Tesis S2
Tesis S2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan madrasah
menengah pertama.
hanya saja pada MI terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama Islam.
Fenomena yang menjadi isu nasional sekarang ini terkait perkembangan pendidikan
Seperti yang telah kita ketahui, sejak tahun ajaran 2013-2014, Kurikulum tahun
perhatian penuh, semua termaksud dalam kompetensi inti (KI) yang dirumuskan
menjadi 4 bagian yaitu: (1) kompetensi inti sikap spiritual, (2) kompetensi inti sikap
akan tuntutan terhadap seorang guru. Sistem penilaian dan pembelajaran yang
berubah menjadi suatu masalah yang semakin menambah kompleksnya beban kerja
bagi seorang dulu. Sistem penilaian yang semakin detail dan rumit, belum lagi sitem
pembelajaran kelas yang disajikan per tema. Setiap guru diharuskan untuk dapat
sebelumnya, yaitu bagus dalam tataran konsep dan bahasa kurikulum sangat
indah, tetapi sangat buruk dalam penerapan. Contoh Kurikulum 1984 yang
kenyataannya pola mengajar guru tidak berubah. Guru tetap memberikan materi
di depan kelas dan murid mendengarkan. Guru tidak bisa disalahkan karena guru
tidak pernah diberikan pelatihan,” kata Henny Supolo (dalam Edukasi Kompas,
07 desember 2012). Disisi lain terdapat pula masalah yang bersifat regional maupun
lokal yang selama ini terjadi dalam lingkungan pendidikan Kalimantan Selatan
secara umum dan kabupatenn Tanah Bumbu secara khusus. Hasil wawancara
peneliti dengan salah satu nara sumber Kepala Madrasah Ibtidaiyah Darul azhar,
Kec. Simpang Empat Batulicin . Masalah yang selama ini timbul pada Madrasah
4
ibtidaiyahah di Kec. Simpang Empat Batulicin ini adalah terkait banyaknya calon
siswa yang langsung masuk Madrasah Ibtidaiyah tanpa melalui Taman kanak-
Kanak atau PAUD sehingga proses belajar mengajar harus mulai dari awal
(dalam As’ad, 2002), maka diperlukan kesiapan guru itu sendiri baik aspek fisik
maupun non-fisik (mental). Untuk mengatasi kesulitan tersebut dan mau tidak
mau guru harus memiliki keinginan kuat dalam menghadapi kesulitan dan mampu
dengan mencari solusi dengan melibatkan potensi yang dimiliki, salah satunya
Quitters, Campers, dan Climbers. Quitters adalah mereka yang memilih untuk
Mereka meninggalkan impian-impiannya dan jalan yang mereka anggap datar dan
lebih mudah.Campers adalah mereka yang telah mencapai tingkat tertentu dalam
cukup nyaman dalam hidupnya. Mereka merasa cukup puas dengan apa yang sudah
5
ada dengan mengabaikan apa yang masih mungkin terjadi. Campers melepaskan
kesempatan untuk maju, yang sebenarnya dapat dicapai jika energi dan sumber
bisa merasakan gairahnya. Climbers tahu bahwa banyak imbalan datang dalam
mempunyai kemampuan yang paling kecil dalam menghadapi kesulitan. Hal ini
berbeda jauh dengan climbers yang berusaha untuk menghadapi kesulitan dengan
tenaga, pengorbanan serta dedikasi yang terus- menerus. Stoltz ( 2003) menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat kesulitan, semakin sedikit jumlah climbers. Jika hal
ini dihubungkan dengan pembelajaran sekolah, maka semakin sulit materi pelajaran
maka AQ memiliki 4 dimensi yang merupakan bagian dari sikap manusia dalam
memiliki kendali dalam suatu masalah yang muncul, 2) O2 (Or dan Ow). Or
mempengaruhi segi-segi hidup yang lain dari orang tersebut. 4) E (endurance), yaitu
masalah tersebut terjadi secara permanen dan berkelanjutan atau hanya dalam
Orang yang memiliki AQ tinggi tidak akan pernah takut dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam proses pendakiannya. Bahkan dia akan mampu untuk
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa mereka yang memiliki AQ-nya yang tinggi
tidak lengkap jika tidak dibarengi dengan peningkatan semangat kerja seseorang.
yang harus dimiliki oleh para guru guna keberhasilannya.Memiliki semangat kerja
yang tinggi akan mempengaruhi kinerja guru yang sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Nitisemito (1992), semangat dan gairah kerja sulit untuk dipisah-
pisahkan meski semangat kerja memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
prestasi kerja. Dengan meningkatnya semangat dan gairah kerja, maka pekerjaan
akan lebih cepat diselesaikan dan semua pengaruh buruk dari menurunnya
semangat kerja seperti absensi dan selanjutnya akan dapat diperkecil dan
selanjutnya menaikkan semangat dan gairah kerja yang berarti diharapkan juga
7
kerja dapat diartikan juga sebagai suatu iklim atau suasana kerja yang terdapat di
Suatu kerjasama yang efektif dalam suatu organisasi dilakukan dengan cara yang
Semangat kerja dapat mempengaruhi prestasi kerja seseorang ,sebab apabila guru
Dengan demikian semangat kerja dalam menjalankan tugas sebagai guru perlu
ditingkatkan, sehingga semua komponen yang ada mempunyai semangat kerja yang
tinggi dalam pelaksanaan tugas dan setiap pekerjaan yang dilakukan akan menjadi
Dari pemaparan diatas menunjukkan betapa pentingnya AQ, dan semangat kerja
dalam upaya meningkatkan prestasi kinerja guru. Jika guru telah memiliki AQ dan
8
semangat kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya maka
prestasi kerja guru akan dapat meningkat. Hal ini tentu akan dapat berpengaruh
masing-masing sekolah.
kerja dan prestasi kerja guru sangatlah menarik bagi penulis untuk meneliti dan
mengkajinya lebih mendalam yang kemudian penulis tuangkan dalam tesis yang
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah
2. Apakah terdapat hubungan antara semangat kerja guru dengan prestasi kerja
bumbu?
B. Tujuan Penelitian
tanah bumbu?
1. Secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai salah satu
2. Secara praktis
c. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dan rujukan
Kabupaten Tanah Bumbu?”, maka diduga ada dua faktor yang berhubungan dengan
Prestasi kerja guru yaitu Adversity Quotient dan Semangat kerja guru. Penelitian
ini menempatkan variabel Adversity Quotient dan Semangat kerja guru sebagai
kinerja guru sebagai variabel dependen/terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau
kinerja guru.
sebagai berikut:
antara Adversity Quetion (X1) dengan prestasi kinerja guru (Y) pada pada
Quetion (X1) dengan prestasi kinerja guru (Y) pada pada Madrasah
antara semangat kerja (X2) dengan prestasi kerja guru (Y) pada pada
kerja (X2) dengan prestasi kerja guru (Y) pada pada Madrasah Ibtidaiyah
antara adversity quetion (X1) dan semangat kerja kerja (X2) dengan prestasi
kerja guru (Y) pada pada Madrasah Ibtidaiyah se Kabupaten Tanah Bumbu
4. Hipotesis Nihil (Ho): Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara adversity quetion (X1) dan semangat kerja (X2) dengan prestasi kerja
E. Keterbatasan penelitian
bebas yang digunakan hanya 2 yaitu adversity Quotient dan semangat kerja
guru, padahal mungkin masih ada variabel yang lain lebih dominan untuk
menunjang prestasi kerja guru, tetapi tidak dimasukan dalam penelitian ini.
F. Definis operasional
berikut:
1. Adversity Quotient
kesuksesan.
adversity quotient yang dikemukakan oleh Paul G. Stoltz, yang terdiri dari
menjelaskan siapa atau apa yang menjadi penyebab kesulitan (origin) dan
2. Semangat kerja
semangat kerja itu adalah sikap individu atau kelompok sebagai anggota
Semangat kerja guru adalah hal yang berkaitan dengan semangat kerja
kehadiran.
yang menjadi tanggung jawabnya guna mencapai hasil yang baik, dengan
kerja guru dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan kerja guru
ukuran dalam menentukan prestasi kerja yang meliputi, (1) kualitas kerja,
keselamatan kerja.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Adversity Quotient
Dalam kamus bahasa Inggris, adversity berasal dari kata adverse yang artinya
menurut kamus bahasa Inggris adalah derajat atau jumlah dari kualitas
Istilah adversity quotient (AQ) diambil dari konsep yang dikembangkan oleh Paul
G Stoltz, ph.D, presiden PEAK Learning ,inc. Seorang konsultan di dunia kerja
dengan kecerdasan emosional (EQ). Karena menurut Stoltz (2000) kedua hal
itu saja tidak cukup untuk menjadi tolok ukur yang akan memprediksi keberhasilan
baik namun apabila tidak mempunyai daya juang yang tinggi dan merespon
kesulitan yang baik dalam dirinya, maka kedua hal tersebut akan menjadi sia–sia
saja.
1. Adversity quotient /AQ adalah kerangka kerja konseptual yang baru untuk
Gabungan dari tiga unsur di atas merupakan sebuah kesatuan yang lengkap
Dari penjelasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa adversity quotient
a. Control ( Pengendalian)
yang sebenarnya dalam situasi hampir tidak mungkin diukur, kendali yang
dirasakan jauh lebih penting. Dimensi control merupakan salah satu yang penting
CO2RE lainnya
1. Siapa atau apa yang menjadi asal-usul kesulitan dan sampai sejauh
c. Reach ( Jangkauan )
seseorang dalam menaruh harapan dan terus memegang kendali dalam situasi
mengetahui apa yang meningkatnya, tetapi apa yang perlu diperhatikan adalah
rintangan sepenuhnya.
Semangat kerja merupakan terjemahan dari kata morale yang artinya moril
atau semangat juang (Echols & Shadily,1997). Chaplin (2006) berpendapat morale
18
(moril) adalah sikap atau semangat yang ditandai secara khas oleh adanya
semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan
dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Sedangkan Hasibuan (2005)
Sulthon (2009 : 27 ) mengartikan semangat kerja guru sebagai dorongan yang ada
pada guru untuk melakukan tugasnya yang berkaitan dengan mengajar dan tugas
yang lain yang berhubungan dengan profesinya sebagai guru. Dorongan dalam
melakukan tugas ini bergerak dari dua kutub yaitu tinggi dan rendah .menurut
berikut :
a. Kedisplinan
peserta didik. Dengan adanya guru yang berkualitas serta profesional akan
berpengaruh terhadap keberhasilan dari peserta didik serta tujuan materi ajar yang
diharapkan. Kualitas dan profesionalitas guru dapat dinilai dari prestasi kerjanya,
dalam rangka pencapaian tujuan materi ajar serta standar pendidikan yang telah
Martoyo berpendapat bahwa prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-
produktivitas kerja karyawan adalah motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres, kondisi
seorang guru bergantung kepada keinginan untuk berprestasi dan kemampuan yang
mendapat perhatian, akan dapat berakibat pada hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti hasil kerja guru yang tidak maksimal ,Ada tiga faktor penting yang
kepribadian, dan minat kerja; (2) kejelasan dan Penerimaan atas penjelasan peran
dikelompokkan menjadi:
seorang karyawan.
d. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja guru
merupakan hasil kerja baik berupa pencapaian tujuan pendidikan yang dapat
kerja guru dapat dilihat dari segi teknis, yaitu kemampuan dalam
tugasnya yang meliputi tugas, fungsi, serta tanggung jawab seorang guru
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitia ini adalah metode diskriftif dengan
Adversity quotient
adva
(X 1) Prestasi Kerja
(Y)
Semangat Kerja
(X 2)
Gambar 3.1
Berdasarkan model diatas, penelitian ini terdiri dari atas 3 Variabel, yaitu 2
variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variable bebas adalah Adversity quotient (X
1), semangat kerja guru (X 2). Variabel terikat adalah prestasi kerja guru (Y),
Jenis penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian tentang data
ganda dengan perhitungan manual maupun dengan software SPSS versi 19 for
window
1. Populasi
23
Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
diteliti.
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru dan kepala madrasah Ibtidaiyah
Swasta, dengan jumlah guru sebanyak 266 orang guru dengan latar belakang
Tabel 3.1 :
Dengan demikian ukuran populasi sasaran dalam penelitian ini sebesar 266
orang.
24
2. Sampel
adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Teknik ini digunakan karena
diambil dari populasi yang sama dijadikan wakil dari suatu penelitian,
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus slovin atau dari Taro
𝑁
n
1+𝑁(𝑑 2 )
Keterangan :
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah sampel
berikut :
25
𝑁 274
n = =
1+𝑁(𝑑 2 ) 1+274.(0,05)2
274 274
= =
1+274.(0,0025) 1+0,68
274
= = 164
1,68
keterangan :
3.2 :
Sampel Penelitian
C. Instrumen Penelitian
Berdasarkan sifat dan tujuannya digunakan tiga jenis instrument yaitu : (1)
untuk memperoleh data tentang semangat kerja guru (3) instrument untuk
semangat kerja guru yang diisi langsung oleh responden. Angket yang diisi
seluruhnya merupakan angket tertutup model skala likert. Angket penelitian ini
5 = selalu(SL)
4 = Sering (SR)
3 = kadang-kadang (KK)
2 = jarang (JR)
2. Ada lima alternative jawaban untuk variabel prestasi kerja yang diisi oleh
4 = Baik (B)
3 = Cukup (C)
Data tentang Adversity quetion dan semangat kerja guru diperoleh dengan
kemudian diisi langsung oleh responden yaitu guru pada madrasah Ibtidaiyah di
Kabupaten Tanah Bumbu yang menjadi sampel penelitian. Untuk data tentang
prestasi kerja guru akan dilakukan melalui lembar penilaian oleh kepala madrasah
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta.
Newyork p.2