indonesia sudah memiliki wadah Yaitu PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia).
Setiap guru otomatis menjadi anggotanya.
Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal ciri-ciri/karateristik itu, namun
perkembangan di tanah air menunjukkan arah untuk ciri-ciri tersebut. Usaha untuk ini
sangat tergantung kepada niat, prilaku, dan komitmen dari guru sendiri dan organisasi
yang berhubungan dengan itu, selain juga oleh kebijakan pemerintah.
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu
profesi, maka harus memenuhi criteria profesional, (hasil lokakarya pembinaan Kurikulum
Pendidikan Guru UPI Bandung) dalam Oemar Hamalik (2002: 37-38) sebagai berikut:
1. Fisik
2. Mental/kepribadian
Berkepribadian/berjiwa Pancasila
Mampu menghayati GBHN
Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik
Berbudi pekerti yang luhur
Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikanyang ada secara maksimal
Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuhtenggang rasa.
3. Keilmiahan/pengetahuan
4. Keterampilan
Jabatan guru bergerak dibidang layanan kepada masyarakat melalui kegiatan pendidikan.
Layanan itu meliputi layanan pembelajaran, layanan bimbingan , layanan administrasi,
Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan layanan ekstra kurikuler.
1. Layanan Pembelajaran.
Dari 5 layanan yang telah disebutkan diatas, layanan pembelajaran yang paling dominan.
Kegiatannya berupa membelajarkan peserta didik agar peserta didik itu menguasai
sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
2. Layanan Bimbingan.
Layanan ini berupa bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran, kesulitan sosial, pribadi dll.
3. Layanan Administrasi
Disamping kepala sekolah, guru di SD memberikan layanan ini, terutama yang berkaitan
dengan pengadministrasi siswa.
Bentuk layanan ini berupa kegiatan olah raga, kesenian, pengembangan bakat dan minat
bagi siswa.
g. Landasan filosofi profesi keguruan
1. Pancasila
Dalam Bab I pasal 1 mengenai Ketentuan Umum UU Republik Indonesia di tuliskan bahwa
yang di maksudkan di dalam UU tersebut adalah:
· Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan dating
· Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan
dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan
tercapainya tujuan pendidikan nasional
· Jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
kekhususan tujuannya.
3. Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas
utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada
jenjang pendidikan tinggi disebut dosen.
Konsep berasal dari bahasa Latin, Comceptum (suatu yang dipahami). Konsep dinyatakan
juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik.
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau
benar, buruk atau baik.
Secara bahasa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah
laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat.ellm
Etika menurut berbagai literatur sama juga dengan akhlak, moral, serta budi pekerti,
dimana akhlak berarti perbuatan manusia (bahasa arab), moral berasal dari kata “mores”
yang berarti perbuatan manusia, sedangkan budi adalah berasal dari dalam jiwa, ketika
menjadi perbuatan yang berupa manifestasi dari dalam jiwa menjadi pekerti (bahasa
sanskerta)
1. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik
2. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal
3. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Yang kedua adalah bahwa para pelaksana profesi luhur ini harus memiliki pegangan atau
pedoman yang ditaati dan diperlukan oleh para anggota profesi, agar kepercayaan para
klien tidak disalahgunakan. Selanjutnya hal ini kita kenal sebagai kode etik. Mengingat
fungsi dari kode etik itu, maka profesi luhur menuntut seseorang untuk menjalankan
tugasnya dalam keadaan apapun tetap menjunjung tinggi tuntutan profesinya.
Kesimpulannya adalah jabatan guru juga merupakan sebuah profesi. Namun demikian
profesi ini tidak sama seperti profesi-profesi pada umumnya. Bahkan boleh dikatakan
bahwa profesi guru adalah profesi khusus. Mereka yang memilih profesi ini wajib
menyadari bahwa motivasi dalam bekerja adalah keinginan untuk mengabdi kepada
sesama serta menjalankan dan menjunjung tinggi kode etik yang telah diikrarkannya,
bukan semata-mata segi materinya belaka.
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa Pendidikan adalah merupakan suatu
bidang Pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air serta
kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang –Undang
Dasar 1945 . Maka Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai Guru
dengan mempedomani dasar –dasar sebagai berikut:
6) Guru secara sendiri – sendiri dan atau bersama – sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu Profesinya.
7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan
lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan.
8) Guru bersama –sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru
Profesional sebagai sarana pengapdiannya.
9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah
dalam bidang Pendidikan.
2. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII,Basumi sebagai ketua umum PGRI
menyatakan bahwa kode atik guru indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggalilan pengabdiannya bekerja
sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam kode etik guru indonesia terdapat dua unsur pokok yakni: (1) sebagai
landasan moral. (2) sebagai pedona tingkah laku.
Dari uraian tersebut kelihatan, bahwa kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang
harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para
anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-
larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
social
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi .fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson
dan Michel(1945-449)yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman
pelaksanaan tugas professional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang
professional.
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru dengan
teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan masyrakat serta dengan misi tugasnya.
Menurut Oteng Sutisna(1986-364)bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman
kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mendidik
peserta didik.
Etika hubungan guru dengan peserta didik menuntut terciptanya hubungan berupa helping
relationship(brammer,1979),yaitu hubungan yang bersifat membantu dengan
mengupayakan terjadinya iklim belajar yang kondusif bagi perkembangan peserta didik.
Etika hubungan guru dengan pimpinan di sekolah menuntut adanya kepercayaan. bahwa
guru percaya kepada pimpinannya dalam member tugas dapat dan sesuai kemampuan
serta guru percaya setiap apa yang telah dikerjakan mendapatkan imbalan dan sebaliknya
pimpinan harus yakin bahwa tugas yang telah diberikan telah dapat dilaksanakan.
Guru sangat perlu memelihara hubungan baik dengan masyarakat untuk kepentingan
pendidikan. Guru juga harus menghayati apa saja yang menjadi tanggung jawab tugasnya
Guru memiliki kewajiban untuk membimbing anak didik seutuhnya dengan tujuan
membentuk manusia pembangunan yang pancasila. Inilah bunyi kode etik guru yang
pertama dengan istilah ‘berbakti dan membimbing yang artinya mengabdi tanpa pamrih
dan tidak pandang bulu dengan membantu (tanpa paksaan, manusiawi)istilah seutuhnya
lahir batin, secara fisik dan psikis. Jadi,
- Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang bersifat umum
maupun khusus
- Memberi pelajaran secara klasikal sesuai dengan unit pelajaran yang sedang dipelajari
Dengan penjelasan-penjelasan yang ada tersebut maka menjadi seorang guru itu
harus mengetahui terlebih dahulu apa itu arti sebuah profesi keguruan beserta syarat-
syaratnya dan bagaimana untuk menjadi seorang guru yang profesional yang memiliki jiwa
pengajar yang berlandaskan dengan aturan-aturan yang telah ada dalam Undang-Undang
Kependidikan. Selain itu untuk menjadi seorang guru harus memiliki etika yang baik serta
sikap profesional keguruan.
B. SARAN
Guru dan calon guru perlu mengetahui apa arti sebuah profesi keguruan, syarat-
syarat untuk menjadi seorang guru yang profesional karena mereka adalah calon tenaga
pengajar yang akan memberikan ilmu mereka kepada anak-anak bangsa. Seorang guru
adalah contoh bagi semua murid-muridnya,karena itu mereka harus benar-benar mengerti
bagaimana arti dari sebuah profesi keguruan yang mereka lakukan sekarang atau nanti
agar mereka tidak salah mengartikan profesi untuk mengajar tersebut dan agar mereka
bisa menyadari pentingnya menjadi guru yang profesional.
Menjadi seorang guru juga harus memiliki sikap yang profesional di bidangnya
tersebut yakni mengajar. Karena seorang guru akan berdiri sendiri di depan kelas untuk
memberikan ilmu kepada murid-muridnya tanpa bantuan seorang asisten atau sejenisnya.
Jadi segala sikap yang baik dan buruk akan dilihat oleh para murid, karena seorang guru
adalah panutan dari semua murid.
DAFTAR PUSTAKA
http://rivaisriva.blogspot.com/2012/03/pengertian-profesi-profesionalisme-dan.html
http://munabarakati.blogspot.com/2014/02/makalah-profesi-keguruan.html
http://aswaranas2204.blogspot.com/
http://afirdaus790.blogspot.com/2012/12/makalah-profesi-keguruan.html
Dwi Siswoyo, Drs., Buku Materi Pokok 3. Peserta didik dan pendidik, Pengantar Ilmu
Pendidikan.
Redja Mudyahardjo, Drs. & Waini Rasyidin, Drs., M.Ed., Buku Materi Pokok 1-3 Dasar-dasar
Kependidikan,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka 1986.